AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009

PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

PENDIDIKAN KHUSUS & PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

A. Perspektif Historis

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Siapakah?

PENDIDIKAN INKLUSIF. Juang Sunanto Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kodrat kemanusiaannya.

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Dalam konteks praktis pendidikan terjadi pada lembaga-lembaga formal

WALIKOTA PROBOLINGGO

Pendidikan Inklusif. Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA PAREPARE

BAB I PENDAHULUAN. atas pendidikan. Unesco Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga mencanangkan

Bagaimana? Apa? Mengapa?

penyelenggaraan pendidikan khusus, pendidikan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 tentang Pembentukan Provinsi Bengkulu (Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hak asasi manusia yang melekat pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan inklusif atau yang sering disebut dengan inclusive class

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dijamin dan dilindungi oleh berbagai instrumen hukum internasional maupun. nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

PERUBAHAN PARADIGMA PENDIDIKAN KHUSUS/PLB KE PENDIDIKAN KEBUTUHAN DRS. ZULKIFLI SIDIQ M.PD NIP

GUBERNUR ACEH TENTANG PERATURAN GUBERNURACEH NOMOR 92 TAHUN 2012 PENYELENGGARAANPENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT ALLAHYANG MARA KUASA

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan yang bermutu merupakan ukuran keadilan, pemerataan

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

PENDIDIKAN INKLUSIF SUATU STRATEGI MENUJU PENDIDIKAN UNTUK SEMUA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ema Rahmawati, 2014 Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat telah banyak mengangap bahwa anak yang dilahirkan karena suatu

SEKOLAH INKLUSI SEBAGAI SEBUAH SOLUSI BAGI KESULITAN BERSOSIALISASI PADA SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

Implementasi Pendidikan Segregasi

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART

2017, No Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kement

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa karena menjadi modal utama dalam pengembangan

Adaptif. Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial.

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS. DRS. MUHDAR MAHMUD.M.Pd

PENDEKATAN INKLUSIF DALAM PENDIDIKAN

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang

PENDIDIKAN PENYANDANG CACAT DARI SUDUT PANDANG MODEL PENDIDIKAN INKLUSI DI INDONESIA. Oleh: Haryanto

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF PROVINSI JAWA TIMUR

SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni PSG Bekasi

MANAJEMEN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

Kata Kunci : Model Pelayanan dan Anak Berkebutuhan Khusus

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia, termasuk tunanetra. Pendidikan

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. merupakan komponen terpenting. Karena peserta didik merupakan unsur penentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PENDIDIKAN KHUSUS/PLB (SPECIAL EDUCATION) MENUJU PENDIDIKAN BERMUTU DAN BERTANGGUNG JAWAB

TINJAUAN MATA KULIAH...

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 065 TAHUN T 9 TAHUN 2006 TENTANG

PROFIL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA BAGI ANAK TUNARUNGU DI SLB KABUPATEN SUKOHARJO

PENYALURAN DAN PEMANFAATAN DANA HIBAH SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSIF DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURANWALIKOTASURAKARTA TENTANG PETUNJUK PELAKSANAANPERATURANDAERAH KOTASURAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANGKESETARAANDIFABEL

Transkripsi:

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

SIAPAKAH? ANAK LUAR BIASA ANAK PENYANDANG CACAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

PENDIDIKAN INKLUSIF Pendidikan inklusif adalah Layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus (ABK) belajar bersama anak normal (non-abk) usia sebayanya di kelas reguler/biasa yang terdekat dengan tempat tinggalnya.

PENDIDIKAN INKLUSIF Pendidikan inklusif berarti bahwa sekolah harus MENERIMA/mengakomodasi semua anak, tanpa kecuali ada perbedaaan secara fisik, intelektual, sosial, emosional, bahasa, atau kondisi lain, termasuk anak penyandang cacat dan anak berbakat, anak jalanan, anak yang bekerja, anak dari etnis, budaya, bahasa, minoritas dan kelompok anak-anak yang tidak beruntung dan terpinggirkan. Inilah yang dimaksud dengan one school for all.

