Analisis Diskriminan Dalam Prediksi Probabilitas Produktivitas Sayuran di Kota Makassar Berbasis Iklim Nurjannah Sudirman

dokumen-dokumen yang mirip
PREDIKSI PUTING BELIUNG DI KABUPATEN MAROS Eni Murlina. TORNADO PREDICTION IN MAROS REGENCY Eni Murlina

Analisis Diskriminan Dalam Prediksi Probabilitas Produktivitas. Sayuran di Kota Makassar Berbasis Iklim

PREDIKSI PUTING BELIUNG DI KABUPATEN TORAJA UTARA Nivi Okstrifiani. TORNADO PREDICTION IN SOUTH TORAJA REGENCY Nivi Okstrifiani

JMP : Volume 6 Nomor 1, Juni 2014, hal REGRESI LINEAR BIVARIAT SIMPEL DAN APLIKASINYA PADA DATA CUACA DI CILACAP

ANALISIS PENGARUH CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

KATA KUNCI : ANALISIS REGRESI LINEAR, UNSUR-UNSUR IKLIM, PRODUKTIVITAS TANAMAN PANGAN

Iklim / Climate BAB II IKLIM. Climate. Berau Dalam Angka 2013 Page 11

Pengaruh Angin Dan Kelembapan Atmosfer Lapisan Atas Terhadap Lapisan Permukaan Di Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang

ANALISIS DERET BERKALA MULTIVARIAT DENGAN MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER: STUDI KASUS CURAH HUJAN DI KOTA MALANG

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PADI DI DELI SERDANG. Riang Enjelita Ndruru,Marihat Situmorang,Gim Tarigan

Persamaan Regresi Prediksi Curah Hujan Bulanan Menggunakan Data Suhu dan Kelembapan Udara di Ternate

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)*

PERSAMAAN REGRESI PREDIKSI HUJAN BULANAN DI PONTIANAK DENGAN PREDIKTOR SUHU DAN KELEMBAPAN UDARA

STUDI TENTANG KOMPARASI DATA TEKANAN UDARA PADA BAROMETER DIGITAL DAN AUTOMATIC WEATHER SISTEM (AWOS) DI STASIUN METEOROLOGI HASANUDDIN MAKASSAR

IV METODE PENELITIAN

STUDI ESTIMASI CURAH HUJAN, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

3 METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

PENERAPAN FUZZY INFERENCE SYSTEM PADA PREDIKSI CURAH HUJAN DI SURABAYA UTARA

Hidrometeorologi. Pertemuan ke I

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan

ANALISIS KORELASI KELEMBABAN UDARA TERHADAP EPIDEMI DEMAM BERDARAH YANG TERJADI DI KABUPATEN DAN KOTA SERANG

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

PEMBAHASAN ... (3) RMSE =

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

ANALISA VARIABILITAS CURAH HUJAN DI PALU BERDASARKAN DATA PENGAMATAN TAHUN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

BAB 1 PENDAHULUAN. meteorologi dan geofisika yang salah satu bidangnya adalah iklim.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

INSTRUKSI KERJA PENGOLAHAN DATA HUJAN DAN PENGHITUNGAN ETo

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NAIK TURUNNYA HARGA CABAI MERAH MENURUT PENDAPAT PETANI DI KABUPATEN SITUBONDO

Prosiding Manajemen ISSN:

VI ANALISIS RISIKO HARGA

Penentuan Pengaruh Iklim Terhadap Pertumbuhan Tanaman dengan Naïve Bayes

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan data-data

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Pengertian Ekonometrika. 1.2 Ekonometrika Merupakan Suatu Ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA VALIDASI PERALATAN METEOROLOGI KONVENSIONAL DAN DIGITAL DI STASIUN METEOROLOGI SAM RATULANGI oleh

KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU

PENENTUAN KOEFISIEN KORELASI KANONIK DAN INTERPRETASI FUNGSI KANONIK MULTIVARIAT

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar 17. Tampilan Web Field Server

