PADUAN Al A356 SETENGAH PADAT DENGAN MENGGUNAKAN LAS ASETELIN DAN LAS LISTRIK

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik.

ANALISIS SIFAT MEKANIK MATERIAL TROMOL REM SEPEDA MOTOR DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CHROMIUM TRIOXIDE ANHYDROUS (CrO 3 )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

BAB III PEMBAHASAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Penemuan logam memberikan manfaat yang sangat besar bagi. kehidupan manusia. Dengan ditemukannya logam, manusia dapat

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

ringan, mempunyai ketahanan korosi yang baik dan hantaran listrik yang baik dan sifat-sifat baik lainya sebagai sifat logam, selain itu aluminium juga

Abstraksi. Kata Kunci : Mikrostruktur, Kekerasan, AC4C, ADC12

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian. dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu. sehingga tercipta alat-alat canggih dan efisien sebagai alat bantu dalam

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

TUGAS AKHIR PENGARUH ELEKTROPLATING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM PADUAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Pengaruh Aging 450 ºC pada Al Paduan dengan Waktu Tahan 30 dan 90 Menit Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

BAB IV HASIL DAN ANALISA. pengujian komposisi material piston bekas disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Piston Bekas

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membuat suatu produk, bahan teknik merupakan komponen. yang penting disamping komponen lainnya. Para perancang, para

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

BAB VI L O G A M 6.1. PRODUKSI LOGAM

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

Gambar 4. Pemodelan terjadinya proses difusi: (a) Secara Interstisi, (b) Secara Substitusi (Budinski dan Budinski, 1999: 303).

03/01/1438 KLASIFIKASI DAN KEGUNAAN BAJA KLASIFIKASI BAJA 1) BAJA PEGAS. Baja yang mempunyai kekerasan tinggi sebagai sifat utamanya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV DATA DAN ANALISA

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM A 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

BAB II LANDASAN TEORI

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Karakterisasi Material Sprocket

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hubungan antara komposisi dan pemprosesan logam, dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

MATERIAL TEKNIK LOGAM

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kebutuhan teknologi maupun kebutuhan rumah. berpengaruh pada penurunan kualitas barang produksi seperti

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

Gambar 3.1 Blok Diagram Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST

STUDI METALOGRAFI HASIL PENGELASAN SPOT WELDING TIPE KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

EFEK PERLAKUAN PANAS AGING TERHADAP KEKERASAN DAN KETANGGUHAN IMPAK PADUAN ALUMINIUM AA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

SIFAT FISIK DAN MINERAL BAJA

EFEK PERLAKUAN PANAS AGING TERHADAP KEKERASAN DAN KETANGGUHAN IMPAK PADUAN ALUMINIUM AA Sigit Gunawan 1 ABSTRAK

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

bentuk globular. Hal ini dikarenakan dalam memproduksi (SSM) banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya kecepatan pengadukan, diameter pengaduk, mate

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan dari tahanan arus listrik. Spot welding banyak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PADUAN Al A356 SETENGAH PADAT DENGAN MENGGUNAKAN LAS ASETELIN DAN LAS LISTRIK Syahbuddin *), Elbi wiseno *), Juhri **) E-mail : syahbuddin_@staff.gunadarma.ac.id *) Dosen Teknik Mesin Universitas Gunadarma **) Alumni Teknik Mesin Universitas Gunadarma Abtraksi Proses pembuatan setengah padat merupakan bahan yang mempunyai sifat ulet yang terdapat pada daerah dengan tengangan geser yang besar dan bervikasitas relatif rendah bahan ini menjadi salah satu penyiapan bahan baku bermutu tinggi, untuk pembuatan komponen mesin dalam industri otomotif, paduan yang digunakan adalah Al-Si. Pada penelitian ini paduan yang digunakan aluminium A356. Paduan ini memiliki krakteristik permanen yang kecil dan tarhapan yang rendah. Proses pembuatan padun Al A356 setengah padat melalui proses pengelasan las asetelin dan las listrik. Proses perlakuan panas pada las asetelin menggunakan gas co 2 dan o 2 dengan waktu 5 20 detik dengan pengerjaan dingin 50 60%. Sedangkan pengelasan untuk las listrik menggunakan arus 40A,60A,80A dan 100A dengan waktu 5 20 dan di lanjudkan pengerjaan dingin 44 48% dengan perlakuan tersebut struktur dendritik menjadi struktur yang terdiri dari fasa Al-α yang berbentuk globural dikeliling dengan fasa eutektik Al-Si. Uji kekerasan menunjukkan paduan setegah padat memiliki nilai kekerasan yang lebih baik dari paduan Al A356 yang dipengaruhi proses pengerjaan dingin. Kata Kunci : Paduan, Al A356 Setengah Padat. I.Pendahuluan Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas. Karena proses ini maka ini maka logam disekitar lasan mengalami siklus termal cepat yang menyebabkan terjadinya

