SISTEM KERING DAN SISTEM BASAH DALAM PROSESING BENIH KAPAS (Gossypium hirsutum L.)

dokumen-dokumen yang mirip
MODIFIKASI DELINTER KAPAS SISTEM KERING UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS MESIN. Modification of Dry System Cotton Delinter to Increase Machine Capacity

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

JENIS-JENIS PENGERINGAN

Teknik Pengambilan Contoh Benih Kapas dalam Kemasan Plastik Di PT. Nusafarm Intiland corp Asembagus Jawa Timur

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

PENTINGNYA PENETAPAN BERAT 1000 BUTIR DALAM MENGETAHUI KUALITAS BENIH TANAMAN PERKEBUNAN. Oleh:

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

INFORMASI PRAKTIS PENANGANAN PASCAPANEN KEDELAI. OLeh Ir. I. Ketut Tastra, MS. Informasi Praktis Balitkabi No.:

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tanah merupakan komoditas pertanian yang penting karena banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA

PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. Firman Allah SWT tentang tanaman yang tumbuh dari biji-bijian antara lain

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

RANCANG BANGUN ALAT PEMBERSIH SERAT PENDEK (KABU-KABU) BIJI KAPAS TIPE KERING PADA PROSESSING BENIH KAPAS (DELINTER)

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu hasil dari berbagai tanaman perkebunan yang dapat

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung,

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN KEDELAI

PENINGKATAN PRODUTIFITAS DAN PENDAPATAN PETANI MELALUI PENGGUNAAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADA PRODUKSI BENIH KAPAS ((Gossypium spp)

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

BAB I PENDAHULUAN. pertanian yang mampu menghasilkan devisa bagi Negara. Pada tahun 2016

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

TEKNIK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN ( SMTR VII)

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Laboratorium

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

PEMBUATAN ALAT PENGERING BENIH KEDELAI DENGAN KONTROL SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER AVR ATMEGA8535 TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Kunyit adalah salah satu tanaman rempah yang sering kita jumpai hampir

Pendahuluan menyediakan dan mendiseminasikan rekomendasi teknologi spesifik lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3

I. PENDAHULUAN. baku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) meningkat dari 365 ribu ton menjadi. 99% dan hanya 1% dipenuhi dari kapas domestik.

SNI Standar Nasional Indonesia. Lada hitam. Badan Standardisasi Nasional ICS

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) ialah tanaman penghasil beras yang menjadi sumber

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN

PENGOLAHAN BENIH (SEED PROCESSING)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kulit batangnya. Kenaf sebagai tanaman penghasil serat banyak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia

APLIKASI TEKNOLOGI SECARA MIKROBIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh subur di

Dairi merupakan salah satu daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan

TEKNIK SELEKSI BIJI PEPAYA

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon)

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan dari kebun-kebun sempit milik petani yang menjadi salah satu pilar

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Agustus Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) 3/8/2012

BAHAN DAN METODE. penelitian ini dilakukan di Gang Metcu, Desa Guru Singa, Kecamatan

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

LATEKS ALAM IRADIASI SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI RUMAH TANGGA BARANG JADI KARET

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

Transkripsi:

SISTEM KERING DAN SISTEM BASAH DALAM PROSESING BENIH KAPAS (Gossypium hirsutum L.) Oleh : Septyan Adi Pramana, SP Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. PENDAHULUAN Tanaman kapas sudah ada sejak ribuan tahun lalu, buktinya negara India telah melakukan budidaya kapas sejak 5.000 tahun yang lalu. Tanaman ini semakin dikenal dan berkembang sampai ke negara China, selanjunya pengembangan tanaman kapas secara intensif dapat kita jumpai di Benua Amerika (Anonim, 2012). Kapas adalah tanaman serat dari genus "Gossypium", diproduksi untuk kebutuhan industri atau tekstil, seratnya dapat dijadikan sebagai benang, bahan dasar baju, dan lain-lain. Kapas mulai dikembangkan di Indonesia pada masa penjajahan negara Belanda, pada masa itu rakyat Indonesia dituntut kerja paksa untuk budidaya tanaman kapas. Setelah Belanda pergi, program ini dilanjutkan oleh penjajah Jepang. Pengembangan areal tanaman kapas dilanjutkan sampai saat ini. Tanaman kapas (Gossypium hirsutum L.) merupakan komoditi pertanian yang mempunyai nilai ekonomis tinggi untuk dikembangkan. Kapas juga merupakan salah satu komoditi perkebunan penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Mengingat kebutuhan bahan baku industri terus meningkat dari tahun ke tahun serta nilai ekpor tekstil Indonesia ke sejumlah negara kini telah meningkat sekitar 5%-10% (Deny, 2013), maka hal ini menyebabkan ketergantungan akan serat kapas impor juga sangat tinggi, bahkan sepanjang tahun 2012, total impor kapas dari China mencapai US$ 550 juta. Rata-rata, setiap bulan Indonesia menggelontorkan dana sekitar US$ 50 juta untuk mengimpor bahan baku kain tersebut. Kementerian Perindustrian menyampaikan hampir 99,2% kapas sebagai bahan baku kain katun masih diimpor. Indonesia masih membutuhkan sekurangnya 700 ribu ton kapas per tahun karena