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

OPTIMASI USAHATANI SAYURAN DENGAN SISTEM DIVERSIFIKASI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah

Maksimum dan Minimum di Perak I Relative Humidity, Atmospheir Pressure and Temperature at Perak I Kelembaban/ Tekanan Udara/ Temperatur/

KOREKSI DATA HUJAN DASARIAN TRMM DI STASIUN KLIMATOLOGI KAIRATU MENGGUNAKAN REGRESI LINEAR SEDERHANA

PEMANFAATAN SUHU UDARA DAN KELEMBAPAN UDARA DALAM PERSAMAAN REGRESI UNTUK SIMULASI PREDIKSI TOTAL HUJAN BULANAN DI PANGKALPINANG

ANALISIS HOMOGENITAS DATA CURAH HUJAN TAHUNAN KOTA MAKASSAR

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

HUBUNGAN FAKTOR IKLIM DENGAN PENYAKIT DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PILOLODAA KECAMATAN KOTA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yaitu dimana sebagian besar mata

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

Yunus S. Swarinoto, Sugiyono. ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-

SIMULASI PRAKIRAAN JUMLAH CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN DATA PARAMETER CUACA (STUDY KASUS DI KOTA PEKANBARU TAHUN 2012)

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

PENERAPAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI CUACA HARIAN DI BANJARBARU

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendapat Sugiyono (2010:13) mengenai pengertian objek penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. meteorolgi dan Geofisika yang salah satu bidangnya ialah iklim.

PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PANGAN DI JAWA TIMUR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Tabel 4.1. dan Pendapatan Bagi Hasil. Descriptive Statistics. Pembiayaan_Mudharabah E6 4.59E E E9

Analisis Pola Distribusi Unsur-Unsur Cuaca di Lapisan Atas Atmosfer pada Bulan Januari dan Agustus di Manado

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Tingkat Kenyamanan Iklim Daerah Tujuan Wisata Di Pulau Jawa Bagian Tengah Dengan Menggunakan Tourism Climate Index

BAB II LANDASAN TEORITIS

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Pada Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung)

Peramalan Deret Waktu Menggunakan S-Curve dan Quadratic Trend Model

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia meteorologi diasuh dalam Badan Meteorologi dan Geofisika di Jakarta

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN PADANG LAWAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam penelitian

Perbandingan Akurasi Backpropagation Neural Network dan ANFIS Untuk Memprediksi Cuaca

BAB III METODE PENELITIAN. B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel. Sampling Jenuh, yaitu teknik Sampling yang semua anggota populasi

PRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 01 (2018), Hal ISSN :

Metode Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik Untuk Estimasi Curah Hujan Bulanan di Ketapang Kalimantan Barat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

MODEL FUNGSI TRANSFER BIVARIAT UNTUK MERAMALKAN CURAH HUJAN DI KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI DYAH RARA

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat pertanian dalam proses pembangunan melalui peningkatan kualitas. yang bergizi seimbang dan permintaan pasar global.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Metodologi Penelitian Pengumpulan Bahan Penelitian. Dalam penelitian ini bahan atau materi dikumpulkan melalui :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. salah satu kota pemekaran dengan penerimaan PAD yang cukup tinggi.

Transkripsi:

