Rumah Pemotongan Hewan yang Higienis di Balikpapan BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR. Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan. dan telah dilaksanakan serta merupakan indikator kinerja pembangunan

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB II. PERJANJIAN KINERJA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

Bab 4 P E T E R N A K A N

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Potong Hewan yang telah dibangun merupakan satu-satunya RPH

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabel 1. Jumlah PPKBD dan Sub PPKBD Yang Melapor Bulan April SUB PPKBD NO KAB/KOTA Yang ada PPKBD

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

Tabel 19. Jumlah PPKBD dan Sub PPKBD Yang Melapor Bulan Mei 2011 PPKBD. SUB PPKBD NO KAB/KOTA Yang ada

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

PENGEMBANGAN KOMODITAS SAPI POTONG (TERNAK RUMINANSIA) DI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BUKU SAKU DATA PETERNAKAN DAN PERIKANAN 2014

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

MEWUJUDKAN PERCEPATAN DAN PENINGKATAN KUALITAS DATA STATISTIK PETERNAKAN

Tabel 17. KKP DAN REALISASI MENURUT TAHAPAN PIK-REMAJA (PKBR) PER KABUPATEN/KOTA S.D BULAN AGUSTUS 2011 TAHAPAN PIK REMAJA TUMBUH TEGAK TEGAR

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau

VISI. Terwujudnya masyarakat yang mandiri, sejahtera melalui peningkatan pembangunan peternakan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN DAN PENDAFTARAN USAHA PETERNAKAN DI KABUPATEN KUTAI

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA :

OPERASIONAL PROGRAM TEROBOSAN MENUJU KECUKUPAN DAGING SAPI TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

BAB IV PENUTUP. 1. Pengelolaan Limbah Rumah Potong Lubuk Buaya Padang. temukan bahwa pengelolaan limbah RPH terbagi atas 3 macam yaitu:

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

Tabel 13. Pencapaian Peserta KB Aktif Terhadap PPM Bulan Mei 2011

Potensi Daerah Kalimantan Timur di sektor Pertanian dalam arti luas yang di dalamnya terdapat sub sector seperti Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN JUMLAH PEMBELIAN AYAM PEDAGING DI KOTA MAKASSAR

Revisi ke 05 Tanggal : 27 Desember 2017

STANDAR PELAYANAN PUBLIK (SPP) BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN CINAGARA

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

Kalimantan Timur. Lembuswana

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

KALIMANTAN UTARA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Lampiran 3. PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

I. PENDAHULUAN. mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut (Putra et. al., 2015). Usaha

Nomor 162 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2009 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 162 TAHUN 2009

Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Kelurahan Kambiolangi

Tabel 17. KKP DAN REALISASI MENURUT TAHAPAN PIK-REMAJA (PKBR) PER KABUPATEN/KOTA S.D BULAN NOVEMBER 2011 TAHAPAN PIK REMAJA TUMBUH TEGAK TEGAR

PROFIL LABORATORIUM KESMAVET KOTA METRO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bontang terletak 150 km di utara Samarinda. Dengan wilayah yang relatif kecil dibandingkan kabupaten

Pasar Ikan Higienis Di Juwana, Pati BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PENDAHULUAN. sektor perekonomian yang sangat berkembang di propinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PETERNAKAN DAN PENDAFTARAN PETERNAKAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 17

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENCANA & REALISASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) MENURUT SEKTOR TAHUN 2010 DI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HEWAN PT UNIVETAMA DINAMIKA, JAKARTA

