PEMBELAJARAN SILANG BUDAYA (INTERKULTURELL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERPRETASI SASTRA JERMAN

dokumen-dokumen yang mirip
Pemanfaatan Cross Cultural Understanding (Pemahaman Lintas Budaya) dalam Bahan Ajar Nusus Adabiyyah (Analisis Teks Sastra)

PEMANFAATAN CROSS CULTURAL UNDERSTANDING (PEMAHAMAN LINTAS BUDAYA) DALAM BAHAN AJAR NUSUS ADABIYYAH (ANALISIS TEKS SASTRA)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAKEM SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM) DALAM MENYIMAK PUISI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI SASTRA

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi. Setelah dilakukannya

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1 10 DENGAN MENGGUNAKAN KARTU ANGKA. Endah Retnowati

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. memahami teks Bahasa Sumber (BSu), melainkan juga kemampuan untuk menulis

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PQ4R PADA PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XII SMAN 1 SEDAYU BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. 2008:73). Pada jaman dahulu dongeng disampaikan secara lisan sebelum

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN

oleh Cindhy Dwi Meidany

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pengajaran sastra yang tercantum dalam kurikulum pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. matematis sehingga dapat dimengerti secara pasti oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat menciptakan perubahan perilaku anak baik cara berfikir maupun

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilaksanakan di dalam kelas

PERANAN STRATEGI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING. Lersianna Saragih*)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Jerman melalui Media Gambar Siswa Kelas XI IPA 6 SMA Negeri 1 Makassar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai

(PTK Siswa Kelas VII Semester II di SMP N 2 Banyudono Boyolali)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN PHOTO STORY PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alfa Mitri Suhara, 2013

PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meletakkan kemampuan dasar dalam aspek intelektual, sosial dan personal

Alamson Silalahi Guru SMP Negeri 4 Medan Surel :

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PERSPECTIVE ACTIONNELLE UNTUK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA MENGEMUKAKAN PENDAPAT PADA PEMBELAJARAN PKn MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SIRENJA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh :

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONSTRUKTIVISME DI KELAS V

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI TEKNIK DEBAT PADA SISWA KELAS XI SMA IBU KARTINI SEMARANG TAHUN AJARAN 2010/2011 1

KEMAMPUAN MAHASISWA JURUSAN SASTRA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG ANGKATAN 2009/2010 OFFERING AA DALAM ANALISIS KALIMAT BAHASA JERMAN BERDASARKAN

Oleh Era Oktarina Sianturi Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. menulis, yaitu menulis teks laporan hasil observasi, menulis teks prosedur

BAB I PENDAHULUAN. hidup negara dan bangsa. Pendidikan merupakan suatu cara membentuk

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI ISI TEKS BAHASA JERMAN. Widya Astuti, Lucky Herliawan Y.A., Pepen Permana ABSTRAK

LAPORAN EVALUASI PROSES BELAJAR MENGAJAR (PBM) FAKULTAS SASTRA SEMESTER II 2000/2001

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF SISWA KELAS VIII MELALUI MODEL PENILAIAN PORTOFOLIO DI SMP NEGERI 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Empiris Perkuliahan Strategi Pembelajaran Selama ini

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas IV SDN 05 Bunobogu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses

penelitian hingga penulisan skripsi ini.

Surya Masniari Hutagalung Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK

Oleh Elisda Betharia Marpaung Atika WAsilah, S.Pd., M.Pd. ABSTRAK

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOLABORASI PADA SISWA KELAS X SEMESTER II SMA N 9 PURWOREJO

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PENGEMBANGAN BUKU TEKS MENULIS PUISI KEINDAHAN ALAM SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT(TEAMS GAMES TOURNAMENT) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara dan menulis. Tek (tulisan) berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membaca sangat berperan penting untuk mencapai kesuksesan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI INKUIRI SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 BALONG TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya cara untuk memecahkan