produksi kain katun di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan kain jenis lain (Ramdhania, 2013). Ketergantungan terhadap impor serat dan benih kapas harus ditekan yaitu salah satunya dengan memacu produksi serat kapas nasional dan tentunya didukung oleh industri benih yang kompetitif. Benih kapas bermutu merupakan penentu dalam mendukung produktivitas serat kapas nasional sebagai bahan baku industri tekstil. Benih kapas dengan kualitas yang baik, tentu saja tidak hanya dipengaruhi oleh teknik budidaya yang baik, namun juga harus dimulai dari teknologi prosesing benih kapas. Terdapat 2 (dua) sistem dalam prosesing benih kapas yaitu sistem kering dan basah. Tulisan ini akan mengulas lebih dalam mengenai sistem kering dan sistem basah dalam prosesing benih kapas. B. STANDAR PANEN DAN PROSESING BENIH STANDAR PANEN Panen dilakukan secara bertahap, dimulai jika 70-90% bol sudah merekah sempurna. Dimana Panen dilakukan pada siang hari yang cerah atau setelah jam 8 pagi untuk memberikan kesempatan menguapnya sisa-sisa embun yang menempel pada kapas berbiji. Buah-buah yang tidak merekah sempurna dipisahkan dan tidak diikutkan dalam prosesing benih. PROSESING BENIH KAPAS 1. SISTEM KERING Latar belakang yang mendasari prosesing benih sistem kering yaitu kondisi cuaca yang tidak menentu dalam melaksanakan prosesing benih sistem basah, seperti hujan, dikarenakan dalam sistem basah sangat bergantung pada panas matahari yang digunakan dalam menurunkan kadar air sampai 6-8%, dengan penjemuran selama 2-3 hari. Bila terjadi hujan pada saat prosesing, maka terjadi imbibisi air kedalam benih yang menyebabkan benih bisa berkecambah bahkan sampai membusuk yang berakibat daya kecambah turun.

Gambar 1. Mesin Delinter Modifikasi Prosesing benih kapas dengan sistem kering yaitu menggunakan uap asam nitrit. Prosesing tersebut menggunakan mesin delinter benih kapas dengan sistem kering, mesin tersebut telah dikembangkan oleh Balittas, Malang. Mesin delinter yang telah dimodifikasi dapat dioperasikan dengan lebih baik dengan kapasitas delinted rata-rata sebesar 150 kg/jam. Uap asam nitrit sudah dapat diarahkan seluruhnya ke ruang destilasi, sehingga tidak membahayakan operator dan menghemat kebutuhan asam nitrit sebesar 0.9 L untuk 150 kg benih kapas. Kelebihan prosesing sistem kering ini yaitu : a) Memiliki waktu proses yang lebih pendek yaitu sekitar 2-3 jam b) Tidak tergantung sinar matahari c) Tidak mencemari lingkungan tanah dan air d) Kuantitas benih berkabu yang lebih banyak e) Tidak diperlukan penjemuran, sehingga terjadi penghematan waktu 2-3 hari dalam satu kali proses f) Dihasilkan 120 kg benih kabu-kabu (benih yang masih terdapat sisa serat kapas) per liter asam nitrit (HNO2) yang digunakan. Sedangkan pada sistem basah, hanya dihasilkan 8 kg benih kabu-kabu per liter asam sulfat yang digunakan. Kelemahan prosesing sistem kering yaitu : Benih (biji) kapas masih mempunyai lapisan kerak akibat pemanasan karena kontak langsung dengan uap asam nitrit, selain itu sisa uap asam nitrit harus didestilasi untuk menjadi bentuk cair (Supriyanto dan Widodo, 2007 dalam Fatah dkk, 2012). Benih kapas yang memiliki

lapisan kerak (kabu) dapat mengurangi mutu biji kapas serta berpotensi menjadi media berkembangnya hama dan penyakit. 2. SISTEM BASAH Pada Sistem Basah, sebelum dilakukan Ginning atau memisahkan serat kapas dengan biji, kapas berbiji yang dihasilkan dari pemanenan dijemur selama 2 3 hari, sehingga kadar air mencapai 7 9 %. Untuk menjaga kemurnian varietas, ginning kapas berbiji untuk calon benih harus didahulukan dan tidak boleh dilakukan bersamaan dengan kapas berbiji untuk produksi serat. Biji kapas berkabu-kabu yang dihasilkan dari proses ginning, selanjutnya dijemur kembali dan dikirim ke unit prosesing Acid Delinting. Acid delinting Acid delinting adalah membersihkan serat-serat pendek atau kabu-kabu yang melekat pada kulit biji kapas dengan menggunakan asam sulfat pekat (H2SO4). Sebelum dilakukan Gambar 2. Asam Sulfat Pekat acid delinting, benih berkabu-kabu harus dipastikan bahwa daya kecambah awalnya > 80 %. Benih kabu-kabu sebanyak 20 kg dimasukkan kedalam drum baja mesin delinter. Tambahkan kedalam drum sebanyak 2,5 liter asam sulfat pekat (98 %). Mesin/drum diputar dengan kecepatan 20 rpm selama 3-4 menit. Setelah itu tambahkan 10 liter air kedalam drum, dan diputar kembali selama 1 menit.

