BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin diminati oleh orang-orang asing atau

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bahasa Indonesia kepada para penutur asing. Di negara-negara yang dimaksud,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN. penyusunan struktur kalimat pada pembelajar asing tingkat dasar.

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Retnosari, 2015

KONSTRUKSI SINTAKSIS KALIMAT TULIS PEMBELAJAR ASING BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kedudukan Bahasa Indonesia dalam dunia Internasional memang belum

BAB I P E N D A H U L U A N. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara

2015 PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPTIF MELALUI MEDIA LAGU BAGI PEMBELAJAR BIPA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novia Siti Rohayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Dea Audia S anti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen subjek tunggal (single

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menjadi daya tarik itu sendiri yaitu bahasa Indonesia. Dewasa ini, banyak

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lain atau bahasa kedua yang dikenal sebagai pengetahuan yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan pendapat, gagasan, atau ide yang sedang mereka. muka bumi ini harus diawali dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik itu berasal dari aspek bahasa yaitu bahasa Indonesia. Banyak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. keterampilan hidup (life skills) yang harus dikuasai. Bahasa sebagai alat untuk dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. hanya bisa dilakukan dalam ruang dan waktu yang terbatas kini dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk kepentingan komunikasi dengan dunia internasional dengan baik,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) merupakan program

Iin Pratiwi Ningsih Manurung Drs. Azhar Umar, M.Pd. ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN SINTAKSIS PADA PIDATO SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TIGANDERKET TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Riqoh Fariqoh, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengajaran bahasa asing merupakan salah satu ilmu yang popular

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Orang banyak menyangka bahwa penguasaan tiap bahasa pertama seakanakan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dititikberatkan pada kajian kemampuan berbahasa. upaya peningkatan kemampuan menulis kalimat bagi siswa asing dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit menuangkan pikiran secara teratur dan baik). Selain itu siswa juga

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN EJAAN DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA SWASTA TAMAN SISWA BINJAI TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Shindy Grafina Callista, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu berinteraksi dengan yang lainnya. Begitu pula

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem pendidikan nasional sering dijumpai istilah pendidikan, pengajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 HUBUNGAN ANTARA DAYA KONSENTRASI DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG UPI

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis turutan..., Bima Anggreni, FIB UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meida Taftiawati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. bahkan perasaan dari seseorang kepada orang lain. Dengan bahasa pula dapat

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM TUTURAN PERANGKAT DESA PECUK KECAMATAN MIJEN KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu, rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

PENGGUNAAN KARTU KATA PADA PEMBELAJARAN KOSAKATA BERAFIKS DALAM KETERAMPILAN MENULIS BIPA TINGKAT DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan-kebijakan tersebut. Di awal kemerdekaan republik ini, dunia pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB I PENDAHULUAN. itu, kemudian menjadi media dan mengembang pikiran manusia. Ernest Cassiner

METODE KONTEMPORER. v RESPON FISIK TOTAL v PENGAJARAN BAHASA KOMUNIKATIF v PENDEKATAN ALAMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I, peneliti memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian, uraian masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendra Setiawan, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dalam berkomunikasi menjadi sangat penting. Hal ini ditunjukkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa merupakan periode seorang individu memperoleh

BAB 4 PENUTUP. saran-saran. Berikut ini diuraikan secara berturut-turut (1) simpulan dan (2) saran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMBELAJARAN SINTAKSIS BAGI PEMBELAJAR ASING YANG BERBAHASA PERTAMA BAHASA INGGRIS