Isnanti Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata kunci: puisi, teknik peta pasang kata, mengembangkan ide

Omega: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika 2 (1), (2016)

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki sebuah proyek dari sudut pandang yang tidak biasa.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI

Transkripsi:

PEMBELAJARAN SILANG BUDAYA (INTERKULTURELL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERPRETASI SASTRA JERMAN Siti Kudriyah Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan Kata Kunci : ABSTRAK Bei dieser Forschung möchte man sehen, wie die Anwendung der interkul turellen Moderation die Fähigkeit der Studenten bei der Interpretation einer deutschen lirarischen Werke beeinflusst. Diese gilt als eine Forschung schung Klassenaktionforschung und wurde acht Monate (vom April bis November 2007 in der Deutschabteilung der FBS UNIMED durchgeführt, als die Studenten vom 6. Semester am Seminar Interpretation moderner literarischen Werke teilnahmen. Die Zahl der Probanden betrug 26 Studenten. Die Daten wurden vom Test einer literarischen Interpretation und die Umfrage interkulturelle Moderation. Das Ergebnis der Untersuchung zeigte, dass interkulturelle Unterrichtsverfahren die Fähigkeit der Studenten bei der Interpretation einer deutschen lirarischen Werke verbessern kann. PENDAHULUAN Tradisi pengajaran sastra selama ini kurang mengakrabkan mahasiswa terhadap karya sastra. Materi yang diajarkan bukannya nilai-nilai luhur karya sastra melainkan lebih terfokus pada penyuguhan sejarah sastra, biografi penyair dan fakta konkret yang melebihi takaran kognitif mahasiswa (Asri, 1992: 28). Mahasiswa tidak biasa mengemukakan interpretasi menurut sudut pandangnya, melainkan sudah terbiasa menunggu pemecahan masalah atau interpretasi dari pihak pengajar. Konsep pengajaran sastra belum sepenuhnya dikuasai pengajar. Dengan kata lain pengajar belum memiliki dasar keilmuan yang relevan dengan bidang yang ia geluti secara lengkap. Pengajaran diberikannya tidak didasarkan pada ilmu sastra (Asri, 1992;33). Hal ini terlihat pada tradisi pengajaran selama ini, dimana pengajar memandang sastra hanya sebagai dokumentasi sejarah yang harus didokumentasikan, diperiodesasikan dan dilacak tahap-tahap perkembangannya mulai dari saat pertumbuhan sampai dengan perkembangan mutakhir. Selain itu, pengajar juga memandang sastra hanya sebagai cermin dinamika kehidupan sosial. Karya sastra dipandangnya hanya sebagai imitasi, alat perekam sosial, politik dan suara hati nurani masyarakat. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar-mengajar pengajar senantiasa berusaha menunjukkan amanat dan petuah-petuah yang ada dalam karya sastra. Akibatnya selama proses belajar-mengajar berlangsung mahasiswa hanya menjadi manusia pendengar pasif. Aktivitas dan Kendala-kendala yang ada perlu segera ditanggulangi melalui inisiatif dan kreativitas pengajar itu sendiri, karena hal ini sangat terkait dengan peran pengajar yang tidak hanya sebagai perencana, pengelola pengajaran dan pengambil keputusan, melainkan juga sebagai motivator dan fasilitator. Oleh karena itu, dalam pengajaran