perubahan perubahan metalurgi yang rumit, depormasi dan tegangan termal. Hal ini sangat erat hubungannya dengan ketangguhan, cacat las, retak dan lain sebagainya yang pada umumnya mempunyai pengaruh yang fatal terhadap keamanan dari kontruksi yang dilas. Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui strukturmikro dan kekerasan aluminium yang terjadi dimana sifat sifatnya dapat berubah karena panas pengelasan. Perubahan yang dilakukan didasarkan dan dipandang dari sudut metalurgi. Walaupun pengelasan merupakan cabang ilmu teknilogi produksi pada kenyataanya proses mikro yang terjadi adalah proses metalurgi. Karena itu untuk dapat menguasai dengan baik teknologi pengelasan, dan dasar dasar metalurgi harus dikuasai lebih dahulu terutama yang berhubungan dengan pencairan, pembekuan dan perlakuan lajut. Berbagai usaha telah dilakukan termasuk teknologi untuk menurunkan jumlah porositas dan mengubah struktur yang terbentuk selama proses pengelasan. Salah satunya dengan mengubah bahan baku menjadi bahan setengah padat (semi-solid). Disamping itu, produk bahan setengah padat ini berstruktur globural, bahan berstruktur ini lebih ulet dibandingkan dengan bahan berstruktur dendritik. Karena waktu pendinginan dalam proses Quenching dari bahan setengah padat menjadi padat lebih singkat dibandingkan dengan proses pembentukan melalui pengelasan, Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui struktur mikro paduan Al A356 setengah padat melalui proses pengelasan dengan las asetelin dan las listrik. Mengetahui

parameter proses perlakuan panas (Heat Treatment). Menganalisis hasil paduan Al A356 setengah padat. 1.1 Aluminium [1] Aluminium merupakan logam ringan mempunyai ketahanan korosi yang baik dan hantaran listrik yang baik dan sifat-sifat yang baik lainya sebagai sifat logam. Sebagai tambahan terhadap, kekuatan mekaniknya yang sangat meningkat dengan penambahan Cu, Mg, Si, Mn, Zn, Ni, dsb, secara satu persatu atau bersama-sama, memberi juga sifat-sifat baik lainya seperti ketahanan korosi, ketahanan aus, koefisien pemuaian dan sebagainya. Material ini dipergunakan didalam bidang yang luas bukan saja untuk peralatan rumah tangga tetapi juga dipakai untuk keperluan material pesawat terbang, mobil, kapal laut, kontruksi dsb. 1.2 Sifat-sifat Aluminium. Aluminium mempunyai banyak sifat baik yang menguntungkan untuk dikembangkan dalam industri, antara lain adalah : 1. Ringan Aluminium merupakan logam yang sangat ringan, beratnya sekitar 2720 kg/m³ setiap meter kubiknya. Oleh karena itu aluminium banyak menggantikan baja dalam berbagai hal seperti pada mobil, motor, kapal, alat rumah tangga dan lainya. 2. Tahan karat.

