PANDUAN TEKNIK PEMBUATAN DAN PENCELUPAN. Riyandoko, William Ingram, I Made Maduarta, I Wayan Sukadana, I Komang Sujata

dokumen-dokumen yang mirip
Tim Threads of Life dan University of Western Australia

Panduan Teknis. Pengukuran Tingkat Kekeruhan Air dan Sedimen Sederhana. Pendahuluan

Warna pada makanan atau minuman memang kadang memberikan penampilan lain yang lebih menarik. Yuk kita bahas pewarna alami dan bagaimana membuatnya!

Warna pada makanan atau minuman memang kadang memberikan penampilan lain yang lebih menarik. Yuk kita bahas pewarna alami dan bagaimana membuatnya!

Panduan Teknis. Pengukuran Debit Sungai Sederhana. Prosedur Pengukuran. 1. Menentukan lokasi pengamatan/pengukuran debit dan tinggi muka air

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

PENGOLAHAN UMBI GANYONG

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan,

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN

tips: Menyimpan Tahu Segar

tips: Menyimpan Tahu Segar

TEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN

1. Starter dengan larutan gula

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

BAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN KIMIA SEHARI-HARI DENGAN STRUKTUR PARTIKEL PENYUSUNNYA? Kegiatan 2.1. Terdiri dari

Pemantauan dan Evaluasi

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

Dampak Pendampingan Terhadap Penghidupan Petani Agroforestri di Sulawesi Tenggara

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

PEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA

Dampak Pendampingan Terhadap Penghidupan Petani Agroforestri di Sulawesi Selatan

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar

LAPORAN PEMBUATAN KERAJINAN DARI BUBUR KERTAS

PEMBUATAN JELLY RUMPUT LAUT

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015.

T E M P E 1. PENDAHULUAN

KKN ITATS Tahun Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kompos. Disiapkan oleh Taty Alfiah, ST.MT

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

PENGOLAHAN UBI KAYU. Kue Pohong Keju

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL

14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

PESTISIDA ALAMI MENDUKUNG BUDIDAYA STROBERI ORGANIK

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MANISAN KERING BENGKUANG

Pengolahan Sagu (Metroxylon) sebagai Bahan Baku Pembuatan Es Krim

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

Pembuatan Pembibitan Tanaman

III.TATA CARA PENELITIAN

OLEH: YULFINA HAYATI

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

PENGEMBANGAN PENGOLAHAN TEPUNG CASSAVA UNTUK WIRAUSAHA

BAB III PERANCANGAN PROSES

SINTESA DAN UJI BIODEGRADASI POLIMER ALAMI

Kecap Asin/Manis CARA MEMBUAT:

JMSC Tingkat SD/MI2017

KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

CARA MEMBUAT: -Potong ayam menjadi 2 bagian atau belah membujur dadanya dan tekan hingga terbuka lebar. -Lumuri bumbu halus hingga rata

Cara Paling Ampuh Merawat Wajah Secara Alami, Sehat dan Agar Awet Muda. Cara Paling Ampuh Merawat Wajah Secara Alami, Sehat dan Agar Awet Muda

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

Pupuk Organik pada Budi Daya Kebun Campur

V. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. pemilik usaha industri tahu yang ada di Desa Karanganyar Kecamatan Weru

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

Resep Puding - Cara Membuat Puding Istimewa

merupakan transpormasi dari naskah/kitab sastra, seeperti: kakawin, kidung dan sebagainya,

Teknologi Tepat Guna Penjernihan Air Dengan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Teknologi Tepat Guna

BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK

MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

Teknologi Pengolahan Hasil Ubi Jalar dan Ubi Kayu

3. Untuk mempermudah bagi mereka mereka yang berminat untuk mendirikan industri rumah tangga yang mengspesialisasikan pembuatan tempe. C.

Resep kue basah : kue lumpur, tips dan variasinya

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

III. BAHAN DAN METODE. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Maret--Agustus 2011 bertempat di

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi

Leaf Coffee (Kopi Daun) for Students in Jambi - Indonesia. Oleh : Kemas Muhammad Erwansyah, S.TP

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.

PENGEBLUR DAUN INDIGO PENGHASIL PASTA PEWARNA ALAMI BAGI UKM PENGRAJIN BATIK DI KECAMATAN GUNUNG PATI SEMARANG

Cara Membuat Lawar Bali

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan

b. Dapat memperbaiki struktur tanah, menyebabkan tanah menjadi ringan untuk diolah dan mudah ditembus akar.

