Maulana Achmadi, Lisna Pekerti, Rizky Musfiati, Siti Juwariyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. dikenal di Indonesia. Batik ikat celup dalam bahasa Inggris disebut dengan tie-dye

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat maupun hubungan manusia dengan lingkungannya. makan, sandang dan perumahan. Bahan-bahan untuk kebutuhan itu semakin

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BUPATI BOLAANG MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW NOMOR TAHUN 2015

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

Ragam Hias Kain Celup Ikat

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KERAJINAN DARI BAHAN ALAM

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kehidupan manusia, Bagi manusia, busana merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menyiasati Peluang Bisnis Batik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekhasan budaya dari setiap suku bangsa merupakan aset yang tidak terhitung

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali adalah pembangunan dibidang perekonomian nasional. Di era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan pada bidang

PENAMAS ADI BUANA Volume 02, Nomer 2, 01 Oktober 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Warna memiliki peranan dan fungsi penting dalam kehidupan yang dapat

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR INOVASI BUSANA ETNIK

PENGEMBANGAN TEKNIK PEWARNAAN ALAMI PADA KERAJINAN SERAT ALAMI DI CV BHUMI CIPTA MANDIRI SENTOLO, KULON PROGO, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mada 1990) 1 P4N UG, Rencana Induk Pembangunan Obyek Wisata Desa Wisata Kasongan (Universitas Gajah

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. beberapa budaya dan karya seni Indonesia ini adalah seni kerajinan tangan. kerajinan logam, kerajinan gerabah, dan kerajinan tenun.

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL

Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembuatannya penuangan motif tenunan hanya berdasarkan imajinasi

Kerajinan Fungsi Hias

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki keragaman budaya dari berbagai daerah, yang berarti

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. harus diselesaikan dalam proyek perancangan karya tekstil dengan eksplorasi eco

BISNIS BATIK ONLINE STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Mata Kuliah Lingkungan Bisnis : AKHMAD DAHLAN NIM :

NASKAH APA KABAR JOGJA

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata dasar manfaat yang berarti guna, faedah, sedangkan memanfaatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

Kajian Perhiasan Tradisional

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN DAN PENDAMPINGAN PENGRAJIN SONGKET JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan suatu perpaduan antara seni (art) dan kerajinan (craft)

PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

A. Bagan Pemecahan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi negara yang kaya dengan keunikan dari masing-masing suku tersebut.

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

BAB I PENDAHULUAN. Irian Jaya. Motif-motif tersebut diantaranya bercorak seperti burung, kupu-kupu, dibedakan menjadi batik tulis, cap dan printing.

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

BAB I PENDAHULUAN. wisata, agar dapat menarik untuk dikunjungi oleh para wisatawan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013

PENGEMBANGAN PRODUK DAN STRATEGI PEMASARAN BAHAN BUSANA BATIK BANTULAN DENGAN STILASI MOTIF ETHNO MODERN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Kerajinan dan Wirausaha Tekstil

BAB I PENDAHULUAN. lokal agar tetap dapat bersaing dengan produk internasional. kerajinan negara sendiri yang beranekragam.

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aini Loita, 2014 Pola Pewarisan Budaya Membatik Masyarakat Sumedang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif di Indonesia. Konsep Ekonomi Kreatif merupakan sebuah

Batik Tulis TradBatik Tradisional Tuban

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, Indonesia kaya dengan aset kebaharian. Terutama bagi

2014 EKSPERIMEN WARNA ALAM MANGGA ARUMANIS, MANGGA GEDONG GINCU DAN MANGGA SIMANALAGI SEBAGAI PEWARNA KAIN SUTERA

Transkripsi:

