LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 10 TAHUN : 1996 SERI : D NO : 10 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 18 TAHUN : 1996 SERI : A NO : 1 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 10 TAHUN : 1995 SERI : B NO : 2 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

NOMOR : 7 TAHUN 1989 (7/1989)

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

Klik Dibatalkan dan Ditindaklanjuti dgn Instruksi Bupati No 8 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAII TINGICAT H SURAKARTA NOMOR : 13 TAHUN : 1999 SERI : B NO : 7


LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 17 TAHUN : 1996 SERI : B NO : 3 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA ( Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta )

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (PERDA DIY) NOMOR : 15 TAHUN 1987 (15/1987) TENTANG USAHA PETERNAKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TK II SLEMAN

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 38 TAHUN 2000 TENTANG IZIN USAHA PEMOTONGAN HEWAN, PENJUALAN DAGING HEWAN DAN USAHA PEMOTONGAN UNGGAS

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta) Nomor : 1 Tahun 1996 Seri: D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PENGELOLAAN RUMAH POTONG HEWAN (RPH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BANTUL NOMOR : 3 TAHUN 1992 TENTANG PAJAK POTONG HEWAN BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 2 TAHUN 1990 TENTANG PAJAK POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 08 TAHUN 2009 BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 08 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 4 TAHUN : 1995 SERI : A NO : 1 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN PEMERIKSAAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 1994 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG NOMOR 1 TAHUN 1997 SERI B NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK NOMOR 06 TAHUN 1995 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 4 TAHUN : 1993 SERI : C.2

PERATURAN DAERAH. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah ;

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN (DICABUT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 17

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 48 TAHUN : 2004 SERI : C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 3 TAHUN : 1999 SERI : B.3.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN DAN PENDAFTARAN USAHA PETERNAKAN DI KABUPATEN KUTAI

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU Nomor : 6 Tahun 1996 T E N T A N G PAJAK POTONG HEWAN

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG LARANGAN PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN BERBAHAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MUSI RAWAS NOMOR : 4 TAHUN 1994 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1998 TENTANG PENERTIBAN PENEBANGAN POHON DAN BAMBU DI LUAR KAWASAN HUTAN

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR : 9 TAHUN : 1990 SERI : A.1

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA BUDIDAYA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 2 TAHUN : 1993 SERI : C.2

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENGUJIAN MUTU KOMODITI PERTANIAN

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 2 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN DAN PEMOTONGAN HEWAN

KETENTUAN PERIZINAN USAHA DIBIDANG PETERNAKAN DAN PENGENAAN RETRIBUSI ATAS PEMERIKSAAN KESEHATAN HEWAN SERTA DAGING DALAM WILAYAH KOTA MAKASSAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 10 TAHUN 2001 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 37 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IJIN USAHA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU NOMOR : 4 TAHUN 1993 T E N T A N G RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PEKANBARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1991 TENTANG TERMINAL KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 37 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2003 Seri : C

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN : 1998 SERI : B

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU NOMOR : 5 TAHUN 1993 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SLEMAN

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMOTONGAN HEWAN DAN PENANGANAN DAGING

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

PEMERINTAH KOTA MAGELANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 20 TAHUN : 1993 SERI :A.1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG TONASE DAN PORTAL

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 9 TAHUN : 1999 SERI : B NO : 3

: PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BANJAR NOMOR : 3 TAHUN 1982 TENTANG :

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SLEMAN

KETENTUAN PEMELIHARAAN TERNAK BUPATI MAROS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2002 T E N T A N G IZIN USAHA HOTEL DENGAN TANDA BUNGA MELATI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 5 TAHUN 1991 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU Nomor : 18 Tahun 1998 T E N T A N G RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 12 TAHUN 1996 TENTANG USAHA RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1983 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERII{TAH KOTA DUMAI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 23 TAHUN 1997 SERI B.8

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 3 TAHUN 1994 SERI D NO. 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU NOMOR : 6 TAHUN 1993 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 1991 TENTANG PEMBERIAN IZIN UNDANG-UNDANG GANGGUAN ( HO )