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Prosedur pelaksanaan dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu tahap preparasi dan

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

KANDUNGAN UNSUR HARA RENDAH MENGGANGU PERTUMBUHAN TANAMAN PADA SAAT PROSES PEMBUSUKAN MENIMBULKAN BAU YANG SANGAT MENYENGAT

tersebut adalah EM4 yang siap digunakan dan dapat bertahan hingga 6 bulan. Ampas dari hasil penyaringan larutan bisa digunakan sebagai pupuk kompos.

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

BUNGA KERING DARI KULIT JAGUNG Menyulap Limbah Menjadi Hiasan Bernilai

BAB III METODE PENELITIAN. biji cempedak ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dimana. kriteria tertentu yang diharapkan dalam penelitian.

Transkripsi:

PANDUAN TEKNIK PEMBUATAN DAN PENCELUPAN Riyandoko, William Ingram, I Made Maduarta, I Wayan Sukadana, I Komang Sujata

PANDUAN TEKNIK PEMBUATAN DAN PENCELUPAN Riyandoko, William Ingram, I Made Maduarta, I Wayan Sukadana, I Komang Sujata

Sitasi Riyandoko, Ingram W, Maduarta IM, Sukadana IW, Sujata IK. 2016. Panduan Teknik Pembuatan dan Pencelupan Pasta Indigo (Pewarna Alami Tenunan) Untuk Skala Rumah Tangga. Bogor, Indonesia: World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Program. Pernyataan Hak Cipta The World Agroforestry Centre (ICRAF) memegang hak cipta atas publikasi dan halaman webnya, namun memperbanyak untuk tujuan non-komersial dengan tanpa merubah isi yang terkandung di dalamnya diperbolehkan. Pencantuman referensi diharuskan untuk semua pengutipan dan perbanyakan tulisan dari buku ini. Pengutipan informasi yang menjadi hak cipta pihak lain tersebut harus dicantumkan sesuai ketentuan. Link situs yang ICRAF sediakan memiliki kebijakan tertentu yang harus dihormati. ICRAF menjaga database pengguna meskipun informasi ini tidak disebarluaskan dan hanya digunakan untuk mengukur kegunaan informasi tersebut. Informasi yang diberikan ICRAF, sepengetahuan kami akurat, namun kami tidak memberikan jaminan dan tidak bertanggungjawab apabila timbul kerugian akibat penggunaan informasi tersebut. Tanpa pembatasan, silahkan menambah link ke situs kami www.worldagroforestry.org pada situs anda atau publikasi. ISBN 978-979-3198-88-0 World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Program Jl. CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang, Bogor 16115 [PO Box 161 Bogor 16001] Indonesia Tel: +(62) 251 8625 415 Fax: +(62) 251 8625416 Email: icraf-indonesia@cgiar.org www.worldagroforestry.org/region/southeast-asia blog.worldagroforestry.org Foto Sampul Ilustrasi berdasarkan foto Riyandoko Penyunting Elok Ponco Mulyoutami Desain dan Tata letak Riky Mulya Hilmansyah dan Tikah Atikah 2016 ii

Ucapan Terima Kasih Penyusunan dan penerbitan buku ini didanai oleh Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) melalui proyek penelitian pengembangan produksi, strategi pemasaran kayu dan hasil hutan bukan kayu (FST -2012-039). Penulis mengucapkan terimaksih kepada seluruh peserta lokakarya pembuatan pasta indigo di Kabupaten Timor Tengah Selatan pada bulan Mei 2016 yang telah berpartisipasi dan berbagi pengetahuan mengenai pemanfaatan tanaman taum sebagai pewarna. Juga kepada, peserta lokakarya pembuatan pasta indigo di Ubud Bali pada bulan September 2016 yang telah berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang cara penggunaan tanaman taum sebagai pewarna biru alami. Tim dari Treads of Life dan Yayasan Pencita Budaya Bebali yang telah menfasilitasi dan menjadi narasumber dalam lokakarya pembuatan pasta indigo, serta Politeknik STTT Bandung yang menjadi narasumber dan berbagi informasi tentang pewarnaan menggunakan tanaman taum. iii