Beberapa logam lain mengalami pengikisan bila terkena oksigen, air atau bahan kimia lainnya. Reaksi kimia akan menyebabkan perkaratan pada logam tersebut. 3. Hantar listrik yang baik. Aluminium adalah logam yang paling umum dipakai sebagai alat penghantar listrik, sebab mempunyai daya hantar kurang lebih 62 % dari daya hantar tembaga. Disamping itu aluminium lebih liat sehingga lebih mudah diulur menjadi kawat. 1.3 Klasifikasi Aluminium Aluminium dapat dikembangkan dengan berbagai jenis dari bentuk sampai kekuatanya, karena aluminium sendiri jenis logam yang serbaguna, sebab keistimewaan logam aluminium mampu mengganti logam lain seperti baja, tembaga, kayu, dan lainya. Penggunaanya secara volumetric telah melampaui konsumsi tembaga, timah, timbal, zeng secara bersama-sama. Aluminium merupakan bahan baku yang mudah diperoleh, mempunyai produksi yang unggul, sifat mekanik dan sifat fisik yang menguntungkan dan harga relatif murah. Aluminium merupakan logam ringan karena mempunyai berat jenis yang ringan yaitu sekitar 2,7 g/m 3. karena berat jenis aluminium yang relatip ringan maka aluminium banyak digunakan pada industri motor, pesawat terbang dan lainya. Selain itu sebagai penambah kekuatan mekaniknya yang sangat mengikat yaitu Cu, Mg, Si, Mn, Zn, Ni dan lainya.

Untuk meningkatkan sifat mekanik aluminium terutama kekuatan tariknya dilakukan perpaduan dengan unsur Tembaga (Cu), Besi (Fe), Magnesium (Mg), Seng (Zn), Silikon (Si) sesuai dengan American Aluminium Assosiation menggunakan penandaan jenis aluminium sebagai berikut : Tabel 1.1 Penandaan Paduan Standar Amerika [ 1 ] logam paduan Aluminium ( 99.00% min dan lebih besar) Paduan aluminium yang lain dan campuran unsur-unsur logam utama Rangkaian Tak terpakai Unsur Utama paduan logam Tembaga Silisium Magnesium Magnesium dan silisium Seng Unsur-Unsur Lain Nomor paduan logam 1xxx 2xxx 3xxx 4xxx 5xxx 6xxx 7xxx 8xxx 9xxx 1.4 Paduan Aluminium [8] Aluminium memiliki kombonasi sifat yang menarik (seperti, kerapatan kombinasi, kuat, mudah difebrikasi) yang dapat di kembangkan dan di modifikasi melalui perpaduan dan pemprosesan. Paduan aluminium di identifikasikan dengan sistem empat digit berdasarkan elemen paduan utama. Hal ini dirangkum dalam Tabel 2.2. untuk paduan tempa (wraught, yang mengalami perubahan bentuk) digit pertama mengidentifikasikan paduan dan digit kedua menunjukkan paduan modifikasi paduan asli yang didefinikasikan dengan dua digit terakhir. Untuk paduan cor, sistem ini agak berbeda. Disini digit pertama mengindentifikasikan kelompok, dua

digit berikutnya mengindentifikasikan paduan dan digit terakhir yang didahului titik mengacu bentuk produk(misalnya. 0 untuk hasil cor dan 1 untuk igot). Tabel 1.2 Sistem Penandaan/Penamaan Paduan Aluminium [8] Paduan tempa penandaan Paduan cor penandaan Aluminium (min) 99.00% Tembaga 1xxx 2xxx Aluminium (min) 99.00% Tembaga 1xx.x 2xx.x Mangan Silikon 3xxx 4xxx Silikon + tembaga dan/atau 3xx.x magnesium Magnesium Magnesium dan silikon Seng Lain- lain 5xxx 6xxx 7xxx 8xxx Silikon Magnesium Seng Timah putih Lain-lain 4xx.x 5xx.x 6xx.x 7xx.x 8xx.x 1.5 Pengaruh Unsur Paduan Terhadap Aluminium. Paduan aluminium diklasifikasikan dalam berbagai standar oleh berbagai negara didunia, yang sangat terkenal dan sempurna adalah standar AA (Aluminium Assosciation) di Amerika yang didasarkan atas standar terdahulu. Paduan dengan unsur-unsur yang ditambahkan yaitu : 1. Al Murni 1. Al murni 2. Al Cu 3. Al Mn 4. Al Si 5. Al Mg 6. Al Mg Si 7. Al Zn

