REPORT MONITORING MANGROVE PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI

dokumen-dokumen yang mirip
REPORT MONITORING SEAGRASS PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI

VI. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

1. Pengantar A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara

Struktur Dan Komposisi Vegetasi Mangrove Di Pulau Mantehage

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara tradisional oleh suku bangsa primitif. Secara terminologi, etnobotani

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

LAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Pola Ruang Kabupaten Lampung Selatan

LAMPIRAN. Lampiran 1. Analisis vegetasi hutan mangrove mulai dari pohon, pancang dan semai berdasarkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pantai sekitar Km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat potensial.

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

KOMPOSISI JENIS DAN KERAPATAN MANGROVE DI PESISIR ARAFURA KABUPATEN MERAUKE PROVINSI PAPUA

KERAGAMAN JENIS MANGROVE DI NUSA TENGGARA TIMUR. Oleh : M. Hidayatullah

BAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Teknik Merehabilitasi Hutan Bakau

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa ini memberikan tanggung jawab yang besar bagi warga Indonesia untuk

STRUKTUR VEGETASI MANGROVE ALAMI DI AREAL TAMAN NASIONAL SEMBILANG BANYUASIN SUMATERA SELATAN

Keanekaragaman Jenis dan Indeks Nilai Penting Mangrove di Desa Tabulo Selatan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo

ANALISIS VEGETASI DAN STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI TELUK BENOA-BALI. Dwi Budi Wiyanto 1 dan Elok Faiqoh 2.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

TINJUAN PUSTAKA. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

KUESIONER DI LAPANGAN

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

IDENTIFIKASI FLORA DAN FAUNA MANGROVE NUSA LEMBONGAN DAN NUSA CENINGAN

BAB 1 MENGENAL HUTAN MANGROVE

Teknologi penanaman jenis mangrove dan tumbuhan pantai pada tapak khusus

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dan luasan yang terbatas, 2) Peranan ekologis dari ekosistem hutan

ANALISIS STRUKTUR DAN STATUS EKOSISTIM MANGROVE DI PERAIRAN TIMUR KABUPATEN BIAK NUMFOR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN, PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi LS dan

Komposisi Jenis-Jenis Tumbuhan Mangrove Di Kawasan Hutan Perapat Benoa Desa Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kodya Denpasar, Propinsi Bali

POTENSI EKOLOGIS KEANEKARAGAMAN HAYATI

TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan pantai, penyerap polutan, habitat burung (Bismark, 1986). Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke arah laut

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA KAHYAPU PULAU ENGGANO

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

BAGIAN KEEMPAT PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN REHABILITASI HUTAN MANGROVE GERAKAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

PROFIL HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG Oleh:

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010

Keanekaragaman Jenis Mangrove Di Pulau Panikiang Kabupaten Barru Sulawesi Selatan

IDENTIFIKASI VEGETASI MANGROVE DI SEGORO ANAK SELATAN, TAMAN NASIONAL ALAS PURWO, BANYUWANGI, JAWA TIMUR

PERSEPSI MASYARAKAT PETANI TAMBAK TERHADAP KELESTARIAN HUTAN MANGROVE DI DESA PABEAN ILIR KECAMATAN PASEKAN KABUPATEN INDRAMAYU

ZONASI TUMBUHAN UTAMA PENYUSUN MANGROVE BERDASARKAN TINGKAT SALINITAS AIR LAUT DI DESA TELING KECAMATAN TOMBARIRI

STRUKTUR KOMUNITAS DAN PENYEBARAN MANGROVE SERTA UPAYA PENGELOLAANNYA OLEH MASYARAKAT DISTRIK TEMINABUAN, KABUPATEN SORONG SELATAN

4 KERUSAKAN EKOSISTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove diduga berasal dari bahasa Melayu manggi - manggi,

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. alam memberikan kontribusi cukup besar bagi kesejahteraan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

MONITORING LINGKUNGAN

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG LARANGAN DAN PENGAWASAN HUTAN MANGROVE DI KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN

Struktur dan Komposisi Mangrove di Pulau Hoga Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara Jamili

