HAMA DAN PREDATORNYA PADA PERTANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis (L.) Savi Ex Has) DI PADANG, SUMATERA BARAT Oleh: My Syahrawati 1, Afriadis Mariko Putra 2, Munzir Busniah 1, Yaherwandi 1 ABSTRACT Pest and Its Predator on Long Bean Field (Vigna sinensis (L.) Savi Ex Has) in Padang, West Sumatera. The research was done on April-Desember 2009 at Kuranji and Koto Tangah Distric. The research used survey methods collecting insect directly and also using yellowtrap, light trap, fittfall trap, and insect net. Based on the research, was found 2 important species of pest insect, Myzus persicae and Aphis craccivora and 2 important predators, Lycosidae and Coccinellidae. Species richness of predatos was higher than pests. Percentage and Intensity of attacking of pest insect within low with species diversity was moderate (1,858). Keywords: Long bean, diversity, pest insect, predator PENDAHULUAN Di Kota Padang Propinsi Sumatera Barat, tanaman kacang panjang merupakan salah satu jenis tanaman penghasil sayuran yang paling banyak ditanam masyarakat petani. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan Kota Padang (2009), selama tahun 2007 Kota Padang telah memproduksi kacang panjang sebanyak 778 ton. Dari jumlah tersebut, 42,16% diantaranya diproduksi oleh Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto Tangah, masing-masing dengan luas areal tanam 41 ha dan 35 ha serta produksi rata-rata 4,37 ton/ha dan 4,26 ton/ha. Hasil tersebut sebenarnya dapat lebih ditingkatkan secara kualitas dan kuantitas, apabila gangguan OPT, seperti hama, dapat ditekan. Secara umum diketahui bahwa jenis serangga hama yang biasa menyerang tanaman kacang panjang adalah ulat bunga/ penggerek polong (Maruca testulalis), lalat kacang (Agromiza phaseoli), ulat tanah (Agrotis ipsilon), kutu daun (Myzus persicae), kutu hitam (Aphis craccivora) (Ashari, 1995; Irfan dan Sunarjono, 2003), kepik polong 1 Dosen pada Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang 2 Alumni Jurusan Hama dan penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang
2 (Riptortus linearis) (Irfan dan Sunarjono, 2003), kumbang penggerek biji (Callosobruchus maculatus L) (Ashari, 1995; Irfan dan Sunarjono, 2003; Prabowo, 2008), dan ulat grayak (Spodoptera litura F.) (Prabowo, 2008). Pengendalian biologis dengan memanfaatkan musuh alami merupakan alternatif pengendalian yang paling aman dan banyak direkomendasikan. Meskipun pengaruhnya baru dirasakan dalam jangka waktu yang lama, namun mampu menjaga keseimbangan ekosistem. Salah satu jenis musuh alami yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan hama tumbuhan adalah predator. Keberadaan predator pada suatu kawasan sangat terkait dengan keberadaan mangsanya. Hubungan antara predator dan mangsa sangat erat kaitannya dengan perubahan kerapatan populasi. Perubahan populasi satu spesies dapat mempengaruhi perubahan populasi spesies lain (Holling, 1961). Meningkatnya populasi predator akan memberikan tekanan bagi populasi serangga hama (Coppel dan Mertins, 1977). Berdasarkan penelusuran literatur yang dilakukan, belum pernah dilaporkan tentang serangga hama tanaman kacang panjang di Kota Padang. Oleh sebab itu, dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang serangga hama tanaman kacang panjang. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisir dan menganalisis keragaman serangga hama tanaman kacang panjang (Vigna sinensis (L.) Savi Ex Has) di Kota Padang. METODOLOGI Penelitian lapangan dilaksanakan di dua kecamatan di Kota Padang Propinsi Sumatera Barat yaitu Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto Tangah, sedangkan identifikasi serangga dilaksanakan di Laboratorium Bioekologi Serangga Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Unand Padang. Waktu yang dialokasikan untuk penelitian ini adalah selama 3 bulan yaitu dari bulan Januari sampai Maret 2010. Pengumpulan atau koleksi hama dan predator dilakukan satu kali seminggu selama masa generatif kacang panjang yang diawali dengan pembentukan bunga sampai panen. Pengambilan sampel dilaksanakan sebanyak 3 kali pengamatan. Pengumpulan
3 sampel dilakukan dengan cara langsung, menggunakan perangkap nampan kuning, cahaya, botol jebak, dan jaring serangga. Untuk mengetahui keanekaragaman hama dan predator serta pengelompokannya, seluruh serangga yang diperoleh di lapangan diidentifikasi dengan memperhatikan ciri-ciri morfologi dibawah mikroskop binokuler lalu dicocokkan dengan Kunci Determinasi Serangga (Lilies, 2003), Hymenoptera of The World: An Identification Guide to Families (Goulet dan Huber, 1993) dan Boror et al (1992). Hama dan predator yang ditemukan di lapangan dihitung dengan menjumlahkan seluruh individu yang berasal dari satu famili, dilanjutkan dengan mengelompokkan sesuai posisinya yaitu sebagai hama atau predator, kemudian dihitung indeks keragaman Shannnon-Wiener, kemerataan Simpson dan kekayaan spesies (Krebs, 1992). Pengamatan terhadap tingkat serangan hama pada tanaman kacang panjang dilakukan dengan menentukan persentase daun terserang dan intensitas serangan. Pengamatan dilakukan pada saat pengamatan terakhir dilakukan di lapangan. HASIL Keanekaragaman Hama Hama yang ditemukan pada pertanaman kacang panjang sebanyak 4.001 individu yang tersebar dalam 5 ordo dan 13 famili. Dari jumlah tersebut 71,38 % diantaranya dikoleksi dari Kecamatan Kuranji dan 28,62 % dikoleksi dari Kecamatan Koto Tangah. Hama yang paling banyak ditemukan berasal dari ordo Homoptera famili Aphididae yaitu Myzus persicae dan Aphis craccivora (Tabel 1). Persentase dan Intensitas Serangan Berdasarkan pengamatan lapangan ditemukan hama M. persicae dan A. craccivora dan kerusakan yang disebabkan pada tanaman kacang panjang. Serangan A.craccivora paling tinggi terjadi pada polong dan M.persicae paling tinggi terjadi pada daun. Serangan A.craccivora lebih tinggi di Kecamatan Kuranji dibandingkan dengan Kecamatan Koto Tangah masing-masing 22,94% dan 14,71%, namun intensitas serangan
4 Tabel 1. Keanekaragaman hama pada pertanaman kacang panjang Famili Kuranji Koto Tangah Jumlah Individu Jumlah Spesies Jumlah Individu Jumlah Spesies Coleoptera Bruchidae 28 3 12 3 Bostrichidae 16 1 16 2 Scarabidae 20 3 18 1 Chrysomelidae 11 1 12 1 Meloidae 3 1 0 0 Homoptera Aphidae 2652 2 1046 2 Cicadellidae 60 1 17 1 Diptera Calliphoridae 0 0 4 1 Drosophilidae 31 1 1 1 Tephritidae 3 1 3 1 Agromyzidae 12 1 6 1 Hemiptera Alydidae 10 1 1 1 Orthoptera Acrididae 10 4 9 4 Jumlah 2856 20 1145 19 di Kecamatan Koto Tangah lebih tinggi dibandingkan Kecamatan Kuranji yakni 7,60% dan 2,88%. Serangan M.persicae lebih tinggi di Kecamatan Kuranji dibandingkan dengan Kecamatan Koto Tangah yakni masing-masing 30,63% dan 21,91%, dengan intensitas serangannya yakni 10,05% dan 7,19%. Persentase dan intensitas serangan A.craccivora dan M.persicae tergolong rendah (Tabel 2 dan 3). Tabel 2. Persentase serangan hama pada tanaman kacang panjang No Lokasi Bagian Terserang A. craccivora (%) M. persicae (%) Daun 7,39 30,63 1 Kuranji Polong 22,94 8,75 Bunga 4,17 8,34 Daun 12,23 21,91 2 Koto Tangah Polong 14,71 8,86 Bunga 14,71 8,86