PENDIDIKAN INKLUSIF yang dimaksud dengan pendidikan inklusif adalah system penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. (Permendiknas no. 70 th 2009, pasal 1)

LANDASAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI DUNIA 1948: Deklarasi universal hak asasi manusia; 1989: Konvensi PBB tentang hak anak; 1990: Deklarasi dunia tentang pendidikan untuk semua, Jomtien; 1993: Peraturan standar tentang Persamaan Kesempatan bagi para penyandang cacat; 1994: Pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi tentang Pendidikan Kebutuhan Khusus;

DI DUNIA 1999: Tinjauan 5 tahun Salamanca; 2000: Kerangka Aksi Forum Pendikan Dunia, Dackar; 2000: Tujuan Pembangunan Millenium yang berfokus pada penurunan angka Kemisnikan dan Pembangunan; 2001: Flagship Pendidikan Untuk Semua (PUS) tentang Pendidikan dan Kecacatan.

DI INDONESIA Fasafah negara BHINEKA TUNGGAL IKA Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 ayat (1) yang menegaskan setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan ; Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 ayat (2) yang menegaskan setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya ;

DI INDONESIA Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 5 ayat (1) yang menegaskan setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu ;

UU no. 20 th 2003 PENJELASAN PASAL 15: Pasal 15 Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satauan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

UU No. 23 tahun 2002 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 51 yang menegaskan anak yang menyandang cacat fisik dan atau mental diberikan kesempatan yang sama dan aksesbilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa.

UU No. 4 th 1997 ttg PENYANDANG CACAT BAB III Pasal 6: Setiap penyandang cacat berhak memperoleh: 1. Pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis, dan jenjang pendidikan; BAB IV Pasal 11: Setiap penyandang cacat mempunyai kesamaan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan pada satuan, jalur, jenis, dan jenjang pendidikan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya.

UU No. 4 th 1997 ttg PENYANDANG CACAT BAB IV Pasal 12: Setiap lembaga pendidikan memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada penyandang cacat sebagai peserta didik pada satuan, jalur, jenis, dan jenjang pendidikan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatan serta kemampuannya.

PERMENDIKNAS NO. 70 TH 2009 TENTANG PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA

PERMENDIKNAS NO. 70 TH 2009 PASAL 3 ayat (1): Setiap peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

PERMENDIKNAS NO. 70 TH 2009 PASAL 3 ayat (2): Peserta didik yang memiliki kelainan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas: tunanetra; tunarungu; tunawicara; tunagrahita; tunadaksa; tunalaras; berkesulitan belajar; lamban belajar; autis; memiliki gangguan motorik; menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat adiktif lainnya; memiliki kelainan lainnya; tunaganda

PERMENDIKNAS NO. 70 TH 2009 PASAL 7: Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan minatnya.

PERMENDIKNAS NO. 70 TH 2009 PASAL 8: Pembelajaran pada pendidikan inklusif mempertimbangkan prinsipprinsip pembelajaran yang disesuikan dengan karakteristik belajar peserta didik.

PERMENDIKNAS NO. 70 TH 2009 PASAL 11 ayat (1): Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif berhak memperolah bantuan profesional sesuai dengan kebutuhan dari pemerintah kabupaten/kota. Ayat (2): Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat dapat memberikan bantuan profesional kepada satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif.

PERMENDIKNAS NO. 70 TH 2009 PASAL 12: Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota melakukan pembinaan dan pengawasan pendidikan inklusif sesuai dengan kewenangannya. PASAL 13: Pemerintah memberikan penghargaan kepada pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif, satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif, dan/atau pemerintah daerah yang secara nyata memiliki komitmen tinggidan berprestasi dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif.