sastra Jerman khususnya puisi Jerman perlu disusun satu pola penstrukturan kegiatan belajar-mengajar yang berorientasi pada aktivitas dan pengembangan penalaran mahasiswa melalui pemahaman lintas budaya (interkulturell) guna menanamkan sikap evaluatif dan toleran terhadap nilai-nilai budaya asing, tanpa mengabaikan budaya sendiri. Oleh karena itu, fokus kajian dalam penelitian ini diarahkan pada penerapan model pengajaran sastra Jerman melalui metode lintas budaya (interkulturell). Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di depan, masalah penelitian ini adalah Apakah pengajaran sastra Jerman melalui metode pemahaman lintas budaya (interkulturell) dapat meningkatkan hasil interpretasi sastra Jerman mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman Semester VI? Selanjutnya melalui penelitian ini akan dideskripsikan bagaimana pembelajaran metode melalui metode lintas budaya (interkulturell) dapat meningkatkan kemampuan interpretasi sastra Jerman mahasiswa semester VI tahun ajaran 2007/2008 Program Studi Bahasa Jerman FBS UNIMED? a. Pngajaran interpretasi sastra melalui Pendekatan lintas budaya (interkulturell) Pendekatan pengajaran interpretasi sastra yang berorientasi pada pendekatan melalui metode lintas budaya (interkulturell) membina aktivitas mahasiswa. Kreft berpendapat, bahwa yang penting untuk memulai pengajaran sastra adalah memotivasi dan menumbuhkan minat mahasiswa untuk senang belajar sastra. Untuk mengarahkan dan mengembangkan konsep kepada kemungkinan interpretasi karya sastra yang akan disajikan, dikembangkan interpretasi sementara mahasiswa. Pada saat yang bersamaan pengajar memperkenalkan situasi yang berkaitan dengan teks yang akan disajikan. Pada tahap kedua dituntut lebih banyak aktivitas mahasiswa. Tahap ini merupakan fase pengobyektifan (Objektivierung) dimana mahasiswa mengidentifikasi teks sesuai dengan informasi yang ada dalam teks, baru setelah itu menganalisis teks dan mendiskusikan kemungkinan interpretasinya. Pada saat ini mahasiswa saling mengoreksi interpretasi masing-masing. Tahap ketiga merupakan tahap kembali kepada interpretasi subyektif. Interpretasi awal/sementara dikoreksi setelah mendapat input dari interpretasi-interpretasi selama tahap dua. Tahap keempat merupakan tahap aplikasi yang di dalamnya mahasiswa menghubung-hubungkan karya sastra tersebut dengan teori yang melatar- belakanginya, seperti telaah sosial (masyarakat), pemahaman sejarah, posisi karya sastra dalam sejarah dan teori sastra. Kemudian menerapkannya dalam bentuk perbandingan dan pertentangan dalam interaksi sosial. Dari aktivitas ini diharapkan mahasiswa memperoleh wawasan baru. Tahap pendahuluan merupakan tahap asosiasi atau tahap orientasi untuk membawa mahasiswa kepada pemahaman situasi teks yang akan diajarkan. Pada tahap ini pengajar merangsang pengetahuan awal mahasiswa dan bila perlu menjelaskan katakata penting sehingga mahasiswa diharapkan dapat mengantisipasi kemungkinan teks yang akan disajikan. Selanjutnya pada tahap kedua disajikan teks, setelah teks dibagikan kepada mahasiswa, kemudian pengajar membagi mahasiswa ke dalam kelompok kecil dan memberikan petunjuk hal-hal yang berkenaan dengan analisis isi, analisis masalah dan analisis gaya bahasa/linguistik dari teks tersebut. Kegiatan berikut setelah kerja kelompok, pengajar sebagai fasilitator mendiskusikan keseluruhan teks (Textganzes) bersama-sama mahasiswa.