Gambar 3. Benih hasil Ginning dimasukkan dalam drum dan ditambahkan asam sulfat pekat Gambar 4. Penambahan 10 liter air kedalam drum, dan diputar kembali selama 1 menit Selanjutnya benih didalam drum dimasukan kedalam bak berisi larutan kapur konsentrasi 10 gram kapur/liter air untuk menetralisir asam dan mesin diputar kembali selama 1 menit. Kemudian benih dikeluarkan dari dalam drum dan ditempatkan dalam bak plastik yang telah dilubang-lubangi. Kemudian benih dicuci/dibilas kembali dengan air bersih yang mengalir, sampai tidak ada sisa asam yang masih menempel pada kulit biji. Gambar 5. Benih hasil acid delinting Gambar 6. Benih dimasukkan dalam bak berisi larutan kapur Selanjutnya pada tahap akhir pembilasan benih tersebut dilakukan sortasi benih. Sortasi benih adalah memisahkan/membuang biji-biji yang tidak bernas/muda dan rusak karena serangan hama atau kerusakan mekanis. Cara yang dilakukan dengan membuang biji yang terapung pada saat pencucian/pembilasan. Biji yang rusak akibat hama atau mekanis dibuang dengan tangan.

Gambar 5. Benih dibilas air Gambar 6. Sortasi benih Benih dijemur dibawah sinar matahari selama 3 hari atau menggunakan mesin pengering sampai kadar air mencapai 7-9 %. Gambar 7. Benih ditabur di lantai jemur untuk dilakukan penjemuran Gambar 8. Penjemuran dibawah sinar matahari C. PENUTUP Benih kapas bermutu merupakan penentu dalam mendukung produktivitas serat kapas nasional sebagai bahan baku industri tekstil. Untuk memproleh kapas dengan kualitas yang baik tidak hanya dipengaruhi oleh teknik budidaya yang baik, namun prosesing dalam menghasilkan benih kapas juga merupakan faktor yang sangat penting. Terdapat 2 (dua) sistem prosesing benih kapas, yaitu sistem kering dan sistem basah. Sistem kering mempunyai keunggulan dalam menghasilkan benih berkabu yang cepat dan dengan jumlah yang sangat banyak yaitu 120 kg benih berkabu, namun sistem ini mempunyai kekurangan yaitu benih masih mempunyai lapisan kerak akibat pemanasan karena kontak langsung dengan uap asam nitrit yang dapat mengurangi mutu biji kapas.

Berbeda halnya dengan sistem basah, meskipun membutuhkan waktu yang lama dan bergantung pada sinar matahari, namun dari hasil banyak ujicoba yang dilakukan menunjukkan bahwa prosesing benih kapas sistem basah berhasil baik, dengan daya kecambah, kemurnian, kadar air dapat memenuhi standar yang telah dipersyaratkan. Kualitas hasilnya tidak diragukan yaitu benih gundul (seed delinted) dengan daya kecambah hampir 100 % karena sudah dilakukan sortasi sebelum dipacking dan disimpan (Sahid, 2008).

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. Mekanisme Budidaya Tanaman Kapas. http:/ /danilkapas.blogspot.com/2012/05/mekaniusme-budidaya-tanamankapas.html. Diakses pada tanggal 12 Nopember 2013. Deny, S. 2013. Ekspor Tekstil Indonesia Naik 10%. http:// bisnis.liputan6.com/ read/ 643266/ ekspor-tekstil-indonesia-naik-10. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2013. Fatah, Abdul G. S., Soebandi, Lutfi M., dan Widodo P. 2012. Modifikasi Delinter Kapas Sistem Kering Untuk Meningkatkan Kapasitas Mesin. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 (3) : 207-212. Ramdhania. 2013. Inilah 10 Produk Impor Terbanyak dari China. http://finance.detik.com/read/ 2013/ 02/12/ 074545/ 2167422/ 4/2/ inilah-10-produk-impor-terbanyak-dari-china. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2013. Sahid, M. 2008. Asam Nitrit Untuk Prosesing Benih Kapas Sistem Kering. Tabloid Sinar Tani : 23 Januari 2008.