ANALISIS HUBUNGAN AGRESIVITAS PELAPORAN KEUANGAN DAN AGRESIVITAS PAJAK PADA SAAT TERJADINYA PENURUNAN TARIF PAJAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Berdasarkan UU Nomor 36 tahun 2008

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara proporsi dewan komisaris independen,

Bab 2 Telaah Pustaka dan Pengembangan Model

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dibatasi pada manajemen laba, kepemilikan institusional,

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan sumber dalam mengevaluasi kinerja manjemen. Dalam laporan keuangan biasanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

PENGARUH MANAJEMEN LABA AKRUAL DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN INDEKS LQ 45)

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-10

BAB I PENDAHULUAN. batas lagi, segala aspek kehidupan dapat saling terkait dan mempengaruhi.

INSENTIF PELAPORAN DAN PERENCANAAN PAJAK PERUSAHAAN

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa insentif pajak berpengaruh positif

BAB I PENDAHULUAN. disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dirasa cukup memberatkan, maka dapat mendorong manajemen. tampak sebagaimana yang diharapkan.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Pihak - pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan (principal dan. menyebabkan munculnya hubungan agensi antara principal (pemegang

BAB I PENDAHULUAN. adalah memanipulasi laba perusahaan. saham dan pengguna eksternal lainnya. Namun demikian, di sisi lain

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pasca adopsi penuh International Financial Reporting Standards (IFRS) di tahun

BAB I PENDAHULUAN. laba dan komponennya. Laba dapat menggambarkan kinerja perusahaan selama

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat tiga tujuan pelaporan keuangan menurut Statement of Financial

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH MANAJEMEN LABA AKRUAL DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN INDEKS LQ 45)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPTOTESIS PENELITIAN. Teori adalah kumpulan dari konsep, definisi, dan proposisi-proposisi yang

BAB III METODE PENELITIAN. informasi laporan keuangan pada situs resminya di atau dapat

BAB I PENDAHULUAN. Roychowdury (2006) mendefinisikan real activities manipulation sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian asosiatif. Ulum dan

HUBUNGAN PERBEDAAN LABA AKUNTANSI & LABA PAJAK DENGAN PERILAKU MANAJEMEN LABA DAN PERSISTENSI LABA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

Bab 3 Metode Penelitian 3.1 Populasi dan Sampel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Accounting Analysis Journal

BAB I PENDAHULUAN. saham, kreditor, serta stakeholders lainnya dan laporan keuangan fiskal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. keuangan oleh manajemen bertujuan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kandungan Informasi Temporary Book-Tax Differences dan Akrual dalam Persistensi Laba

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB III METODE PENELITIAN. Tahun yang digunakan yaitu pada tahun , yang bertujuan

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN

BAB V PENUTUP. (overproduction), dan penurunan discretionary expenses akan menyebabkan. semakin rendahnya arus kas operasi satu tahun ke depan.

Niko Ariston Depari, Zulaikha 1

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dapat mendapatkan hasil yang akurat. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB III METODE PENELITIAN. tedaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Semua data dapat diperoleh dari situs resmi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

terhadap manajemen pajak (CETR) perusahaan manufaktur yang

UKURAN PERUSAHAAN STRUKTUR MODAL DAN NILAI PERUSAHAAAN. Heince R.N. Wokas (

UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA

BAB III Metode Penelitian. Objek pada penelitian ini adalah manipulasi akrual, manipulasi real, dan

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti menguji pengaruh return on asset (ROA), leverage, ukuran perusahaan dan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. menghubungkan antara karakteristik perusahaan khususnya capital intensity dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (tax avoidance) sepanjang hal itu dimungkinkan sesuai aturan.

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemberian

BAB I PENDAHULUAN. yang akan diteliti. Bab ini juga menguraikan tentang motivasi penelitian, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan memiliki kewajiban dalam melaporkan pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris

BAB I PENDAHULUAN. Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar. perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk. menyampaikan informasi mengenai kondisi keuangan dan ukuran kinerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai kondisi kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. penelitian ini sebagai berikut: Ulfah (2013) dan Sumomba (2012) melakukan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu informasi yang dilaporkan dalam laporan keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Dalam kajian pustaka dan hipotesis akan dijelaskan mengenai Teori-teori yang

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Audit Tenure terhadap Audit Report Lag dengan Reputasi Kantor Akuntan Publik sebagai Variabel Moderasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA, PROFITABILITAS, DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP TINDAKAN AGRESIVITAS PAJAK

ISSN : X. M. Husni Mubarok Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Sriwijaya

10/10/2009 MODEL JONES Paper Deskriptif arierahayu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori

SEMINAR AKUNTANSI MANAJEMEN LABA

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERCATAT DI BEI

BAB III METODE PENELITIAN

Karakteristik Kepemilikan Perusahaan, Corporate Governance, dan. Tindakan Pajak Agresif. Dewi Kartika Sari. Dwi Martani. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang

ABSTRAK. Kata Kunci: Kualitas Audit, Leverage, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Manajemen Laba. viii. Universitas Kristen Maranatha

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lain. Untuk dapat melakukan aktivitasnya dan dapat bersaing dengan

PENGARUH RETURN ON ASSET, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN KOMPENSASI RUGI FISKAL TERHADAP TAX AVOIDANCE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PERNYATAAN KEASLIAN...

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 ANALISIS HUBUNGAN AGRESIVITAS PELAPORAN KEUANGAN DAN AGRESIVITAS PAJAK PADA SAAT TERJADINYA PENURUNAN TARIF PAJAK Putri Almainda Kamila Dwi Martani Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi ABSTRAK: Penelitian ini membahas hubungan kausalitas antara agresivitas pajak dan agresivitas pelaporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011 dengan menggunakan 108 perusahaan sampel sehingga total observasi berjumlah 432 observasi. Penelitian juga akan menganalisis dampak perubahan tarif pajak terhadap agresivitas pajak dan laporan keuangan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif antara agresivitas pajak dan agresivitas pelaporan keuangan. Hubungan ini bersifat resiprokal atau saling mempengaruhi. Agresivitas pajak pada periode sebelum penurunan tarif terbukti lebih besar dibandingkan periode lainnya, sedangkan agresivitas pelaporan keuangan justru terlihat pada periode setelah penurunan tarif. Profitabilitas dan ukuran perusahaan menunjukkan pengaruh negatif pada agresivitas pajak sedangkan kompensasi rugi fiskal dan keberadaan operasi di luar negeri menunjukkan pengaruh positif. Pada agresivitas pelaporan keuangan, profitabilitas dan leverage berpengaruh positif sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh negatif. Kata kunci : agresivitas pajak, agresivitas pelaporan keuangan, akrual diskresioner, perbedaan permanen diskresioner, penurunan tarif pajak. ABSTRACT: This research discusses the causal relationship between tax aggressiveness and aggressive financial reporting on the manufacturing company listed on the Indonesia Stock Exchange in 2008-2011 by using 108 companies as sample, result in 432 total observations. This research also analyzes the effect of tax rate reductions in tax aggressiveness and aggressive financial reporting. This research showed a positive relationship between tax aggressiveness and aggressive financial reporting. We find that tax aggressiveness in prior year before tax rate reduction is relatively higher while aggressive financial reporting is lower. Profitability ratio and size of company have negative effect on tax aggressiveness while loss carry forward and foreign operation have positive effect. Financial reporting aggressiveness is affected positively by leverage and profitability ratio while size of company has negative effect. Key words : tax aggressiveness, aggressive financial reporting, discretionary accrual, discretionary permanent difference, tax rate reduction. I. PENDAHULUAN Pajak penghasilan yang dibayarkan perusahan merupakan proses transfer kekayaan dari pihak perusahaan kepada negara sehingga besar kecilnya beban pajak yang dibayarkan