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 4 TAHUN 2000 TENTANG

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 10 TAHUN : 1996 SERI : D NO : 10 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN 1996 TENTANG PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN KESEHATAN PEMOTONGAN UNGGAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA Menimbang : a. bahwa untuk menjamin tersedianya daging unggas yang sehat dan berkualitas serta dalam rangka upaya mencegah pencemaran lingkungan, perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penampungan dan pemotongan unggas serta peredaran daging unggas; b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu diatur ketentuan pengawasan dan pemeriksaan kesehatan pemotongan unggas dengan Peraturan Daerah; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa 1

Yogyakarta; 2. Undang-undang Nomor 12 / Drt. Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah (Lembaran Negara' Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1288 ); 3. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuanketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembatan Negara Republik Indonesia Nomor 2824 ); 4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintah di Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3037 ); 5. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuanketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3215 ); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1977 tentang Penolakan, Pencegahan, Pemberantasan dan Pengobatan Penyakit Hewan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1977 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3I01); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3253 ); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3333 ); 9. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 5571 Kpts / TN. 520 / 9 / 1987 Tahun 1987 tentang Syarat-syarat Rumah Pemotongan Unggas dan Usaha Pemotongaa Unggas, 10. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3061 Kpts / TN. 330 / 41 1994 tentang Pemotongan Unggas dan Penanganan 2

Daging Unggas serta Hasil Ikutannya; 11. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 24 Tahun 1981 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Peternakan Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta ( Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Tahun 1981 Nomor 14 ); 12. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 2 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Pemberian Izin Tempat Usaha ( Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Tahun 1983 Nomor 7); 13. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 3 Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta ( Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Tahun 1988 Nomor 9); 14. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 5 Tahun 1994 tentang Perubahan Ketiga Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta tentang Uang Leges ( Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Tahun 1994 Nomor 10 ). Dengan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta. MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA TENTANG PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN KESEHATAN PEMOTONGAN UNGGAS. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 3

a. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta; b. Walikocamadya Kepala Daerah adalah Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surakarta; c. Dinas Peternakan adalah Dinas Peternakan Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta; d. Kepala Dinas Peternakan adalah Kepala Dinas Peternakan Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta; e. Petugas Pemeriksa adalah Dokter Hewan yang bertugas pada Dinas Peternakan untuk memeriksa dan mengawasi kesehatan unggas dan daging unggas atau Petugas lain yang ditunjuk di bawah pengawasan Dokter Hewan tersebut; f. Unggas adalah setiap jenis burung yang dimanfaatkan untuk pangan antara lain : ayam, itik, mentok, kalkun, angsa, merpati dan burung puyuh; g. Daging Unggas adalah bagian dari unggas yang disembelih dan lazim di makan manusia termasuk kulit; h. Tempat Penampungan Unggas adalah lokasi yang ditetapkan sebagai tempat menampung unggas yang akan dipotong dalam jangka waktu tertentu; i. Rumah Pemotongan Unggas adalah suatu bangunan atau komplek bangunan dengan desain dan syarat tertentu yang digunakan sebagai tempat pemotongan unggas bagi konsumsi masyarakat; j. Tempat Pemotongan Unggas adalah suatu bagian dari bangunan dengan desain dan syarat tertentu o!eh Pejabat yang berwenang ditunjuk sebagai tempat pemotongan unggas bagi konsumsi masyarakat; k. Tempat Pengolahan Daging Unggas adalah Bangunan atau bagian bangunan dengan desain dan syarat tertentu yang digunakan sebagai tempat mengolah daging unggas; l. Tempat Penjualan Daging Unggas adalah bangunan atau bagian bangunan dan peralatan dengan desain dan syarat tertentu yang digunakan sebagai tempat menjual daging unggas; m. Usaha Pemotongan Unggas adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang melaksanakan pemotongan unggas di rumah pemotongan unggas atau tempat pemotongan unggas milik sendiri atau pihak lain atau menjual jasa pemotongan unggas; n. Pengolahan Daging Unggas adalah Kegiatan mengubah daging unggas menjadi bahan baku industri dan atau bahan masakan lainnya antara lain daging giling, daging lepas, daging potongan dan daging kemasan; o. Kesehatan Masyarakat Veteriner adalah segala urusan yang berhubungan dengan hewan dan bahan-bahan yang berasal dari hewan, yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesehatan manusia. 4