Analisis Diskriminan Dalam Prediksi Probabilitas Produktivitas Sayuran di Kota Makassar Berbasis Iklim Nurjannah Sudirman Program Studi Geofisika, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia. Email : nurjannah_sudirman@yahoo.com Predicted Probability Discriminant Analysis In Productivity Vegetables in Makassar Based Climate Nurjannah Sudirman Geophysical Studies Program, Department of Physics, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Hasanuddin University, Makassar, Indonesia. Email Address: nurjannah_sudirman@yahoo.com Abstrak Dalam kurun waktu tahun 1993 2011 ditemukan fluktuasi produktivitas sayuran di Kota Makassar. Kajian ini dilakukan untuk memodelkan fluktuasi sayuran yang kemungkinan disebabkan oleh kondisi iklim lokal. Model yang digunakan untuk maksud ini adalah model diskriminan. Hasil uji signifikansi pada taraf α = 0,05, ditemukan bahwa faktor-faktor iklim yang signifikan adalah kelembaban udara, suhu udara rata-rata, suhu udara minimum, suhu udara maximum, dan kecepatan angin rata-rata. Model prediksi yang dikembangkan ini mampu menerangkan 89,50% variasi data. Model ini juga memiliki Peirce score antara 0,31±0,25 hingga 0,64±0,24. Tingkat akurasi model yang tidak terlalu tinggi ini mungkin disebabkan karena model ini hanya menggunakan faktor iklim lokal saja. Kata Kunci: fluktuasi, faktor iklim, model diskriminan, produktivitas sayuran. Abstract During the period of 1993-2011 it was found that the vegetables productivity in the Makassar fluctuations. This study was aimed to build a discriminant model relating local climates is input and a vegetable productivity is output. The model used for this purpose is the discriminant model s. The input variance selected using a significance level α = 0.05, it was found that significant climatic factors are air humidity, mean air temperature, minimum air temperature, maximum air temperature, and average wind speed. The model was able to explain 89.50% of variation data. This model has also a Peirce score between 0.31 ± 0.25 to 0.64 ± 0.24. Such level of array meaning that other non climatic variable need to be included. Keywords: fluctuations, climate factor, discriminant model, vegetables productivity. 1. PENDAHULUAN Usaha pertanian hortikultura, khususnya buah dan sayur, dapat menjadi solusi alternatif pendapatan bagi siapapun yang ingin mengusahakannya. Selain mendukung program pemerintah dalam gerakan mengkonsumsi buah dan sayur di masyarakat, ternyata peluang usaha ini masih sangat besar baik di dalam maupun luar negeri. Namun pemegang masalah utama dalam memproduksi tanaman dalam hal ini sayuran adalah iklim dan cuaca yang tidak beraturan. Untuk itu perlu dilakukan pendekatan yang efektif dengan cara menyesuaikan sistem usaha tani dengan kondisi iklim setempat (Madia, 2012). Penyesuaian dapat dilakukan dengan menganalisis dan mengintrepetasi data iklim dan cuaca yang ada. Analisis data iklim dan cuaca harus secara kompeherensif dan berkelanjutan karena iklim dan cuaca merupakan sistem yang selalu dapat berubah. Penelitian ini dibatasi pada produktivitas sayuran yang ada di Kota Makassar berdasarkan kondisi cuaca lokal dalam 19 tahun terakhir, faktorfaktor cuaca yang signifikan akan membentuk model prediktif dengan menggunakan metode analisis diskriminan. Faktor-faktor cuaca tersebut yaitu kelembaban udara, tekanan udara, curah hujan, lamanya penyinaran matahari, suhu udara, dan angin. Nurjannah Sudirman Alamat E-mail: nurjannah_sudirman@yahoo.com

2. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 2.1. Bahan Tahap awal dari penelitian ini adalah mengumpulkan dan mempersiapkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari : 2.1.a. Data iklim yang meliputi : kelembaban udara, tekanan udara, curah hujan, lamanya penyinaran matahari, suhu udara rata-rata, suhu udara minimum, suhu udara maximum, kecepatan angin rata-rata, dan kecepatan angin maximum, dari tahun 1993 2011. Data unsur-unsur iklim diperoleh dari Stasiun Klimatologi Maros, Kabupaten Maros. 2.1.b. Data produktivitas sayuran yang ada di Kota Makassar berupa : kacang panjang, lombok, sawi, terong, tomat, ketimun, kangkung, dan bayam mulai dari tahun 1993 hingga 2011. Data produktivitas sayuran diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Makassar. Pola iklim dengan distribusi tanaman memiliki hubungan yang erat sehingga beberapa klasifikasi iklim didasarkan pada dunia tumbuh tumbuhan. Tanaman dipandang sebagai suatu yang kompleks dan peka terhadap pengaruh iklim misalnya pemanasan, kelembaban, penyinaran matahari, dan lain-lain. Tanpa unsur unsur iklim ini, pada umumnya pertumbuhan tanaman akan tertahan, meskipun ada beberapa tanaman yang dapat menyesuaikan diri untuk tetap hidup dalam periode yang cukup lama jika kekurangan salah satu faktor tersebut di atas (Tjasyono, 2004). Dalam penelitian ini, akan dibahas secara singkat beberapa unsur cuaca yang dianggap berpengaruh terhadap produktivitas sayuran, diantaranya curah hujan, suhu udara, angin, dan kelembaban udara. Curah hujan di daerah tropis merupakan unsur iklim yang sangat berubah ubah tergantung baik pada tempat maupun waktu. Dengan demikian keadaan iklim, apabila dilihat dari segi besarnya curah hujan, sangat beraneka ragam. Keadaan ini membuka berbagai kemungkinan untuk pendayagunaan tanah, namun di pihak lain juga menimbulkan banyak masalah (Hohnholz, 1986). Selain diklasifikasi berdasarkan pada curah hujan, tanaman dapat pula diklasifikasikan berdasarkan pada kebutuhan suhunya yaitu : megatermal, mesotermal, mikrotermal, dan hekstotermal (Tjasyono, 2004). Angin mempercepat proses evapotranspirasi dan mempengaruhi tanaman menjadi kering. Angin yang kuat dapat merusak tanaman dan menumbangkan tanaman yang sedang tumbuh (Tjasyono, 2004). Kelembaban mempengaruhi evapotranspirasi dan jumlah air. Kelembaban banyak berhubungan dengan suhu, curah hujan, dan angin, sehingga harus diadakan beberapa tinjauan. Hubungan antara unsur unsur iklim tersebut, misalnya suhu udara dengan curah hujan memberikan dasar pada distribusi iklim dan tanaman (Tjasyono, 2004). 2.2. Metode Penelitian Uji statistik yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat (produktivitas sayuran) dan variabel bebas (unsurunsur cuaca) adalah dengan uji F (uji hipotesis keseluruhan), dengan kriteria penilaian : F hitung > F tabel Ho ditolak, dan F hitung < F tabel maka Ho diterima. Dimana Ho = tidak memiliki pengaruh prediktor terhadap produktivitas sayuran. Analisis diskriminan merupakan salah satu metode statistika yang bertujuan untuk mengkategorikan suatu objek ke dalam dua atau lebih kelompok berdasarkan pada sejumlah variabel bebas. Pengelompokannya bersifat mutually executive dalam artian jika objek A sudah berada dalam kelompok I, maka tidak mungkin menjadi kelompok 2 dan selanjutnya. Oleh karena ada sejumlah variable independen, maka akan terdapat satu variable dependen (Wilks, 1995). Model analisis diskriminan adalah sebuah persamaan yang menunjukkan suatu kombinasi linier dari berbagai variabel independen yaitu : D=b 0 +b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 +...+b k X k...(1) dimana : D = tinggi rendahnya produktivitas sayuran; (D = 1 = produktivitas sayuran rendah, D = 2 = produktivitas sayuran tinggi) Persamaan (1) merupakan model prediksi produktivitas sayuran dengan b adalah koefisien diskriminan atau bobot, dan X merupakan predictor atau variabel independen (Wilks, 1995). Verifikasi adalah proses penilaian kualitas suatu prediksi (forecast). Dalam proses ini, suatu hasil prediksi dibandingkan dengan nilai pengamatan/observasi (Halide, 2009). Untuk mengetahui keserasian/kecocokan antara model dan data, maka keluaran (output) model dibandingkan dengan data produktivitas sayuran yang ada di Kota Makassar. Kita juga dapat membandingkan hasil prediksi secara kuantitatif dengan menentukan akurasi model