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi pelaksanaan otonomi daerah adalah sebagai berikut.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1.1.1 Latar belakang eksistensi proyek Kota Balikpapan adalah salah satu kota di provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Kota ini memiliki luas wilayah 503,3 km² dan berpenduduk sebanyak 559.126 jiwa (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010). Seiring dengan peningkatan penduduk di Balikpapan, konsumsi daging di Balikpapan pada lima tahun terakhir (2005-2010) terus meningkat, dengan rata-rata peningkatan sebesar 15% per tahun pada lima tahun terakhir. Penyediaan daging di Indonesia dipasok dari pemotongan hewan di dalam negeri (lokal) dan luar negeri (impor). Pada subsektor peternakan, potensi di sektor ini relatif potensial dengan tingkat pertumbuhan populasi ternak potong cenderung meningkat setiap tahun. Sementara itu jumlah penduduk juga terus meningkat. Maka diestimasikan permintaan dan kebutuhan daging akan terus meningkat. Sampai pada akhir tahun 2010, populasi ternak terbesar jumlahnya di Kalimantan Timur adalah sapi yaitu sebanyak 90.028 ekor. Dibanding dengan keseluruhan jumlah ternak yang terdiri dari 7 (tujuh) jenis ternak yaitu sapi, sapi perah, kerbau, kambing, domba, babi dan kuda maka populasi sapi sebanyak 38 persen. Banyaknya ternak bibit yang masuk sebesar 8.729 ekor yang terdiri dari sapi, kerbau, kambing, dan babi. Terbanyak adalah sapi sebenyak 74,38 persen dari keseluruhan. Sedangkan ternak potong yang masuk ke Kalimantan berjumlah 50.330 ekor dari 6 jenis ternak yaitu sapi, kerbau, kambing, domba, babi dan kuda. Puput Wulansari / 02 01 11198 1

Pemotongan hewan ternak untuk konsumsi bisa dilakukan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH). Hewan ternak yang dipotong di RPH sebanyak 35.291 ekor dari 4 (empat) jenis hewan ternak saja yaitu sapi, kerbau, kambing dan babi. Sedangkan yang dipotong di luar RPH berjumlah 58.372 ekor dari 5 (lima) jenis hewan ternak. Dari keseluruhan hewan ternak potong yang terbanyak dipotong adalah sapi dan kambing yaitu 40.128 ekor sapi dan 34.864 ekor kambing. Ini terlihat pengaruhnya terhadap produksi daging khususnya sapi yang cukup besar dibandingkan dengan ternak lainnya yaitu 6.572,12 ton atau 78,19 persen dari total produksi daging ternak yang berjumlah 8.405,19 ton. (sumber: Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur) Gambar 1.1 Ternak kambing Sumber: Dokumen drh. Ira 2008 Puput Wulansari / 02 01 11198 2

Tabel 1.1 Populasi ternak akhir tahun 2010 menurut jenis dan kabupaten/kota (ekor) No Kabupaten/Kota Sapi Sapi Kerbau Kambing Domba Babi Kuda perah 1 Paser 8.235-601 5.619 69 2.324-2 Kutai Barat 6.749-476 3.712-31.539-3 Kutai Kertanegara 15.161-2.276 5.806-3.001-4 Kutai Timur 18.678-727 6.578-4.930-5 Berau 9.171-107 5.297-2.618 42 6 Malinau 1.465-77 540-8.337-7 Bulungan 9.098-151 4.905-4.698-8 Nunukan 7.272-6.566 1.954-10.771 36 9 Penajam P.U 7.301-545 3.617-236 - 10 Balikpapan 1.117 - - 590 - - 15 11 Samarinda 4.258-123 15.895 821 5.511-12 Tarakan 921-27 558-2.324 10 13 Bontang 257-15 268 19 2.157 5 14 Tana Tidung 345 - - 206-195 - Jumlah 90.028-11.691 55.509 909 78 108 Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur, 2011 Tabel 1.2 Banyaknya ternak bibit yang masuk menurut jenisnya dan kabupatern/kota tahun 2010 No Kabupaten/Kota Sapi Sapi Kerbau Kambing Domba Babi Kuda perah 1 Paser 736 - - 168 - - - 2 Kutai Barat 425 - - - - - - 3 Kutai Kertanegara 927-49 187 - - - 4 Kutai Timur 424 - - 134-295 - 5 Berau 1.053 - - 90 - - - 6 Malinau 211 - - 120-709 - 7 Bulungan 1.051 - - 90 - - - 8 Nunukan 286-41 244 - - - 9 Penajam P.U 890 - - - - - - 10 Balikpapan 122 - - - - - - 11 Samarinda 77-87 - - - - 12 Tarakan 186-22 - - - - 13 Bontang 105 - - - - - - 14 Tana Tidung - - - - - - - Jumlah 6.493-199 1.033-1.004 - Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur, 2011 Puput Wulansari / 02 01 11198 3