Pendahuluan Kain tenun merupakan hasil budaya dan tradisi khas masyarakat Nusa Tenggara Timur. Hampir di semua wilayah dan pulau di provinsi ini mulai dari Sumba, Flores, Sabu, Rote, Lembata, Alor dan Timor menghasilkan kain tenun yang cantik dengan ragam motif yang berbeda. Ragam warna dari hitam, biru, coklat, merah hingga kuning menjadi ciri khas kain tenun Kepulauan Nusa Tenggara Timur. Pewarna alami menjadi ciri khas kain-kain tenun tersebut sekaligus menjadi penentu dari kualitas kain tenun itu sendiri. Para penenun kebanyakan menghasilkan sendiri pewarna alami tersebut dari berbagai tanaman yang secara alami tumbuh di wilayah mereka. Tanaman taum atau yang dikenal dengan Indigofera sp. merupakan tanaman yang menghasilkan warna biru yang kuat. Sudah menjadi tradisi bahwa tanaman ini digunakan sebagai pewarna alami oleh masyarakat di Nusa Tenggara Timur untuk mewarnai benang tenun. Taum merupakan tanaman legum yang berbentuk perdu. Masyarakat di Nusa Tenggara Timur mengenal ada dua sampai tiga jenis tanaman Taum yang dibedakan dari bentuk polong (buah) dan tinggi tanaman. Tanaman taum dengan batang tinggi (sekira 2,5 meter) dengan bentuk polong bengkok yang dikenal sebagai Indigofera dan tanaman taum dengan batang lebih rendah (sampai dengan 1 meter) dengan bentuk polong lurus, yang disebut Indigofera tinctoria. Pewarnaan benang tenun dengan tanaman taum telah dilakukan secara turun temurun dengan beragam cara dan menggunakan ritual tertentu. Misalnya di Desa Insana, Pulau Timor, masyarakatnya biasa melakukan ritual makan jagung muda dan memotong ayam atau babi hitam. Di beberapa desa lain di Pulau Timor, laki-laki bahkan tidak diperkenankan (pamali) mencelup benang atau kain dengan menggunakan daun taum. Keberagaman cara dan ritual ini menunjukkan betapa pentingnya proses pewarnaan yang mereka lakukan demi menghasilkan warna kain yang indah. Selain itu, kegiatan tersebut menunjukkan betapa kuatnya budaya dan tradisi kita dalam menciptakan mahakarya yang bisa mempesona masyarakat dari segala bangsa. Pewarnaan biru yang menggunakan tanaman taum biasanya hanya dapat dilakukan pada akhir musim penghujan. Pada masa ini, tanaman taum sudah cukup masak (tua) dan mudah ditemukan. Pada akhir musim kemarau tanaman taum sulit diperoleh karena sebagian besar tanaman sudah mati dan kering. Pada saat itu, penenun mengalami kesulitan mendapatkan iv

tanaman taum. Kurangnya pasokan benang biru berpengaruh pada produksi kain tenun yang dihasilkan saat musim kemarau. Sementara itu, pada musim kemarau penenun justru memiliki banyak waktu karena tidak bekerja di sektor pertanian. Perlu ada upaya memenuhi kebutuhan penenun terhadap pewarna biru pada musim kemarau. Salah satu cara adalah dengan mengawetkan zat pewarna biru (indigo) yang terdapat pada tanaman taum, ketika tanaman taum masih banyak ditemui pada akhir musim penghujan. Mengolah tanaman taum menjadi pasta indigo merupakan salah satu cara memperoleh warna biru dan mengawetkannya. Sehingga diharapkan pada musim kemarau penenun memiliki bahan pewarna biru untuk benang tenun mereka. Buku panduan ini merupakan hasil catatan proses lokakarya pembuatan pasta indigo yang dilakukan oleh Treads of Life di Desa Abi dan Desa Bosen, Timor Tengah Selatan pada tanggal 23-25 Mei 2016 dan di Ubud, Bali pada tanggal 12-16 September 2016. Lokakarya pertama di Timor Tengah Selatan diikuti oleh petani dan penenun dari Desa Abi, Desa Tetaf, Desa Oel Ekam dan Desa Bosen Timor Tengah Selatan, dan lokakarya kedua di Ubud, Bali diikuti oleh pencelup dan penenun dari Sumba, Sabu, Lembata, Timor, Nusa Penida, dan Sintang. Tujuan penyusunan buku panduan ini untuk membantu peserta lokakarya dalam mengingat dan mempraktikkan pembuatan pasta indigo dan menggunakannya dalam pewarnaan benang tenun secara mandiri. Buku panduan ini berisi tentang pokok-pokok dasar pembuatan pasta indigo dan cara mengunakannya. Pencelup dan penenun dapat mengembangkan dan melakukan pengubahan sesuai dengan pengetahuan turun-temurun, kondisi sumber daya alam, tradisi dan kebiasaan di masing-masing daerah. Buku panduan ini terdiri dari tiga bagian utama yaitu: i). pembuatan pasta indigo; ii). mengaktifkan pasta indigo; dan iii). pencelupan benang tenun. Dimana setiap bagian menyajikan proses yang sederhana sesuai dengan setiap tahapannya. Semoga buku panduan ini bermanfaat bagi petani, pencelup dan penenun yang memanfaatkan tanaman taum sebagai pewarna alami untuk tradisi tenun mereka. v