BAB II PENYELENGGARAAN PENAMPUNGAN UNGGAS Pasal 2 (1) Walikotamadya Kepala Daerah menetapkan tempat-tempat penampungan unggas setelah mendapat saran dan pertimbangan Kepala Dinas Peternakan. (2) Tempat-tempat penampungan unggas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Walikotamadya Kepala Daerah. Pasal 3 (1) Unggas yang ditampung di tempat penampungan unggas diperiksa kesehatannya oleh petugas pemeriksa. (2) Setiap unggas yang dicurigai mengandung dan atau menderita penyakit menular atau mati bangkai dilarang diedarkan atau diperdagangkan untuk konsumsi. Pasal 4 (1) Setiap unggas yang ditemukan mati bangkai atau yang terkena penyakit menular harus dilakukan pemusnahan oleh atau dibawah pengawasan petugas pemeriksa yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (2) Unggas yang diketahui mengidap penyakit berbahaya wajib diserahkan oleh pemiliknya kepada Pemerintah Daerah untuk dibunuh dan dimusnahkan atas biaya Pemerintah Daerah BAB III PENYELENGGARAAN, PEMERIKSAAN DAN PEMOTONGAN UNGGAS Pasal 5 Setiap usaha pemotongan unggas harus dilakukan di dalam Rumah Pemotongan Unggas atau Tempat Pemotongan Unggas yang memiliki izin dari Walikotamadya Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk. Pasal 6 (1) Unggas-unggas persediaan untuk dipotong harus ditempatkan di rumah pemotongan unggas dan atau tempat pemotongan unggas. (2) Unggas-unggas tersebut pada ayat ( 1) Pasal ini sebelum dan sesudah dipotong diperiksa dulu 5

oleh petugas pemeriksa. (3) Petugas pemeriksa mempunyai wewenang untuk memasuki tempat penampungan unggas, rumah pemotongan unggas dan atau tempat pemotongan unggas. Pasal 7 (1) Penyembelihan unggas harus dilakukan menurut tata cara agama Islam. (2) Tata cara pemotongan unggas di dalam rumah pemotongan unggas dan tempat pemotongan unggas sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Walikotamadya Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk. Pasal 8 Sarana dan peralatan pemotongan unggas memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Walikotamadya Kepala Daerah. Pasal 9 Pemotongan unggas untuk keperluan upacara agama, adat atau hajat dapat dilakukan di luar rumah pemotongan unggas dan atau tempat pemotongan unggas dengan ketentuan unggas tersebut diperiksa terlebih dahulu oleh petugas pemeriksa yang diminta datang di tempat itu. BAB IV PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN KUALTTAS DAGING UNGGAS Pasal 10 (1) Daging unggas hasil pemotongan diawasi dan diperiksa oleh petugas pemeriksa. (2) Petugas pemeriksa wajib untuk menolak daging unggas yang tidak layak untuk dikonsumsi masyarakat. (3) Daging unggas yang ditolak karena dinyatakan tidak layak untuk dikonsumsi masyarakat harus dimusnahkan. Pasal 11 (1) Setiap daging unggas yang masuk atau yang akan dikeluarkan dari wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta harus diperiksa ulang kesehatannya oleh petugas pemeriksa di laboratorium kesehatan masyarakat veteriner atau di tempat lain yang ditunjuk. (2) Daging unggas yang beredar di pasaran diawasi oleh petugas pemeriksa. 6

(3) Tata cara pemeriksaan dan tanda hasil pemeriksaan ditetapkan dengan Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah. Pasal 12 (1) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 11 Peraturan Daerah ini petugas pemeriksa mempunyai hak untuk memasuki tempat pengolahan daging unggas atau tempat penjualan daging unggas. (2) Untuk kepentingan pemeriksaan, petugas pemeriksa mengambil specimen untuk diperiksa di laboratorium kesehatan masyarakat veteriner atau di tempat lain yang ditunjuk atas biaya pemilik daging unggas. Pasal 13 Daging yang akan dijual tidak boleh diubah dari wujud dan keadaan semula misalnva : disuntik dengan air, dicat, diulas dengan darah atau cara lainnya. BAB V HIGIENE, KESEHATAN KARYAWAN DAN LINGKUNGAN Pasal 14 (1) Setiap pengusaha penampungan unggas, pemotongan unggas, pengolahan daging unggas harus menjaga kebersihan lingkungan tempat usahanya. (2) Setiap karyawan di rumah pemotongan unggas, tempat pemotongan unggas dan tempat pengolahan daging unggas harus ikut menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat kerjanya. Pasal 15 Setiap karyawan yang menangani unggas atau daging unggas dan bagian-bagian lainnya harus berbadan sehat termasuk tidak mempunyai luka terbuka, dan penyakit kulit serta bebas dari penyakit menular yang dinyatakan dengan surat keterangan dokter yang ditunjuk, dan harus diperiksa kesehatannya secara berkala minimum 1( satu ) tahun sekali oleh dokter yang ditunjuk. Pasal 16 Air yang digunakan untuk proses pemotongan unggas dan pengolahan daging unggas harus memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 7