Tabel 1.3 Banyaknya ternak potong yang masuk ke kabupaten/kota menurut jenisnya (ekor) No Kabupaten/Kota Sapi Sapi Kerbau Kambing Domba Babi Kuda perah 1 Paser 248 - - - - - - 2 Kutai Barat - - - - - - - 3 Kutai Kertanegara 2.408-168 - - - - 4 Kutai Timur 2.049-10 1.103-250 - 5 Berau 290 - - - - - - 6 Malinau - - - - - - - 7 Bulungan - - - - - - - 8 Nunukan 79 - - 461 - - - 9 Penajam P.U 278 - - - - - - 10 Balikpapan 14.815-582 3.264 - - - 11 Samarinda 11.335 - - 2.356 - - - 12 Tarakan 2.508 - - 2.224 - - - 13 Bontang 2.195-14 3.693 - - - 14 Tana Tidung - - - - - - - Jumlah 36.205-774 13.101-250 - Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur, 2011 Tabel 1.4 Jumlah ternak yang dipotong di RPH menurut jenis ternak dan kabupaten/kota (ekor) No Kabupaten/Kota Sapi Sapi Kerbau Kambing Domba Babi Kuda perah 1 Paser 248 - - - - - - 2 Kutai Barat - - - - - - - 3 Kutai Kertanegara 2.408 - - - - - - 4 Kutai Timur 2.049 - - - - - - 5 Berau 290 - - - - - - 6 Malinau - - - - - - - 7 Bulungan - - - - - - - 8 Nunukan 79 - - - - - - 9 Penajam P.U 278 - - - - - - 10 Balikpapan 14.815-760 - - - - 11 Samarinda 11.335 - - - - 3.016-12 Tarakan 2.508 - - 7 - - - 13 Bontang 2.195-14 - - - - 14 Tana Tidung - - - - - - - Jumlah 36.205-774 7-3.016 - Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur, 2011 Puput Wulansari / 02 01 11198 4

Ternak unggas secara umum mengalami kenaikan pada tahun 2009 dari tahun sebelumnya. Kenaikan cukup signifikan terjadi pada populasi ayam ras potong. Kenaikan ini tentunya disambut baik mengingat pada tahun 2008 dibeberapa wilayah para peternak ayam terutama ayam potong mengeluh akibat banyaknya penyakit yang sangat merugikan petani seperti penyakit flu burung. Jenis ternak unggas (ayam buras, ayam ras dan itik) mengalami kenaikan produksi daging dari tahun sebelumnya Selama bulan Ramadan tahun 2010, aktivitas pemotongan hewan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang berada di kawasan Jalan Soekarno-Hatta Km 5,5 Kariangau, Balikpapan Utara mengalami peningkatan. Orderan untuk memotong sapi lebih banyak dibandingkan hari biasanya. Dalam seharinya, para pemotong sapi ini mampu memotong hingga 60 ekor sapi. Kalau hari biasa paling banyak 30 ekor sapi setiap hari. (Kaltim Post, Selasa, 31 Agustus 2010) Sementara itu, kebutuhan daging sapi untuk masyarakat di Balikpapan sampai 15 ton per bulan. Kebanyakan daging sapi yang dibutuhkan tersebut berasal dari luar daerah. Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Balikpapan belum dapat memenuhi kebutuhan daging sapi sendiri, menurut Kepala Sub Dinas Peternakan DPKP Kota Balikpapan Budijanto di Balikpapan. Pasokan daging sapi kebanyakan berasal dari daerah Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Balikpapan baru dapat memenuhi pasokan daging sapi hanya dua persen dari jumlah kebutuhan seluruhnya 15%. (www.kompas.com, Kamis, 12 Mei 2011) Kepala Sub Dinas Peternakan DPKP Kota Balikpapan, Budijanto mengatakan pula bahwa saat ini Balikpapan belum memiliki Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang representatif. Kendala pembangunan RPH yang representatif di antaranya adalah Puput Wulansari / 02 01 11198 5

