BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi kedokteran. Apapun teknologi kedokterannya

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

KOMITE FARMASI DAN TERAPI. DRA. NURMINDA S MSi, APT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data hasil wawancara mengenai perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Pohuwato HASIL WAWANCARA

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

PEDOMAN PELAYANAN TENTANG PENYIAPAN DAN PENYALURAN OBAT DAN PRODUK STERIL DI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya5.

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi akan

EVALUASI KESESUAIAN PENGELOLAAN OBAT PADA PUSKESMAS DENGAN STANDAR PENGELOLAAN OBAT YANG ADA DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 SKRIPSI

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serta memiliki satu Instalasi gudang farmasi kota (Dinkes Kota Solok, 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang rumah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 adalah fasilitas

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

1. Apakah puskesmas telah memiliki tenaga Apoteker? 2. Apakah Puskesmas juga memiliki tenaga teknisi

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Tugas pokok pengelolaan perbekalan farmasi :

Penyimpanan Obat. Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data ini di lakukan mulai tanggal 6 Januari 2012 sampai 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Berdasarkan Undang-Undang tentang rumah sakit no.44 tahun 2009,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam

BAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

Pengalaman dan Tantangan dalam Manajemen Obat di RSUDZA dalam Era JKN dr. Fachrul Jamal, SpAn.KIC

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengelolaan Sediaan Farmasi di Rumah Sakit. seleksi (selection), perencanaan dan pengadaan (procurement), distribusi

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya pada pedoman organisasi rumah sakit umum menjelaskan

PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting pada berbagai upaya pelayanan kesehatan. Intervensi dengan obat

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur,

BAB 1 : PENDAHULUAN. berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan, serta pemeliharaan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB II PROSEDUR PEMBELIAN OBAT/ALAT KESEHATAN, PROSEDUR PENYIMPANAN OBAT/ALAT KESEHATAN, PROSEDUR PEMAKAIAN OBAT/ALAT KESEHATAN

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan bagian dari pembangunan nasional dengan tujuan

PENGALAMAN DAN TANTANGAN MANAJEMEN OBAT DAN VAKSIN DI RSUD DR ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI DALAM ERA JKN

PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR NO. / SK / RSPB / / 2017

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENANGGUNG JAWAB FARMAKMIN INSTRUMEN PENELITIAN MANAJEMEN PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA TAHUN 2008

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan

The Analysis of Jamkesmas Drug Planning Using Combination Methods ABC and VEN in Pharmacy Installation of RSUD Dr. M. M. Dunda Gorontalo 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaaan tonggak sejarah. apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

oleh petugas di Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2007).

MANAGEMEN FARMASI RUMAH SAKIT. Oleh : Dra. Hj. Deswinar Darwin, Apt.,SpFRS

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Aspek legal. untuk pelayanan kefarmasian di fasilitas kesehatan. Yustina Sri Hartini - PP IAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan Tonggak sejarah. asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai tujuan organisasi (definisi dari George R. Terry), yang dikenal dengan planning, organizing, actuating dan controlling (POAC). Beberapa literatur lain menambahkan pentingnya penganggaran dalam suatu manajemen. 5 Pada dasarnya, manajemen obat di rumah sakit adalah bagaimana cara mengelola tahap-tahap kegiatan tersebut agar dapat berjalan dengan baik dan saling mengisi sehingga dapat tercapai tujuan pengelolaan obat yang efektif dan efisien agar obat yang diperlukan selalu tersedia setiap saat dibutuhkan dalam jumlah cukup untuk mendukung pelayanan kesehatan. 3 2.1 Perencanaan/planning Perencanaan adalah salah satu fungsi manajemen obat yang penting untuk keberhasilan pelayanan. Tujuan perencanaan untuk mendapatkan pemilihan jenis dan jumlah obat yang mendekati kebutuhan. Perencanaan persediaan obat merupakan

proses kegiatan dalam pemilihan jenis dan jumlah yang disesuaikan dengan kebutuhan dan anggaran. Pemilihan obat dilaksanakan oleh Panitia Farmasi dan Terapi. Untuk mendapatkan pemilihan obat yang baik sebaiknya diawali dengan dasar-dasar seleksi kebutuhan obat yaitu jenis obat dipilih seminimal mungkin berdasarkan drug of choice dari penyakit yang prevalensinya tinggi, mutu terjamin, berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik yang spesifik tentang efek terapi yang lebih baik, menghindari penggunaan obat kombinasi kecuali mempunyai efek yang lebih dibandingkan obat tunggal, praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan, praktis dalam penggunaan dan penyerahan, menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh penderita. 10,11 Untuk menentukan jumlah obat harus sesuai formularium rumah sakit, standard terapi rumah sakit, ketentuan setempat yang berlaku, data catatan medik, anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, siklus penyakit, sisa persediaan, data pemakaian periode yang lalu, serta rencana pengembangan. 6,7,8 Diperlukan data dan informasi yang lengkap, akurat dan dapat dipercaya. Agar dapat memperolehnya sebaiknya didukung oleh sistem informasi manajemen rumah sakit karena masalah kekosongan obat dapat terjadi apabila informasi semata-mata hanya berdasarkan informasi yang teoritis. Melalui koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan obat secara terpadu, maka diharapkan obat yang direncanakan dapat tersedia pada saat dibutuhkan. 9,10 Ada 3 metode pendekatan yang dapat dilakukan: 7,10,12 1. Metode Konsumsi