Tahap berikutnya merupakan tahap lanjutan yang disebut sebagai Weiterfuhrung. Dalam tahap ini mahasiswa dituntut untuk belajar memproduksi teks secara kreatif, dan kalau mungkin mengubahnya ke dalam bentuk tindakan, permainan dan sebagainya. hal ini sangat penting untuk bahan masukan bagi pengajar guna memperoleh gambaran umum mengenai kemampuan yang dicapai mahasiswa, tetapi amat penting juga bagi mahasiswa untuk melatih kreativitas, interpretasi serta imajinasinya tentang teks sastra yang dianalisisnya tersebut. Berdasarkan gambaran dari model-model penstrukturan pengajaran sastra yang dikemukakan oleh para pakar tersebut dapat diperoleh beberapa prinsip didaktikmetodik sebagai berikut: (1) Tujuan belajar adalah pertama kompetensi estetik, kedua kompetensi budaya, dan ketiga kompetensi linguistik; (2) merangsang pemahaman personal mahasiswa dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang komunikatif; (3) interpretasi mahasiswa dapat menumbuhkan kepekaan dan motivasi mereka untuk menggali makna implisit; (4) melalui interpretasi personal yang dilakukan secara sadar dan kontemplatif, mahasiswa dapat menemukan bangun struktur puisi dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya; (5) diskusi hasil interpretasi personal antar mahasiswa memung-kinkan mahasiswa untuk mengembangkan wawasannya; dan (6) evaluasi terhadap hasil interpretasi puisi yang dibuat mahasiswa tidak hanya dilakukan berdasarkan interpretasi pengajar, melainkan juga mempertimbangkan pemahaman dan persepsi mahasiswa. b. Interpretasi sastra Dikatakan Busse (2000: 17), bahwa interpretasi sastra adalah bagaimana orang menganalisis puisi, mengungkapkan pemahamannya tentang sebuah karya sastra, merancang dan menyusun sendiri interpretasinya. Domin (2000:19) menjelaskan interpretasi karya sastra sama halnya dengan interpretasi gambar, yakni hasil interpretasi didasarkan pada data base seperti detail-detail dan komposisi yang ada dalam karya sastra yang diperoleh selama pencermatan, atau dikatakannya sebagai Ganz wie des Betrachter eines Bildes zunächst einmal sehen lernen mub, was da ist. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa interpretasi sastra merupakan cara/teknik mengungkap ide/pesan yang terkandung dalam karya sastra melalui telaah aspek-aspeknya. Pemahaman kaitannya dengan lintas budaya adalah proses belajar budaya asing dari bentuk kehidupan kelompok (budaya) asing yang sumber informasinya dari dalam atau pemilik budaya tersebut (www.interculturaleinfuehrung/fischer). Memahami budaya asing melalui pemahaman lintas budaya bukan berarti untuk membiasakan diri hidup dengan budaya itu, melainkan untuk lebih mengenal dan memahami budaya sendiri (Hexelschneider, 2002:20). Dengan lain perkatan, Quasthoff (2003: 88) menyatakan, bahwa dengan pemahaman lintas budaya mahasiswa mampu menunjukkan budaya asing dan budayanya sendiri, sehingga pada dirinya tertanam sikap evaluatif dan toleran terhadap budaya asing. Dalam proses lintas budaya ini, budaya sendiri berfungsi sebagai acuan cara pandang (Werner dalam www.intercultural-network/werner). Dengan demikian seeseorang dapat memiliki sudut pandang budaya ketiga (a third culture perspective), yang sekaligus dapat berperan sebagai jembatan psikologis antara budaya sendiri dan budaya asing yaitu : (1) memiliki kepekaan budaya; (2) tidak sok meng-hakimi; toleran akan ketidakpastian dan anomali; (4) memahami persepsi orang lain ; dan (5) memperlihatkan empati dan hormat (Gudykunst dan Kim dalam Alwasilah, 2004: 14). Dari pandangan-pandangan di atas diperoleh gambaran, bahwa pemahaman lintas budaya adalah cara pandang