Daftar Isi Ucapan Terima Kasih...iii Pendahuluan...iv Bagian 1...1 Pembuatan Pasta Indigo... 1 1. Bahan-bahan... 1 2. Peralatan... 2 3. Cara membuat:... 2 Bagian 2...7 Mengaktifkan Pasta Indigo... 7 1. Bahan dasar pengaktif pasta indigo... 7 2. Mempersiapkan bahan pengaktif pasta indigo... 8 3. Mencampur semua bahan pengaktif dengan pasta indigo... 9 4. Didiamkan selama beberapa malam... 9 Bagian 3...11 Pencelupan benang tenun... 11 Tahapan pencelupan benang tenun... 11 vi

Bagian 1 Pembuatan Pasta Indigo Pasta indigo adalah pewarna biru alami yang dihasilkan dari tanaman taum (Indigofera sp.). Warna biru yang dihasilkan dari pasta indigo unik dan menjadi warna yang banyak disukai oleh penenun maupun pengguna kain tenun. Pembuatan pasta indigo ada tiga tahapan yaitu: i). perendaman daun dan cabang tanaman taum untuk fermentasi; ii). penambahan kapur dan mengadukan; dan iii). pengendapan. Pada Bagian 1 ini akan memaparkan tentang bahan, peralatan yang digunakan dalam pembuatan pasta indigo dan cara pembuatannya. 1. Bahan-bahan: a b a. Tanaman taum, bagian cabang dan daun sebanyak tiga seperempat (3/4) ember. c d b. Kapur sirih atau kapur aktif. c. Air bersih untuk mencuci dan merendam daun taum. d. Air panas untuk melarutkan kapur. 1

2. Peralatan a. Ember plastik untuk merendam daun taum. b. Gayung untuk mengaduk dan menuangkan air. c. Saringan untuk menyaring daun taum dan memisahkan kotoran dari air. d. Anyaman bambu untuk memadatkan dan menahan daun taum agar tidak mengambang saat perendaman. e. Batu yang telah dibersihkan sebagai pemberat. Diletakkan di atas anyaman bambu. f. Baskom plastik untuk melarutkan kapur. g. Kain sebagai penyaring, untuk memisahkan pasta daun taum dengan air. a b c g d e f 3. Cara membuat a. Memanen daun taum Daun taum yang siap dipanen memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Buah sudah kering atau berwarna kuning 2. Daun berwarna hijau tua dan kebiruan. Pemanenan sebaiknya dilakukan pagi hari sebelum pukul 09.00 sehingga daun taum tidak terkena sinar matahari yang terlalu panas secara langsung. Daun taum yang sudah dipanen dicuci hingga bersih dan segera mungkin direndam air, karena daun mudah layu dan kering. Daun yang layu dan kering dapat menghasilkan warna yang tidak maksimal bahkan tidak menghasilkan warna. 2

Buah taum yang sudah kering dan berwarna kuning (Kiri); Daun taum berwarna hijau tua dan kebiruan (Tengah); Memanen daun taum menggunakan gunting/alat potong yang tajam (Kanan). b. Perendaman daun taum Tujuan perendaman adalah untuk mengeluarkan zat warna biru atau disebut zat indigo dari dalam daun dan cabang melalui proses fermentasi atau peragian. Berikut cara perendaman daun taum: 1. Cuci daun taum hingga bersih dan masukkan ke dalam ember. 2. Padatkan daun taum di dalam ember dengan menekan-nekan menggunakan tangan. 3. Letakkan anyaman bambu di atas permukaan daun dan letakkan batu di atasnya untuk menahan supaya daun tidak naik ke 1 3 2 4 atas saat proses fermentasi atau peragian. 4. Tuangkan air bersih sampai sebatas permukaan daun. Tutup rapat ember guna membantu proses fermentasi atau peragian. Diamkan rendaman daun taum selama 1-2 malam. 3