PERMENDIKNAS NO. 70 TH 2009 Pasal 14 Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif yang terbukti melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini diberikan sanksi administratif sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundangundangan.

MAHA SUCI ALLOH YANG TELAH MENCIPTAKAN SEMUANYA BERPASANG-PASANGAN (AL QUR AN 23:36) SUNNATULLOH

Exceptional children are those who require special education and related services if they are to realize their full human potential (Hallahan and Kauffman, 1986:5) Penyandang cacat adalah mereka yang memerlukan pendidikan khusus dan layanan yang sesuai untuk mengembangkan potensinya.

Kelainan Fisik Tunanetra Tunarungu Tunadaksa Kelianan Emosi/Sosial/Perilaku Tunalaras Kelainan Kecerdasan/Mental Tunagrahita Berbakat Bagaiman dengan kelainan yang lain? (autis, ADHD, dll)

Kebutuhan individu (individual needs) Tidak bisa belajar kalau bising Tidak bisa tidur kalau lampu menyala Kebutuhan pengecualian (exceptional needs) Membaca dengan meraba Berbahasa isyarat Kebutuhan umum (common needs) Tidak dapat konsentrasi karena sedang sedih Menyediri karena minder (Norwich, 1996)

ALB: ABK: Diidentifikasi berdasarkan jenis kecacatan Diidentifikasi berdasarkan jenis kebutuhan Sebagian dari ABK Bukan sekedar pengganti istilah ALB Lebih manusiawi

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PERMANEN TUNANETRA TUNARUNGU TUNAGRAHITA TUNADAKSA TUNALARAS TEMPORER EKONOMI SOSIAL BUDAYA ALAM

Anak Lambat Belajar Anak Berbakat Anak Berkesulitan Belajar Anak dengan Gangguan Penglihatan Anak Berkelainan Majemuk Anak Berkebutuhan Khusus/ Berkelainan Anak dengan Gangguan Pendengaran Anak dengan Gangguan Autistik Anak dengan Gangguan Intelektual Anak dengan Gangguan Fisik dan Motorik Anak dengan Gangguan Emosi & Perilaku

Pendidikan khusus adalah pengajaran yang dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan individu penyandang cacat. Dalam pendidikan khusus mencakup beberapa komponen yang harus diperhatikan oleh guru pada saat bekerja dengan penyandang cacat. Komponen tersebut meliputi lingkungan fisik (misalnya menyediakan jalan tanjakan yang dapat dilalui oleh anak dengan cacat fisik), prosedur pengajaran, isi/materi pengajaran, dan penggunaan alat yang diadaptasi (misalnya komputer bicara, talking wacht untuk anak tunanetra)

Pendidikan Luar Biasa Bahasa Belanda Pendidikan Khusus Bahasa Inggris Pendidikan Kebutuhan Khusus Mencakup nuansa inklusi

Pasal 5 (1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. (2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. (3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. (4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. (5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.

Pasal 32 (1) Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan /atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Pasal 15 Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satauan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

Segregasi SLB Integrasi Sekolah Terpadu (integrasi) Inklusi Sekolah untuk semua

PLB (special education) Pendidikan bagi penyandang cacat Tidak mempersoalkan seting / tempat Segregasi Penyandang cacat belajar di sekolah khusus (SLB) Integrasi Penyandang cacat belajar di sekolah reguler Mengubah penyandang cacat menyesuaikan sistem Inklusi Pendidikan untuk semua (memperhatikan kebutuhan khusus) Mengubah sistem untuk semua anak

Center for Studies on Inclusive Education (CSIE) Hak belajar bersama Tidak harus dipisah karena cacat Tuntutan diakhiri segregasi Kekurangan dan kelebihan Prestasi akademik dan sosial baik Semua pengajaran dapat dilakukan Lebih efisien Segregasi tidak nyaman Hidup dalam masyarakat normal Persahabatan dan saling menghargai

wassalam