2 menjadi biaya bagi perusahaan dan pemilik yang nilainya cukup besar dan secara signifikan mengurangi laba perusahaan (Sari, 2010). Hal ini akan merugikan perusahaan karena tujuan yang ingin dicapai perusahaan adalah melaporkan laba yang sebesar-besarnya agar mempertahankan reputasi yang baik di mata publik. Untuk itu perusahaan dan pemilik biasanya cenderung untuk melakukan tindakan pajak agresif untuk mengecilkan beban pajak (Chen et al., 2010) atau melakukan agresivitas pelaporan keuangan dengan membesarkan laba perusahaan. Akan tetapi perusahaan harus menghadapi trade off pada saat melakukan agresivitas pajak dan agresivitas pelaporan keuangan (Shackelford dan Shevlin, 2001). Hal ini dikarenakan penghitungan beban pajak tergantung pada besar kecil laba yang dilaporkan. Pada saat perusahaan menampilkan beban pajak yang rendah maka perusahaan juga harus menampilkan laba yang rendah, begitu pula sebaliknya. Berkurangnya pajak yang dibayarkan perusahaan berimplikasi pada menurunnya pendapatan pajak yang seharusnya diterima negara. Untuk menghindari hal ini pemerintah telah melakukan beberapa kali reformasi terhadap peraturan perpajakan agar mencapai solusi yang menguntungkan semua pihak. Mulai tahun 2009, tarif PPh badan berubah dari sistem tarif progresif menjadi tarif tunggal atau single tax. Perubahan ini menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan besar karena biasanya terkena lapisan tertinggi yaitu 30%, pada tahun 2009 menjadi hanya tarif tungggal 28%. Pada tahun 2010 terjadi lagi penurunan tarif menjadi 25% atas pendapatan kena pajak. Meskipun penurunan tarif ini sebenarnya ditujukan agar perusahaan lebih patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, tapi hal ini justru sering dimanfaatkan perusahaan untuk melakukan manajemen laba dan manajemen pajak. Salah satu upaya yang dilakukan adalah tax shifting yaitu dengan memindahkan laba tahun sebelum perubahan tarif pajak badan ke tahun sesudah perubahan tarif pajak agar memperoleh keuntungan pajak. Beberapa penelitian yang membahas mengenai hubungan antara agresivitas pajak dan pelaporan keuangan antara lain adalah Erickson et al. (2004) dan Frank et al. (2009). Hasil penelitian Erickson et al. (2004) menunjukkan bahwa beberapa perusahaan bersedia untuk membayar pajak lebih dengan melaporkan book income yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat trade off antara keputusan terkait pajak dan pelaporan keuangan perusahaan. Hasil berbeda diperlihatkan penelitian yang dilakukan oleh Frank et al. (2009). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara agresivitas pajak dan pelaporan keuangan atau dengan kata lain tidak terdapat trade-off antara keputusan pajak dan pelaporan keuangan perusahaan. Dalam kenyataannya banyak perusahaan yang melaporkan laba yang tinggi kepada shareholder tapi membayar beban pajak yang rendah

3 kepada otoritas pajak. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa terus terjadi kenaikan pada selisih antara laba akuntansi dan laba fiskal sejak tahun 1990-an. Menurut Frank et al. (2009) terus meningkatnya book-tax difference ini mampu mensinyalir terdapat ketidaksesuaian antara prinsip akuntansi dan peraturan perpajakan yang berlaku hingga menjadi peluang bagi perusahaan untuk meningkatkan laba dan menurunkan laba kena pajak pada periode yang sama. Penelitian ini dilakukan dengan merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Frank et al. (2009) terkait hubungan antara agresivitas pelaporan keuangan dan agresivitas pajak dengan melakukan sedikit modifikasi. Modifikasi dilakukan dengan mengubah beberapa variabel pada model penelitian, yaitu variabel earnings threshold dan external pressure sebagai variabel kontrol agresivitas pelaporan keuangan. Earnings threshold (EM3) diperoleh melalui selisih antara actual earnings dengan median dari perkiraan analis. Pada penelitian ini variabel EM3 dihilangkan karena data untuk perkiraan analis tidak tersedia untuk perusahaan di Indonesia. Variabel external pressure pada penelitian Frank et al. (2009) menggunakan proksi analis, namun pada penelitian ini diubah menjadi auditor eksternal. Modifikasi lain yang dilakukan adalah penambahan variabel baru pada model penelitian yaitu variabel tahun perubahan. Penambahan variabel ini dilakukan agar penelitian yang dilakukan mampu menjawab masalah pengaruh penurunan tarif pajak pada tindakan pajak agresif dan pelaporan keuangan agresif sebagaimana dirumuskan oleh Yin dan Cheng (2004) bahwa agresivitas pajak cenderung dilakukan pada saat sebelum terjadinya penurunan tarif pajak dan agresivitas pelaporan keuangan cenderung dilakukan pada saat setelah terjadinya penurunan tarif pajak. Berdasarkan uraian di atas maka maka diperoleh tujuan penulisan karya ilmiah ini yaitu untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara agresivitas pelaporan keuangan dan agresivitas pajak serta perilaku agresivitas pelaporan keuangan dan agresivitas pajak pada saat terjadinya penurunan tarif pajak. Bagian 2 menguraikan teori-teori yang melandasi penelitian dan pengembangan hipotesis. Bagian 3 menjelaskan data dan metode penelitian yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah. Bagian 4 berisi hasil pengujian model termasuk analisis data dan pembuktian hipotesis. Bagian 5 membahas kesimpulan serta memuat saran yang diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan untuk penelitian selanjutnya di masa mendatang