sekaligus kesalahannya dalam memprediksi dengan menggunakan seperangkat formulasi matematik. 2.2.1. Verifikasi dikhotomi Yaitu dengan menghitung nilai PSS (Peirce Skill Score) dan EPSS (Error Peirce Skill Score). Dengan menggunakan rumus berikut (Halide, 2009) : Nilai PSS = ((ad-bc))/((a+c) )(b+d) (2) Nilai EPSS =.(3) Dengan : a = jumlah kejadian yang terprediksi dan teramati b = jumlah kejadian yang terprediksi tak teramati c = jumlah kejadian yang tidak terprediksi namun ternyata teramati d = jumlah kejadian yang tidak terprediksi dan tidak teramati. n = banyaknya data (a+b+c+d) 2.3. Bagan Alir Penelitian 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan analisis diskriminan untuk mengetahui keeratan hubungan atau unsur apa yang signifikan terhadap produktivitas masing-masing sayuran. Dalam hal ini apakah produktivitas sayuran tersebut di masa mendatang dapat diramalkan jika besar atau kuantitas prediktor atau unsur iklim diketahui. Setelah melakukan proses statistik menggunakan analisis diskriminan melalui program SPSS maka dapat dilihat unsur iklim signifikan yang bervariasi terhadap produktivitas masingmasing sayuran yang ada di Kota Makassar. Tabel 1. Model Prediktif Analisis Diskriminan Pengaruh Unsur Iklim Terhadap Produktivitas Sayuran No Sayuran Model Prediksi Diskriminan 1 Kacang panjang D = -88,782 + 2,734X 7 2 Lombok D = -29,435 + 0,325X 1 + 0,959X 8 3 Sawi D = -78,966 + 3,143X 6 4 Terong D = -5,518 + 1,115X 8 5 Tomat D = -80,941 + 7,497X 5 3,999X 7 6 Ketimun D = -35,165 + 0,354X 1 + 1,128X 8 7 Kangkung D = 31,284 + 0,188X 1 1,614X 5 8 Bayam D = -5,740 + 0,010X 3 + 1,234X 8 Data Produktivitas Sayuran Mulai Input Data Sekunder Pengolahan Data Berdasarkan Analisis Diskriminan (SPSS) Menentukan Unsur-unsur Signifikan (SPSS) Uji Prediktif (Matlab) Analisis Kesimpulan Selesai Data Unsur Iklim Keterangan : X 1 = Kelembaban udara /Rh (%) X 3 = Curah hujan/r (mm) X 5 = Suhu udara rata-rata/tmean ( 0 C) X 6 = Suhu udara minimum/tmin ( 0 C) X 7 = Suhu udara maximum/tmax ( 0 C) X 8 = Kec. Angin rata-rata/windmean (knot) Dilihat dari Tabel 1, ternyata setiap komoditas sayuran tidak sama iklim signifikannya, hal ini diakibatkan karena setiap jenis sayuran itu membutuhkan keadaan iklim yang berbeda sehingga berpengaruh terhadap produktivitasnya. Model analisis diskriminan yang diperoleh memperlihatkan bahwa variabel bebas yang koefisien bernilai negatif memilki hubungan yang berlawanan dengan produktivitas masing-masing sayuran. Artinya semakin tinggit nilai koefisien dari variabel bebas tersebut maka akan memperlihatkan pengaruh yang besar terhadap produktivitas sayuran (D). Sebaliknya variabel bebas dengan nilai koefisien positif menandakan memilki hubungan yang searah dengan variabel terikat (D). Model yang diperoleh dari masing-masing sayuran digunakan untuk mengetahui setiap jenis sayuran tersebut masuk pada kelompok 1 (produktivitas rendah) atau kelompok 2 (produktivitas tinggi) dengan data hasil perbandingan yang bervariasi. Perbandingan dari produktivitas sayuran tersebut ditunjukkan pada gambar sebagai berikut :