PKMK-2-9-2 PENYULUHAN DAN PELATIHAN PENGRAJIN KAIN SASIRANGAN DI KELURAHAN SEBERANG MESJID KECAMATAN BANJARMASIN TENGAH KOTA BANJARMASIN DALAM RANGKA PENINGKATAN MUTU DAN KUALITAS SASIRANGAN Maulana Achmadi, Lisna Pekerti, Rizky Musfiati, Siti Juwariyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin ABSTRAK Penyuluhan dan pelatihan, pengrajin sasirangan, mutu dan kualitas sasirangan Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas tersendiri yang menjadi kebanggaan dan identitas daerah tersebut. Diantara aneka ragam kebudayaan tersebut adalah pakaian khas atau kain khas daerah. Seperti diketahui, Suku Jawa mempunyai kain khas batik, sumatra utara terkenal dengan kain ulosnya, nusa tenggara terkenal dengan songketnya, dan masih banyak lagi kain khas daerah yang ada di wilayah Indonesia. Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia juga mempuynai kain yang khas, yang disebut dengan nama kain sasirangan. Kain sasirangan adalah kain yang dibuat dengan cara menyirang / menjeruju, yaitu mengikat kain dengan motif yang diinginkan menggunakan benang, kemudian kain tersebut dicelupkan ke dalam pewarna. Sebagai kain khas daerah, tidak berarti kain sasirangan diminati oleh masyarakat Kalimantan Selatan. Kain sasirangan hanya dipakai pada acara tertentu dan oleh golongan tertentu pula, misalnya para pejabat atau pegawai pemerintahan saja. Masyarakat pada umumnya kurang berminat memakai sasirangan dengan berbagai alasan, diantaranya adalah kain sasirangan memiliki corak yang cenderung monoton, kurang inovatif, dan desainnya terkesan out of date. Meskipun kain sasirangan kurang diminati oleh masyarakat Indonesia, namun dewasa ini kain sasirangan memiliki peminat dari negara-negara di benua Eropa, Australia, dan beberapa negara di Benua Asia. Berkaitan dengan upaya menerobos pasar internasional, hal yang sangat penting dan harus dipenuhi adalah mutu dan kualitas, serta standar internasional kain yang diekspor, dimana salah satu syaratnya adalah harus menggunakan bahan (zat) pewarna alam. Berdasarkan keadaan seperti tersebut di atas, maka tim PKM FISIP UNLAM merasa termotivasi untuk mencoba memberikan kontribusi positif dalam hal meningkatkan ketrampilan pengrajin, khususnya di bidang pewarnaan sasirangan dengan menggunakan pewarna alam. Kata Kunci: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia yang mempunyai berbagai macam hasil budaya yang menjadi ciri khas daerah tersebut, Kalimantan Selatan pun memiliki budaya dan kesenian yang khas pula. Satu dari sekian banyak hasil budaya yang khas tersebut adalah Kain Sasirangan.

PKMK-2-9-2 Kain Sasirangan adalah kain khas Kalimantan Selatan yang dibuat dengan cara menyirang, yaitu mengikat kain dengan motif yang diinginkan menggunakan benang, kemudian kain tersebut dicelupkan ke dalam pewarna. Bahan dasar sasirangan pada mulanya adalah dari benang kapas atau dari serat kulit kayu, namun seiring dengan kemajuan teknologi sasirangan dibuat dari kain belacu, kain kaci, dan lain-lain yang didatangkan dari pulau jawa. Bahan pewarnanya, pada mulanya menggunakan bahan pewarna alami antara lain dari janar (kunyit), akarakar kayu, dan lain-lain serta dibuat hanya khusus untuk pengobatan magis (non medis), namun seiring dengan berjalannya waktu, sekarang ini para pengrajin sasirangan banyak menggunakan pewarna sintetis, sehingga sekarang sudah tidak banyak lagi pengrajin yang menggunakan pewarna alam dalam memproduksi Sasirangan. Produksinya pun tidak hanya terbatas untuk pengobatan magis (non medis) saja, melainkan juga sudah disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis pakaian yang diperlukan masyarakat. Seperti yang telah dikembangkan oleh pengrajin sasirangan di wilayah Kelurahan Seberang Mesjid yang kebanyakan telah menggunakan pewarna sintetis dalam proses produksinya. Kelurahan Seberang Mesjid adalah sentra Sasirangan Kalimantan Selatan, setelah para pengrajin di daerah Hulu Sungai Utara sudah membatasi hasil produksinya, karena biasanya hanya dipesan dan dibuat pada waktu tertentu saja, yaitu saat menjelang upacara Baayun Maulud saja, sedangkan di luar kepentingan itu hampir tidak diproduksi lagi. Berbeda dengan pengrajin sasirangan di wilayah Kelurahan Seberang Mesjid yang memproduksi kain sasirangan secara terus menerus untuk memenuhi permintaan dan kebutuhan masyarakat Kalimantan Selatan akan sasirangan yang semakin kompleks. Berdasarkan ragam hiasnya, sasirangan memiliki bermacam-macam motif, sesuai dengan fungsinya sebagai penolak penyakit maupun motif yang telah dikreasikan sesuai permintaan pemesan ataupun kreasi dari pengrajin sendiri. Motif-motif sasirangan yang digunakan sebagai penolak penyakit antara lain Motif Naga Balimbur Laki Bini, Kangkung Kaombakan, Ular Lidi dan lain-lain. Sedangkan motif-motif sasirangan yang yang digunakan sebagai pakaian harian antara lain motif Bunga Cengkih, Dara Menginang, Daun Jeruju, Hiris Pudak, dan banyak lain-lain. Hasil produksi pengrajin kain sasirangan bisa berupa laung, serudung, baju, kaos, dan lain-lain sesuai dengan kegunaan yang diinginkan. Pengrajin kain sasirangan sekarang ini mengembangkan dan mengkombinasikan antara motif tradisional dengan kreasi baru untuk bahan busana dan pakaian lainnya, serta teknik pembuatannya pun semakin disempurnakan sehingga dapat menghasilkan kain dalam jumlah besar dalam waktu yang relatif singkat. Industri kerajinan kain Sasirangan yang ada di Kalimantan Selatan sekarang ini sebenarnya sangat berpotensi untuk menciptakan lapangan kerja yang cukup besar. Namun kenyataan yang ada di masyarakat sekarang ini adalah sasirangan masih belum mendapatkan tempat di hati masyarakat Kalimantan Selatan secara luas, terlebih lagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Hal ini terjadi karena sasirangan sekarang ini masih belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat secara luas, hanya diminati oleh kalangan atas saja. Selain itu coraknya cenderung monoton dan kurang inovatif, sehingga masyarakat enggan menggunakannya. Kalau di Kalimantan Selatan sendiri anggapan masyaraktnya seperti itu, apalagi menurut masyarakat luar Kalimantan Selatan.