mahasiswa yang evaluatif dan toleran terhadap budaya asing atau pemahaman mahasiswa tentang budaya asing yang berlandaskan pemahaman budayanya sendiri. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan metode pemahaman lintas budaya dalam penelitian ini adalah cara/teknik untuk membantu dan memudahkan mahasiswa dalam interpretasi puisi Jerman pada proses pengajaran sastra guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. METODE PENELITIAN Tujuan penelitian adalah untuk melihat bagaimana penerapan pengajaran lintas budaya (interkulturell) dalam meningkatkan kemampuan interpretasi sastra mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode action research. Penelitian dilaksanakan di Program Studi Pendidikan bahasa Jerman FBS UNIMED. Waktu penelitian berlangsung selama 8 bulan (April sampai dengan Agustus 2007) pada saat mahasiswa mengambil mata kuliah Interpretation moderner literarischen Werke. Subjek penelitian adalah mahasiswa semester VI sebanyak 26 orang. Penilaian interpretasi berdasarkan aspek ketepatan makna dan ketepatan bahasa (Bolton, 1991). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui kemampuan awal interpretasi mahasiswa sebelum memperoleh pengajaran dengan pendekatan lintas budaya diadakan pre test, hasilnya sebagai berikut: Tabel 1 Skor Kemampuan Awal Interpretasi Sastra Mahasiswa Nilai Kategori Frekuensi Presentase 85-100 Sangat baik 0 0 Baik 2 7,69 75-84 Cukup 8 30,77 65-75 Kurang 11 42,31 55-64 Sangat kurang 5 19,23 0-54 Jumlah 26 100% Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebaran kemampuan awal interpretasi sastra bahasa Jerman sebagian besar pada kategori kurang, yaitu sebesar 42,31% atau 11 dari 26 mahasiswa. Setelah mahasiswa memperoleh pengajaran sastra dengen pendekatan lintas budaya selama siklus I, diadakan tes lagi untuk mengetahui ada tidaknya kemampuan interpretasi mahasiswa. Hasil tes adalah pada tabel berikut: Tabel 2 Nilai Interpretasi Sastra Setelah Tindakan Siklus I Nilai Kategori Frekuensi Presentase 85-100 Sangat baik 3 11,54

75-84 65-75 55-64 0-54 Baik 10 38,46 Cukup 11 42,31 Kurang 2 7,69 Sangat kurang 0 0 Jumlah 26 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki kemampuan cukup, 11 dari 26 orang/ 42,31%. Sangat baik sebanyak 3 orang/ 11,54% baik sebanyak 10 orang/ 38,46% kurang masih ada 2 orang/ 7,69% dan sudah tidak ada mahasiswa yang mempunyai kemampuan sangat kurang. Rata-rata kemampuan interpretasi adalah 73,62/ cukup. Dapat disimpulkan bahwa setelah memperoleh tindakan pada siklus I kemampuan interpetasi mahasiswa meningkat. Berdasarkan observasi terhadap interaksi PBM dan wawancara serta diungkap kendala atau kekurangan yang terjadi pada pembelajaran sastra dengan pendekatan silang nudaya (interkulturell). Selanjutnya berdasarkan kendala/ kelemahan tersebut, dirancang berbagai perbaikan pengajaran yang dilaksanakan pada siklus II. Pada akhir Siklus II, diadakan tes kembali, dengan hasil seperti berikut: Tabel 3 Skor Hasil Tes Kemajuan Kemampuan Interpretasi sastra mahasiswa Pada Akhir Siklus II Nilai Kategori Frekuensi Presentase 85-100 Sangat baik 6 23,08 Baik 15 57,69 75-84 Cukup 5 19,23 65-75 Kurang 0 0 55-64 Sangat kurang 0 0 0-54 Jumlah 26 100% Dari data di atas dapat dilihat kemampuan interpretasi sastra mahasiswa yang dominan meningkat pada level baik/ 57,69%. Ada 6/ 23,08% orang yang mencapai level sangat baik dan level cukup ada 5 orang/19,23%. Pada tes akhir tidak terdapat lagi mahasiswa yang mencapai kemampuan sangat kurang. Rata-rata skor kemampuan interpretasi sastra sebesar adalah 79,85. Jika dibandingkan dengan kemampuan pada akhir siklus I dapat disimpulkan bahwa mahasiswa telah memperoleh peningkatan kemampuan interpretasi signifikan. Peningkatan kemampuan interpretasi sastra dapat dilihat dari rata-rat hasil tes awal, tes setelah tindakan pada siklus I dan pada tes akhir setelah tindakan siklus II, seperti pada tabel berikut: Tabel 13 Tabel Skor rata-rata Kemampuan Interpretasi Sastra Mahasiswa Kemampuan Tes awal Pasa saat tindakan Setelah tindakan