5 Tabel 3. Intensitas serangan hama pada tanaman kacang panjang No Lokasi Bagian Terserang A. craccivora (%) M. persicae (%) Daun 4,29 10,05 1 Kuranji Polong 2,88 0,79 Bunga 0,50 0,25 Daun 5,02 7,19 2 Koto Tangah Polong 7,60 3,19 Bunga 3,13 0,00 Keanekaragaman Predator Predator yang ditemukan pada pertanaman kacang panjang sebanyak 5.411 individu yang tersebar dalam 8 ordo dan 18 famili, dimana 53,90% diantaranya dikoleksi dari Kecamatan Kuranji dan 46,10% dikoleksi dari Kecamatan Koto Tangah (Tabel 3). Tabel 3. Keanekaragaman predator pada pertanaman kacang panjang Famili Kuranji (Jumlah) Koto Tangah (Jumlah) Individu Spesies Individu Spesies Coleoptera Carabidae 4 1 4 2 Cicindelidae 1 1 11 1 Cucujidae 6 1 0 0 Coccinellidae 47 2 61 2 Diptera Syrphidae 1 1 1 1 Araneida Oxyopidae 12 2 1 1 Lycosidae 65 7 38 5 Linyphiidae 36 2 12 3 Thomisidae 3 1 6 2 Tetragnathidae 5 1 0 0 Salticidae 3 1 5 2 Hemiptera Reduviidae 2 2 0 0 Orthoptera Gryllidae 26 3 2 1 Dermaptera Forficulidae 0 0 2 1 Odonata Aeshnidae 17 1 9 1 Coenagrionidae 12 1 16 1 Hymenoptera Formicidae 2669 3 2314 4 Specidae 8 3 12 5 Jumlah 2917 33 2494 32
6 Indeks Keanekaragaman, Kemerataan dan Kekayaan Spesies Indeks keanekaragaman, kemerataan dan kekayaan spesies di Kota Padang tergolong rendah. Keanekaragaman serangga predator lebih tinggi dibandingkan hama. Indeks keanekaragaman hama di Koto Tangah lebih tinggi dibandingkan di Kuranji, sedangkan indeks keanekaragaman predator lebih tinggi di Kuranji dibandingkan di Koto Tangah. Namun secara umum, indeks keanekaragaman di kedua lokasi tergolong rendah. Indeks kemerataan hama di Kuranji lebih rendah dibandingkan di Koto Tangah, sedangkan indeks kemerataan predator lebih tinggi di Kuranji dibandingkan di Koto Tangah. Kekayaan spesies hama dan predator di Kuranji lebih tinggi dibandingkan kekayaan spesies di Koto Tangah (Tabel 4). Tabel 4. Indeks Keanekaragaman, Kemerataan dan Kekayaan Spesies No Hama dan Variabel uji Kuranji Koto Tangah predator Indeks Keanekaragaman 0,587 0,691 1 Hama Indeks Kemerataan 0,137 0,165 Kekayaan Spesies 20 19 Indeks Keanekaragaman 1,321 1,136 2 Predator Indeks Kemerataan 0,460 0,372 Kekayaan Spesies 33 32 PEMBAHASAN Perbedaan sistem pertanian antara Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto Tangah mempengaruhi terhadap keanekaragaman hama dan predator di areal pertanaman kacang panjang. Dari data hasil penelitian diketahui bahwa keanekaragaman serangga tidak jauh berbeda di kedua lokasi. Indeks keanekaragaman serangga hama dan predator di Kuranji dan Koto Tangah tergolong rendah karena kecil dari 1,5, sedangkan indeks kemerataan rendah karena nilainya mendekati nol. Menurut Landis dan Orr (2004) dan Yaherwandi (2005), tinggi rendahnya jumlah individu, spesies, kemerataan spesies dan keanekaragaman pada suatu daerah dipengaruhi ekosistem
7 pertanian yang mengalami gangguan setiap musim tanam, karena aktifitas budidaya, pembajakan, penanaman, dan aplikasi pemupukan serta panen yang akhirnya menimbulkan kerusakan. Populasi serangga hama dan predator di Kecamatan Kuranji lebih tinggi dibandingkan di Kecamatan Koto Tangah dengan selisih perbedaan mendekati 22,68%. Perbedaan yang terjadi kemungkinan besar terjadi karena Kuranji menerapkan pola tanam polikultur, tanpa penyiangan gulma sedangkan Koto Tangah monokultur dan melakukan penyiangan gulma. Gulma diduga berpengaruh terhadap populasi inang alternatif bagi serangga hama dan predator untuk hidup dan berkembangbiak. Menurut Quicke (1997), nilai kompleksitas suatu daerah dikatakan tinggi jika daerah itu disusun oleh vegetasi yang