4 II. TINJAUAN TEORITIS Berdasarkan agency theory, setiap pihak baik agen dan prinsipal merupakan utility maximizers. Artinya setiap pihak hanya akan melakukan apa yang menguntungkan diri mereka masing. Adanya kepentingan yang berbeda antara agen dan principal atau antara perusahaan dengan para stakeholder, akan memunculkan suatu kondisi dimana setiap pihak berusaha memaksimalkan kepentingannya masing masing. Dalam hubungan antara agen dan prinsipal, akan timbul masalah jika terdapat asimetri informasi atau ketidakmerataan distribusi informasi antara agen dan prinsipal. Dalam prakteknya manajer sebagai pengelola perusahaan tentunya mengetahui lebih banyak informasi internal dan prospek perusahaan di waktu mendatang dibandingkan pemilik modal atau pemegang saham. Sebagai pengelola, manajer seharusnya berkewajiban untuk memberikan informasi yang sebenarnya mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Terkadang manajer melakukan manipulasi atas data dalam laporan keuangan dan tidak melaporkan informasi yang sebenarnya demi kepentingan tertentu. Pemanipulasian data dalam laporan keuangan tersebut dapat berupa praktek agresivitas pajak maupun agresivitas pelaporan keuangan. Erickson et al. (2004) menemukan bahwa perusahaan bersedia untuk membayar pajak lebih dengan melaporkan book income yang lebih tinggi, artinya terdapat hubungan negatif antara agresivitas pajak dan agresivitas pelaporan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat trade-off antara pelaporan keuangan dan pajak. Hasil penelitian Frank et al. (2009) menunjukkan bahwa perusahaan tidak selalu menghadapi trade-off dalam melakukan pelaporan keuangan dan pajak. Hal ini ditunjukkan dengan semakin besarnya book-tax difference atau selisih antara laba di laporan keuangan dengan pendapatan kena pajak (Desai, 2002 ; Manzon dan Plesko, 2002; Mills et al. 2002; Boynton 2005; Hanlon et al. 2005). Besarnya book-tax difference mampu mengindikasikan terjadinya pajak agresif dan pelaporan keuangan agresif secara bersamaan. Hubungan antara pajak agresif dan pelaporan keuangan dapat bersifat resiprokal atau dua arah. Dengan kata lain manajemen pajak dapat mempengaruhi tindakan manajemen laba, begitu pula manajemen laba dapat mempengaruhi manajemen pajak yang dilakukan perusahaan. Manajemen pajak dikatakan mampu mempengaruhi manajemen laba karena salah satu upaya yang dilakukan dalam manajemen laba adalah pengendalian beban perusahaan, dimana salah satunya adalah pajak. Hal ini sesuai dengan motivasi perpajakan yang menjadi salah satu pemicu manajemen laba menurut Scott (2009). Begitu pula manajemen laba dapat mempengaruhi manajemen pajak karena atas manajemen laba yang dilakukannya akan

5 mengubah pendapatan kenapa pajak yang nantinya mengubah beban pajak yang dibayarkan. Dengan demikian, hipotesis yang dikembangkan adalah : H1 : Agresivitas pelaporan keuangan memiliki hubungan positif dengan agresivitas pajak H2 : Agresivitas pajak memiliki hubungan positif dengan agresivitas pelaporan keuangan Yin dan Cheng (2004) serta Yamashita dan Otogawa (2008) menemukan hubungan yang negatif antara penurunan tarif pajak dengan agresivitas pelaporan keuangan. Artinya perusahaan cenderung lebih tidak agresif dalam melaporkan laba yang tinggi pada untuk pada periode sebelum penurunan tarif pajak. Hal ini dilakukan dengan menangguhkan penghasilan perusahaan (income decreasing) sampai pada saat tarif pajak mengalami penurunan untuk meminimalisir beban pajak. Dengan demikian, hipotesis yang dapat dibangun adalah sebagai berikut : H3 : Agresivitas pelaporan keuangan lebih rendah pada periode sebelum penurunan tarif pajak Yamashita dan Otogawa (2008) telah membuktikan bahwa terdapat kecenderungan bagi perusahaan untuk melakukan income decreasing pada periode sebelum penurunan tarif pajak. Hal ini dilakukan untuk memperoleh keuntungan pajak berupa pembayaran pajak yang lebih sedikit, sehingga dapat membentuk hipotesis : H4 : Agresivitas pajak lebih tinggi pada periode sebelum penurunan tarif pajak Untuk menguji keseluruhan hipotesis, akan digunakan 10 variabel kontrol. yaitu kompensasi rugi fiskal, foreign operation, leverage, pretax return on assets, market to book ratio, pretax cash flow from operation, earnings threshold (EM1 dan EM2), external pressure, dan ukuran perusahaan. Variabel pretax return on assets, leverage, loss carry forward, dan kawasan operasi perusahaan merupakan variabel independen untuk mengontrol terhadap agresivitas pajak karena dapat menjadi insentif dilakukannya agresivitas pajak. Adapun variabel market to book ratio, pretax cash flow from operation, earnings threshold perusahaan, dan external pressure merupakan variabel independen untuk mengontrol terhadap agresivitas pelaporan keuangan karena dapat menjadi insentif dilakukannya agresivitas pelaporan keuangan. Kompensasi rugi fiskal dapat digunakan untuk mengurangi pendapatan kena pajak perusahaan sehingga perusahaan yang memiliki kompensasi rugi fiskal cenderung lebih mudah untuk melakukan agresivitas pajak. Perusahaan yang memiliki kompensasi rugi fiskal dapat dikatakan merupakan perusahaan yang tergolong rugi sehingga memiliki insentif lebih

6 untuk melakukan agresivitas pajak maupun agresivitas pelaporan keuangan untuk menutupi kerugiannya tersebut. Tingkat leverage yang besar atau tingkat utang yang besar biasanya dimanfaatkan oleh perusahaan untuk melakukan agresivitas pajak maupun agresivitas pelaporan keuangan (Watts and Zimmerman, 1986). Hal ini dikarenakan beban bunga atas utang mampu menjadi pengurang laba kena pajak yang nantinya juga akan menurunkan beban pajak (tax shield). Pretax return on assets dan pretax cash flow from operation dapat menjadi pengukur tingkat profitabilitas perusahaan. Perusahaan yang memiliki pretax return on assets atau pretax cash flow from operation yang rendah atau dengan kata lain perusahaan dengan tingkat profitabilitas rendah cenderung untuk melakukan agresivitas pajak maupun agresivitas pelaporan keuangan (Brigham dan Houston, 2001, Frank et al., 2009), dan Bradley, 1994). Hal ini ditujukan untuk menunjukkan tingkat profitabilitas yang lebih tinggi kepada publik. Perusahaan yang memiliki foreign operation cenderung untuk melakukan agresivitas pajak (Frank et al., 2009). Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan peraturan dan tarif pajak yang dapat digunakan dan mampu mempermudah untuk melakukan agresivitas pajak. Semakin besar market to book ratio perusahaan, semakin besar pula investasi yang ditanamkan pada perusahaan tersebut. Hal ini tentunya sangat diharapkan perusahaan karena akan meningkatkan return saham perusahaan juga. Oleh karena itu perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan market to book ratio salah satunya dengan melakukan agresivitas pajak maupun agresivitas pelaporan keuangan. Perusahaan yang nilai EM1 atau EM2-nya bernilai 1 merupakan perusahaan yang termasuk ke dalam perusahaan yang melakukan agresivitas pelaporan keuangan untuk menghindari kerugian (Burgstahler dan Dichev, 1995). Perusahaan yang memiliki external pressure yang tinggi, dimana dalam hal ini kualitas audit yang tinggi, cenderung lebih sulit melakukan agresivitas pajak maupun agresivitas pelaporan keuangan (Becker, 1998 dan Maijoor dan Vanstraelen, 2006). Hal ini dikarenakan external pressure merupakan salah satu hal yang mampu meminimalisir agency problem melalui pengendalian internal perusahaan. Perusahaan berukuran besar memiliki dorongan lebih untuk melakukan agresivitas pelaporan keuangan karena memiliki biaya politik yang lebih besar (Moses, 1997 dan Abbot, 2004). III. METODE PENELITIAN Data dan Sampel Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 2011. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria, perusahaan tergolong ke dalam industri manufaktur,