Metode konsumsi adalah dihitung berdasarkan data kebutuhan tahun lalu, jumlah obat yang masih tersedia pada akhir tahun dan kecenderungan-kecenderungan yang akan terjadi dimasa akan datang. Sehingga dibutuhkanlah pengumpulan data, kemudian dilakukan analisis data yang hasilnya dapat digunakan sebagai panduan perencanaan kebutuhan obat-obatan tahun berikutnya lalu dilakukan perhitungan perkiraan kebutuhan obat-obatan berdasarkan rumus, dapatlah di ketahui prakiraan kebutuhan obat. 9,10,13 2. Metode Epidemiologi Metode epidemiologi adalah melihat jumlah kunjungan kasus per kasus berdasarkan frekuensi penyakit. Perhitungan jumlah obat berdasarkan analisis jumlah kunjungan kasus masing-masing penyakit tahun sebelumnya untuk menjadi prakiraan tahun berikutnya dengan menggunakan rumus. 9,10,13 3. Metode Kombinasi Metode kombinasi adalah merupakan kombinasi dari metode konsumsi dengan metode epidemiologi. Metode ini biasanya digunakan disetiap rumah sakit oleh karena kedua metode ini mempunyai keuntungan dan kerugian masing-masing dan adanya kemungkinan-kemungkinan yang diduga akan terjadi di masa akan datang. 9,10 2.2 Pengorganisasian/organizing Organisasi yang dimaksud dalam manajemen obat adalah Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) yang anggotanya adalah dokter yang menjadi perwakilan masingmasing staf medik dan apoteker serta asisten apoteker yang mewakili staf farmasi.

Organisasi ini dapat terdiri atas enam sampai lima belas orang dan semua anggota itu memiliki hak suara yang sama. PFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya dua bulan sekali dan untuk rumah sakit besar diadakan sebulan sekali. Susunan kepanitiaan PFT dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit setempat. 6,7 Susunan kepanitiaan umumnya terdiri atas tiga dokter dan satu apoteker. Ketua panitia dipilih dari dokter yang ada di dalam kepanitiaan atau ahli farmakologi klinik jika ada dan sekretarisnya yaitu apoteker yang ditunjuk. 7 Beberapa fungsi dalam ruang lingkup PFT adalah berfungsi dalam suatu kapasitas evaluatif, edukasi dan penasehat bagi staf medik maupun pimpinan rumah sakit. Fungsi tersebut adalah yang berkaitan dengan cara pemberian dan penggunaan obat serta menetapkan program dan prosedur yang membantu memastikan terapi obat yang aman dan bermanfaat, memantau dan mengevaluasi reaksi obat yang merugikan lalu membuat rekomendasi yang tepat untuk mencegah berulang kembali. PFT bersama IFRS merencanakan dan menetapkan suatu sistem distribusi obat dan prosedur pengendalian yang efektif. Membantu IFRS dalam mengembangkan pengkajian kebijakan, ketetapan dan peraturan berkaitan dengan penggunaan obat dalam rumah sakit sesuai dengan peraturan perundang-undangan lokal dan nasional serta menetapkan formularium rumah sakit. 6,7 2.3 Pelaksanaan/actuating Pelaksanaan pada manajemen obat adalah merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah ditetapkan/disetujui sebelumnya melalui pengadaan pemilihan pemasok. 12 IFRS bertugas menetapkan pemasok melalui

kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria tersebut adalah telah memenuhi persyaratan hukum yang berlaku untuk melakukan produksi dan penjualan dengan perkataan lain telah terdaftar, telah diakreditasi dan mempunyai reputasi yang baik. 6 2.4 Pengawasan/controling Pengawasan pada manajemen obat adalah suatu kegiatan untuk memastikan tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat. 11 Pegawasan persediaan obat dilakukan untuk mengetahui kecocokan antara kartu stok obat dengan fisik obat, yaitu jumlah setiap jenis obat. Untuk melakukan pengawasan persediaan diperlukan pengamatan terhadap stok kerja, stok pengaman, waktu tunggu dan sisa stok, sedangkan untuk mencukupi kebutuhan, perlu diperhitungkan keadaan stok yang seharusnya ada pada waktu kedatangan obat. 11 Pemeriksaan ini dapat dilakukan setiap bulan, triwulan, semester atau setahun sekali. Semakin sering pemeriksaan dilakukan, semakin kecil kemungkinan terjadi perbedaan antara fisik obat dan kartu stok. 11 Pengawasan juga dilakukan dalam penggunaan obat yang meliputi presentase penggunaan antibiotik, penggunaan injeksi, rerata jumlah resep, penggunaan obat generik dan presentase kesesuaian dengan pedoman. 11 2.5 Penganggaran/budgeting Penganggaran pada manajemen obat merupakan perencanaan alokasi dana yang telah disepakati oleh para pelaksana yang ikut berperan serta dalam penyusunan anggaran. Anggaran menjadi dasar bagi rumah sakit untuk mencapai tujuan. Menurut

S. Harahap dalam bukunya berjudul Peranggaran Perencanaan Lengkap untuk Membantu Manajemen ditinjau dari siapa yang membuatnya maka penyusunan anggaran dapat dilakukan dengan cara otoriter dan demokrasi. 14 Metode otoriter adalah dimana anggaran ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit (top down) dan anggaran inilah yang harus dilaksanakan IFRS tanpa keterlibatan apoteker dalam penyusunannya. Metode demokrasi adalah anggaran disusun oleh apoteker (botton up) dan kemudian diusulkan kepada pimpinan rumah sakit. Biasanya metode ini digunakan jika apoteker sudah memiliki kemampuan dalam menyusun anggaran dan tidak dikhawatirkan akan menimbulkan proses yang lama dan berlarut. 14 Selain kedua metode di atas ada metode yang disesuaikan dengan keputusan MenKes RI No.1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit bahwa kepala IFRS harus terlibat dalam penentuan anggaran alokasi dana, yang disebut metode kombinasi. Pimpinan rumah sakit memberi pengarahan kepada 7, 14 apoteker dan IFRS selanjutnya menjabarkan dan melaksanakannya. 2.6 Input manajemen obat Input dalam manajemen obat adalah suatu landasan perangkat manajemen obat yaitu visi, misi, struktur organisasi IFRS, ketenagaan IFRS, prosedur operasional baku IFRS dan fasilitas. 2.6.1 Visi dan misi Visi adalah suatu impian yang dikehendaki menjadi kenyataan pada suatu waktu tertentu. Visi rumah sakit adalah dasar bagi semua aspek dari rencana strategis

rumah sakit. 6 Misi adalah penjabaran bagaimana cara untuk mencapai visi. Penjabaran misi pada IFRS harus secara jelas menunjukkan lingkup dan arah kegiatan IFRS serta sejauh mungkin harus menyediakan suatu model untuk pembuatan keputusan disemua tingkat dalam IFRS. 6 2.6.2 Struktur organisasi dan ketenagaan IFRS Sesuai dengan keputusan MenKes RI No.1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit bahwa organisasi IFRS dipimpin oleh seorang apoteker dan harus memiliki suatu struktur organisasi yang jelas dan dibuat dalam suatu bagan yang menggambarkan uraian tugas, fungsi, wewenang serta tanggung jawab. 6,7,15 Secara umum struktur organisasi IFRS terdiri atas pimpinan, administrasi, penelitian, pelayanan penderita rawat inap, penderita rawat jalan, informasi obat, pengadaan perbekalan obat dan bagian perbekalan. 7,16 2.6.3 Prosedur Operasional Baku (POB) Prosedur Operasional Baku (POB) adalah prosedur yang terdokumentasi yang digunakan IFRS sebagai standar pelayanan. Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan tanggal dikeluarkannya. POB harus selalu mutakhir mengikuti perkembangan pelayanan dan kebijakan rumah sakit. 6,7 POB biasanya mencakup maksud dari suatu kegiatan, lingkup suatu kegiatan, tanggung jawab yang harus dilakukan dan oleh siapa, prosedur yang harus dilakukan, bahan, alat, dokumen apa yang harus digunakan dan dokumentasi. 6 2.6.4 Fasilitas