beragam. Habitat yang beragam dalam pengertian memiliki jenis tanaman yang banyak pada suatu daerah menyediakan sumber daya yang mendukung kehidupan serangga. Tanaman yang beranekaragam pada suatu wilayah dapat mengurangi persaingan antar spesies sehingga keberhasilan hidup serangga disuatu wilayah lebih terjamin. Van Emden (1991) menyatakan peningkatan keragaman habitat pada suatu kawasan pertanian dapat meningkatkan keragaman hama dan musuh alaminya serta dapat mengurangi kerusakan tanaman oleh hama. Tumbuhan liar seperti gulma merupakan komponen agroekosistem yang penting, karena secara positif dapat mempengaruhi biologi dan dinamika musuh alami (Altieri dan Nicholls, 2004). Tumbuhan liar yang tumbuh di sekitar pertanaman tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung dan pengungsian musuh alami ketika kondisi lingkungan tidak sesuai (van Emden, 1991), tetapi juga menyediakan inang alternatif dan makanan tambahan seperti tepung sari dan nektar dari tumbuhan berbunga serta embun madu yang dihasilkan oleh ordo Homoptera (Altieri dan Nicholls, 2004). Hama yang paling banyak ditemukan adalah dari famili Aphididae, yaitu M. persicae dan A.craccivora. Serangan M. persicae dan A.craccivora dapt diamati dengan jelas karena berada dalam jumlah yang sangat banyak, dan selalu berada pada bagian tanaman yang terserang. Tingginya populasi hama ini diduga terkait erat dengan
8 tingginya keberadaan semut dari famili Formicidae ordo Hymenoptera yang bersimbiosis dengan M. persicae dan A.craccivora. Borror et al (1992) menyatakan bahwa serangga jenis Aphid dipelihara oleh semut. Nimfa hidup disarang semut dan dibawa semut ke tanaman inangnya sehingga Aphid dengan mudah menemukan inangnya. Semut mendapatkan hasil sekresi Aphid berupa embun madu. Akan tetapi Suputa et al (2007) dan Shattoock (2009) menyatakan bahwa semut merupakan predator yang cukup efektif mengendalikan telur lalat buah dan ulat daun. Persentase bagian tanaman yang terserang dan intensitas serangan M. persicae dan A.craccivora lebih tinggi di Kecamatan Kuranji dibandingkan dengan Koto Tangah dengan intensitas serangan beragam, namun serangan hama ini tergolong. Rendahnya serangan ini diduga dipengaruhi oleh keanekaragaman predator yang lebih dominan dibandingkan hama di lokasi penelitian. Menurut LaSalle dan Gauld (1997), keanekaragaman musuh alami bermanfaat dalam pengendalian hayati karena masingmasing jenis memiliki inang sasaran dan stadia yang berbeda sehingga tekanan terhadap mangsa akan semakin tinggi. Jenis predator penting di lokasi penelitian adalah dari famili Lycosidae, dan Coccinellidae. Meskipun dari segi populasi berada dibawah Formicidae, namun kedua jenis predator ini lebih berpotensi dalam mengendalikan serangga hama. (Laba, 2001) melaporkan bahwa Arachnida atau laba-laba dikenal sebagai predator polifag sehingga berperan penting dalam mengontrol populasi serangga. Lycosidae merupakan laba-laba pemburu yang sangat aktif bergerak dan menggunakan banyak waktu untuk mencari mangsanya (Calagher, 1990 dalam Marheni, 2004). Coccinellidae merupakan predator yang memangsa berbagai jenis serangga antara lain dari famili Aphididae, Coccidae, Diaspidae dan Aleyrodidae (Wagiman, 1997). KESIMPULAN Indeks keanekaragaman, kemerataan dan kekayaan spesies predator lebih tinggi dibandingkan hama. Indeks keanekaragaman dan kemerataan spesies tergolong rendah,