menerjemahkan Rata - rata 61,69/ kurang 73,62/ cukup 79,85/ baik Berdasarkan tabel di atas terdapat peningkatan kemampuan interpretasi sastra yang relatif signifikan. Rata rata skor tes awal dan kemajuan kemampuan interpretasi sastra setelah diberi tindakan berada pada level kurang/ 61,69 (55-64). Setelah memperoleh tindakan pada siklus I rata-rata kemampuan interpretasi mahasiswa meningkat menjadi 73,62/ cukup (65-75). Rata-rata kemampuan imterpretasi sastra mahasiswa pada akhir siklus II adalah 79,85 dan berada pada level baik. Hasil tes menunjukkan bahwa pendekatan silang budaya (interkulturell) dapat meningkatkan kemampuan interpretasi sastra siswa. Hal ini dikarenakan mahasiswa diberilan kebebasan menginterpretasikan sebuah karya sastra dengan memberikan argumennya yang logis. Tidak ada interpretasi yang mutlak salah, namun harus dilandasi argumen yang sesuai. Dengan demikian mahasiswa tidak merasa takut mengungkapkan idenya. Mahasiswa merasa percaya diri dan termotivasi untuk menyampaikan pendapatnya tanpa ada rasa takut salah. SIMPULAN DAN SARAN a. Simpulan 1. Pendekatan silang budaya (interkulturell) perlu diterapkan dalam pengajaran terjemahan (Übersetzung). 2. Pendekatan silang budaya (interkulturell) berdampak positif kepada mahasiswa dalam mengungkapkan idenya dengan memberikan argumentasinya secara logis. b. Saran 1. Hasil interpretasi didiskusikan bersama, sehingga terdapat interaksi yang baik dalam proses KBM. 2. Latihan mengkaji berbagai karya sastra sebaiknya ditingkatkan. 3. Mahasiswa harus memacu diri untuk aktif dalam proses KBM. DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, A. Chaedar, (2004). Cross cultural understanding dalam kurikulum pendidikan bahasa Inggris: Suatu telaah sosiolinguistik edukational Makalah). Jakarta: IKIP Muhammadiyah. Asri Yasnur (1992). Komparasi kemampuan mengapresiasi puisi melalui pende-katan struktural dan pragmatik. Tesis. Bandung: PPS IKIP Bandung Busse, Günter (2000). Training Gedichtinterpretation. Stuttgart: Ernst Klett Verlag Domin, Hilde (2000). Doppel Interpretation. Frankfur am Main: Fischer Taschen-buch Verlag. Hexelschneider, Erhard (2002). Das Fremde das Eigene als Grundkomponenten von Interkulturslität, dalam Alois Wierlacher (Ed.) Jahrbuch Deutsch als Fremdsprache Band 44 München: Iudicium Verlag, hal. 127-136.

Quathoff Uta M. (2003). Ethnozentrische Verarbeitung von Informationen: zur Ambivalenz der Funktion von Stereotypen in der interkulturellen Kommunikation. Dalam Petra Matusche: Wie verstehen wir Fremdes? München: Iudicium Verlag, h. 110 121. Werner, H. (2006). Menschen und Kulturen. Tersedia pada http:// www.intercul-turalnetwork.de/werner. Diakses pada 24 Maret 2006. Sekilas tentang penulis : Dra. Siti Kudriyah, M.Pd. adalah dosen pada Jurusan Bahasa Asing Program Studi Bahasa Jerman dan sekarang menjabat sebagai Ketua Program Studi Bahasa Jerman FBS Unimed.