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KESESUAIAN EKOWISATA MANGROVE DESA KAHYAPU PULAU ENGGANO

ANALISIS VEGETASI MANGROVE UNTUK STRATEGI PENGELOLAAN EKOSISTEM BERKELANJUTAN DI TAMAN NASIONAL BALI BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

Kata kunci: rehabilitasi, mangrove, silvofhisery

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang. berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

PERSENTASE TUTUPAN DAN STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI SEPANJANG PESISIR TAMAN NASIONAL BUNAKEN BAGIAN UTARA

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

KONDISI EKOLOGI MANGROVE PULAU BUNAKEN KOTA MANADO PROVINSI SULAWESI UTARA

ANALISIS VEGETASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE KPH BANYUMAS BARAT

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi

TINJAUAN PUSTAKA. pendapat mengenai asal-usul katanya. Macnae (1968) menyebutkan kata mangrove

dan ~erkembangnya berbagai ekosistem alami seperti hutan mangrove, terumbu

SUMBERDAYA ALAM WILAYAH PESISIR

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. alam dan jasa lingkungan yang kaya dan beragam. Kawasan pesisir merupakan

Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap

Transkripsi:

REPORT MONITORING MANGROVE PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI Kerjasama TNC-WWF Wakatobi Program dengan Balai Taman Nasional Wakatobi Wakatobi, Juni 2008 1

DAFTAR ISI LATAR BELAKANG... 3 MAKSUD DAN TUJUAN... 4 METODOLOGI... 5 GAMBARAN HASIL MONITORING... 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 8 LAMPIRAN... 9 2

LATAR BELAKANG Taman Nasional adalah Kawasan Pelestarian Alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Wakatobi (TNW) merupakan kawasan konservasi laut, ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 393/Kpts-VI/1996 tanggal 30 juli 1996 dan ditetapkan berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No. 7651/Kpts-II/2002 tanggal 19 Agustus 2002 seluas 1.390.000 Ha, meliputi seluruh perairan P. Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, Binongko, Runduma dan Perairan Pulau Moromaho yang pengelolaaanya dilakukan dengan sistem Zonasi sesuai peruntukannya. Berdasarkan penetapan zonasi TNW sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No : SK.149/IV-KK/2007, tanggal 23 Juli 2007 yang terdiri atas : Zona Inti. Zona perlindungan bahari, zona Pariwisata, zona pemanfaatan lokal, zona pemanfaatan umum, dan zona khusus daratan memiliki Sumber Daya Alam Penting termasuk di dalamnya adalah lamun. Untuk mengetahui sebaran lamun, jenis lamun dan persentase tutupan lamun maka perlu adanya monitoring lamun dalam mendukung pengelolaan TNW yang efektif dan efisien. Kawasan kepulauan wakatobi dan perairan disekitarnya seluas 1.390.000 Ha yang terletak di wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Wakatobi, Propinsi Sulawesi. Adapun tujuan pengelolaan Taman Nasional Wakatobi yaitu menjamin dan memelihara keutuhan dari keberadaan kawasan dan ekosistem Taman Nasional, menjamin dan memelihara keberadaan dari potensi dan nilai-nilai keanekaragaman tumbuhan, satwa, komunitas, dan ekosistemnya penyusun kawasan Taman Nasional, dan memanfaatkan kawasan dan potensi Taman Nasional secara optimal, lestari dan bijaksana untuk kepentingan kegiatan penelitian, pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan, kegiatan yang menunjang budaya-budaya, dan pariwisata alam bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Taman Nasional Wakatobi memiliki beranekaragam potensi sumberdaya alam diantaranya memiliki hamparan hutan mangrove mulai dari Pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko dimana keberadaan hutan mangrove sangat penting bagi kehidupan manusia. Berbagai macam fungsi hutan mangrove diantaranya sebagai daerah pelindung daratan dari pengaruh abrasi/erosi ombak, sebagi daerah pemijahan 3

dan daerah mencari makanan berbagai jenis ikan, udang dan biota laut lainnya sehingga keberadaan hutan mangrove pada kawasan Taman Nasional Wakatobi akan bermanfaat bagi kelangsungan hidup masyarakat oleh sebab itu diperlukan suatu pengelolaan yang arif dan bijaksana agar keberadaan hutan mangrove di kawasan Taman Nasional Wakatobi akan terus lestari dan berkelanjutan. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan tujuan kegiatan monitoring mangrove yaitu : a. Untuk mengetahui komposisi jenis mangrove dan kelimpahan pada Kawasan Taman Nasional Wakatobi dalam rangka pengelolaan Kawasan Taman Nasional Wakatobi b. Untuk mengetahui berbagai ancaman dan gangguan terhadap keberadaan hutan mangrove yang berada pada Pulau Kaledupa baik ancaman secara alami maupun oleh manusia 4