7 memiliki akhir tahun fiskal 31 Desember, dan menyajikan data laporan keuangan secara lengkap dari tahun 2008 2011. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan, maka didapatkan sampel akhir sebanyak 108 perusahaan sampel dengan 4 tahun periode penelitian sehingga total berjumlah 432 observasi. Tabel 1 Ikhtisar Pemilihan Sampel Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2008 : 122 Perusahaan Periode pelaporan keuangan tidak berakhir pada 31 Desember : (2) Perusahaan Data tidak tersedia secara lengkap : (12) Perusahaan Total sampel 108 Perusahaan Jumlah tahun penelitian 4 Tahun Total observasi 432 Model Penelitian Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah adaptasi dari model penelitian Frank et al. (2009) dengan penambahan satu variabel independen tambahan sebagai modifikasi, yaitu variabel dummy tahun penurunan tarif pajak. Modifikasi lain juga dilakukan dengan membuang variabel earnings threshold (EM3) dan mengganti proksi variabel external pressure menjadi auditor eksternal. Berikut adalah model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini untuk meneliti hubungan antara tindakan pajak agresif dan pelaporan keuangan agresif : DPERM it = α 0 + α 1 DACC it + α 2 YEAR + α 3 PTROA it + α 4 LEV it + α 5 LCF_D it + α 6 FOR_D it + α 7 MTB it + α 8 PTCFO it + α 9 EM1 it + α 10 EM2 it + α 11 AUD_D it + α 12 SIZE it + ε it.(1) Karena hubungan yang diteliti pada penelitian ini merupakan hubungan resiprokal antara agresivitas pajak pada agresivitas pelaporan keuangan, maka model selanjutnya yang digunakan adalah sama dengan model di atas dengan mengubah variabel dependennya hingga menjadi sebagai berikut : DACC it = α 0 + α 1 DPERM it + α 2 YEAR + α 3 PTROA it + α 4 LEV it + α 5 LCF_D it + α 6 FOR_D it + α 7 MTB it + α 8 PTCFO it + α 9 EM1 it + α 10 EM2 it + α 11 AUD_D it + α 12 SIZE it + ε it.(2)

8 dimana : DPERM it : perbedaan permanen diskresioner perusahaan i pada tahun t DACC it : akrual diskresioner perusahaan i pada tahun t YEAR : variabel dummy tahun sebelum terjadinya penurunan tarif pajak, 1 untuk tahun 2008 dan 2009 dan 0 untuk tahun 2010 dan 2011 PTROA it : rasio laba sebelum pajak terhadap total aset perusahaan i pada tahun t LEV it : rasio total utang terhadap total aset perusahaan i pada tahun t LCF_D it : variabel dummy keberadaan loss carry forward perusahaan i pada tahun t, 1 jika perusahaan memiliki loss carry forward dan 0 jika sebaliknya FOR_D it : variabel dummy keberadaan operasi di luar negeri perusahaan i pada tahun t, 1 jika perusahaan memiliki operasi di luar negeri dan 0 jika sebaliknya MTB it : market to book ratio perusahaan i pada tahun t PTCFO it : rasio perubahan arus kas sebelum pajak terhadap total aset perusahaan i tahun t EM1 it : variabel dummy keberadaan rasio laba bersih terhadap nilai pasar ekuitas biasa perusahaan i pada tahun t, 1 jika nilainya berada di range 0<µ 0.01 dan 0 jika sebaliknya EM2 it : variabel dummy keberadaan rasio perubahan laba bersih terhadap nilai pasar ekuitas biasa perusahaan i pada tahun t, 1 jika nilainya berada di range 0<µ 0.01 dan 0 jika sebaliknya AUD_D it : variabel dummy auditor eksternal perusahaan i pada tahun t, 1 jika auditor eksternal berasal dari big four dan 0 jika sebaliknya SIZE it : logaritma natural dari total aset perusahaan perusahaan i pada tahun t ε it : error Operasionalisasi Variabel Ada dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Variabel Dependen Variabel dependen untuk model 1 adalah agresivitas pajak sedangkan untuk model 2 adalah agresivitas pelaporan keuangan. Proksi yang digunakan untuk mengukur agresivitas pajak adalah perbedaan permanen diskresioner. Untuk mengetahui dan mengukur besarnya perbedaan permanen diskresioner akan digunakan adopsi atas model Desai dan Dharmapala (2006) sebagai berikut.

9 PERMDIFF it = α 0 + α 1 INTANG it + α 2 UNCON it + α 3 MI it + α 4 CSTE it + α 5 NOL it + α 6 LAGPERM it + ε it...(3) dimana : PERMDIFF it = total perbedaan laba komersial dan laba fiskal dikurangi perbedaan temporer perusahaan i pada tahun t INTANG it = goodwill dan aset tidak berwujud lainnya perusahaan i pada tahun t UNCON it = laba (rugi) yang dilaporkan perusahaan i pada tahun t dengan metode ekuitas MI it CSTE it NOL it = laba (rugi) yang ditanggung oleh pihak minoritas perusahaan i pada tahun t = current state tax expense perusahaan i pada tahun t = perubahan pada net operating loss carryforward perusahaan i tahun t dengan t-1 LAGPERM it = lagged value of permanent different perusahaan i pada tahun t ε it = perbedaan permanen diskresioner perusahaan i pada tahun t (DPERM) Semua varibel di atas diskalakan dengan total aset tahun t-1 Terhadap model di atas dilakukan sedikit modifikasi untuk menyesuaikan dengan sistem perpajakan di Indonesia yaitu pengubahan variabel current state tax expense (CSTE) menjadi current tax expense atau beban pajak kini. Perpajakan di Amerika memiliki banyak jenis beban pajak negara yang berlaku seperti current federal tax expense atau current foreign tax expense. Di Indonesia sendiri tidak ada hal seperti ini sehingga yang digunakan adalah current tax expense atau beban pajak kini saja. Seperti yang telah dijelaskan pada keterangan model 3, nilai perbedaan permanen diskresioner diperoleh dari nilai error hasil regresi. Regresi dilakukan secara cross sectional atau per tahun sehingga secara keseluruhan terdapat 4 kali regresi untuk masing-masing tahun penelitian. Regresi tidak hanya dilakukan untuk perusahaan sampel saja tetapi untuk populasi perusahaan pada industri manufaktur sejumlah 113 perusahaan. Adapun untuk agresivitas pelaporan keuangan dapat tercermin melalui manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Ewert dan Wagenhofer (2005) menyatakan bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk manajemen laba adakah melalui penggunaan kebebasan atau diskresi untuk memilih metode dan estimasi akuntansi yang akan digunakan. Metode tersebut disebut juga metode akrual dan merupakan metode manajemen laba yang paling sederhana. Oleh karena itu untuk mengukur besarnya agresivitas pelaporan keuangan