Tabel 2. Tabel Nilai Peirce Hasil Verifikasi Dikhotomi Semua Komoditas Sayuran Komoditas Sayuran Variabel Peubah yg Signifikan Nilai Skill PSS ± EPSS Kacang Panjang Tmax 0.57±0.19 Gambar 1. Grafik Produktivitas untuk Sayur Sawi Lombok Windmean,Rh 0.5±0.22 Sawi Tmin 0.35±0.22 Terong Windmean 0.5±0.22 Tomat Tmean,Tmax 0.5±0.26 Ketimun Windmean,Rh 0.64±0.24 Kangkung Rh,Tmean 0.31±0.25 Bayam Winmean,R 0.35±0.22 Gambar 2. Grafik Produktivitas untuk Sayur Ketimun Perbandingan antara hasil observasi dan model prediksi menunjukkan hasil yang bervariasi tiap tahunnya seperti pada kasus sayur sawi dan ketimun. Hal ini menunjukkan tinggi rendahnya produktivitas untuk kasus sayur ketimun antara observasi dan prediksi memiliki perbedaan yang tidak terlalu jauh sehingga hasil model prediksi yang diperoleh sudah baik. Beda halnya untuk kasus sayur sawi yang memiliki perbedaan terbanyak antara hasil observasi dan prediksi disbanding dengan sayur ketimun. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhi produktivitasnya seperti tingkat kesuburan tanah dari setiap lokasi kebun sayuran dan jenis pupuk yang mereka gunakan. Sedangkan faktor yang diperhatikan dalam model prediksi hanya berdasarkan pada unsur iklim saja. Suatu model diskriminan dikatakan baik atau cukup baik ketika nilai Peirce skill yang diperoleh tinggi. Dalam setiap kasus sayuran, nilai PSS yang mendekati 1 menandakan model diskriminan sayuran tersebut sudah bagus dan dapat digunakan untuk memprediksi suatu kasus. Sedangkan untuk nilai PSS yang lebih mendekati 0 menandakan model diskriminan tersebut kurang baik digunakan dalam memprediksi suatu kasus. Berikut merupakan nilai Peirce Skill Score (PSS), nilai Error Peirce Skill Score (EPSS) dari hasil prediksi setiap sayuran yang ada di Kota Makassar : Gambar 3. Grafik Perbandingan Nilai Peirce Hasil Verifikasi Dikhotomi Semua Jenis Sayuran Gambar grafik di atas merupakan grafik hasil verifikasi dikhotomi nilai korelasi Peirce untuk model prediksi. Nilai Peirce ini dihasilkan oleh prediksi dari sayur kacang panjang (1), lombok (2), sawi (3), terong (4), tomat (5), ketimun (6), kangkung (7), dan bayam (8). Sumbu horizontal merupakan jenis komoditas sayuran yang ada di Kota Makassar dan nilai masing-masing Peircenya dinyatakan dalam sumbu vertikalnya. Pada Tabel 2, ke delapan komoditas sayuran yang memiliki nilai PSS rendah adalah sayur sawi, kangkung dan bayam. Ini menyatakan model prediksi ke tiga sayur ini kurang baik digunakan dalam memprediksi suatu kasus, sedangkan model prediksi sayuran lainnya sudah bagus dan dapat digunakan dalam memprediksi suatu kasus ke