Pasal 17 Pengelolaan limbah di tempat penampungan unggas, rumah pemotongan unggas, tempat pemotongan unggas dan tempat pengolahan daging unggas dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VI PENGOLAHAN, PENGANGKUTAN DAN PENJUALAN Pasal 18 Daging unggas yang akan diolah dan atau dijual harus sehat dan berasal dari rumah pemotongan unggas dan tempat pemotongan unggas. Pasal 19 Setiap hasil pengolahan daging unggas harus diberi nama jenis dagingnya sehingga dapat dibedakan dengan jenis daging lainnya. Pasal 20 Bahan pengawet dan bahan lain yang dipergunakan untuk pengolahan daging unggas harus memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 21 Pengangkutan daging unggas harus menggunakan alat angkutan khusus yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 22 (1) Daging yang dijual keliling atau di tempat-tempat penjualan harus dilindungi terhadap kotoran, debu, sinar matahari, air hujan, lalat dan sebagainya. (2) Tempat pendasaran harus bersih dan tinggi sekurang-kurangnya 50 cm dari lantai. Pasal 23 Penyimpanan daging unggas harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Walikotamadya Kepala Daerah. 8

BAB VII PERIZINAN Pasal 24 (1) Setiap usaha penampungan unggas yang akan dipotong, usaha pemotongan unggas, usaha pengolahan daging unggas dan pekerjaan memasukkan daging unggas ke Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta, hanya boleh dilakukan setelah mendapatkan Surat Izin dari Walikotamadya Kepala Daerah. (2) Pekerjaan penjualan daging unggas, hanya boleh dilakukan oleh mereka yang telah mendapatkan Surat Keterangan Penjual daging unggas dari Walikotamadya Kepala Daerah atau pejabat lain yang diberi wewenang olehnya. (3) Bagi pedagang yang membawa daging unggas ke luar daerah harus dilengkapi dengan Surat Keterangan Kesehatan Daging ( SKKD ) Unggas yang dibuat oleh Dinas Peternakan. (4) Syarat-syarat untuk mendapatkan Surat Izin / Surat Keterangan Kesehatan Daging sebagaimana tersebut ayat (1), ( 2), dan ( 3) Pasal ini diatur lebih lanjut oleh Walikotamadya Kepala Daerah. Pasal 25 Surat Izin Surat Keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 Peraturan Daerah ini diberikan kepada badan usaha atau perorangan warga negara Indonesia. Pasal 26 (1) Surat Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat ( 1) Peraturan Daerah ini berlaku selama usaha tersebut masib berjalan dan harus daftar ulang setiap 5 (lima) tahun sekali, serta Surat Keterangan Penjualan Daging ( SKPD ) Unggas berlaku untuk jangka waktu 1 ( satu ) tahun. (2) Setahun sekali wajib dilakukan pemeriksaan kelayakan teknis terhadap tempat penampungan unggas. rumah pemotongan unggas, tempat pemotongan unggas dan tempat pengolahan daging unggas. Pasal 27 Usaha pemotongan unggas dengan kapasitas di bawah 100 ( seratus ) ekor per hari hanya diwajibkan mendaftarkan usahanya ke Dinas Peternakan. Pasal 28 Persyaratan tata cara perizinan dan pendaftaran usaha penampungan dan pemotongan unggas serta peredaran daging unggas ditetapkan dengan Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah. 9

