BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 1995, hlm Ibid, hlm Awan Setya Dewanta, et.al. Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia, Aditya Media,

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. misalkan susu dari hewan ternak, sutera dari ulat sutera, dan madu dari

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. 2005, hlm Tulus Tambunan, Pembangunan Ekonomi dan Utang Luar Negeri, Rajawali Pres,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara yang sebagian besar penduduknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 08/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. dasar pijakan pembangunan kedepan akan mengakibatkan pertumbuhan akan

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kampar Provinsi Riau,dengan luas wilayah luas ± 99,66 km 2 atau 9,966 Ha, dengan pusat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia termasuk negara yang berkembang yang memiliki pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

GENDER BUDGET STATEMENT (Pernyataan Anggaran Gender) Tahun 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

ABSTRAK PENDAHULUAN. Akhmad Ansyor, Zikril Hidayat dan Nia Kaniasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

HALAMAN PENGESAHAN...

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. APBN untuk pertanian di Indonesia bahkan juga di adakannya subsidi

I. PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2009)

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia. kerakyatan yang tidak hanya ditujukan untuk mengurangi masalah

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

Nuansa Teknologi GAPOKTAN MENYAMBUT PROGRAM SUBSIDI PUPUK LANGSUNG KE PETANI PENDAHULUAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan membangun

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Pertumbuhan ekonom i biasanya hanya diukur berdasarkan kuantitas

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan. 29,41%, tahun 2013 tercatat 29,13%, dan 2014 tercatat 28,23%.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan berdasarkan tugas dan Fungsi

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188 / 263 / KPTS / 013 / 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. namun masih banyak terjadi ketimpangan-ketimpangan secara sosial ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. perkapita, dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan juga

ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

BPS PROVINSI LAMPUNG PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

IPTEKS BAGI MASYARAKAT ( IbM ) HOME INDUSTRI NATA DE COCO ( SARI KELAPA) Setia Iriyanto. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. 4 (diakses pada tanggal 9 Desember 2015)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan adalah kondisi deprivesi terhadap sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan dasar. 1 Robert Chambers menyimpulkan bahwa inti dari masalah kemiskinan terletak pada yang disebut sebagai deprivation trap, deprivation trap itu terdiri dari lima ketidakberuntungan yang melilit kehidupan keluarga miskin. Kelima ketidakberuntungan tersebut terdiri dari kemiskinan itu sendiri, kelemahan fisik, keterasingan, kerentanan dan ketidakberdayaan. Dari kelima ketidakberuntungan tersebut yang perlu di perhatikan adalah kerentaan dan ketidakberdayaan, karena kedua hal tersebut sering menjadi sebab keluarga miskin menjadi lebih miskin. 2 Ini berarti bahwa pengentasan kemiskinan dapat di lakukan jika si miskin diberikan pemberdayaan ekonomi, budaya dan politik, sehingga si miskin mempunyai kebebasan untuk memilih dan mengekspresikan kemampuan diri, serta mendapatkan keadilan. Kemiskinan bukan merupakan masalah yang baru didengar. Kemiskinan adalah persoalan semua orang dan semua pihak. Ia akan tetap ada dimana dan kapan saja. Kita semua bertanggung jawab untuk menghapuskannya, minimal menguranginya. Hal ini merupakan tugas utama negara untuk menghapuskan kemiskinan dan meratakan distribusi kekayaan, sehingga tercapailah keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Agama Islam adalah agama yang mengatur segenap aspek kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat, termasuk kemiskinan, karena itulah Islam diturunkan guna merealisasikan kemakmuran, keadilan dan kesejahteraan dalam kehidupan manusia, serta menghapuskan kemiskinan dan kesenjangan dalam masyarakat. 1 Awan Setya Dewanta, et.al. Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia, Aditya Media, Yogyakarta, 1995, hlm. 9. 2 Ibid, hlm. 19. 1