Untuk aluminium murni biasanya kemurnianya mencapai 99.85 %, tetapi ada yang mencapai 99,999 %. Tabel 1.3 Sifat Fisik Al [ 2 ] Sifat-Sifat Masa jenis (g/m³) (20ºC) Titik cair ( C) Panas jenis (cal/g.ºc) (100ºC) Hantaran listrik (%) Tahanan listrik koefisien temperatur (/ºC) Koefisien pemuaian (20-100 ºC) Jenis kristal, konstanta kisi Kemurnian Al (%) 99,996 >99,0 2,6989 660,2 0,2226 64,94 0,00429 23,86x10 fcc,a =4,013kX 2,71 653-657 0,2297 59 (dianil) 0,0115 23,5x 10 fcc,a = 4,04 kx Tabel 1.4 Sifat Mekanik Al [ 2 ] Sifat-sifat Kekuatan tarik (kg/mm 2 ) Kekuatan mulur (0,2%) (kg/mm 2 ) Perpanjangan (%) Kekerasan Brinell Kemurnian Al (%) 99,996 >99,0 Dianil 75% dirol dingin Dianil H18 4,9 1,3 48,8 17 11,6 11,0 5,5 27 9,3 3,5 35 23 16,9 14,8 5 44 ketahanan korosi dapat berubah menurut kemurnian aluminium. Untuk kemurnian 99,0 % atau diatasnya dapat bertahan bertahun-tahun, sedangkan untuk hantaran listrik aluminiumnya kira-kira 65 % dari hantaran listrik tembaga. 2. Al-Cu Sebagai paduan Al-Cu-Mg paduan yang mengandung 4 % Cu, 0,5 % Mg dapat mengeras dengan sangat dalam beberapa hari oleh penuaan pada temperatur biasa setelah pelarutan paduan ini di temukan oleh A. Wilm dalam usaha mengembangkan paduan Al yang kuat yang dinamakan Duralium. Duralium adalah paduan praktis yang sangat terkenal dengan sebutan paduan 2017, sedangkan untuk komposisi standarnya adalah Al-4 %, Cu-0,5 %, Mg-0,5%. Paduan yang mengandung Cu mempunyai ketahanan korosi yang jelek. Paduan

dalam sistem ini terutama dipakai sebagai bahan pesawat terbang. Tabel 2.7 menunjukan perlakuan panas dan sifat-sifat mekanik dari paduan khusus tersebut. 3. Al Mn. Mn adalah unsur yang memperkuat Aluminium tanpa mengurangi ketahanan korosi dan Mn itu sendiri dipakai untuk membuat paduan yang tahan korosi. Kelarutan padat yang terjadi maksimum terjadi pada temperatur eutectik adalah 1,82 % dan 500 ºC = 0,36 %, sedangkan pada temperatur biasa kelarutannya hampir 0 %. Paduan Al-1,2 % Mn dan Al-1,2 %, Mn-1,0 %, Mg dinamakan paduan 3003 dan 3004 yang dipergunakan sebagai paduan tahan korosi tanpa perlakuan panas. 4. Al Si. Gambar 2.1 menunjukan diagram fasa dari paduan Al-Si yang termasuk tipe eutectik yang mempunyai titik lebur 577 ºC untuk 11,7 % Si. Gambar 1.1 Diagram Fasa Al-Si [ 1 ]

