HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN Apa dan Mana Dalam Kalimat Deklaratif Sri Puji Astuti

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang.

RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAH LUQMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1

BAB II LANDASAN TEORI. Mandiraja, kabupaten banjarnegara (Kajian inferensi wacana) dengan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Chaer (2007: 30) bahasa merupakan sebuah media utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara yang berbeda-beda berdasarkan dengan pendekatan teori yang

TINDAK TUTUR IMPERATIF DALAM BAHASA SIDANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan

RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-LAIL

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP

BAB V PENUTUP. dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. pembaca atau penulis harus menggunakan kalimat secara baik pula. Kalimat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF DALAM DAKWAH DI RADIO NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

Konjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

PENGGUNAAN BAHASA DALAM TATAP MUKA DIKLAT Oleh: Siti Ainun Jariyah, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang

BAB I PENDAHULUAN. perhatiannya terhadap karya sastra tersebut. mempunyai ciri khas tersendiri pada setiap pengarangnya.

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB III METODE PENELITIAN

KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA 7 TAHUN 3 BULAN DALAM BIDANG SINTAKSIS

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian dari ilmu linguistik. Cabang-cabang ilmu linguistik tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis dan bahasa lisan. Variasi bahasa tulis tidak sedinamis variasi bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata kunci : kesalahan kebahasaan, surat dinas, pemerintahan desa grugu.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan suatu pesan dari seseorang ke orang lain. Berbahasa yang baik dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengolahan data, sampai pada tahap pengambilan kesimpulan, disesuaikan

Artikel Publikasi Ilmiah KATEGORI DAN WUJUD CAMPUR KODE PADA BAHASA IKLAN LOWONGAN KERJA KE LUAR NEGERI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam

BAB V PENUTUP. bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas VII SMPN 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses di sekolah, kegiatan pembelajaran merupakan. materi pelajaran dan tingkat perkembangan siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB II LANDASAN TEORI. Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Iklan merupakan salah satu sarana komunikasi untuk menyampaikan informasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prakteknya penggunaan bahasa dalam menulis tidaklah sama dengan komunikasi

TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XII SMK NEGERI 1 NARMADA. Munawir Guru SMK Negeri 1 Narmada

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

PRATIWI AMALLIYAH A

PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU

STRUKTUR FUNGSIONAL DAN RAGAM KALIMAT PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AL QALAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa

KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA BUKU TEKS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII SMP DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMK

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

POLA SINTAKSIS PADA POSTER DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Campur kode adalah percampuran antara dua bahasa atau lebih dalam

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif karena desain ini merupakan penelitian yang berusaha menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS PADA PENULISAN TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat,

DESKRISPI KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN USTADZ MAULANA DENGAN TEMA BERSEDEKAH PADA ORANG TUA DAN DI BALIK SEBUAH MUSIBAH DI YOUTUBE

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM PIDATO M. ANIS MATTA: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. sebab kalimat tanya tidak pernah lepas dari penggunaan bahasa sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. Alquran merupakan wahyu Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi

REALISASI KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF KUNJANA RAHARDI DALAM RUBRIK SURAT PEMBACA PADA MAJALAHCAHAYAQU

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSATAKA. frasa pemerlengkap. Konsep-konsep tersebut perlu dibatasi untuk menghindari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk

DESKRISPI KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN USTADZ MAULANA DENGAN TEMA BERSEDEKAH PADA ORANG TUA DAN DI BALIK SEBUAH MUSIBAH DI YOUTUBE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

Transkripsi:

HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN 1412-9418 APA DAN MANA DALAM KALIMAT DEKLARATIF Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro ABSTRACT Kalimat merupakan salah satu sarana untuk menyampaikan maksud pembicara atau penulis kepada pendengar atau pembaca. Untuk menyampaikan informasi digunakan kalimat deklaratif. Dalam kalimat deklaratif sering ditemui kata apa dan mana serta bentuk turunannya. Bagaimana kehadiran apa dan mana serta bentuk turunannya dalam kalimat deklaratif dibahas dalam makalah ini. Teori yang digunakan untuk menganalisis adalah teori stuktural. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyimak pemakaian bahasa. Dalam analisis data digunakan metode distribusional yaitu metode analisis data yang berupa penghubungan aantarfenomena dalam bahasa tertentu itu sendiri Adapun teknik yang d.igunakan dalam penelitian ini adalah teknik delisi, substitusi, dan teknik parafrasa. Dari hasil penelitian disimpilkan bahwa apa dan mana serta bentuk tuturannya jika terdapat dalam kalimat deklaratif bukan merupakan interogativa. Kehadiran apa dan mana serta bentuk tuturannya dalam kalimat deklaratif ada yang bersifat wajib ada yang bersifat opsional. Apa dan mana serta bentuk turunannya bersifat opsional jika dalam kalimat deklaratif apa dan mana serta bentuk tuturannya diikuti atau didahului oleh kata yang mempunyai makna yang sama. Kata kunci: apa, mana, kalimat deklaratif I. PENDAHULUAN Peran bahasa yang utama sebagai alat untuk menyampaikan maksud atau perasaan kepada orang lain sesuai dengan situasi kebahasaan. Untuk menyampaikan maksud tersebut digunakan kalimat. Kalimat yang digunakan pembicara maupun penulis dapat berupa kalimat interogatif, kalimat deklaratif, kalimat imperatif, dan lain-lain. Kalimat interogatif biasanya ditandai oleh adanya kata tanya apa, mengapa, siapa, dan lain-lain Namun kenyataannya, kata apa, mana, dan bentuk turunannya itu selain dittemukan dalam kalimat interogatif, katakata tersebut juga ditemukan pula dalam kalimat deklaratif. Jika apa dan mana serta bentuk turunannya terdapat dalam kalimat deklaratif, bukan merupakan interogativa. Ramlan memberikan ciri kalimat deklaratif yaitu kalimat yang mempunyi intonasi berita (Ramlan, 1987:32). Lebih lanjut Ramlan memberikan ciri kalimat deklaratif yaitu tidak terdapat kata tanya seperti siapa, mengapa, di mana, dan kata kata ajakan seperti ayo, mari, serta kata-kata persilahan silakan dan dipersilakan, serta kata larangan jangan. Alwi et al. (1993:265-266) berpendapat bahwa dilihat dari segi bentuknya, hanya ada dua unsur yang mendasari kata tanya apa dan mana. Kata apa dapat diturunkan menjadi bentuk lain misalnya siapa, mengapa, kenapa, keberapa dan lain-lain. Sedangkan kata mana dapat diturunkan menjadi di mana, ke mana, bagaimana, dari mana, dan lainlain. 14

HUMANIKA Vol. 23 No. 1 (2016) ISSN 1412-9418 Berdasarkan latar belakang di atas dalam makalah ini diibahas Bagaimanakah kehadiran apa dan mana serta bentuk turunannya dalam kalimat deklaratif. II. KALIMAT DEKLARATIF Pengertian kalimat menurut Kencono (1982: 5) adalah satuan gramatikal yang disusun oleh konstituen berupa klausa, partikel penghubung jika ada dan intonasi final. Sejalan dengan Kencono, Cook (dalam Tarigan, 1984:8) berpendapat bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri yang mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri dari klausa. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kalimat mempunyai unsur klausa dan intonasi final. Tarigan (1984:19-24) mengklasifikasikan kalimat berdasarkan jenis responsi yang diharapkan menjadi tiga macam yaitu kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan dan kalimat perintah. Kalimat pernyataan adalah kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan informasi tanpa mengharapkan responsi tertentu. Kalimat pertanyaan adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi berpa jawaban. Sedangkan kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi berupa tindakan atau perbuatan. Alwi, et al. (1993:352) membedakan kalimat berdasarkan bentuk sintaksisnya, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat deklaratif, kalimat interogatif, kalmat imperatif, dan kalimat ekslamatif. Dalam penelitian ini hanya dibahas kalimat deklaratif. Kalimat deklaratif disebut juga dengan istilah kaimat berita. Ka;limat deklaratif merupakan kalimat yang tidak ada penanda khusus seperti kalimat interogatif ditandai oleh adanya kata tanya, kalimat imperatif ditandai oleh adanya kata ayo, mari, mohon dan sebagainya (Surono, 2011:110). Kalimat deklaratif ini dalam bentuk tulisnya diakhiri dengan tanda titik dan dalam bentuk lisan ditandai oleh nada turun. Kalimat deklaratif ini biasanya digunakan pembicara atau penulis untuk membuat pernyataan sehingga isinya merupakan berita bagi pendengar atau pembaca (Alwi, et al. 1993:353). Kalimat deklaratif adalah kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan informasi tanpa mengharapkan responsi tertentu (Cook dalam Tarigan, 1985:20). Ramlan menyebutkan fungsi kalimat deklaratif yaitu untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain sehingga tanggapan yang diberikan hanyalah berupa perhatian seperti tercermin pada pandangan mata yang menunjukan adanya perhatian (1983:26). III. METODE PENELITIAN Metode merupakan cara kerja yang harus dijabarkan sesuai dengan alat dan sifat alat yang dipakai. Jabaran metode yang sesuai dengan alat dan sifat disebut teknik. Pengumpulan data dalam penelitian ini terjabar dalam wujud teknik dasar penyadapan. Tahapan ini berakhir dengan transkripsi ortografis yang berupa pencatatan pada kartu daata secara sistematis. Dalam analisis data digunakan metode distribusional yaitu metode analisis data yang berupa penghubungan aantarfenomena dalam bahasa tertentu itu ssendiri (Sudaryanto, 1982:13). Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik delisi, ekspansi, substitusi, permutasi, dan teknik parafrasa. IV. APA DAN MANA DALAM KALIMAT DEKLARATIF Perdasrkan hasil penelitian ditemukan kehadiran apa dan mana serta bentuk turunannya dalam kalimat deklaratiif ada yang bersifat wajib ada yang bersifat manasuka. Perhatikan contoh berikut ini. (1a) Saya sering memikir-mikir pekerjaan apa yang kiranya tepat untuk Wayne. 15

HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN 1412-9418 (1b) Saya sering memikir-mikir pekerjaan yang tepat untuk Wayne. (2a) Siapa yang bersalah harus dihukum. (2b) Orang yang bersalah harus dihukum. (2c) Yang bersalah harus dihukum. Dalam contoh (1a) apa dan dalam contoh (2a) siapa berfungsi untuk menggantikan sesuatu dan seseorang. Kehadiran apa dan siapa dalam kalimat tersebut bersifat opsional jika apa dan siapa tersebut diikuti oleh yang. Apa dan siapa dalam contoh (1a) dan (2a) jika dihilangkan tidak mengubah kegramatikalan kalimat seperti dalam contoh (1b) dan (2b). Dalam contoh (1c) yang berfungsi sebagai artikel yaitu membedakan kata di belakangnya. Dalam contoh berikut ini kehadiran apa dan siapa bersifat wajib, contoh : (3a) Kami siap melayani permintaan apa saja. (3b) Kami siap melayani permintaan (4a) saja. Wayne bangga. Katanya Steven pandai, tahu dengan siapa dia harus bersahabat. (4b) Wayne bangga. Katanya Steven pandai, tahu dengan dia harus bersahabat. Apa dan siapa dalam contoh (3a) dan (4a) dipakai untuk menggantikan sesuatu dan seseorang. Apa dalam contoh (3a) jika dihilangkan menjadi (3b). Contoh (3b) merupakan kalimat yang gramatikal tetapi bukan merupakan parafrase (3a). Jika siapa dalam contoh (4a) dihilangkan akan menjadi (4b). Apakah dalam contoh di bawah ini berfungsi sebagai konjungsi, contoh : (5a) Dia bertanya apakah saya tidak salah sasaran. (5b) Dia bertanya apa saya tidak salah sasaran (5c) Dia bertanya saya salah sasaran apa tidak. (5d) Dia bertanya saya salah sasaran atau tidak (5e) Dia bertanya saya tidak salah sasaran. (6a) Saya tidak yakin apakah saya mencintai sampeyan atau tidak. (6b) Saya tidak yakin, saya mencintai sampeyan atau tidak. (6c) Saya tidak yakin, saya mencintai sampeyan apa tidak. Pada contoh (5a) kehadiran apakah bersifat wajib karena jika apakah dihilangkan, kalimat tersebut menjadi tidak gramatikal seperti pada contoh (5e). Apakah dalam contoh (5a) berfungsi sebagai konjungsi karena dapat disubstitusi dengan atau. Pada contoh (6a) apakah kehadirannya berifat opsional karena jika apakah dihilangkan tidak mengubah kegramatikalan kalimat seperti pada contoh (6b). Kehadiran mengapa dan kenapa dalam kalimat deklaratif ada yang bersifat wajib ada yang bersifat opsional. Contoh : mengapa (7a). Banyak sebab air susu ibu menjadi berkurang. kenapa (7b) Banyak sebab air susu ibu menjadi berkurang. Dalam contoh (7a) kehadiran mengapa dan kenapa bersifat opsional, jika didahului oleh sebab. Sebab mengapa dan sebab kenapa dalam contoh (7a) dipakai untuk mempertegas makna sebab atau alasan. Mengapa dan kenapa dalam contoh (7a) jika dihilangkan tidak mengubah kegramatikalan kalimat seperti pada contoh (7b). Dalam contoh (7a) sebab di situ dipakai untuk mempertegas makna sebab sehingga kehadiran mengapa dan 16