10 digunakan proksi akrual diskresioner yang dapat dihitung dengan menggunakan Modified- Jones Model. TACC it = α 0 + α 1 ( REV it - AR it ) + α 2 PPE it + ε it... (4) dimana : TACC it = total akrual perusahaan i pada tahun t, yaitu selisih antara laba sebelum pos luar biasa dan operasi yang dihentikan dengan arus kas dari operasi REV it = perubahan pendapatan perusahaan i tahun t dengan t-1 AR it = perubahan piutang dagang perusahaan i tahun t dengan t-1 PPE it = nilai kotor aset tetap perusahaan i pada tahun t ε it = akrual diskresioner perusahaan i pada tahun t (DACC) Semua variabel di atas diskalakan dengan total aset tahun t-1 Sama halnya dengan perbedaan permanen diskresioner, akrual diskresioner juga diperoleh dari nilai error hasil regresi. Regresi dilakukan secara cross sectional atau per tahun sehingga secara keseluruhan terdapat 4 kali regresi untuk masing-masing tahun penelitian Regresi dilakukan terhadap populasi perusahaan pada industri manufaktur sejumlah 113 perusahaan. 2. Variabel Independen Variabel independen untuk model 1 adalah pelaporan keuangan agresif dan untuk model 2 adalah pajak agresif. Variabel independen kedua adalah tahun penurunan tarif pajak (YEAR) yang akan diukur dengan variabel dummy. Penurunan tarif pajak badan di Indonesia sepanjang 2008-2011 telah dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada 2009 dari tarif progresif menjadi tarif tunggal 28% dan pada 2010 menjadi 25%. Oleh karena itu untuk tahun 2008 dan 2009 sebagai tahun sebelumnya penurunan tarif pajak akan diberi nilai 1 dan 0 untuk tahun 2010 dan 2011 sebagai tahun setelah berlakunya penurunan tarif pajak. Dalam penelitian ini variabel kontrol yang digunakan berjumlah 10 variabel. Variabel kontrol ini dilihat dengan mengacu pada model yang digunakan oleh Frank et al. (2009) dengan sedikit modifikasi, yaitu : a. Pretax Return on Asset (PTROA), diukur dari hasil bagi antara laba sebelum pajak dengan total aset. Data ini diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. b. Leverage (LEV), diukur dari hasil bagi antara total utang dengan total aset. Data ini diperoleh dari laporan keuangan perusahaan.

11 c. Loss Carry Forward (LCF_D), dimana akan diukur dengan variabel dummy. Diberi nilai 1 jika perusahaan memiliki loss carry forward dan 0 jika sebaliknya. d. Kawasan operasi perusahaan (FOR_D), dimana akan diukur dengan menggunakan variabel dummy. Diberi nilai 1 jika perusahaan memiliki operasi di luar negeri dan 0 jika sebaliknya. e. Market to book ratio (MTB), diukur dari hasil bagi antara nilai pasar ekuitas biasa terhadap nilai buku ekuitas biasa. f. Pretax Cash Flow from Operation ( PTCFO), diukur dari hasil bagi antara perubahan arus kas sebelum pajak terhadap total aset. g. Earnings threshold perusahaan (EM1 dan EM2). EM1 diukur dengan menggunakan varibel dummy. Diberi nilai 1 jika hasil bagi antara laba bersih dengan nilai pasar ekuitas biasa 0<µ 0.01 dan 0 jika sebaliknya. EM2 diukur dengan menggunakan varibel dummy. Diberi nilai 1 jika hasil bagi antara perubahan laba bersih dengan nilai pasar ekuitas biasa 0<µ 0.01 dan 0 jika sebaliknya. h. Tekanan dari luar perusahaan yang diproksikan melalui auditor eksternal perusahaan (AUD_D), diukur dengan menggunakan variabel dummy. Diberi nilai 1 jika perusahaan menggunakan auditor eksternal yang berasal dari big four, dan 0 jika sebaliknya. i. Ukuran perusahaan (SIZE), diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aset perusahaan. IV. HASIL PENELITIAN Statistik deskriptif dari 432 observasi pada perusahaan yang dijadikan sampel penelitian dari tahun 2008 2011 dapat dilihat di tabel 2. Tabel 2 Statistik Deskriptif Variabel Mean Std Dev Minimum Maximum DPERM -.0013287.1313868 -.4415866.4402105 DACC.0049767.1574304 -.6115253.6119148 PTROA.0915085.1725988 -.5087115.6896459 LEV.3012537.2581958 0.9111219 LCF_D.3356481.4727640 0 1 FOR_D.2569444.4374551 0 1 MTB 1.339606 1.426796-1.6 4.22 PTCFO.0249224.1391568 -.4111984.4620614 EM1.037037.1890715 0 1 EM2.0856481.2801682 0 1 AUD.4236111.4947032 0 1 SIZE 20.70779 1.721609 16.23346 25.7571