9 masing-masing kecil dari 1,4 dan 0,5. Kekayaan spesies predator lebih tinggi 37,73% dibandingkan hama. Hama yang ditemukan di Kecamatan Kuranji sebanyak 20 spesies dan Kecamatan Koto Tangah sebanyak 19 spesies, sedangkan predator di Kecamatan Kuranji ditemukan sebanyak 33 spesies dan Koto Tangah sebanyak 32 spesies. Hama utama adalah A.craccivora dan M.persicae dengan persentase dan intensitas serangan tergolong rendah, masing-masing kecil dari 31% dan 11%. Predator utama berasal dari famili Lycosidae dan Coccinellidae. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian Universitas Andalas yang mendanai penelitian ini dengan nomor kontrak 088/H.16/PL/DIPA/I/2009. DAFTAR PUSTAKA Altieri, M.A and Nicholls, C.I. 2004. Biodiversity and Pest Management in Agroecosystems. 2 nd ed. New York: The Haworth Press Inc. Ashari, S. 1995. Hortikultura, Aspek Budidaya. UI-Press. Jakarta. Borror, D.J., C.A. Triplehorn., and N.F. Johnson. Pengenalan Serangga Ed.VI. (terjemahan). GMUP. Yogyakarta. Coppel, H.C and Mertins, J.W. 1977. Biological Insect Pest Suppression. Springer-Verlag. Berlin, Heidelberg, New York. CSIRO Australia. 1991. The Insect of Autralia: a textbook for student dan research worker. Melbourne University Press. Australia. Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan Kota Padang. 2009. Produksi Sayur-sayuran menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman. http://www.padang.go.id/ v2/content/ view/1076/184/ Goulet, H and J.T. Huber. 1993. Hymenoptera of the World: An identification guide to families. Centre for Land and Biological Resources Research. Ottawa. Holling, C.S. 1961. Principles of Insect Predation. Ann. Rev. Entomol. 6 : 163-182. Irfan dan Sunarjono, H. 2003. Bertanam Kacang Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. Krebs, C.J. 1999. Ecological Metodology. Second Edition. New York; An Imprint of Addition Wesley Longman, Inc.
10 Laba.I.W. 2001. Keanekaragaman Hayati Arthropoda dan Peranan Musuh Alami Hama Utama Padi pada Ekosistem Sawah. Makalah Falsafah Sains (PPs 702)/ S3 Institut Pertanian Bogor. Lasalle J, Gauld, ID. 1997. Hymenoptera: Their diversity and their impact on the diversity of other organism dalam LaSalle, Gauld (ed). Hymenoptera and Biodiversity. Wallingford:CAB International. Landis, D.A and Orr, D.B. 2004. Biological Control : Approach and Aplication, Http:// www. Ipmworld.umn.edu [20 April 2009] Lilies, S.C. 2003. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius. Yogyakarta. Marheni. 2004. Kemampuan Beberapa Predator pada Pengendalian Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stal.) Jurnal Natur Indonesia. 6(2):84-86. Prabowo, A.Y. 2008. Cara Cerdas Meningkatkan Produksi Kacang Panjang. http://indone sia-agriculture. blogspot.com. Quicke, D.L.J. 1997. Parasitic Wasps. Chapman & Hall. Shattock, S.O. dan Barnett, N.J. 2009. Australian Ants Online: The Guide to The Australian and Fauna. http://anic.ento.csiro.au/ants. [27 Januari 2011] Suputa., Yamane, S., Martono, E., Hossain, Z., Arminudin, A.T. 2007. Odontoporera denticulate (Hymenoptera: Formicidae): a Potential Biologycal Control Agent for True Fruit Flies (Diptera: Tephritidae) in Yogyakarta, Indonesia: Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia: 3 hal 351-356. Van Emden, H.F. 1991. Plant Diversity and Natural Enemy Efficiency In Agroecosystem. in : Mackkauer M, Ehler LE, Roland J, editor. Critical Issues in Biological Control. Great Britain: Atheneum Press. Hal 63-80 Wagiman, F.X., S. Turnipseed, and W. Linser. 1987.An evaluation of soybean pests, factor affecting heir abundance and recombination for integrated pestmanagement in Java. Survey report. Department of Entomology and Phytopathology, Fac. Of Agric. Gadjah madauniv. Yogyakarta. 21p.