2 Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah-nya menjelaskan bahwa jalan pertama dan utama yang diajarkan Al-Qur an untuk pengentasan kemiskinan adalah kerja dan usaha yang diwajibkannya atas setiap individu yang mampu. Ada puluhan ayat yang memerintahkan dan mengisyaratkan kemuliaan bekerja. Segala pekerjaan dan usaha halal dipujinya, sedangkan segala bentuk pengangguran dikecam dan dicelanya. 3 Di jelaskan dalam firman-nya : Artinya : Apabila engkau telah menyelesaikan satu pekerjaan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (pekerjaan yang lain, agar jangan mengganggu), dan hanya kepada Tuhanmu sajalah hendaknya kamu mengharap (QS. Alam Nasyrah : 7-8). 4 Hal ini menunjukkan bahwa konsep Islam dalam menghapuskan kemiskinan dan memeratakan distribusi kekayaan teruji dan efektif. Hingga saat ini sudah ada sejumlah studi empiris yang hasilnya dapat memberikan suatu gambaran mengenai variasi dalam tingkat kemiskinan antarsektor di Indonesia. Pradhan yang menggunakan data SUSENAS untuk periode sebelum dan sesudah krisis ekonomi, hasilnya menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan paling besar terdapat disektor pertanian. Ada dua faktor yang menjadi penyebab kemiskinan disektor pertanian di Indonesia diantaranya adalah terbatasnya teknologi modern dan rendahnya tingkat pendidikan petani. Kedua faktor inilah yang menjadi faktor penting penyebab kemiskinan dalam sektor pertanian di Indonesia. 5 Sementara itu lumbung kemiskinan di Kabupaten Pati terkonsentrasi pada wilayah-wilayah pedesaan, dimana laju pertumbuhanproduk domestik regional bruto(pdrb) Kabupaten Pati tahun 3 http://tongkronganislami.nediunduh pada hari ahad tanggal 8 mei 2016. 4 Al-Qur an Surat Alam Nasyrah ayat 7-8, Al-Qur an dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik RI, Fokus Media, Jakarta, 2010, hlm. 596. 5 Tulus T.H Tambunan, Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia : Beberapa isu penting, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003, hlm. 148.

3 2014 mencapai 9,88 persen, pada tahun ini lebih lamban dibandingkan tahun 2013 dengan pertumbuhan 10,87 persen. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial yaitu sebesar 20,19 persen. Lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Pertanian merupakan satu-satunya lapangan usaha yang mengalami kontraksi yaitu 2,59 persen. Sedangkan laju pertumbuhan tertinggi kedua yaitu lapangan usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 18,90 persen, diikuti lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan tumbuh sebesar 18,84 persen, Jasa Pendidikan tumbuh sebesar 18,59 persen, Jasa Pertambangan dan Penggalian tumbuh sebesar 16,88 persen, Jasa Lainnya tumbuh sebesar 16,77 persen, Real Estate sebesar 14,76 persen, Industri Pengolahan sebesar 13,48. 6 Dalam upaya mewujudkan pembangunan pertanian untuk meningkatkan perekonomian pedesaan Departemen Pertanian membuka terobosan baru yaitu dengan di adakannya program pengembangan usaha agribisnis pedesaan (PUAP). Pengembangan usaha agribisnis pedesaan (PUAP) merupakan pembangunan industri pertanian termasuk jasa pendukungnya. Dengan kata lain pengembangan usaha agribisnis pedesaan adalah rangkaian semua kegiatan mulai dari pabrik dan distribusi produk (alat-alat) sampai bahan untuk pertanian, kegiatan produksi pertanian, pengolahan, penyimpanan serta distribusi komoditi pertanian dan barangbarang yang dihasilkannya. 7 Pengembangan usaha agribisnis pedesaan (PUAP) merupakan salah satu kegiatan dari program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri (PNPM-M) yang dilaksanakan oleh Departemen Pertanian, yang bertujuan untuk mempercepat tumbuh dan berkembangnya usaha agribisnis dengan sasaran mengurangi kemiskinan dan pengangguran di pedesaan. Pelaksanaan program PUAP ini mengacu pada pola dasar yang di tetapkan dalam PERMENTAN Nomor 16/Permentan/OT.140/3/2009 yaitu 6 Sumber data Badan Pusat Statistik Tahun 2013-2014. 7 Muhammad Firdaus, Manajemen Agribisnis, Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hlm. 7.