HUMANIKA Vol. 23 No. 1 (2016) ISSN 1412-9418 kenapa tersebut bersifat opsional. Akan tetapi, jika dalam contoh (7a) sebab dihilangkan maka kalimat tersebut menjadi tidak gramatikal seperti pada contoh (7c) berikut ini. mengapa (7c) *Banyak air susu ibu menjadi berkurang. kenapa Contoh di atas, berbeda dengan contoh berikut ini. mengapa (8a) Entah tidak timbul rasa takutku di hutan seorang diri. kenapa sebab apa (8b) Entah tidak timbul rasa takutku di hutan seorang diri. karena apa (8c) Entah tidak timbul rasa takutku di hutan seorang diri. Dalam contoh (8a) mengapa dan kenapa dapat disubstitusi dengan sebab apa dan karena apa seperti pada contoh (8b). Mengapa dan kenapa dalam contoh (8a) dipakai untuk menandai makna sebab. Jadi, kehadirannya bersifat wajib. Contoh (8c) merupakan kalimat yang gramatikal, tetapi bukan merupakan parafrasa contoh (8a). Kehadiran berapa dalam contoh di bawah ini bersifat manasuka. (9a) Saya belum mengerti berapa jumlahnya. (9b) Saya belum mengerti jumlahnya. Dalam contoh (9a) berapa merupakan numeralia tak takrif. Berapa dalam contoh (9a) kehadirannya bersifat opsional karena jika berapa dihilangkan tidak mengubah kegramatikalan kalimat seperti pada contoh (9b) Contoh di atas berbeda dengan contoh berikut ini. (10a) Tidak jelas benar berapa tokoh PKI yang divonis mati. (10b) Tidak jelas benar tokoh PKI yang divonis mati. Dalam contoh (10a) kehadiran berapa bersifat wajib, yaitu untuk menyatakan jumlah tak tentu. Contoh 10b) merupakan kalimat yang gramatikal, tetapi bukan merupakan parafrasa contoh (10a). Dengan demikian, contoh (10b) bukan merupakan bukti bahwa berapa dalam contoh (10a) bersifat opsional. Dalam contoh di bawah ini kehadiran mana bersifat opsional. (11a) Mereka tidak dapat membedakan mana tempat yang aman dan mana tempat yang berbahaya. (11b) Mereka tidak dapat membedakan tempat yang aman dan tempat yang berbahaya. Dalam contoh (11a) mana dipakai untuk menyatakan pilihan antara dua hal, dan kehadirannya dalam contoh (11a) bersifat opsional sehingga mana dalam contoh (11a) dapat dihilangkan menjadi (11b). Kehadiran di mana dalam kalimat deklaratif ada yang bersifat wajib dan ada yang bersifat opsional, contoh: (12a) Saya tidak tahu di manakah rumahnya. (12b) Saya tidak tahu rumahnya. Dalam contoh (12a) kehadiran di manakah bersifat opsional karena jika di manakah dihilangkan tidak mengubah kegramatikalan kalimat seperti pada contoh (12b). Di manakah dalam contoh (12a) dipakai untuk menyatakan tempat berada. Contoh di atas, berbeda dengan contoh berikut ini. 17

HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN 1412-9418 (13a) ( ) jalan besar di mana bus dan angkutan kota lewat, berjarak 1,5 km dan tidak ada becak atau ojek. (Kr/367/58) (13b) ( ) jalan besar bus dan angkutan kota lewat, berjarak 1,5 km dan tidak ada becak atau ojek. Dalam contoh (13a) kehadiran di mana bersifat wajib karena jika di mana dihilangkan, kalimat (13a) menjadi tidak gramatikal seperti pada contoh (13b). Dalam contoh contoh (13a) di mana semata-mata menunjuk kembali keterangan tempat yang telah disebutkan lebih dahulu dalam permulaan kalimat. Kalimat semacam ini sering dijumpai dalam pemakaiannya, terutama dalam penterjemahan oleh penutur yang menguasai dua bahasa atau lebih. Dalam bahasa hal semacam ini disebut dengan istilah interfensi, yaitu pemakaian suatu kaidah bahasa ke dalam bahasa lain. Dalam contoh (13a) di mana tersebut merupakan terjemahan dari kata where dalam bahasa Inggris. Jika di mana dalam contoh (13a) dihilangkan akan mengubah kegramatikalan kalimat. Hal ini berarti kehadiran di mana dipakai untuk menggantikan kata tempat. Jika di mana disubstitusi dengan tempat, contoh (13a) akan menjadi (13c) ( ) jalan besar tempat bus dan angkutan kota lewat, berjarak 1,5 km dan tidak ada becak atau ojek. Variasi mana lain yang merupakan pengaruh bahasa asing juga masih banyak dijumpai, contoh: (14a) Tiga hotel ukuran internasional dewasa ini dipersiapkan di Jakarta dengan mana pada tahun depan akomodasi hotel untuk turis ditambah. (15a) Kita harus memikirkan bentuk tindakan itu untuk mana pemerintahlah yang menentukan. Dengan mana dalam contoh (14a) dan untuk mana dalam contoh (15a) dapat disubstitusikan dengan dan sehingga contoh (14a) dan (15a) akan berubah menjadi (14b) Tiga hotel ukuran internasional dewasa ini dipersiapkan di Jakarta dan pada tahun depan akomodasi hotel untuk turis ditambah. (15b) Kita harus memikirkan bentuk tindakan itu dan pemerintahlah yang menentukan. Kehadiran dari mana dalam kalimat deklaratif ada yang bersifat wajib ada yang bersifat opsional, contoh (16a) Saya tidak peduli dari manakah dia. (16b) Saya tidak peduli dia. Dalam contoh (16a) kehadiran dari manakah bersifat wajib. Contoh (16b) merupakan kalimat yang gramatikal, tetapi bukan merupakan parafrasa (16a). Dengan demikian, contoh (16b) bukan merupakan bukti bahwa dari manakah dalam contoh (16a) bersifat opsional. Contoh di atas, berbeda dengan contoh di bawah ini. (17a) Saya tidak mengerti dari mana asalnya. (17b) Saya tidak mengerti asalnya. Dalam contoh (17a) kehadiran dari mana bersifat opsional karena diikuti oleh kata asal. Dari mana dalam contoh (17a) menyatakan makna asal. Dengan demikian, dari mana dalam contoh (17a) dapat dihilangkan menjadi pada contoh (17b). 18

HUMANIKA Vol. 23 No. 1 (2016) ISSN 1412-9418 Kehadiran bagaimana dalam kalimat deklaratif ada yang bersifat wajib ada yang bersifat opsional, contoh (18a) Mereka menelusuri bagaimana proses penyelesaian masalah tersebut. (18b) Mereka menelusuri proses penyelesaian masalah tersebut. Dalam contoh (18a) bagaimana diikuti oleh proses dalam kalimat deklaratif kehadirannya bersifat opsional karena jika bagaimana dihilangkan tidak mengubah kegramatikalan kalimat, seperti pada contoh (18b). Jika kata proses dihilangkan maka bagaimana harus hadir. V. SIMPULAN Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa apa dan mana serta bentuk tuturannya jika terdapat dalam kalimat deklaratif bukan merupakan interogativa Kehadiran apa dan mana serta bentuk tuturannya dalam kalimat deklaratif ada yang bersifat wajib ada yang bersifat opsional Bersifat opsional jika dalam kalimat deklaratif apa dan mana serta bentuk tuturannya diikuti atau didahului oleh kata yang mempunyai makna yang sama. Dalam contoh di atas misalnya mengapa didahului oleh sebab. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, et al. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Kencono, Djoko (ed.). 1982. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Jakarta:FSUI. Ramlan, M. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia sintaksis. Yogyakarta: CV Kaaryono. Surono. 2011. Dasar-Dasar Analisis Frasa, Kalimat, dan Teks. Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Tarigan, Henry Guntur. 1984.Pengajaran Sintaksis. Bandung:Angkasa 19