METODOLOGI TEKNIK PELAKSANAAN KEGIATAN Pengamatan Mangrove menggunakan metode transek garis kuadran (10 x 10) meter. Transek ini merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui keanekaragaman, kepadatan, dan obyek penting lain yang berhubungan dengan kondisi hutan mangrove pada suatu tempat dan waktu tertentu. Dengan metode ini akan diketahui kelimpahan, jenis mangrove, penutupan mangrove, tingkat degradasi dan menyediakan rekomendasi pada pihak terkait untuk manajemen hutan mangrove, (Manual Monitoring Mangrove yang lengkap ada pada lampiran). WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN Kegiatan monitoring mangrove dilaksanakan selama 6 hari mulai tanggal 7 sampai dengan 12 Juni 2008 di Pulau Wanci dan Pulau Kaledupa. SARANA DAN PELAKSANA KEGIATAN Sarana yang digunakan dalam melakukan semua kegiatan monitoring mangrove adalah KM Menami, Speed Boat Dinggi, Speed Boat Simba dan Speed Boat Kambala. Kegiatan ini merupakan kegiatan bersama antara TNC-WWF WAKATOBI dengan Balai Taman Nasioanl Wakatobi (TNW). Adapun pelaksana Kegiatan monitoring seagrass dan mangrove berasal dari Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I, II, dan III Balai Taman Nasional Wakatobi dengan TNC-WWF yang diatur sesuai dengan kapasitas waktu, biaya dan jumlah personil yang ada di lapangan. 5

GAMBARAN HASIL MONITORING Kegiatan monitoring mangrove yang dilaksanakan di wilayah Sampowaatu dan wilayah Ambeua,dengan jumlah plot sebanyak 8 plot monitoring dan Teridentifikasi 11 Jenis mangrove diantaranya : Avicennia alba, Avicennia marina, Bruguiera cylindrica, Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops decandra, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Soneratia alba, Soneratia caseolaris, 21, karena lokasi yang berdekatan dengan pemukiman masyarakat Bajo Sampela terdapat banyak pengambilan pohon mangrove yang ditandai dengan ditemukannya tunggak bekas pengambilan pohon bakau dan perlu dilakukan pengawasan dan penyadar tahuan kepada masyarakat sekitar mangrove untuk menjaga dari kerusakan. Di wilayah Tanomeha dan Lohoa dengan plot pengamatan sebanyak 8 Plot, pada daerah ini cenderung homogen yang didominasi oleh mangrove jenis Rhizophora stylosa. Pada wilayah Lohoa terdapat beberapa pohon mangrove yang dipotong oleh masyarakat sekitar karena pada daerah ini berdekatan dengan masyarakat bajo lohoa yang memanfaatkan kayu mangrove untuk kayu bakar. Di wilayah Balasuna dengan plot pengamatan sebanyak 8 Plot pengamatan, terdapat 6 jenis mangrove yaitu Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sexangula, Ceriops decandra, Ceriops tagal, Rhizophora apiculata, dan Rhizophora stylosa. Di wilayah Horuo sebanyak 8 plot pengamatan dengan jenis mangrove yang teridentifikasi sebanyak 6 jenis yaitu : Avicennia alba, Avicennia eucalyptifolia, Bruguiera cylindrical, Xylocarpus granatum,dan Xylocarpus moluccensis. Di wilayah Tampara sebanyak 8 plot pengamatan dengan jenis mangrove yang teridentifikasi sebanyak 10 jenis yaitu : Avicennia alba, Avicennia eucalyptifolia, Avicennia lanata, Avicennia marina, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sexangula, Ceriops decandra, Rhizophora apiculata, Xylocarpus granatum, dan Xylocarpus moluccensis. Di wilayah Pulau Kapota (Wanci) dengan plot monitoring sebanyak 2 plot dan teridentifikasi sebanyak 4 jenis mangrove yaitu : Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, dan Soneratia alba. Untuk lebih terinci dapat dilihat pada table di bawah ini : 6