PKMK-2-9-3 Karena selain sasirangan sulit ditemukan di daerah lain, motif, warna, dan desain sasirangan menurut mereka kurang menarik dan kurang inovatif, sehingga minat mereka terhadap sasirangan sangat kurang. Berbeda dengan kain batik khas Jawa yang selain mudah didapat dimana-mana, juga tersedia dalam berbagai desain, motif, dan warna yang sesuai untuk semua kalangan umur, mulai dari yang muda sampai yang tua, baik untuk keperluan acara formal maupun informal. Untuk itu pemberian penyuluhan dan pelatihan kepada para pengrajin kain sasirangan dirasa perlu untuk meningkatkan mutu dan kualitas produksinya, terutama dalam bidang peningkatan ketrampilan, kreativitas dan inovasi pengrajin dalam mewarnai dan mengelola beraneka macam hasil produksi kain Sasirangan. Melalui program ini diharapkan pada kemudian hari sasirangan akan semakin dikenal dan diminati oleh masyarakat luas, tidak hanya terbatas pada masyarakat Kalimantan Selatan saja. Dampak lain yang diharapkan dari adanya penyuluhan dan pelatihan ini adalah terjaganya kelestarian kain sasirangan sebagai kain khas Kalimantan Selatan yang merupakan aset budaya bangsa. Selain itu dengan adanya program ini diharapkan pada nantinya secara tidak langsung mampu menambah Pendapatan Asli Daerah Kalimantan Selatan. Yang akan mengarah pada pningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu diharapkan adanya kepedulian dan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait, seperti Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, dan juga dari para pengrajin sasirangan itu sendiri. Identifikasi Masalah a. Rendahnya mutu sasirangan yang disebabkan kurangnya ketrampilan yang dimiliki oleh pengrajin sasirangan. b. Kurangnya kesadaran pengrajin akan manfaat dan keunggulan sasirangan, terutama kerajinan sasirangan dengan menggunakan pewarna alam. Perumusan Masalah a. Bagaimana cara meningkatkan ketrampilan pengrajin sasirangan di kelurahan seberang mesjid dalam membuat produk sasirangan? b. Bagaimana cara meningkatkan kesadaran pengrajin akan manfaat dan keunggulan penggunaan pewarna alam dalam mewarnai sasirangan? Tujuan Program Tujuan program pengabdian masyarakat ini adalah : a. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pengrajin sasirangan, terutama dalam mewarna sasirangan dengan menggunakan pewarna alam. b. Memacu motivasi anggota perhimpunan pengrajin sasirangan agar lebih berminat menggunakan zat pewarna alam dalam mewarnai produk sasirangannya. c. Mewujudkan salah satu dari tri darma perguruan tinggi, yaitu pengabdian masyarakat.