BAB VIII RETRIBUSI Pasal 29 Untuk mendapatkan Surat lain dan Surat Keterangan sebagaimana dimaksud Pasal 24 Peraturan Daerah ini dikenakan biaya Retribusi sebesar : a. Izin dan Surat Keterangan : 1. Izin tempat penampungan unggas Rp. 1.000,- m2; 2. Izin rumah pemotongan unggas Rp. 1.000,-m2; 3. Izin tempat pemotongan unggas Rp. 1.000,-m2; 4. Izin usaha pemotongan unggas Rp. 15.000,- / 5 tahun; 5. Izin pemasok daging unggas Rp. 25.000,- / 5 tahun; 6. Izin tempat pengolahan daging unggas Rp. 1.000,- m2; 7. Surat Keterangan Kesehatan Daging Rp. 5.000,- / SKKD; 8. Surat Keterangan penjual daging unggas Rp. 1.000,- / tahun b. Untuk pemeriksaan kesehatan unggas dan daging unggas : 1. Pemeriksaan kesehatan di tempat penampungan unggas Rp. 10,- / ekor; 2. Pemeriksaan ulang (herkeuring) kesehatan daging Unggas Yang masuk ke wilayah Kotamadya Daerah Tingkat Surakarta Rp. 50,- / ekor; 3. Pemeriksaan laboratorium Rp. 5.000,- / specimen. c. Pemeriksaan laboratorium Rp. 5.000,- / specimen BAB IX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 30 Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas pembinaan ketrampilan teknis pemotongan unggas, manajemen pemasaran. pengetahuan kesehatan masyarakat veteriner, pengembangan sosial ekonomi terutama golongan ekonomi lemah bagi pengusaha perunggasan. Pasal 31 Pengawasan atas pelaksanaan Peraturan Daerah ini ditugaskan kepada Kepala Inspektorat Wilayah Daerah, Kepala Dinas Peternakan, Kepala Dinas Pengelolaan Pasar dan Kepala Bagian Perekonomian Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta. 10

BAB X KETENTUAN PIDANA DAN PENYIDIKAN Pasal 32 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 2 ayat ( 2), 3 ayat ( 2), 4, 5, 7 ayat ( 1), 10 ayat ( 2) dan ( 3 ), 11 ayat ( 1). 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20. 21, 22, 23. 24 ayat (1), ( 2 ) dan ( 3 ) serta 27 Peraturan Daerah ini diancam pidana selama-lamanya 3( tiga ) bulan kurungan atau denda setinggi-tingginya Rp. 50.000,- ( lima puluh ribu rupiah ). (2) Selain sanksi sebagaimana dtmaksud pada ayat ( 1) Pasal ini Walikotamadya Kepala Daerah dapat mencabut izin sebagaimana dimaksud daiam Pasal 25 Peraturan Daerah ini. (3) Unggas dan daging unggas yang dipergunakan dalam melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud ayat (l) Pasal ini dapat disita dan dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 33 Selain oleh Pejabat Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidikan atas pelanggaran sebagaimana dimaksud Pasal 32 ayat (1) Peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatan dan dalam melaksanakan tugasnya ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 34 Dalam melaksanakan tugas penyidikan, para Pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 Peraturan Daerah ini berwenang : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka: d. Melakukan penyitaan benda dan 1 atau surat; e. Mengambil sidik jari dan / atau memotret seseorang; f. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik POLRI bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik POLRI memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; 11

i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasa1 35 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan pcnempatannya dalam Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta. Ditetapkan di Surakarta Pada tanggal 15 Pebruari 1996 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA Ketua Cap. ttd. Drs. M A R N O D. Cap. ttd. IMAM SOETOPO Diundangkan dalam Lembaran daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 16 tanggal 25 September Tahun 1996 Seri B No. 2. SEKRETARIS WILAYAH/ DAERAH Cap. Ttd. DISAHKAN Dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah Tanggal 20 Agustus 1996 No : 188.3 / 273 / 1996 An. SEKRETARIS WILAYAH/ DAERAH TINGKAT I JAWA TENGAH Kepala Biro Hukum Drs. SOEPARMAN R. Pembina Tingkat I NIP. 500 040 992 Ttd. SUTJI ASTOTO, SH. Pembina NIP : 010 088 157 12