12 Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai perbedaan permanen diskresioner terhadap total aset t-1 bernilai negatif. Tanda negatif ini menunjukkan bahwa labaa kena pajak lebih kecil dari laba akuntansi karena terdapat beberapa pendapatan yang menurut pajak tidak dikenakan. Pendapatan tidak kena pajak ini dapat berasal dari pendapatan kena pajak final atau bukan objek pajak. Hal ini berarti secara rata-rata perusahaan yang termasuk dalam sampel penelitian melakukan tindakan pajak agresif. Pendapatan tidak kena pajak akan mengurangi laba akuntansi dalam koreksi fiskal, sehingga nantinya laba kena pajak akan semakin kecil. Adapun nilai rata-rata akrual diskresioner menunjukkan nilai positif. Hasil ini menandakan bahwa secara rata-rata perusahaan melaporkan laba yang lebih tinggi dari seharusnya atau dengan kata lain agresif dalam pelaporan keuangannya. 0.035 0.030 0.025 0.020 0.015 0.010 0.005 0.000-0.005-0.010-0.015 2008 2009 2010 2011 Tarif Pajak -0.004 30% -0.009 28% 0.019 25% 0.032 25% bla -0.0100 0.012 0.010 0.002 25% Tarif Pajak bla Gambar 1 Pola Manajemen Pajak dan Laba 2008-2011 Pola manajemen laba dan manajemen pajak yang dilakukan selama tahun 2008-2011 dapat dilihat di Gambar 1. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa manajemenn laba yang dilakukan perusahaan mengalami kenaikan meski sempat turun pada tahun 2009. Hal ini mungkin dilatarbelakangi oleh penurunan tarif pajak yang terjadi pada tahun setelahnya yaitu tahun 2010 dari 28% menjadi 25% %. Yin dan Cheng (2004) dalam penelitiannya menemukan pola manajemen laba yang sama, yaitu terjadinya manajemen laba secara negatif (income decreasing) pada periode sebelum penurunan tarif pajak. Periode sebelum penurunan tarif pajak perusahaan lebih tidak agresif untuk melaporkan laba yang tinggi. Hal ini dilakukan dengan menangguhkan penghasilann yang diperoleh dan baru mengakuinya pada saat tarif pajak yang berlaku rendah sehinggaga perusahaan memperoleh keuntungan pajak. Gambar 4.1

13 juga menunjukkan bahwa tingkat agresivitas pajak perusahaan pada tahun 2009 naik secara drastis. Hal ini mendukung pernyataan sebelumnya yang mengatakan bahwa pendapatan yang dilaporkan pada periode sebelum penurunan tarif pajak cenderung lebih rendah sehingga pajak yang dibayarkan pun lebih sedikit (pajak agresif). Tahun 2010 dan 2011 menunjukkan terjadinya pelaporan keuangan secara agresif, tingkat manajemen laba tinggi dan terus meningkat. Adapun tindakan pajak agresif yang dilakukan perusahaan pada 2010 dan 2011 terlihat semakin menurun. Hal ini dikarenakan atas income increasing yang dilakukan perusahaan selama 2010 dan 2011 berimplikasi pada meningkatnya laba perusahaan yang harus dikenakan pajak sehingga manajemen pajaknya berkurang. Akan tetapi kenaikan manajemen laba yang dilakukan tidak sebanding dengan penurunan manajemen pajaknya. Hal ini dapat dilihat dari kemiringan grafik manajemen laba yang lebih curam dibandingkan manajemen pajak. Ini berarti manajemen laba yang dilakukan lebih agresif dibandingkan penghematan pajaknya, sehingga mengindikasikan trade off yang dihadapi antara manajemen laba dan manajemen pajak tidak terlalu efektif. Berdasarkan uji yang dilakukan, model regresi tidak mengalami masalah multikolinearitas. Tidak ada satupun variabel penjelas yang memiliki koefisien korelasi lebih besar daripada 0,8 dengan variabel penjelas lainnya sebagaimana terlihat pada tabel 3 berikut ini : Tabel 3 Uji Asumsi Dasar - Multikolinearitas DPERM DACC YEAR PTROA LEV LCF_D FOR_D DPERM 1.0000 DACC -0.0247 1.0000 YEAR 0.0321-0.0626 1.0000 PTROA -0.7176 0.1343 0.0403 1.0000 LEV 0.3331 0.1331 0.0151-0.4573 1.0000 LCF_D 0.3448 0.0170 0.0651-0.4261 0.4406 1.0000 FOR_D 0.0674-0.0748 0.0031 0.0085 0.0213-0.0926 1.0000 MTB -0.3236-0.3236-0.1366 0.3193-0.2606-0.1656 0.0362 PTCFO -0.1619-0.4956 0.1575 0.1835-0.0904-0.0559 0.0613 EM1-0.0004 0.0469 0.0566-0.0107 0.0041 0.0942-0.1153 EM2-0.0859 0.0803-0.0048 0.0756-0.0263-0.0424-0.0096 AUD_D -0.2540-0.0953 0.0027 0.3536-0.1812-0.2026 0.1820 SIZE 0.0253 0.0154-0.0241 0.0639 0.1046-0.1007 0.2640 MTB PTCFO EM1 EM2 AUD_D SIZE MTB 1.0000 PTCFO 0.0557 1.0000 EM1-0.1099-0.0662 1.0000 EM2-0.0087-0.0792 0.2028 1.0000 AUD 0.2868 0.1093-0.1433 0.0055 1.0000 SIZE 0.0712 0.0190-0.0991-0.0723 0.3080 1.0000

14 Model pada pengujian awal ini melanggar asumsi homoskedastisitas, karena nilai probabilitas prob chi 2 pada Modified Wald Test lebih kecil dari tingkat signifikansi (α) 5% yaitu sebesar 0.0000. Masalah ini diatasi dengan metode generalized least square pada program STATA. Tabel 4 Hasil Regresi Model 1 Model Pengujian 1 DPERM = α 0 + α 1 DACC it + α 2 YEAR + α 3 PTROA it + α 4 LEV it + α 5 LCF_D it + α 6 FOR_D it + α 7 MTB it + α 8 PTCFO it + α 9 EM1 it + α 10 EM2 it + α 11 AUD it + α 12 SIZE it + ε it Variabel Hipotesis Koefisien t-statistik p-value DACC +.0652713 1.93 * 0.054 YEAR +.0154472 2.13 ** 0.027 PTROA - -.5318962-15.84 ***0.000 LEV + -.0328703-1.60 0.110 LCF_D +.0183429 1.72 *0.086 FOR_D +.021433 2.09 **0.036 MTB - -.0095351-2.89 ***0.004 PTCFO - -.0074733-0.20 0.843 EM1 + -.0077998-0.33 0.741 EM2 + -.0148053-0.94 0.345 AUD - -.0008589-0.09 0.932 SIZE -.0053204 1.95 *0.051 CONS Tidak Ada -.0538967-0.98 0.329 N 432 Adjusted R-square 0.5343 F-statistik 0.0000 *** signifikan pada alpha 1% ** signifikan pada alpha 5% * signifikan pada alpha 10% Dapat dilihat pada tabel 4, uji statistik untuk model regresi menunjukkan nilai Prob F dan adjusted R 2 yang lebih kecil dari α (0,05). Dengan demikian dapat dikatakan dengan tingkat keyakinan 95% model penelitian signifikan dalam menjelaskan tingkat perbedaan permanen diskresioner dan akrual diskresioner serta masing-masing dapat dijelaskan oleh pretax return on asset, leverage, loss carry forward, operasi di luar negeri, market to book ratio, pretax cash flow from operation, earnings threshold, external pressure, ukuran perusahaan, dan penurunan tarif pajak. Pada tabel 4 juga dapat dilihat bahwa dengan tingkat keyakinan 90% agresivitas pelaporan keuangan memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan, oleh karena itu hipotesis 1 diterima. Tindakan manajemen pajak biasanya juga didampingi tindakan manajemen laba sehingga posisi keuangan perusahaan