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROUND TABLE DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS PADA PENULISAN TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada dua faktor utama yang menyebabkan terjadinya kesulitan-kesulitan pada pembelajar BIPA. Faktor pertama adalah ciri khas bahasa sasaran. Walaupun bahasabahasa di dunia ini mempunyai ciri universal, yang akan memermudah seseorang dalam belajar bahasa lain, tetapi juga terdapat ciri khas (khusus) pada setiap bahasa yang akan menyulitkan pembelajar bahasa dalam belajar bahasa lain. Ciri khas pada B1 yang dikuasai oleh pembelajar bahasa akan memengaruhi dan menyebabkan kesulitan bagi seorang pembelajar bahasa ketika ia belajar bahasa asing (B2) dengan ciri khas yang berbeda dari bahasa ibu (B1)-nya. Hal yang akan muncul adalah adanya transfer negatif dari B1 ke B2 pembelajar bahasa. Sebagai contoh, bahasa Indonesia memiliki ciri khas pada unsur kosakatanya. Faktor kedua adalah individu pembelajar bahasa. Perbedaan individual pembelajar bahasa mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan belajar B2 pembelajar bahasa. Perbedaan yang dimaksud adalah faktor (1) keyakinan individu dalam belajar bahasa, (2) keadaan afektif individu pembelajar bahasa dalam belajar bahasa, dan (3) faktor-faktor umum pembelajar bahasa, antara lain usia, bakat bahasa, gaya belajar, kepribadian pembelajar bahasa, dan motivasi (Ellis,1995: 472). Kesulitan seseorang dalam belajar B2, baik itu disebabkan oleh faktor ciri khas bahasa pada B2 sebagai bahasa sasaran maupun oleh faktor individu pembelajar bahasa, menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan dalam B2 yang dilakukan oleh pembelajar bahasa.taylor (1986, dalam Ellis, 1995: 58) membedakan kesalahan itu menjadi dua macam, yaitu error dan mistake. Error adalah kesalahan yang terjadi karena penyimpangan berbahasa yang diakibatkan oleh kurangnya kompetensi bahasa pembelajar bahasa. Penyimpangan-penyimpangan itu bersifat konsisten dan sistematis. Berdasarkan sifat kesalahan itulah, dapat diketahui tingkat kemampuan 1

2 B2 seorang pembelajar bahasa. Mistake adalah kesalahan yang terjadi karena penyimpangan yang disebabkan oleh faktor produksi, bukan faktor kompetensi. Pembelajar asing dalam belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing sering mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh pembelajar asing tersebut banyak terjadi pada tataran pemahaman. Kesulitan pada tataran pemahaman, misalnya kesulitan dalam memahami bunyi-bunyi dan urutan kata dalam kalimat bahasa Indonesia. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh pembelajar asing tersebut menyebabkan terjadinya bentuk-bentuk yang salah dalam bahasa Indonesia mereka. Bentuk-bentuk kesalahan bahasa Indonesia oleh pembelajar asing mencerminkan tahapan perkembangan proses pemerolehan bahasa Indonesia mereka. Bentuk-bentuk kesalahan juga menggambarkan urutan proses perkembangan pemerolehan bahasa Indonesia mereka. Artinya, bentuk-bentuk kesalahan bahasa Indonesia pembelajar asing mencerminkan level penguasaan bahasa Indonesia mereka. Pembelajar pada tingkat pemula akan melakukan kesalahan bahasa Indonesia yang berbeda dengan bentuk-bentuk kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar pada tingkat menengah dan tingkat lanjut. Bentuk-bentuk kesalahan bahasa Indonesia yang dilakukan oleh pembelajar asing dalam belajar bahasa Indonesia merupakan peristiwa alamiah. Tidak ada satu pembelajar asing pun yang tidak melalui proses dan peristiwa tersebut. Ungkapan bahwa kita perlu belajar dari kesalahan dan semakin banyak melakukan kesalahan semakin banyak kita belajar cocok untuk menggambarkan proses perkembangan pemerolehan bahasa Indonesia pada pembelajar asing dalam belajar bahasa Indonesia. Bentuk-bentuk kesalahan bahasa Indonesia yang dilakukan oleh pembelajar asing dalam belajar bahasa Indonesia sangat penting untuk dicermati, dicatat, dan dianalisis. Kesalahan-kesalahan berbahasa yang terjadi pada pembelajar asing dapat dipahami karena pada tataran ini pembelajar akan dihadapkan pada struktur kalimat yang baru, artinya mereka harus menyesuaikan dengan struktur kalimat bahasa Indonesia. Semakin banyak perbedaan struktur kalimat bahasa