Paduan Al-Si sangat baik kecairanya yang mempunyai permukaan yang bagus sekali tanpa kegetasan panas dan sangat baik untuk paduan coran, sebagai bahan tambahan Si mempunyai ketahanan korosi yang baik, ringan, koefisien muai yang kecil dan sebagai penghantar listrik yang baik juga panas koefisien pemuaian termalnya Si sangat rendah. Oleh karena itu paduan ini mempunyai koefisien yang rendah apabila ditambah Si lebih banyak. 5. Al-Mg Dalam paduan biner Al-Mg satu fasa yang ada dalam keseimbangan dalam larutan padat Al adalah larutan padat yang merupakan senyawa antara logam Al3Mg2. paduan Al-Mg mempunyai ketahanan korosi yang sangat baik yang telah lama disebut hidronalium dan dikenal sebagai paduan yang tahan korosi. Pengaruh unsur Cu dan Fe sangat berbahaya bagi ketahanan korosi. Berikut tabel 2.8 menunjukan sifat mekanik dari paduan Al-Mg. 6. Al-Mg-Si. Jika sedikit Mg ditambahkan kepada Al pengerasan penuaan sangat jarang terjadi, tetapi apabila secara simultan mengandung Si, maka dapat dikeraskan dengan penuaan panas setelah perlakuaan pelarutan. Paduan ini mempunyai kekuatan keras sebagai bahan tempaan dibandingkan dengan paduan lainya, tetapi baik untuk mampu bentuk yang tinggi. I.6 Jenis-Jenis Pengelasan Berbangai proses penelasan telah di kembangkan, tergantung cara pemanasan dan peralatan yang digunakan. 1. Proses pengelasan

a. Pengelasan Patri b. Penelasan Tempa c. Pengelasan Gas d. Pengelasan Tahanan e. Pengelasan Induksi f. Pengelasan Busur g. Pengelasan Elektron h. Pengelasan Lasar i. Pengelasan Geseran j. Pengelasan Terimit k Pengelasan Air l. Pengelasan Dingin m. Pengelasan Celup II BAHAN DAN PERCOBAAN 2.1 Diagram Alir Penelitian Dalam pelaksanaan suatu kegiatan penelitian, biasanya selalu diawali dengan penetapan tahapan atau langkah-langkah penelitian. Sehubungan dengan ini, maka pada bab berikut ini akan di jelaskan mengenai metode penelitian yang dilakukan.

Mulai Tinjauan Pustaka Material : Pengerjan dingin Proses Pengelasan Pembuatan Bahan Setengah Padat Pengujian Tidak Ya Selesai Gambar 2.1 Diagram Alir Penelitian 2.2 Bahan Bahan yang dipakai yaitu paduan Al A356 Bahan ini memiliki karakteristik permanen yang kecil dan tahanan yang rendah. Aplikasinya Digunakan untuk komponen otomotif, pesawat dan mesin kapal kecil.

Tabel 2.1 Komposisi Paduan Al A356 Komposisi Kimia Fe Si Mn Cu Ti Sn Mg Al Jumlah komposisi 0.14% 6,9% 0,01% 0,01% 0.09% 0.018% 0.25 Bahan Utama 2.3 Proses Pengelasan Proses pegelasan yang digunakan adalah proses pengelasan dengan menggunakan las asetelin dan las listrik. Sedangkan pada las listrik Type LHN 140 ESAB dengan menggunakan arus pengelasan 20A, 40A, 60A, 80A,100A, 120A,140A, dengan tagangan 3A/20V-140A/26V dengan waktu 5detik-20detik, dan pada las asetelin dengan menggunakan gas CO 2 dan O 2 dengan tekanan asetelin 15 kg/cm. dan oksigen 20 kg/cm.dengan waktu 10detik -25detik. 2.4 Pembuatan Bahan Setengah Padat Teknik untuk meningkatkan kekuatan dan keuletan paduan Al-Si. Dengan memecah struktur dendritik menjadi Struktur yang terdiri dari fasa Al-α yang berbentuk globural disekelilingi dengan fasa eutektik Al-Si, dengan melalui beberapa proses sebagai berikut: 2.4.1 Pemotongan Proses pemotongan sampel dipotong segi empat dengan ukuran 9,0 mm atau 10 mm untuk setiap sisinya.