PKMK-2-9-4 Kegunaan Program Kegiatan penyuluhan dan pelatihan pengrajin sasirangan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peserta pelatihan, Tim Pelaksana dan pembimbing, pemerintah (DISPERINDAG & PM), dan Fakultas / Perguruan tinggi, yang secara rinci dijelaskan sebagai berikut : a. Peserta pelatihan mendapatkan pengetahuan terutama tentang cara pewarnaan sasirangan dengan menggunakan pewarna alam secara baik dan benar. b. Pelaksana dan pembimbing dapat menjadikan kegiatan ini sebagai wahana untuk menumbuhkan kepekaan sosial terhadap permasalahan yang ada di masyarakat. c. Pemerintah (DISPERINDAG & PM), kegiatan ini diharapkan bisa membantu dalam usaha pembinaan pengrajin sasirangan di Kalimantan selatan, khususnya di kota Banjarmasin. d. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan perguruan tinggi yang mahasiswanya terlibat dalam kegiatan pelatihan ini dapat menjalin kerjasama yang baik dengan masyarakat. METODE PENELITIAN Dalam melakukan kegiatan PKM Pengabdian Kepada Masyarakat Penyuluhan dan Pelatihan Pengrajin Kain Sasirangan di Kelurahan Seberang Mesjid dalam rangka Peningkatan Mutu dan Kualitas Sasirangan ini maka Tim pelaksana PKM melakukannya secara lansung, dimana Tim mendatangi langsung kelompok perhimpunan pengrajin sasirangan di wilayah kelurahan seberang mesjid dan melakukan penyuluhan serta pelatihan guna meningkatkan ketrampilan dan kulitas pengrajin sasirangan, yang nantinya diharapkan dapat mengarah pada peningkatan mutu dan kualitas kain sasirangan. Penyampaian materi tentang sasirangan ini mengambil tema pewarnaan alam untuk sasirangan, yang dilakukan dengan metode pendekatan secara : Ceramah Diskusi informal, dan Praktik pewarnaan sasirangan HASIL DAN PEMBAHASAN Kehadiran Dari jumlah peserta yang mendaftarkan diri pada saat dilakukannya sosialisasi dan pendataan peserta, maka diperoleh calon pesertra sebanyak 15 orang calon peserta yang berasal dari beberapa industri pengrajin sasirangan kelurahan setempat, yang kemudian diambil 10 orang secara acak sebagai peserta kegiatan. Ternyata berdasarkan data registrasi ulang dan daftar hadir yang ada diketahui bahwa semua peserta bisa hadir pada saat pelaksanaan program, atau dengan kata lain 100% peserta yang direncanakan bisa mengikuti kegiatan penyuluhan dan pelatihan ini. Besarnya persentase kehadiran in diharapkan bisa memberikan contoh kepada pengrajin sasirangan yang lain, sehinga nantinya secara keseluruhan pengrajin sasirangan di kelurahan seberang mesjid bisa melakukan pewarnaan alam secara baik dan benar.