lahan dan harus memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL). (www.kompas.com, Kamis, 12 Mei 2011) Pemkot Balikpapan memastikan akan merelokasi Rumah Pemotongan Hewan di Jalan Soekarno-Hatta Km 5,5 Balikpapan Utara. Relokasi ini terkait pelebaran lahan proyek pasar induk. Bahkan kemungkinan besar relokasi RPH tidak dilakukan di sekitar pasar induk. Pasalnya, kawasan tersebut juga dipersiapkan menjadi salah satu pusat keramaian baru di wilayah Balikpapan Utara. Menurut Walikota Balikpapan H Imdaad Hamid,SE nanti tempatnya harus lebih besar dari RPH yang ada. Hal ini mempertimbangkan pengelolaan limbah buangan yang harus dikelola dengan baik sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar. (Kaltim Post, Senin, 18 Januari 2010). Pemkot telah menentukan lokasi baru untuk Rumah Pemotong Hewan (RPH), yakni di Kilometer 5,5 Kelurahan Batu Ampar. Pemindahan RPH ke lokasi baru dikarenakan lahan lama akan digunakan sebagai lahan pasar induk. Asisten III Fauzi mengatakan, Pemkot telah membuat Term of Reference (ToR) yang didalamnya mencakup sejumlah kewajiban kepada investor Pasar Induk untuk membangun RPH seluas 2 hektare. Di ToR itu dicantumkan kepada investor untuk membangun RPH seluas 2 hektare, sebagai ganti lahan RPH dulu, jelasnya. Keberadaan lahan RPH yang semula lima hektare akan menjadi dua hektare. Saat ini telah ada lima investor yang tertarik untuk mengikuti tender pembangunan Pasar Induk Balikpapan, di Kilometer 5 di atas lahan seluas 10,6 hektare tersebut. (www.korankaltim.co.id, Kamis, 12 Mei 2011) Mengingat kegiatan ini sangat penting untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat sekaligus pemberdayaan ekonomi rakyat kiranya pembangunan RPH yang modern sudah selayaknya didirikan di Kota Balikpapan. Puput Wulansari / 02 01 11198 6

1.1.2 Latar Belakang Permasalahan Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan tingkat kemampuan daya beli, permintaan akan sumber protein terutama protein hewani yang berasal dari daging sapi maupun daging ternak lainnya mengalami kenaikan yang tinggi. Meningkatnya angka kebutuhan daging mendorong angka pemotongan hewan bertambah. Setiap kenaikan produksi daging di Rumah Pemotong Hewan (RPH) mengimbas pula kenaikan limbah yang dihasilkan Limbah RPH yang dihasilkan umumnya bervariasi dalam kuantitas dan kualitasnya. Limbah dari RPH memiliki karakteristik beban pencemaran yang rendah dan volume cairan tinggi atau beban pencemaran tinggi tetapi volume limbahnya rendah. Limbah berupa feces urine, isi rumen atau isi lambung, darah afkiran daging atau lemak, dan air cuciannya, yang akhirnya limbah menjadi media pertumbuhan dan perkembangan mikroba sehingga limbah tersebut mudah mengalami pembusukan. Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang ada saat ini mulai dikeluhkan warga sekitar. Hampir setiap hari sungai kecil yang berada di dekat perumahan tersebut selalu ada limbah yang berasal dari RPH. Bahkan, tiap kali lebaran tiba, bau menyengat selalu muncul, karena sungai itu banyak dialiri limbah sapi yang dipotong dari RPH. Keberadaan RPH, belakangan juga dianggap kurang ideal mengingat disekitar lokasi RPH nantinya juga akan berdiri pasar induk. Semula, RPH yang ada akan direlokasikan tidak dilakukan di sekitar pasar induk. mengingat kawasan tersebut juga dipersiapkan menjadi salah satu pusat keramaian baru di wilayah Balikpapan Utara. Namun, untuk melakukan pemindahan terhadap sesuatu, perlu diperhitungkan secara matang, apalagi pemindahan tersebut ditujukan pada RPH. Untuk menentukan lokasi yang pantas untuk keberadaan Puput Wulansari / 02 01 11198 7