Tabel 2.2 Ukuran Ketebalan Sampel Untuk Las Asetelin dan Las Listrik. Sampel Ketebalan (mm) Jumlah Tebal Rata-rata + Simpangan Baku (mm) 1 10 10,5 10,5 10 41,00 10 ± 0,3 2 10 10,5 9,5 10 40,00 10 ± 0,4 3 10 9 10 10 39,00 10 ± 0,5 4 10,1 9,7 10 10,1 39,90 9,9 ± 0,2 5 9,5 9,8 9,8 9,5 38,50 9,7 ± 0,2 6 9,7 10,4 9,5 9,8 39,40 9,8 ± 0,4 3.4.2 Pengerjaan Dingin Pengerjaan dingin pada sampel dengan menggunakan mesin pres berkapasitas 20 ton. Sampel dikenakan pengerjaan dingin sampai batas maksimum. Dibawah ini adalah tabel penurunan ketebalan sampel setelah dikenakan pengerjaan dingin. Tabel 2.3 Pengerjaan Dingin Untuk Las Asetelin Sample 40% Dan 60%. Bahan Ketebalan (mm) Jumlah Tebal Rata-rata + SimpanganBaku(mm) Pengerjan Dingin(%) 1 5,0 5,0 10.0 5,0 ± 0,0 50 2 4,0 4,0 8,0 5,0 ± 0,0 40 3 6,0 6,0 12,0 5,0 ± 0,0 60 Tabel 2.4 Pengerjaan Dingin Untuk Las Listrik Sample 44% Dan 48%. Bahan Ketebalan (mm) Jumlah Tebal Rata-rata + Simpangan Baku(mm) Pengerjaan Dingin (%) 1 5,0 5,0 10,0 5,0 ± 0,0 44 2 5,0 5,0 10,0 5,0 ± 0,0 48 3 5,0 5,0 10,0 5,0 ± 0,0 48

2.4.3 Perlakuan P anas Proses perlakuan panas dengan menggunakan las Listrik dan las asetelin dengan menggunakan 40A, 60A, 80A dan 100A. Perlakuan panas pada Al-Si dengan waktu 5detik-20detik sedangkan pada sampel las asetelin dengan menggunakan gas C0 2 dan O 2 dengan waktu 5detik-20detik untuk sampel pada pengerjaan dingin di kenakan antara 40%-60%. Sedangkan pada las listrik waktunya tetap sama antara 5detik-20detik dengan menggunkan ampere 40A,60A,80A dan 100A.untuk sampel yang dikenakan pengerjaan dinginnya 44%-48%. Perlakuan panas pada paduan Al A356 kemudian di dinginkan dengan cepat dengan air. 2.5 Pengujian Metalografi Tujuan umum dari pengujian ini adalah untuk melihat struktur dan fasa yang terkandung pada suatu material. Pengujian ini dengan menggunakan mikroskop optis dengan strukturmikro pembesaran 200X.

Mulai Material Al A356 Pengamplasan (Grinding) Pemolesan (Polishing) Pengetsaan (Etching) Analisa Strukturmikro Tidak Ya Selesai Gambar 2. 2 Diagram Alir Proses Metalografi Penjelasan diagram alir diatas adalah sebagai berikut: 1. Pengamplasan (Grinding)