3 pembelajar dengan bahasa yang akan dipelajari, maka akan semakin banyak kesulitan yang akan dihadapi pembelajar tersebut. Misalnya kaidah struktur kalimat bahasa Indonesia ialah struktur kalimat berpola DM (diterangkan, menerangkan), sedangkan dalam bahasa asing seperti bahasa Inggris lazimnya berpola MD (menerangkan, diterangkan). Terkait dengan persoalan tersebut maka hasil catatan dan analisis kesalahan dalam kalimat bahasa Indonesia oleh pembelajar asing harus ditindaklanjuti dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia mereka. Dalam proses pembelajaran yang baik harus dimunculkan ketika menyiapkan bahan-bahan ajar. Dalam hal ini perlu diperhatikan bagaimana pengajar menentukan dan membuat model-model pembelajaran. Dalam konteks ini model pembelajaran mendapat tempat yang signifikan dalam keberhasilan pembelajaran. Perlu diperhatikan bahwa tujuan pembuatan model pembelajaran diarahkan untuk: pertama memberikan wahana bagi pembelajar untuk mempraktikan kaidah-kaidah bahasa yang didapatnya di kelas. Dengan cara ini, pembelajar akan menyadari sejauh mana pencapaian pembelajarannya, kedua memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk berani berkomunikasi dalam suasana yang alami, ketiga memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk meningkatkan kelancaran berbahasanya, keempat memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk mendapat informasi yang faktual sesuai dengan kebutuhan belajar. Terkait dengan maksud dan tujuan pembelajaran BIPA serta kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh setiap pembelajar bahasa, pembelajaran BIPA masih banyak terkendala, di antaranya belum adanya kurikulum standar dan belum variatifnya model pembelajaran. Secara faktual, berbicara mengenai kurikulum pembelajaran BIPA, sampai dengan saat ini belum ada kurikulum BIPA yang dijadikan kurikulum standar. Selain kurikulum, hingga saat ini pula model pembelajaran untuk BIPA masih belum banyak yang ditawarkan kepada penggunanya itu sendiri. Model pembelajaran hanya digunakan oleh kalangan tertentu saja yang menyelenggarakan BIPA.

4 Berdasarkan temuan survei beberapa praktisi pengajar BIPA, baik di dalam maupun di luar negeri menemukan berbagai permasalahan yang dimiliki oleh pengajar asing dalam pembelajaran bahasa Indonesia, seperti pada penutur Jepang mengalami kesulitan dengan imbuhan, khususnya kata yang menggunakan awalan, sisipan, dan akhiran seperti ; ber-, meng-, men-, me-kan, mem-, per-kan, mem-per-i, dan lain sebagainya. Selain itu, pembelajar pemula mengalami kesulitan dalam mencari kosakata sulit dalam kamus. Selain pada tingkat dasar, begitu pula pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Setya Try Nugraha (2000:7) berkenaan dengan kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia para pembelajar BIPA di tingkat menengah di Indonesian Language and Culture Intensive Course (ILCIC), penelitian dalam kurun waktu 1999-2000 didapatkan hasil diantaranya adalah ketidakefektifan kalimat sebanyak 422 kesalahan, kesalahan pemilihan kata sebanyak 228, kesalahan penggunaan afiks sebanyak 203 kesalahan, tidak lengkapnya fungsi-fungsi kalimat sebanyak 113, kesalahan pemakaian preposisi sebanyak 52, pembalikan urutan kata sebanyak 74 kesalahan, penggunaan konstruksi pasif sebanyak 37, kesalahan pemakaian konjungsi sebanyak 25, ketidaktepatan pemakaian kata yang ada 17 kesalahan, dan kesalahan dalam pembentukan jamak sebanyak 9 kesalahan. Jadi, kesalahan mencolok terjadi pada pembuatan kalimat yang efektif disusul kesalahan pemilihan kata, pemakaian afiks, dan tidak lengkapnya fungsi-fungsi dalam kalimat. Penelitian yang relevan dilakukan oleh Novianti (2010) Kesalahan-Kesalahan Berbahasa Indonesia pada Karangan Pembelajar BIPA di Balai Bahasa UPI. Penelitian tersebut dilatarbelakangi kebutuhan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi semakin meningkat. Dalam mempelajari bahasa Indonesia, pembelajar asing mengalami kesalahan berbahasa dikarenakan adanya perbedaan sistem bahasa ibu pembelajar dengan bahasa Indonesia. Hasil penelitian tersebut, yaitu kesalahan fonologis ditemukan sebanyak 95 buah, kesalahan morfologis sebanyak 37 buah, dan kesalahan sintaksis sebanyak 48 buah.