RPH tidaklah mudah, perlu lahan yang luas serta perhitungan matang, agar tidak mendapat protes dari warga sekitar lokasi pemindahan. Ketakutan warga menganggap jika nantinya pasar induk tersebut telah rampung pembangunannya, serta aktivitas pasar mulai aktif, maka keberadaan RPH dan aktivitas pasar induk, sama-sama berpotensi memicu banyaknya sampah dan limbah dianggap tidak beralasan jika pengelolaan dilakukan dengan baik, kedua tempat tersebut tidak akan memberikan dampak negatif terhadap pemukiman warga sekitar. Keberadaan RPH juga tidak akan merusak lingkungan, jika pengelolaannya dilakukan dengan baik, terutama limbah dari RPH. Peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama peternak merupakan salah satu tujuan dan sasaran pembangunan dibidang pertanian sebagai penjabaran dari visi dan misi Dinas Pertanian Kota Balikpapan. Pencapain dari tujuan dan sasaran sangat ditentukan oleh berbagai usaha dan upaya yang dilakukan dinas pertanian bekerjasama dengan pemerintah daerah, pemerintah pusat dan instansi terkait serta peran aktif dari masyarakat. Salah satu hal yang penting dalam pembangunan peternakan di Kota Balikpapan saat ini adalah meningkatkan sarana dan prasarana penunjang kegiatan agribisnis peternakan. Sementara fungsi dan manfaat RPH sangat signifikan bagi masyarakat terutama untuk ketersedian daging yang aman, sehat, utuh dan halal. Dirjen Peternakan Kementerian Pertanian Tjeppy D. Soedjana yang dimintai tanggapan mengatakan adanya Rumah Pemotongan Hewan yang baru harus meningkatkan status higiene dan sanitasi secara konsisten dalam rangka penyediaan daging yang aman sehat, utuh, dan halal (ASUH). (dleno.lestari@bisnis.com) Puput Wulansari / 02 01 11198 8

1.2 Rumusan Permasalahan Bagaimana wujud rancangan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang representatif di Balikpapan yang dapat memberikan suasana lingkungan sehat dan bersih sehingga menjamin aspek higienis dan kesegaran daging yang dipotong melalui penataan sirkulasi, tata ruang, dan pengendalian lingkungan 1.3 Tujuan dan Sasaran 1.3.1 Tujuan Mewujudkan tata ruang RPH di Balikpapan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan hewan sehingga dapat mencegah masuknya penyakit baik pada hewan dan yang penyakit yang menular ke manusia dengan penataan ruang, penghawaan, pencahayaan dan utilitas yang baik 1.3.2 Sasaran a. Merumuskan fungsi-fungsi yang ada dalam RPH yang memberikan suasana lingkungan sehat dan bersih pada hewan ternak sehingga menjamin aspek higienis dan kesegaran daging yang dipotong melalui penataan sirkulasi, tata ruang dan pengendalian lingkungan. b. Mewujudkan konsep rancangan bangunan RPH yang memberikan suasana lingkungan sehat pada pengelolaan sirkulasi dan tata ruang 1.4 Lingkup Pembahasan a. Mengklasifikasikan fungsi-fungsi yang ada didalam sebuah RPH sehingga didapatkan karakteristik wadah fungsi yang diperlukan dalam perancangan RPH. b. Mempelajari esensi lingkungan bersih dan sehat yang digunakan untuk menciptakan suasana dalam RPH. Puput Wulansari / 02 01 11198 9

c. Mempelajari elemen-elemen arsitektural yang digunakan untuk mendukung penciptaan suasana lingkungan sehat dan bersih. d. Mempelajari macam-macam aktifitas yang terjadi pada bangunan yang diperlukan untuk menentukan kebutuhan ruang dan massa. e. Mempelajari dan mengetahui persyaratan-persyaratan teknis dan non teknis yang dipergunakan untuk perencanaan perancangan bangunan rumah potong hewan di Balikpapan. 1.5 Metode Pembahasan 1.5.1 Studi literatur Dilakukan untuk memperoleh data-data site terpilih. Landasan teori yang dibutuhkan serta sebagai acuan perbandingan dengan bangunan yang mempunyai fungsi yang sama / hampir sama. 1.5.2 Metode deskripsi Menjelaskan data dan menginformasikan untuk mendapatkan latar belakang dalam perencanaan dan perancangan RPH di Balikpapan. Puput Wulansari / 02 01 11198 10