depannya dengan nilai PSS yang mendekati angka 1. Hal ini mungkin disebabkan oleh penanaman jenis sayur sawi dan kangkung dilakukan secara kontiniu setelah masa panen, dalam artian penanaman dilakukan secara terus menerus setelah masa panen sehingga hasil nilai Peircenya kurang akurat dalam memprediksikan produktivitas sayuran tersebut. Sedangkan untuk kasus sayur bayam, dari hasil analisis diskriminan hanya sayur jenis ini yang dipengaruhi oleh curah hujan. Sebagaimana yang telah dikatakan salah satu petani yang telah diwawancarai, hujan saat ini tidak menentu keadaannya kadang dimusim kemarau tiba-tiba hujan dan disaat musim hujan curah hujannya sangat tinggi yang dapat merusak pertumbuhan dan mutu dari sayuran tersebut. Hasil analisis inilah yang memungkinkan mengapa nilai Peirce untuk sayur sawi, kangkung, dan bayam lebih rendah dari ke lima nilai Peirce sayuran lainnya. 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan 1. Telah ditentukan unsur-unsur iklim yang signifikan mempengaruhi produktivitas sayuran yang ada di Kota Makassar dengan rincian: Suhu maximum signifikan terhadap produktivitas Sayur Kacang panjang, Kelembaban udara dan Kec.Angin Rata-rata signifikan terhadap produktivitas Lombok dan Ketimun, Suhu udara minimum signifikan terhadap produktivitas Sawi, Kec.Angin Ratarata signifikan terhadap produktivitas Terong, Suhu udara Rata-rata dan Suhu udara maximum signifikan terhadap produktivitas Tomat, Kelembaban udara dan Suhu udara Rata-rata signifikan terhadap produktivitas Kangkung, Curah hujan dan Kec.Angin Rata-rata signifikan terhadap produktivitas Bayam. 2. Telah dibuat model diskriminan unsur-unsur iklim yang mempengaruhi produktivitas sayuran di Kota Makassar yaitu: 1) Kacang Panjang : D = -88,782 + 2,734X 7 2) Lombok : D = -29,435 + 0,325X 1 + 0,959X 8 3) Sawi : D = -78,966 + 3,143X 6 4) Terong : D = -5,518 + 1,115X 8 5) Tomat : D = -80,941 + 7,497X 5 3,999X 7 6) Ketimun : D = -35,165 + 0,354X 1 + 1,128X 8 7) Kangkung D = 31,284 + 0,188X 1 1,614X 5 8) Bayam : D = -5,740 + 0,010X 3 + 1,234X 8. 3. Nilai Skill yang didapatkan dari pengolahan analisis diskriminan pada masing-masing sayuran yang ada di Kota Makassar yaitu : 1) Kacang panjang dengan nilai Peirce adalah 0,56±0,19. 2) Lombok dengan nilai Peirce adalah 0,5±0,22. 3) Sawi dengan nilai Peirce adalah 0,35±0,22. 4) Terong dengan nilai Peirce adalah 0,5±0,22. 5) Tomat dengan nilai Peirce adalah 0,5±0,26. 6) Ketimun dengan nilai Peirce adalah 0,64±0,24. 7) Kangkung dengan nilai Peirce adalah 0,31±0,25. 8) Bayam dengan nilai Peirce adalah 0,35±0,22. 4.2. Saran 1. Untuk kebutuhan penelitian selanjutnya, sebaiknya menambahkan prediktor lain selain unsur iklim dalam penelitian untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi produktivitas sayuran selain unsur iklim. 2. Untuk para petani sayuran di Kota Makassar, guna meningkatkan produktivitas tanaman perlu memperhatikan unsur-unsur iklim tertentu. Misalnya untuk sayur kangkung unsur iklim yang perlu diperhatikan yaitu kelembaban udara dan suhu udara rata-rata. 5. REFERENSI 1. Halide, H. 2009. Esensi Prediksi. Makassar :Pusaka Pena Press Makassar.Hal. 94 2. Tjasyono. B., 2004. Klimatologi. ITB, Bandung. 348 hal. 3. Wilks. D., 1995. Statistical Methods In The Atmospheric Sciense. Academic Press, New York, PP :415-41 4. Madia. E., Dkk., 2012. Hubungan Iklim dan Pertumbuhan Tanaman. Available from : http://mbem25.blogspot.com/2012/05/hubungan -iklim-dan-pertumbuhan-tanaman.html 5. Hohnholz, H. J., 1986. Geografi Pedesaan. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.