Ciri-ciri rendaman daun taum sudah siap yaitu: 1. Rendaman air berwarna hijau kebiruan. 2. Ada buih-buih. 3. Anyaman bambu pengepres terdorong naik karena proses fermentasi atau peragian. Jika rendaman daun taum sudah siap maka pembuatan pasta dapat dilakukan. c. Penambahan kapur Penambahan kapur bertujuan untuk mengikat zat indigo dan membantu mengendapkannya. Takaran kapur harus sesuai untuk menghasilkan pasta yang baik. Kurangnya takaran kapur akan mengakibatkan banyak zat indigo yang tidak terikat dan terendap sehingga terbuang bersama air. Jika takaran kapur terlalu banyak akan menghasilkan pasta indigo yang mengandung banyak kapur yang berpengaruh pada kualitas warna yang dihasilkan. Tahapan penambahan kapur sebagai berikut: 1 2 3 4 4

1. Angkat daun dan cabang taum dari air rendaman dan peras supaya zat indigo dalam daun keluar ke ember. 2. Siapkan satu ember bersih dan saring air untuk memisahkan sisa-sisa daun dan kotoran dari air rendaman. 3. Larutkan kapur sekira 2-3% dari berat daun taum atau 5-6 sendok makan menggunakan air panas. Gunakan kapur yang bersih, halus dan masih aktif. Cara mengetahui kapur masih aktif dengan merasa dengan lidah. Jika terasa panas dilidah berarti kapur masih aktif. 4. Masukkan larutan kapur ke air rendaman taum. Aduk perlahan dengan gayung atau tangan sampai larutan kapur merata. Air kapur sudah cukup jika air rendaman berubah menjadi kuning. Jika air berubah menjadi coklat berarti air kapur terlalu banyak atau berlebihan. d. Pengadukan Tujuan pengadukan adalah untuk membantu zat indigo berikatan dengan udara (oksigen) sehingga memunculkan warna biru. Langkah-langkah melakukan pengadukan sebagai berikut: 1 1. Aduk air rendaman yang telah diberi larutan kapur dengan cara diangkat dan dituang secara berulang-ulang dengan menggunakan gayung selama 30 menit. 2. Selama pengadukan akan terjadi perubahan yaitu akan muncul buih berwarna biru tua dengan jumlah yang banyak. Semakin lama diaduk, buih akan berubah menjadi putih dan hilang. 3. Pengadukan selesai ketika air sudah berwarna biru dan buih sudah sangat sedikit atau tidak ada lagi. 3 2 e. Pengendapan dan penyaringan pasta indigo Pengendapan dan penyaringan dilakukan untuk memisahkan antara zat indigo dengan air. 1. Diamkan air rendaman selama 3-4 jam untuk mengendapkan zat indigo. Ciri-ciri zat indigo terendap yaitu: air bagian permukaan menjadi bening dan terlihat endapan berwarna biru. 5

2. Buang air perlahan-lahan agar air dan endapan zat indigo tidak tercampur kembali. Air buangan berwarna bening kehijauan. Hentikan membuang air jika sudah terlihat air buangan berwarna biru. 3. Siapkan kain yang halus sebagai penyaring. 4. Ikat kain di setiap ujungnya, dan letakkan kain pada permukaan ember. 5. Ikat masing-masing ujung kain dengan menggunakan tali, supaya kain tegang dan tidak jatuh ke dasar ember saat pasta disaring di atasnya. 6. Tuangkan endapan zat indigo ke saringan kain secara perlahan agar kapur yang tidak terlarut dan sisa kotoran tidak ikut masuk ke penyaring. 7. Diamkan selama kurang lebih satu hari sampai air habis menetes ke bawah, sehingga yang tertinggal hanya pasta indigo. 8. Ambil kain, satukan setiap ujungnya dan gantung selama 1-2 hari. Jemur jika pasta indigo ingin disimpan dalam bentuk bubuk atau kering. 1 2 3 4 5 6 f. Penyimpanan pasta indigo Penyimpanan pasta indigo dapat dalam bentuk basah atau dalam bentuk kering. Dalam bentuk basah, pasta dapat disimpan dalam plastik, atau wadah berupa setoples yang tertutup rapat. Pasta basah biasanya bertahan sampai satu tahun. Dalam bentuk kering, bubuk pasta disimpan dalam tempat yang tertutup rapat. Bubuk pasta dapat bertahan sampai beberapa tahun. 7 6