1.6 Diagram Alur Pemikiran Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Balikpapan Balikpapan belum memiliki rumah potong hewan (RPH) yang representatif. Kendala pembangunan RPH yang representatif di antaranya adalah lahan dan harus memiliki instalasi pengolahan air limbah dan meningkatkan status higien dan sanitasi secara konsisten dalam rangka penyediaan daging yang aman sehat, utuh, dan halal (ASUH) Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Balikpapan Mewadahi aktivitas yang berhubungan dengan pemotongan hewan ternak, mulai dari pemeriksaan sampai pemotongan Permasalahan Bagaimana wujud rancangan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang representatif di Balikpapan yang dapat memberikan suasana lingkungan sehat dan bersih sehingga menjamin aspek higienis dan kesegaran daging yang dipotong melalui penataan sirkulasi, tata ruang, dan pengendalian lingkungan Tinjauan umum dan Tinjauan khusus Tinjauan yang berhubungan dengan bangunan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) serta kajian teori tentang penataan sirkulasi, tata ruang dan pengendalian lingkungan yang baik dan cocok untuk rumah potong hewan Penekanan desain Mewujudkan bangunan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Balikpapan dengan penataan sirkulasi, tata ruang luar dan dalam, dan pengendalian lingkungan untuk meningkatkan produksi daging higienis dan segar di Balikpapan Analisis Permasalahan Analisis pencahayaan, penghawaan dan utilitas pada tata ruang luar dan dalam Analisis interior pada tata ruang luar dan dalam Konsep Perencanaan dan Perancangan Bagan 1.5 Alur pemikiran Sumber: Penulis Puput Wulansari / 02 01 11198 11

1.7 Sistematika Pembahasan Bab I Pendahuluan berisi: Latar Belakang, Latar Belakang Proyek, Rumusan Masalah, Tujuan dan Sasaran, Lingkup Studi, Metode Penelitian, Sistematika Pembahasan. Bab II Rumah Pemotongan Hewan (RPH) berisi: Tentang SNI 01-6159-1999 tentang RPH, penjelasan tentang RPH, penjelasan tentang RPU, Proses pemotongan dan pemerikszaan di RPH dan sistem penyitaan daging. Bab III Tinjauan Rumah Pemotongan Hewan di Balikpapan berisi: Gambaran umum potensi Balikpapan, Struktur Organisasi Sub Dinas Kehewanan dan Peternakan Balikpapan, Rumah Pemotongan Hewan (RPH), dan lokasi site. Bab IV Higienis dan kesegaran daging berisi: Tentang pengertian higienis, prisip-prinsip higienis, pengertian daging, pengertian higiene daging, kondisi daging yang dinyatakan higienis dan segar, bentuk ruang yang higienis. Bab V Analisis perencanaan dan perancangan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Balikpapan berisi: Tentang analisis pelaku dan kegiatan, analisis ruang, analisis lokasi site, analisis perancangan, analisis sistem struktur, analisis pencahayaan, analisis utilitas, analisis sirkulasi. Bab VI Konsep Perencanaan dan Perancangan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Balikpapan berisi: Tentang konsep perencanaan dan perancangan rumah pemotongan hewan (RPH) di Balikpapan berdasarkan penataan sirkulasi, tata ruang dan pengendalian lingkungan Puput Wulansari / 02 01 11198 12

sehingga menjamin aspek higienis dan kesegaran daging yang akan dipotong, konsep sistem struktur, konsep pencahayaan, konsep sistem utilitas, konsep sirkulasi. Daftar Pustaka Lampiran Puput Wulansari / 02 01 11198 13