Fasilitas adalah sarana dan prasarana penunjang bagi kelancaran terlaksananya kegiatan farmasi rumah sakit. Sesuai keputusan MenKes RI No.1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, fasilitas yang harus tersedia di IFRS adalah ruang pendistribusian, ruang peracikan, ruangan yang cukup untuk kegiatan farmasi dan sistem pembuangan limbah yang baik, terutama penyimpanan obat baik yang bersifat adiktif maupun yang bersifat khusus lainnya. 7,16 2.7 Mekanisme pengelolaan obat Mekanisme pengelolaan obat terdiri atas penyimpanan, pendistribusian, pengemasan dan evaluasi 2.7.1 Penyimpanan Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang diterima agar aman, terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya terjaga. 10,11 Persyaratan gudang penyimpanan obat adalah sebagai berikut, ruangan cukup luas minimal 3x4 m, ruangan kering (tidak lembab), ada ventilasi, cahaya yang cukup, lantai dibuat dari tegel/semen dialasi dengan papan (palet), dinding dibuat licin, sudut lantai dan dinding tidak tajam, dikhususkan untuk penyimpanan obat, pintu memiliki kunci ganda, tersedia lemari/laci khusus untuk obat narkotika dan psikotropika yang selalu terkunci dan ada pengukur suhu ruangan. Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan faktor kelembaban, sinar matahari, temperatur, kerusakan fisik, kontaminasi bakteri dan pengotoran. 10,11

Pengaturan penyimpanan obat dilakukan dengan penyusunan berdasarkan bentuk sediaan dan disusun secara alfabetis berdasarkan nama generiknya, juga dibedakan menurut suhu, kestabilan, tahan/tidaknya terhadap cahaya, mudah tidaknya meledak/terbakar serta berdasarkan volume. 7,10,15 Penyusunan dilakukan juga dengan sistem First In First Out (FIFO), artinya obat yang datang pertama kali harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang datang kemudian dan First Expired First Out (FEFO), artinya obat yang lebih awal kadaluarsa harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang kadaluarsa kemudian. 10,11 2.7.2 Pendistribusian Pendistribusian adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi dirumah sakit untuk pelayanan individu baik rawat jalan maupu rawat inap yaitu: 7 1. Pasien rawat inap Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan/atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di ruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis dan sistem kombinasi oleh satelit farmasi. 3,7 2. Pasien rawat jalan Merupakan kegiatan pendistribusian obat untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan/atau desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh Apotek Rumah Sakit. 3,7 3. Pendistribusian obat di luar jam kerja

Merupakan kegiatan pendistribusian obat-obatan untuk memenuhi kebutuhan pasien di luar jam kerja yang diselenggarakan oleh apotek rumah sakit/satelit farmasi yang dibuka 24 jam dan ruang rawat yang menyediakan obat-obat emergensi. 3,7 2.7.3 Pengemasan Pengemasan obat adalah suatu metode yang memberikan kenyamanan, identifikasi, penyajian dan perlindungan terhadap suatu sediaan obat sampai dikonsumsi. Perlindungan sediaan obat harus dilakukan terhadap bahaya lingkungan seperti kelembaban, kontaminasi narkoba, oksigen, cahaya matahari dan juga terhadap bahaya fisik seperti penyimpanan dan pengangkutan. 6 Beberapa persyaratan wadah obat sebagai berikut harus bersih, kering, prosedur pembersihan tidak terkontaminasi, tutupnya tidak reaktif, adiktif atau absorptif dan memberikan perlindungan terhadap faktor eksternal sehingga isi tidak akan kehilangan potensi dan sterilitas tetap dipertahankan. Hal ini dapat menyajikan informasi tentang sediaan obat dan memberikan kemudahan dalam penggunaan serta dapat merintangi sediaan obat dari jangkauan anak. 6 2.7.4 Evaluasi Menurut keputusan MenKes RI No.1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit bahwa manajemen obat rumah sakit harus dievaluasi secara periodik agar tujuan dapat tercapai yaitu tersedianya obat pada saat dibutuhkan. Evaluasi dalam manajemen obat digunakan untuk melihat gambaran keefisienan suatu sistem manajemen dengan memanfaatkan indikator-indikator yang

khas untuk sistem tersebut sehingga dapat dilihat apakah tiap tahap manajemen obat berlangsung dengan selaras, serasi dan seimbang atau tidak. 3,7 2.8 Output manajemen obat Aspek manajemen obat adalah mengoptimalkan perencanaan, pengorganisasi -an, pengadaan, pengawasan dan penganggaran. Siklus ini harus dijaga agar semua tahap di dalamnya sama kuat dan segala kegiatan tersebut harus selalu selaras, serasi dan seimbang untuk menjamin obat tersedia setiap saat dibutuhkan. 1,3,7 Tanda-tanda ketidaktepatan manajemen obat dapat dilihat dari hasil output antara lain: 9 a. Kekurangan obat-obat yang sering dipakai b. Kelebihan obat-obat tertentu. c. Bentuk dan dosis yang tersedia tidak disukai dokter atau pasien. d. Ada kecenderungan menggunakan obat-obatan yang lebih mahal dari pada obat-obatan yang lebih murah padahal efektifitasnya adalah sama. e. Penyesuaian yang tidak rasional terhadap kendala anggaran. f. Preskripsi yang tidak rasional dan tidak efektif.