Bagian 2 Mengaktifkan Pasta Indigo Sebelum digunakan untuk mewarnai benang atau kain, pasta indigo perlu diaktifkan terlebih dahulu. Zat indigo pada pasta tidak larut dalam air, jika belum diaktifkan, warna hanya akan menempel pada permukaan benang dan tidak masuk ke serat benang. Pengaktifan zat indigo ini menggunakan ramuan pelarut yang sesuai dengan sifat zat indigo. Adapun bahan pembuat ramuan tersebut juga umumnya merupakan bahan alami yang mudah ditemukan di sekitar kita. Ada beragam cara untuk mengaktifkan pasta indigo yang diajarkan secara tradisional dan turun-temurun di Nusa Tenggara Timur. Keberagaman itu menjadi kekayaan dan keunikan di masing-masing daerah, dengan tujuan yang tetap sama yaitu mendapatkan warna biru alami terbaik untuk benang tenun. Ragam upaya pengaktifan itu menghasilkan warna biru yang berbeda di setiap daerah, ada yang menghasilkan biru yang sangat tua hingga biru muda. daerah, tergantung pada kebutuhan dan ciri khas motif tenun untuk setiap daerah. Meski beragam, namun prinsip pengaktifan atau pembangkitan warna tetap sama, yaitu: persiapan bahan pengaktif, menambahkan bahan pengaktif ke dalam pasta indigo, dan pengendapan. Beberapa prinsip dasar dalam mengaktifkan pasta indigo dijelaskan dalam panduan. Variasi lain dalam pengaktifan zat indigo dapat dilakukan para pencelup dan penenun sesuai dengan kondisi lingkungan, tradisi, sumber daya alam, dan selera masingmasing kelompok masyarakat di daerah yang berbeda. 1. Bahan dasar pengaktif pasta indigo Dari beragam resep pengaktifan pasta indigo yang ada, tiga bahan dasar utama adalah: kapur atau abu, gula (glukosa) dan bahan pengendap. Sebagai tambahan, kulit kayu, daun-daunan dan akar-akaran jenis tertentu juga dapat digunakan untuk menghasilkan warna biru yang unik. 7

Selengkapnya, berikut adalah bahan dasar pengaktifan pasta indigo: a. Dua kilogram pasta indigo. b. Dua kilogram Tebu. Tebu merupakan sumber gula (glukosa) untuk melepaskan udara (oksigen) yang ada pada zat indigo, sehingga zat indigo dapat larut. Selain tebu dapat digunakan sumber gula lain seperti gula kelapa atau gula merah. c. Lima puluh gram daun Jamblang. Fungsinya membantu mempercepat pengendapan pasta indigo atau memisahkan indigo yang telah larut dengan pasta. Bahan pengendap lain yang dapat digunakan adalah: daun tanjung, dan kelapa tua yang dibakar. d. Empat puluh gram kapur. Kapur merupakan untuk mengikat zat indigo. Kapur yang baik adalah kapur aktif, yang masih mengeluarkan gelembung ketika dilarutkan dalam air. a b c Gambar: a. Pasta Indigo; b. tebu yang telah dikupas kulitnya; c. Daun Jamblang. 2. Mempersiapkan bahan pengaktif pasta indigo a b c 8