Tahapan pada pengamplasan ini bertujuan untuk menghasilkan permukaan sampel dengan goresan yang searah. Amplas yang digunakan dari ukuran kekasaran 200 μm, 400 μm, 600 μm, 800 μm, 1000 μm, 1200 μm, 1500 μm. Selama pengamplasan sampel harus dialiri air bersih, hal ini untuk menghindari timbulnya panas dipermukaan sampel yang kontak langsung dengan kertas amplas. 2. Pemolesan (Polishing) Proses ini bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa goresan dari proses pengamplasan. Pemolesan dilakukan pada mesin poles dengan media kain bludru dan memakai autosol 3. Pengetsaan (Etching) Proses etsa dilakukan dengan campuran cairan hidroflourit (Hf) 0,5 % + aquadesh 99,5 %. 4. Analisa Sampel yang telah melalui beberapa tahapan perlakuan seperti di atas, selanjutnya sampel diamati dibawah mikroskop dengan struktur mikro pembesaran 200X. 2.6 Kekerasan Pengujian kekerasan yang digunakan yaitu Rockwell B (HRB) dengan indentor steel ball Ø1/16. Pengujian ini dilakukan pada permukaan paduan Al-Si setengah padat sebanyak lima titik

Mulai Material Al-Si (A356) Pengamplasan 100-1200μm Pengujian Pengambilan Data Selesai Gambar 2.3 Diagram Alir Uji Kekerasan Rockwell

Gambar 2.4 Alat Uji Kekerasan Rockwell

2.6.1 Spesipikasi Alat Uji Kekerasan Rockwell Nama alat Merk Loading : Rockwell Hardness Tester : AFFRI serie 206. RT-206.RTS : Maximum 150 Kp Minimum 60 Kp Specipikasi : HRC Load : 150 Kp Indentor : Krucut Diamond 120º HRB Load : 100 Kp Indentor : Steel Ball Ø 1/16 HRA Load : 60 Kp Indentor : Krucut Diamond 120º HRD Load : 100 Kp Indentor : Krucut Diamond 120º HRF Load : 60 Kp Indentor : Steel Ball Ø 1/16 HRG Load : 150 Kp Indentor : Steel Ball Ø 1/16

III Paduan Al A356 3.1.1 Struktur Mikro Paduan Al A356 (a) eutektik Al-α (b) (b) Gambar 3.1 Struktur Mikro Paduan Al A356 Dengan Pembesaran (a) 200X dan (b) 400X Sesuai dengan diagram fasa kesetimbangan untuk sistem Al-Si tampak Alα berwarna putih dan fasa eutektik berwarna gelap mengelilingi Al-α. berbentuk dendritik dan menyebar tidak merata pada fasa eutektik Al-Si 3.2.1 Kekerasan Tabel 3.1 Hasil Uji Kekerasan Rockwell Paduan Al A356 Titik Pengujian Beban (Kp) Indentor Bola Baja 1/16 1 100 1/16 31 2 100 1/16 32,5 3 100 1/16 34,4 Rata rata + Simpangan Baku Skala Rockwell 32,6 ± 1,7

Hasil uji kekerasan memberikan gambaran variasi antara 31 dan 34,4 sekala Rockwell variasi ini merupakan tidak meratanya fasa Al-α berbentuk dendritik yang tersebar pada fasa eutektik Al-Si 3.1 Paduan Al A356 Setengah Padat. Eutektik Al-Si Gambar 3.2 Struktur Mikro Paduan Al A356 Setelah dikenakan Pengerjaan Dingin 40% Menggunakan Las Asetelin Dengan Waktu 20 Detik Ketebalan 3 mm glabural Al- α Dangan Pembesaran 200X Gambar 3.3 Struktur Mikro Paduan Al A356 Setelah dikenakan Pengerjaan Dingin 40% Menggunakan Las Asetelin Dengan Waktu 20 Detik Ketebalan 4 mm Dangan Pembesaran 200X Gambar 3.4 Struktur Mikro Paduan Al A356 Setelah dikenakan Pengerjaan Dingin 50%. Menggunakan Las Asetelin Dengan Waktu 20 Detik Ketebalan 5 mm Dangan Pembesaran 200X