15 terlihat baik. Terlihat terdapat tingkat keleluasaan yang tinggi bagi perusahaan untuk mengatur laba atau pajak yang dibayarnya. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Frank et al. (2009) di Amerika yang juga memperlihatkan hubungan yang positif antara agresivitas pelaporan keuangan dan agresivitas pajak yang dilakukan oleh perusahaan. Hubungan yang positif ini menepiskan asumsi selama ini yang mengatakan bahwa terdapat trade off antara manajemen laba dan manajemen pajak, dimana perusahaan dapat meningkatkan labanya tanpa meningkatkan atau justru malah menurunkan laba kena pajak perusahaan. Hasil ini berkontradiksi dengan penelitian Erickson (2004) yang menemukan kecenderungan pada perusahaan-perusahaan yang melakukan manajemen laba untuk melaporkan pendapatan kena pajak yang tinggi pula sehingga terdapat book tax tradeoff. Variabel tahun penurunan tarif pajak memiliki koefisien bertanda negatif dengan nilai p-value sebesar 0,004. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun sebelum penurunan tarif pajak yaitu tahun 2008 dan 2009 perusahaan cenderung lebih tidak agresif dalam melaporkan laba perusahaan yang tinggi atau dengan kata lain perusahaan lebih cenderung untuk melakukan income decreasing. Hasil ini sesuai dengan hipotesis 3 yang telah dibentuk. Income decreasing dilakukan oleh perusahaan dengan menangguhkan pendapatannya pada tahun sebelum diberlakukannya tarif pajak yang lebih rendah sehingga laba pada saat itu terlihat berkurang. Hal ini dilakukan agar pajak yang dibayarkan perusahaan pada tahun itu kecil. Pendapatan yang ditangguhkan tersebut akan dilaporkan pada saat tarif pajak turun sehingga perusahaan memperoleh keuntungan perpajakan atas penurunan tarif. Hasil ini mendukung penelitian Yin dan Cheng (2004) dan Yamashita dan Otogawa (2008) yang memiliki hasil serupa. Tabel 4 memperlihatkan terdapat hubungan negatif antara agresivitas pelaporan keuangan dengan tingkat profitabilitas sebelum pajak (PTROA) dan market to book ratio (MTB) dan hubungan positif dengan ukuran perusahaan (SIZE), kompensasi rugi fiskal (LCF_D) dan foreign operation (FOR_D). Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa perbedaan permanen diskresioner menunjukkan hasil positif yang signifikan pada akrual diskresioner. Hal ini sesuai dengan hipotesis 2 yang berarti manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan dipengaruhi oleh tindakan manajemen pajak yang dilakukan. Dalam melakukan manajemen laba, pajak merupakan salah satu beban dalam laporan keuangan sehinggan mempengaruhi nilai akhir laba perusahaan. Hubungan positif yang ditunjukkan antara manajemen laba dengan manajemen

16 pajak atau sebaliknya dapat mengindikasikan terdapat celah-celah dalam peraturan perpajakan dan akuntansi yang dimanfaatkan untuk manajemen laba dan manajemen pajak. Tabel 5 Hasil Regresi Model 2 Model Pengujian 2 DACC = α 0 + α 1 DPERM it + α 2 YEAR + α 3 PTROA it + α 4 LEV it + α 5 LCF_D it + α 6 FOR_D it + α 7 MTB it + α 8 PTCFO it + α 9 EM1 it + α 10 EM2 it + α 11 AUD it + α 12 SIZE it + ε it Variabel Hipotesis Koefisien t-statistik p-value DPERM +.1306022 1.93 *0.054 YEAR - -.0040179-1.88 *0.079 PTROA -.4323527 7.72 ***0.000 LEV +.1357338 4.78 ***0.000 LCF_D +.0081039 0.54 0.593 FOR_D + -.0144097-0.99 0.322 MTB - -.0041766-1.89 *0.074 PTCFO - -.5917599-13.15 ***0.000 EM1 + -.0118636-0.36 0.722 EM2 +.0133339 0.60 0.548 AUD - -.0394338-2.79 ***0.005 SIZE -.0020953 0.54 0.589 CONS Tidak Ada -.0803608-1.03 0.304 N 432 Adjusted R-square 0.3510 F-statistik 0.0000 *** signifikan pada alpha 1% ** signifikan pada alpha 5% * signifikan pada alpha 10% Dapat dilihat pada tabel 5 bahwa variabel tahun penurunan tarif pajak memiliki koefisien negatif dengan nilai p-value sebesar 0,033. Hal ini berarti variabel tahun penurunan tarif pajak memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap agresivitas pelaporan keuangan yang dilakukan Hal ini sejalan dengan penelitian Yin dan Cheng (2004) yang menunjukkan adanya kecenderungan bagi perusahaan untuk melakukan manajemen laba pada periode sebelum penurunan tarif pajak melalui penangguhan pendapatan. Penangguhan pendapatan yang dilakukan akan memberi keuntungan pajak karena dengan begitu pajak yang dibayarkan semakin sedikit. Hasil ini juga mendukung hasil regresi sebelumnya pada model 3 yang menunjukkan kecenderungan perusahaan untuk melakukan income decreasing demi membayar beban pajak yang sedikit (manajemen pajak). Terbuktinya hipotesis 3 dan 4 menunjukkan bahwa variabel tahun penurunan tarif pajak mampu memoderasi hubungan antara agresivitas pajak dan agresivitas pelaporan keuangan dengan memperlemah hubungan keduanya.