4 pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan usaha, pendampingan dan pemberian fasilitas bantuan modal usaha petani yang dikoordinasikan oleh Gapoktan. Untuk membangun kemandirian Gapoktan dalam pelaksanaan PUAP maka perlu didampingi oleh penyuluh pendamping dan penyelia mitra tani (PMT) sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan dana sesuai dengan tujuan PUAP. 8 Dalam pelaksanaannya program PUAP dikelola oleh gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) Subur Makmur. Kelompok tani ini beralamatkan di Jl. Juana-Tayu Kilo Meter 17 Rt 05 Rw 01 Desa Tunjungrejo, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, kode pos 59154, Provinsi Jawa Tengah, No.telp 085225821806. Gapoktan ini memiliki anggota sebanyak 225 orang yang di bagi menjadi 6 kelompok. Adapun program-program yang dikembangkan oleh PUAP di desa Tunjungrejo di antaranya : Table 1.1 Program-Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) No Pelaksanaan Program PUAP 1 Budidaya (on-farm) - Tanaman Pangan Padi - Holtikultura - Peternakan - Perkebunan 2 Non Budidaya (off-farm) - Industri Rumah Tangga Pertanian - Pemasaran Hasil Pertanian Mikro (Bakulan) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dijelaskan bahwa program PUAP merupakan strategi yang dikembangkan pemerintah melalui Departemen Pertanian Republik Indonesia yang bertujuan untuk meminimalisir masyarakat miskin dan pengangguran melalui sistem manajemen pertanian yang dikembangkan bimbingan penyuluh pertanian 8 Pusat Pengembangan Pelatihan Pertanian, Materi Pelatihan Bagi Penyuluh Pendamping Program PUAP, Badan Pengembangan SDM Pertanian, Departemen Pertanian, 2009, hlm. 1.

5 dan penyelia mitra tani (PMT). Para pembimbing penyuluh pertanian dan penyelia mitra tani memberikan pendidikan dan pelatihan kepada petani melalui gabungan kelompok tani agar para petani dapat membangun akses ke lembaga permodalan. Program PUAP memberikan fasilitas modal usaha untuk petani dan dikoordinasikan oleh gapoktan untuk mempertahankan kewirausahaan dibidang pertanian dengan meningkatkan kinerja gapoktan dalam membangun team work kepada petani melalui aktivitas kelompok tani. 9 Sementara itu dalam perkembangannya menunjukkan bahwa usaha agribisnis belum dapat mewujudkan kemampuan dan peranannya secara optimal dalam perekonomian daerah, sehingga terdapat gap research program PUAP tersebut merupakan program yang bertujuan untuk mempercepat tumbuh dan berkembangnya usaha agribisnis dengan sasaran mengurangi kemiskinan dan pengangguran di pedesaan, yaitu dengan cara memberikan pelatihan dan fasilitas modal kepada masyarakat agar mereka dapat mengembangkan keahlian yang dimiliki sehingga kemiskinan dan pengangguran di pedesaan dapat hilang, minimal berkurang. Namun pada kenyataannya masih ada sebagian masyarakat yang tidak mau mengembangkan program tersebut, karena mereka beranggapan bahwa dana bantuan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat adalah dana hibah yang tidak perlu dikembangkan, selain itu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki masyarakat pedesaan juga masih rendah. Sehingga untuk mewujudkan pengembangan usaha agribisnis masih mengalami berbagai kendala seperti tingkat kemampuan, ketrampilan, keahlian, manajerial, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan yang di miliki masyarakat pedesaan masih dirasa kurang. Hal tersebut di pengaruhi oleh minimnya tingkat pendidikan dan pengetahuan yang di milikinya. Untuk itu peneliti menanyakan tentang bagaimana peran pemberdayaan masyarakat muslim dalam pelaksanaan program pengembangan usaha 9 Elly Permata Sari, Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan pada Petani, SOSIODEV Volume 3, nomor 3, September 2014.