globular Al-α Gambar 3.5 Struktur Mikro Paduan Al A356 Setelah dikenakan Pengerjaan Dingin 60% menggunakan Las Asetelin Dengan Waktu 20 Detik Ketebalan 6 mm eutektik Al-Si Dangan Pembesaran 200X Sampel yang dikenakan pengerjaan dingin 40 % dengan waktu 10 detik dengan ketebalan 3 mm tidak berhasil memberikan struktur mikro berfasa Al-α berbentuk bulat (Globural) berbeda dengan struktur mikro paduan Al A356 setelah di naikkan waktunya 20 detik dan dengan menaikkan pengerjaan dingin dari 40% - 60% dengan ketebalan 5mm - 6mm struktur mikronya yang terdiri dari glabular Al-α yang di kelilingi dengan fasa eutektik Strukturmikro ini merupakan fasa-fasa yang dibentuk dari bahan setengah padat. Tampak pada gambar 3.4 3.5 meningkatnya waktu dan pengerjaan dingin dari 40% - 60%, akan memperbesarkan ukuran Al-α pada fasa eutektik. Kerapatan Al-α tampak tidak banyak berubah dengan meningkatnya pengerjaan dingin fasafasa yang dibentuk dari bahan setengah padat.

Gambar 3.6 Struktur Mikro Paduan Al A356 Setelah Dikenakan Pengerjaan Dingin 44%. Menggunakan Las Listrik 40 Amper Dengan Waktu 5 Detik Ketebalan 5 mm Dangan Pembesaran 200X Gambar 3.7 Struktur Mikro Paduan Al A356 Setelah dikenakan Pengerjaan Dingin 48% Menggunakan Las Listrik 40 Amper Dengan Waktu 9 Detik Ketebalan 5 mm Dangan Pembesaran 200X Eutektik Al-Si Gambar 3.8 Struktur Mikro Paduan Al A356 Setelah dikenakan Pengerjaan Dingin 48% Menggunakan Las Listrik 40 Amper Dengan Waktu 11 Detik glabural Al- α Ketebalan 5 mm Dangan Pembesaran 200X

Sampel yang dikenakan pengerjaan dingin 44% dengan dengan waktu 5detik dan ketebalan 4 mm dan 5 mm tidak berhasil memberikan struktur mikro berfasa Al-α berbentuk bulat (Globural) berbeda dengan dikenai pengerjaan dingin 48%, pada ketebalan 5 mm untuk waktu 9 detik dan 11 detik Struktur mikronya yang terdiri dari globural Al-α yang dikelilingi dengan fasa eutektik masih belum menyatu sepenuhnya, sedangkan pada pengerjaan dingin 48%, untuk waktu 15 detik dengan ketebalan 5 mm struktur mikronya sudah berubah menjadi eutektik lagi. Struktur mikro ini merupakan fasa-fasa yang dibentuk dari bahan setengah padat. Tampak pada gambar 3.7 dan 3.8 meningkatnya waktu akan memperbesarkan ukuran Al-α pada fasa eutektik. Kerapatan Al-α tampak tidak banyak berubah dengan meningkatnya pengerjaan dingin fasa-fasa yang dibentuk dari bahan setengah padat. IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian pembuatan paduan Al A356 setengah padat melalui proses pengelasan las asetelin dan las listrik. Dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Struktur mikro paduan Al A356 dengan pengerjaan dingin 44% - 60% pada temperatur 600 o C pengelasan las asetelin dan las listrik dengan waktu 5-20 detik, terdiri dari fasa utama Al-α yang dikelilingi dengan fasa eutektik Al-α. 2. Perubahan ukuran Fasa Al-α pada fasa eutektik meningkatkan kekerasan

3. Variasi pengerjaan dingin, variasi waktu pemanasan akan memperbesar ukuran Al-α pada fasa eutektik. 4. Paduan Al A356 yang baik dalam penelitian ini adalah dengan dengan pengerjaan dingin 50-60% pada Temperatur 600 o C untuk waktu 5-20 detik menggunakan las asetelin.