5 Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Endah Fajarwati (2012) Pemanfaatan Media Kartu Kata dalam Upaya Mengurangi Kesalahan Sintaksis pada Pembelajar BIPA Tingkat Dasar. Penelitian tersebut dilatarbelakangi banyaknya persoalan sintaksis yang cenderung sulit dipahami oleh pembelajar asing. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa kemampuan siswa yang telah diberikan perlakuan dengan media kartu kata secara keseluruhan dikategorikan cukup baik. hal ini berdasarkan hasil perhitungan tingkat kefasihan prates dan pascates yang mengalami peningkatan. Kendala-kendala yang muncul dalam pembelajaran BIPA, baik kendala yang muncul dari pengajar, pembelajar maupun objek yang diajarkan, menjadi sebuah permasalahan yang memerlukan obat penawar yang setidaknya dapat menjadi alternatif penyembuhan. Oleh karena itu, penggunaan pendekatan pembelajaran yang tepat sangat diperlukan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Dengan demikian, peneliti meyakini bahwa, penggunaan strategi yang tepat akan sangat membantu pembelajaran BIPA meraih keberhasilan dalam proses pembelajarannya, salah satunya adalah model pembelajaran kalimat efektif dengan teknik klos terbimbing. Berdasarkan uraian di atas, dengan alasan bahwa: pertama belum banyaknya model pembelajaran kalimat efektif yang sesuai untuk pembelajar BIPA, kedua masih ada pengajar yang kesulitan dalam memberikan pembelajaran kalimat efektif untuk pembelajar BIPA, ketiga model pembelajaran kalimat efektif dengan teknik klos terbimbing diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis kalimat efektif untuk pembelajar BIPA tingkat menengah, peneliti bermaksud akan meneliti Model Pembelajaran Kalimat Efektif dengan Teknik Klos Terbimbing pada Pembelajar BIPA.

6 1.2 Identifikasi Masalah Masalah-masalah yang dapat diidentifikasi dari latar belakang penelitian tersebut adalah sebagai berikut. 1) Masih minimnya bahan pembelajaran kalimat efektif untuk pembelajar BIPA tingkat menengah, 2) Pembelajar BIPA tingkat menengah masih kesulitan menguasai kalimat efektif bahasa Indonesia, 3) Tidak banyaknya pengajar yang memanfaatkan model pembelajaran dengan menggunakan teknik klos terbimbing untuk meningkatkan kemampuan menulis kalimat efektif bagi pembelajar BIPA tingkat menengah. 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah diuraikan di atas, peneliti membatasi penelitian pada: 1) teknik pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik klos terbimbing; 2) meningkatkan kemampuan menulis kalimat efektif pada pembelajar BIPA tingkat menengah; 3) penelitian ini menggunakan 3 subjek penelitian yang berasal dari Korea. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagaimana kemampuan menulis kalimat efektif subjek penelitian sebelum diberikannya intervensi dalam tahap baseline-a 1?

7 2) Bagamana kemampuan menulis kalimat efektif subjek penelitian ketika diberi intervensi dengan menggunakan teknik klos terbimbing? 3) Bagaimana kemampuan menulis kalimat efektif subjek penelitian setelah diberi intervensi dalam tahap baseline-a 2? 4) Bagaimana perbandingan kemampuan menulis kalimat efektif subjek penelitian antara tahap baseline-a 1,intervensi dan baseline-a 2? 5) Bagaimana kendala-kendala yang dialami pembelajar BIPA? 1.5 Tujuan Penelitian Berkenaan dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan, mendeskripsikan: 1) kemampuan menulis kalimat efektif subjek penelitian sebelum diberikannya intervensi dalam tahap baseline-a 1 ; 2) kemampuan menulis kalimat efektif subjek penelitian ketika diberi intervensi dengan menggunakan teknik klos terbimbing; 3) kemampuan menulis kalimat efektif subjek penelitian setelah diberi intervensi dalam tahap baseline-a 2 ; 4) perbandingan kemampuan menulis kalimat efektif subjek penelitian antara tahap baseline-a 1,intervensi dan baseline-a 2 ; 5) kendala-kendala yang dialami pembelajar BIPA. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1) Bagi pengajar BIPA a) model pembelajaran dengan menggunakan teknik klos terbimbing merupakan alternatif model pembelajaran kalimat efektif;

8 b) dapat menembah referensi bagi pengajar BIPA dalam pembelajar tata kalimat. 2) Bagi pembelajar BIPA a) penerapan model pembelajaran kalimat efektif dengan teknik klos terbimbing dapat mengembangkan potensi, kemampuan membaca teks; b) siswa memperoleh pengalaman belajar yang baru, sehingga diharapkan adanya peningkatan dalam kemampuan menyusun kalimat efektif. 3) Bagi para peneliti a) penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman yang berarti bagi peneliti sebagai calon pendidik; b) penerapan model pembelajaran kalimat efektif dengan teknik klos terbimbing dapat dilakukan pada populasi yang lebih banyak dan lebih luas.