6 agribisnis pedesaan (PUAP). Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Peran Pemberdayaan Masyarakat Muslim dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Desa Tunjungrejo Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati. B. Fokus Penelitian Fokus penelitian terdapat batasan penelitian, sesuai dengan judul penelitian ini maka peneliti hanya fokus dengan pemberdayaan masyarakat muslim yang tergabung dalam kelompok tani komoditi tanaman padi di Desa Tunjungrejo Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka peneliti dapat merumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pemberdayaan masyarakat muslim di Desa Tunjungrejo Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati? 2. Faktor apa saja yang menyebabkan masyarakat muslim di Desa Tunjungrejo Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati tidak mengikuti program pengembangan usaha agribisnis pedesaan? 3. Bagaimana peran pemberdayaan masyarakat muslim di Desa Tunjungrejo Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati agar dapat mengembangkan program pengembangan usaha agribisnis pedesaan? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini tidak lepas dari permasalahan yang dimuculkan sebagai respon terhadap latar belakang yang telah terpaparkan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pemberdayaan masyarakat muslim di Desa Tunjungrejo Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati.

7 2. Untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan masyarakat muslim di Desa Tunjungrejo Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati tidak mengikuti program pengembangan usaha agribisnis pedesaan 3. Untuk mengetahui peran pemberdayaan masyarakat muslim di Desa Tunjungrejo Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati agar dapat mengembangkan program pengembangan usaha agribisnis pedesaan. E. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini di harapkan akan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis yaitu sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil analisis yang didapat dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan bahan dasar untuk penelitian lebih lanjut dengan tema yang sama. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan warna tersendiri dalam perkembangan khasanah keilmuwan dan memberikan kontribusi pengetahuan yang bisa dijadikan literatur tambahan dalam bidang psikologi, khususnya psikologi dalam pemberdayaan masyarakat muslim dibidang pertanian. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat Bagi Lembaga Pelaksanan Program PUAP Dari hasil penelitian ini diharapkan agar BPK Margoyoso selaku pendamping dari pelaksanaan program PUAP serta Gapoktan Subur Makmur selaku pelaksana program PUAP dapat memaksimalkan kemampuannya dalam memberdayakan masyarakat di Desa Tunjungrejo melalui program Pemerintah yaitu pengembangan usaha agribisnis pedesaan (PUAP). b. Bagi Akademis Diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai analisis peran pemberdayaan masyarakat muslim dalam pelaksanaan program pengembangan usaha agribisnis pedesaan (PUAP) di Desa Tunjungrejo Kecamatan Margoyoso Kabupatenn Pati.

8 F. Sistematika Penulisan Untuk lebih memperjelas isi dari penelitian ini maka peneliti memaparkan sistematika penulisan. Adapun sistematika dalam penelitian ini ada;ah sebagai berikut : BAB 1 : Pendahuluan yang berisi latar belakang, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : Kajian pustaka yang terdiri dari pembahasan peran pemberdayaan masyarakat muslim, program pengembangan usaha agribisnis pedesaan, penelitian terdahulu dan kerangka berfikir. BAB III : Metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, pendekatan penelitian, sumber data, lokasi penelitian, tehnik pengumpulan data, uji keabsahan data, analisis data. BAB IV : Hasil penelitian yang berisi tentang gambaran gambaran umum obyek penelitian, deskripsi data penelitian tentang pemberdayaan masyarakat muslim di Desa Tunjungrejo Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati. Analisis tentang faktor apa yang menyebabkan masyarakat muslim di Desa Tunjungrejo Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati tidak mengikuti program pengembangan usaha agribisnis pedesaan. Analisis tentang peran pemberdayaan masyarakat muslim di Desa Tunjungrejo Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati agar dapat mengembangkan program pengembangan usaha agribisnis pedesaan. BAB V : Penutup yang meliputi kesimpulan terakhir sebagai jawaban atas permasalahan yang ada dan dilengkapi dengan saransaran yang bersifat konstruktif.