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN 1996 TENTANG PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN KESEHATAN PEMOTONGAN UNGGAS I. PENJELASAN UMUM Sebagaimana diketahui bahwa pada akhir-akhir ini kebutuhan konsumsi masyarakat akan daging unggas di wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta semakin meningkat, sehingga berpengaruh terhadap peningkatan kegiatan pengadaan daging unggas untuk memenuhi kebutuhan dimaksud. Dengan meningkatnya kegiatan pengadaan daging unggas tersebut ternyata telah menimbulkan dampak yang kurang baik terhadap kualitas daging unggas yang beredar di pasaran, baik dari segi agama, kesehatan maupun pencemaran lingkungan. Menyadari akibat sampingan atau tumbuh dan berkembangnya kegiatan pengadaan daging unggas sebagaimana dimaksud di atas, maka Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta perlu segera mengambil langkah dan tindakan berupa pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan penampungan, pemotongan dan peredaran daging unggas di wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta sehingga dengan demikian dapat menjamin tersedianya daging unggas yang halal, sehat dan berkualitas serta terhindar dari pencemaran lingkungan. Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas maka dalam Peraturan Daerah ini diatur mengenai perizinan,pemasukan, penampungan, pengeluaran dan pemotongan serta penjualan daging unggas, higiene kesehatan karyawan dan lingkungan, pengawasan dan pemeriksaan kualitas daging unggas dan pembinaan terhadap para pengusaha di bidang perunggasan di wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Di samping itu Peraturan Daerah ini dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan dalam Keputusan Menteri Pertanian Nomor 557 / Kpts / TN. 520 19 / 1987 tentang Syarat-syarat Rumah Pemotongan Unggas din Usaha Pemotongan Unggas. 13

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 dan 2 : Cukup Jelas. Pasal 3 ayat 1 : Pemeriksaan kesehatan unggas dalam Peraturan Daerah ini, tidak termasuk burung puyuh dan merpati. ayat ( 2) : Yang dimaksud dengan penyakit menular adalah : lytnoidieukosis, marek dan gumboro. Yang dimaksud dengan dicurigai adalah : Kecurigaan terhadap hewan yang diperkirakan menderita penyakit menular didasarkan pada pengamatan dan diagnosis dari dokter hewan yang ditindak lanjuti dengan pemeriksaan di Iaboratorium bagi unggas yang mati / bangkai harus dimusnahkan seluruhnya. Pasal 4 ayat ( 2) : Yang dimaksud penyakit berbahaya antara lain : salmonellosis, ornithosis, avian tuberculosis, ektoparasit, erysipelas unggas. Bagi unggas yang mati bangkai harus dimusnahkan seluruhnya. Pasa15 sld 6 : Cukup Jelas. Pasal 7 ayat ( 2) : Tata cara pemotongan unggas sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat ( 2) Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 306 / Kpts / TN. 330 / 4/ 1994 tentang Pemotongan unggas dan penanganan daging unggas serta hasil ikutannya. Pasal 8 : Cukup Jelas. Pasal 9 : Khusus untuk upacara adat, pemotongan unggas dapat dilaksanakan diluar Rumah Pemotongan Unggas atau Tempat Pemotongan Unggas dan dilaksanakan sesuai dengan upacara adat tersebut setelah terlebih dahulu diperiksa kesehatannya, dan dagingnya hanya dapat dimanfaatkan dalam lingkup upacara adat tersebut. Pasal 10 s/d (2 ) : Daging unggas yang tidak layak dikonsumsi masyarakat adalah daging unggas yang merupakan bagian dari unggas yang menderita atthritis, fraktura, abces, epithelimia serta penyakit lain bersifat lokal. Pasal 11 s/d 16 : Cukup Jelas. Pual 17 : Peraturan Perundang-Undangan yang dimaksud antara lain undangundang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 14

Pasal 18 Pasal 19 dan 20 Pasal 21 Pasal 22 dan 23 Pasa124 ayat ( 1) ayat(2) Pasal 25 dan 26 Pasal 27 Pasal 28 s/d 35 1986 tentang analisis mengenai dampak lingkungan. : Untuk daging unggas yang berasal dad oar Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta dilakukan pemeriksaan ulang di Rumah Pemotongan Unggas sebelum diedarkan. : Cukup Jelas. : Yang dimaksud angkutan khusus adalah : dilapisi alumunium atau bahan yang tidak mudah berkarat. : Cukup Jelas. : Yang dimaksud dengan surat Izin adalah Surat Keputusan dari pejabat yang berwenang yang berisikan suatu jenis usaha / kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh seseorang atau Badan Usaha. : Yang dimaksud dengan Surat Keterangan Daging ( SKD ) unggas adalah surat keterangan tertulis dari pejabat yang berwenang sebagai tanda bukti kesehatan daging atau penjual daging. : Cukup Jelas. : Kewajiban pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini adalah dalam perlindungan dan pembinaan terhadap usaha golongan ekonomi lemah. : Cukup Jelas. 15