17 Hasil regresi terkait variabel kontrol pada tabel 5 memperlihatkan hasil yang berbeda dengan hasil regresi model 1 pada tabel 5. Tabel 6 memperlihatkan terdapat hubungan positif antara agresivitas pajak dengan tingkat profitabilitas sebelum pajak (PTROA) dan tingkat leverage (LEV) dan hubungan negatif dengan ukuran perusahaan (SIZE), market to book ratio (MTB), dan external pressure (AUD_D). V. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pengujian data ditemukan bahwa terdapat hubungan positif antara agresivitas pelaporan dengan agresivitas pajak, dan sebaliknya. Terdapat hubungan resiprokal yang kuat di antara kedua variabel tersebut yang berarti kedua variabel itu saling mempengaruhi. Hasil pengujian menemukan terdapat variabel kontrol yang memiliki pengaruh berbeda pada kedua variabel tersebut. Variabel kontrol itu adalah tingkat profitabilitas perusahaan. Perusahaan yang tingkat profitabilitasnya rendah cenderung untuk melakukan manajemen pajak tapi tidak manajemen laba. Hal ini dapat mengindikasikan terdapat kecenderungan perusahaan yang rugi untuk meminimalkan kerugiannya dengan meminimalisasi beban pajak. Tindakan manajemen laba tidak dapat dilakukan karena efeknya akan memperbesar pajak yang harus dibayarkan. Adapun perusahaan besar cenderung untuk melakukan manajemen laba demi mempertahankan reputasinya di mata publik. Konsekuensi pajak atas pelaporan laba yang tinggi tidak menjadi masalah karena perusahaan besar cenderung memiliki fleksibilitas karena harus menjaga reputasinya. Penurunan tarif pajak terbukti berpengaruh pada agresivitas pajak dan agresivitas pelaporan keuangan. Pada periode sebelum terjadinya penurunan tarif pajak, perusahaan cenderung untuk melaporkan laba yang lebih rendah dan menangguhkannya di periode mendatang saat tarif pajak lebih kecil. Hal ini dilakukan agar mendapat kentungan perpajakan. Dapat disimpulkan bahwa pada periode sebelum turunnya tarif pajak perusahaan akan melakukan manajemen pajak dan manajemen laba dengan cara income decreasing. Untuk penelitian selanjutnya, dapat dilakukan perubahan atas proksi variabel-variabel yang digunakan. Pengukuran agresivitas pelaporan keuangan pada penelitian ini terbatas pada manajemen laba yang dilakukan dengan tindakan akrual saja. Roychowdury (2006) menemukan bahwa manajemen cenderung untuk melakukan manajemen laba melalui aktivitas riil karena memiliki konsekuensi langsung terhadap aliran kas perusahaan. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya mungkin dapat mempertimbangkan aktivitas riil sebagai proksi dari agresivitas pelaporan keuangan, seperti abnormal cash flow from operation, abnormal production cost, dan abnormal discretionary expense.

18 Pengukuran agresivitas pajak juga terbatas pada manajemen pajak yang dilakukan melalui perbedaan permanen diskresioner. Terdapat proksi lain yang mungkin dapat digunakan untuk mengukur manajemen pajak, yaitu abnormal book tax difference. Untuk penelitian selanjutnya mungkin variabel ini dapat dijadikan proksi lain untuk mengukur manajemen pajak dan diharapkan menunjukkan hasil yang lebih baik. Pengukuran EM1 dan EM2 terbatas pada ukuran yang dibuat oleh Burgstahler dan Dichev (1997) pada penelitian sebelumnya yang dilakukan di Amerika sehingga kurang mencerminkan kondisi atau ukuran sebenarnya untuk perusahaan Indonesia. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan pengukuran lain yang sesuai dengan kondisi di Indonesia untuk menunjukkan hasil yang lebih baik. VI. KEPUSTAKAAN Abbott, L. J., Parker, S. & Peters, G. F. 2004. Audit committee characteristics and restatements. Auditing: A Journal of Practice & Theory, 23, 69 87. Becker, L.C., Defond, M.L., Jiambalvo, J. & Subramanyam, K.R. 1998. The effect of audit quality in earnings management. Contemporary Accounting Resarch Spring, 1-24. Boynton, C., P. DeFilippes, and E. Legel. 2005. Prelude to Schedule M-3: schedule M-1 corporate book-tax difference data 1990 2003. Proceedings of the Annual Conference on Taxation, 131 137. Bradley, Cassie Francis, 1994. An Empirical Investigation of Factors Affecting Corporate Tax Compliance Behavior. Disertation, The University of Alabama, USA. Brigham, E.F., dan J. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Penerjemah Hermawan Wibowo. Edisi Kedelapan. Edisi Indonesia. Buku II. Jakarta: Erlangga Burgstahler, D., and I. Dichev. 1997. Earnings management to avoid earnings decreases and losses. Journal of Accounting and Economics, 24 (1), 99 126. Chen, S., Chen, X., Cheng, Q., & Shevlin, T. 2010. Are family firms more tax aggressive than non-family firms?. Journal of Financial Economics, 95, 41-61. Desai, M. 2002. International taxation and multinational activity. National Tax Journal, 55, 845 848. Desai M. A. & Dharmapala, D. 2006. Corporate tax avoidance and high-powered incentives. Journal of Financial Economics, 79, 145-179. Erickson, M., Hanlon, M., Maydew, E., 2004. How much will firms pay for earnings that do not exist? Evidence of taxes paid on allegedly fraudulent earnings. The Accounting Review, 79 (2), 387 408. Ewert, R., & A. Wagenhofer. 2005. Economic effects of tightening accounting standards to restrict earnings management. The Accounting Review, 80, 1102-1124. Frank, M., L. Lynch, & S. Rego. 2009. Tax reporting aggressiveness and its relation to aggressive financial reporting. The Accounting Review, 84(2), 467-496. Hanlon, M. 2005. The persistence and pricing of earnings, accruals, and cash flows when firms have large book-tax differences. The Accounting Review, 80 (1), 137 166.

19 Jones, J. 1991. Earnings management during import relief investigations. Journal of Accounting Research, 193, 210 212. Kamila, Putri Almainda. 2013. Analisis Hubungan Agresivitas Pelaporan Keuangan dan Agresivitas Pajak Pada Saat Terjadinya Penurunan Tarif Pajak. Skripsi program studi akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Depok. Maijoor, S.J. dan Vanstraelen, A. 2006. Earnings management within Europe: The effects of member state audit environment, audit firm quality and international capital markets. Accounting and Business Research, 36, 33-52. Manzon, G. & Plesko, G. 2002. The relation between financial and tax reporting measures of income. Tax Law Reviews, 55, 175-214. Mills, L., K. Newberry, and W. Trautman. 2002. Trends in book-tax income and balance sheet differences. Tax Notes (August 19), 1109 1124. Moses, Douglas O. 1997. Income smoothing and incentives: empirical using accounting changes. The Accounting Review, 62, 259-377. Roychowdhury, Sugata. 2006. Earnings Management Through Real Activities Manipulation. Journal of Accounting and Economics, 42, 335 370. Sari, D. 2010. Karakteristik kepemilikian perusahaan, corporate governance, dan tindakan pajak agresif. Tesis program studi magister akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Depok. Scott, William R. 2009. Financial Accounting Theory, 5 th edition. Prentice Hall Inc. Shackelford, D. & T. Shevlin. 2001. Empirical tax research in accounting. Journal of Accounting and Economics, 31 (1-3), 321-387. Undang-Undang No.17 Tahun 2000. Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Undang-Undang No.36 Tahun 2008. Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Undang-Undang No.28 Tahun 2007. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Watts, R.L. and J.L. Zimmerman. 1978. Towards a Positive Theory of the Determinants of Accounting Standards, The Accounting Review, 53, 112-134. Yamashita, H and Otogawa Kazuhisa. 2008. Do Japanese Firms Manage Earnings in Response to Tax Rate Reduction in the Late 1990s. The Journal of Management Accounting, Japan, 16(1), 41-59. Yin, Jennifer, and Agnes Cheng. 2004. Earnings Management of Profit Firms and Loss Firms in Response to Tax Rate Reductions. Review of Accounting and Finance volume 3, 67 92.