Tabel hasil persentase tutupan mangrove berdasarkan lokasi pengamatan di TNW No lokasi Jml Semai dmtr Ankn (cm) Tggi Ankn (cm) dmtr Phn (cm) Ttpn Knpi (%) 1 Sampowaatu 130 2.50 139.49 10.73 52.50 2 Ambeua 16 2.78 125.25 9.35 39.50 3 Tanomeha 27 2.23 133.85 9.11 82.50 4 Lohoa 45 2.49 127.59 9.47 62.00 5 Balasuna 796 2.80 153.77 6.26 71.50 6 Horuo 739 2.85 167.68 8.93 60.00 7 Tampara 853 2.56 171.20 7.41 56.88 8 Kapota 46 2.35 160.36 12.16 45.00 Tabel distribusi jenis mangrove berdasarkan lokasi pengamatan di TNW NO LOKASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 22 1 Sampowaatu - - - - - - - - - - - - 2 Ambeua - - - - - - - - - - - - - - - - - - 3 Tanomeha - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 4 Lohoa - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 5 Balasuna - - - - - - - - - - - - - - 6 Horuo - - - - - - - - - - - - - - - 7 Tampara - - - - - - - - - - - - 8 Kapota - - - - - - - - - - - - - - - - - Keterangan MANGROVE SEJATI MANGROVE IKUTAN 1 Avicennia alba 21 Baringtonia asiatica 2 Avicennia eucalyptifolia 22 Calophyllum inophyllum 3 Avicennia lanata 23 Hibiscus tiliaceus 4 Avicennia marina 24 Morinda citrifolia 5 Avicennia officinalis 25 Pandanus odoratissima 6 Bruguiera cylindrica 26 Pandanus tectorius 7 Bruguiera gymnorrhiza 27 Ricinus communis 8 Bruguiera sexangula 28 Terminalia catappa 9 Ceriops decandra 10 Ceriops tagal 11 Excoearia agallocha 12 Nypa fruticans 13 Rhizophora apiculata 14 Rhizophora mucronata 15 Rhizophora stylosa 16 Soneratia alba 17 Soneratia caseolaris 18 Soneratia ovata 19 Xylocarpus granatum 20 Xylocarpus moluccensis Data hasil pengukuran disajikan dalam bentuk table terlampir. 7

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil kegiatan monitoring lamun dan mangrove dalam kawasan TNW ini dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu : 1. Dari kegiatan monitoring mangrove di Pulau Wanci dan Kaledupa teridentifikasi sebanyak 17 jenis mangrove sejati 2. Lokasi monitoring mangrove yang mengalami kerusakan karena pengambilan kayu bakau oleh masyarakat sekitar dijumpai pada daerah Sampowaatu, Balasuna, Lohoa dan Horuo ini ditandai dengan ditemukannya pada plot pengamatan beberapa kayu bakau yang dipotong pohonnya. B. Saran Dari hasil monitoring lamun dalam kawasan TNW tim pelaksana menyarankan bahwa : 1. Perlu adanya perencanaan yang matang untuk pelaksanaan kegiatan lebih lanjut. 2. Perlu pelatihan dan peningkatan skill identifikasi dan monitoring mangrove untuk memantapkan metode yang digunakan dan perbaikan metode. 3. Untuk lebih efektif kegiatan serupa yang akan dilaksanakan di masa mendatang, pelaksana kegiatan monitoring mangrove perlu dilengkapi dengan alat-alat keamanan diri seperti sepatu boat, tutup kepala, dan pakaian tertutup. 8

LAMPIRAN Peta Hasil Pemantauan Lamun dan Mangrove (dapat dilihat dibawah) : Data hasil pengukuran mangrove (format exel) Manual Monitoring mangrove (format word) 9

10

This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.