a. Buat larutan air tebu. Tebu ditumbuk dan diperas, tambahkan air secukupnya. b. Buat larutan daun jamblang. Daun Jamblang ditumbuk sampai halus dan diberi 1 liter air. Remas-remas tumbukan daun hingga tercampur rata dalam air. c. Buat larutan kapur dengan menggunakan air panas. 3. Mencampur semua bahan pengaktif dengan pasta indigo a. Masukkan larutan tebu ke dalam wadah yang berisi pasta indigo. Aduk hingga indigo terlarut di dalam larutan air tebu. b. Tambahkan larutan kapur, aduk perlahan hingga merata. c. Tambahkan larutan daun jamblang, aduk perlahan hingga merata. Penambahan larutan daun jamblang dapat dilakukan langsung, ada pula yang dilakukan setelah larutan sebelumnya (pasta + larutan air tebu + kapur) didiamkan semalam atau dua malam. a b c 4. Didiamkan selama beberapa malam Setelah semua larutan bahan pengaktif dan pasta indigo tercampur rata, diamkan selama 1-2 malam. Pendiaman ini bertujuan agar udara (oksigen) yang ada pada zat indigo terlepas, sehingga zat indigo dapat larut dalam larutan air tebu. Larutan pewarna indigo sudah siap digunakan jika cairan di bagian atas sudah berwarna kuning kehijauan dan pasta terendap di dasar 9

wadah. Pengecekan dapat juga dilakukan dengan mengambil sedikit cairan kuning kehijauan dengan gelas kaca lalu dikocok. Jika cairan berubah menjadi biru maka larutan pewarna indigo telah siap untuk digunakan. a b Gambar a. larutan pewarna indigo setelah didiamkan selama 1-2 malam, terlihat larutan berwarna kuning kehijauan di bagian atas wadah dan pasta indigo yang mengendap; b. mengecek larutan pewarna indigo dengan menggunakan gelas kaca. 10

Bagian 3 Pencelupan benang tenun Pewarnaan atau pencelupan mengunakan larutan pewarna indigo adalah sebuah proses memasukkan zat indigo ke serat benang dan menguncinya di dalam serat benang. Benang yang digunakan untuk tenun pada umumnya berbahan kapas atau katun. Zat indigo yang terlarut dalam larutan pengaktif tidak berikatan dengan udara (oksigen) dan berukuran kecil sehingga memunculkan warna kuning kehijauan. Ketika zat indigo berikatan dengan udara (oksigen), ukurannya akan membesar sehingga memunculkan warna biru. Jadi pewarnaan menggunakan larutan pewarna indigo membutuhkan udara (oksigen), ketika zat indigo sudah masuk ke serat benang. Udara (oksigen) dibutuhkan untuk mengubah zat indigo yang berukuran kecil (berwarna kuning kehijauan) menjadi zat indigo berukuran besar sehingga terkunci di dalam serat benang dan benang terlihat berwarna biru. Keunikan dari warna indigo adalah tidak memerlukan bahan lain sebagai pengikat warna pada benang, seperti warna lainnya (merah, kuning). Tahapan pencelupan benang tenun a b a. Cuci bersih benang tenun menggunakan air. Saat pencucian, benang di pukul-pukul di atas bantalan yang keras. Tujuannya agar serat benang terbuka dan memudahkan larutan pewarna indigo masuk ke serat. b. Letakkan benang di dalam baskom, tuangkan larutan pewarna indigo hingga benang terendam seluruhnya. 11

c d c. Angkat benang dari rendaman. Renggangkan benang agar larutan pewarna indigo merata mengenai setiap helai benang. Pengangkatan benang bertujuan agar terkena dan bereaksi dengan udara. d. Masukkan atau celupkan kembali benang ke dalam larutan pewarna, usahakan setiap helai benang terkena larutan pewarna indigo. e e. Angkat dan jemur di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung. Penjemuran ini bertujuan agar zat indigo dalam benang terkena udara (oksigen) yang akan memperbesar zat indigo dalam benang dan menghasilkan warna biru. 12

f. Ulangi pencelupan beberapa kali (3-5 kali) sampai mendapatkan warna biru yang dinginkan. Pencelupan bertahap dan berulang-ulang bertujuan agar zat indigo memenuhi semua rongga serat benang, sehingga warna yang dihasilkan pekat dan tidak mudah luntur. g. Jika sudah ditemukan kepekatan warna biru yang diinginkan, cuci benang dengan air bersih dan jemur di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung hingga kering. h. Benang sudah dapat digunakan untuk penenunan. a b a. Zat indigo di dalam benang, tampak samping b. Zat indigo di dalam benang, tampak atas 13

15

Kanoppi adalah proyek empat tahun yang didanai oleh Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) FST-2012-039. Proyek penelitian pengembangan produksi, strategi pemasaran kayu dan hasil hutan bukan kayu ini dilaksanakan di Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Timor- Tengah Selatan dan Kabupaten Lombok Tengah.