PKMK-2-9-6 Penyampaian Materi Berdasarkan hasil kegiatan, maka dapat diketahui bahwa materi yang disampaikan termasuk kategori sangat baik, karena 100% materi yang direncanakan dapat disampaikan secara keseluruhan, sehingga semua pengetahuan yang ada pada penyaji dan pelatih dapat ditransfer kepada peserta. Praktik Keberhasilan penyampaian materi ini dapat dilihat dari tingkat ketrampilan peserta pelatihan. Dari hasil praktik yang ada, ternyata mereka mampu menyerap informasi tentang pewarnaan alam sasirangan, dan hampir 80% dari pesrta terlihat sudah terampil dalam melakukan pewarnaan dengan menggunakan pewarna alam. Praktik dilakukan dengan membagi peseta menjadi 2 kelompok, yang masing-masing kelompok mengerjakan 2 lembar kain untuk diwarnai dengan pewarna alam. Permasalahan Bahan Baku Pewarna Alam Dalam pelaksanaan kegiatan, sebagian besar pengrajin mengeluhkan tentang belum adanya pihak yang menyuplai bahan pewarna alam, meskipun sebenarnya beberapa bahan baku pewarna alam memang relatif mudah didapat, namun bahan tersebut masih belum diekstrak, sehingga masih memerlukan proses yang cukup lama untuk mejadikannya sebagai pewarna alam. Sementara ini pihak yang bisa menyediakan bahan pewarna alam siap pakai hanya ada di Pulau Jawa. Keadaan Cuaca Pada umumnya proses pewarnaan sasirangan memang tergantung pada cuaca, sehingga permasalahan ini juga terjadi pada pewarnaan dengan pewarna alam, terutama bagi industri kecil yang menggunakan panas matahari untuk mengeringkan hasil pewarnaan sasirangan mereka. Hal ini sangat penting, mengingat keadaan cuaca yang berbeda akan menghasilkan warna yang berbeda meskipun jenis kain dan pewarna yang dipakai sama. Alternatif Pemecahan Masalah Bahan Baku Pewarna Alam Masalah sulitnya mencari penyuplai bahan pewarna alam sebenarnya bisa diatasi dengan mengolah sendiri bahan baku pewarna alam, namun hal ini juga harus dijadikan bahan masukan kepada badan riset dan penelitian (BARISTAN), untuk kemudia BARISTAN lah yang akan membantu meneliti bahan baku lokal yang dapat dijadikan sebagai zat pewarna alam, bahkan nantinya BARISTAN diharapkan juga bisa menjadi penyuplai bahan pewarna alam, sehingga pengrajin tidak lagi bergantung pada bahan pewarna dari Pulau Jawa yang biaya pengirimannya cukup mahal.

PKMK-2-9-6 Keadaan Cuaca Permasalahan cuaca memang merupakan masalah klasik bagi pengrajin sasirangan, pengrajin dituntut untuk tidak tergantung pada kondisi cuaca dalam memproduksi sasirangan, sementara faktor cuaca adalah faktor yang sangat mempengaruhi hasil dan kualitas sasirangan. Hal ini dapat diatasi dengan menyediakan tempat penjemuran yang beratapkan seng, sehingga apabila diterpa sinar matahari akan cukup panas untuk mengeringkan kain, dan apabila turun hujan akan bisa melindungi kain dari terpaan air hujan. Selain itu, untuk menghasilkan warna sasirangan yang seragam (sama), maka proses pengerjaannya harus dilakukan secara bersamaan, agar pengaruh cuaca pada kain yang satu bisa sama dengan kain yang lain. KESIMPULAN Dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas kain khas Kalimantan Selatan (sasirangan), sangat dibutuhkan kerjasama antara pengrajin sasirangan dengan berbagai pihak terkait, seperti Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Banjarmasin, serta BARISTAN (Badan Diklat dan Penelitian) Propinsi Kalimantan Selatan. Kerjasama tersebut tentunya dilaksanakan dalam bentuk program-program atau kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas produk sasirangan, seperti kegiatan penyuluhan dan pelatihan, serta bantuan dalam bentuk permodalan. Program penyuluhan dan pelatihan yang telah dilaksanakan oleh tim PKM FISIP UNLAM bekerjasama dengan DISPERINDAG & PM Kota Banjarmasin telah membawa dampak positif bagi upaya pelestarian budaya daerah sekaligus peningkatan mutu dan kualitas kain sasirangan. Dengan dilaksanakannya program tersebut pengetahuan dan keterampilan pengrajin sasirangan terutama dlaam mewarnai sasirangan dengan menggunkan pewarna alam mengalami peningkatan, pengrajin pun menjadi termotivasi untuk menggunakan zat pewarna alam dalam mewarnai produk sasirangannya, mengingat permintaan pasar internasional, terutama negara-negara di benua eropa yang mewajibkan penggunaan zat pewarna alam untuk setiap produk tekstil yang dipasarkan di negaranya. Kegiatan ini juga merupakan implementasi dari salah satu tri darma perguruan tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalimantan Selatan, 2002, Sasirangan dan Sisematika Pembuatannya. Banjarmasin. Lestari WF, Kun, 2005, Teknologi Pewarnaan Alam Untuk Komoditi Tekstil, Kria Tekstil, dan Benang (Materi Pelatihan Teknologi Tekstil Kerajinan Tritik Jumputan dengan Pewarna Alam, Yogyakarta, September 2005). Yogyakarta: Balai Besar Kerajinan dan Batik.

PKMK-2-9-6