KERAGAAN SUMBERDAYA LAHAN, PEMANFAATAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PERTANIAN BERBAGAI DAERAH DI SULAWESI SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
POTENSI IKLIM, SUMBER DAYA LAHAN DAN POLA TANAM DI SULAWESI SELATAN

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN

BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN

Belanja ( x Rp ) 28,459,972, ,459,972, ,351,299,600 A PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

, ,56 99, , ,05 96,70

SEBARAN POTENSI LIMBAH TANAMAN PADI DAN JAGUNG SERTA PEMANFAATANNYA DI SULAWESI SELATAN

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN T.A

PROVINSI : SULAWESI SELATAN : DINAS PERKEBUNAN PERIODE : 31 DESEMBER Belanja (Rp) Realisasi (Rp) Kode / No. Rekening.

Vol. Sat. Keu (Rp x 1,000) Keu (Rp x 1,000) Vol Sat. %

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Permenhut Nomor P. 56/Menhut-II/2007, Persuteraan Alam

PENDAHULUAN. swasembada beras. Produksi yang melebihi kebutuhan konsumsi penduduk, menempatkan daerah ini sebagai daerah suplai beras dan penyangga

Tabel 8. Luas wilayah Sulawesi Selatan di tiap kabupaten berdasarkan peta dasarnya IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAU JAWA

ALOKASI KEGIATAN APBD TAHUN ANGGARAN 2013 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN T.A

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

KATA PENGANTAR. Makassar, Maret 2014 Kepala Dinas. DR.Ir.BURHANUDDIN MUSTAFA, MS. Pangkat : Pembina Utama Madya NIP :

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Tinjauan Aspek Kesesuaian Lahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

I. PENDAHULUAN Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) merupakan daerah agraris dan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2014

Lampiran 3 Tabel 3. Review terhadap Rancangan Awal RKPD Tahun 2014 Provinsi Sulawesi Selatan

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

LAMPIRAN 25. KERJASAMA PENELITIAN DENGAN INTANSI PEMERINTAH/PEMDA (PROVINSI, KABUPATEN, KOTA), TAHUN ANGGARAN Lanjutan

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

Eni Siti Rohaeni. Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian Kalimantan Selatan ABSTRAK

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN T.A

LAMPIRAN USULAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

PENYEBARAN VARIETAS UNGGUL JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Sumarni Panikkai Balai Penelitian Tanaman Serealia

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Realisasi (Rp) Belanja (Rp) Tidak Langsung

Realisasi (Rp) Belanja (Rp) Tidak Langsung

Realisasi (Rp) Belanja (Rp) Tidak Langsung

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

KINERJA USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI SULAWESI SELATAN. Armiati dan Yusmasari

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA (INDONESIAN NUTRITION ASSOCIATION) PROVINSI SULAWESI SELATAN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

LAPORAN HASIL JUDUL KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN GOWA. Andi Ella, dkk

STRATEGI DAN KESIAPAN SEKTOR INDUSTRI DAN PERDAGANGAN SULAWESI SELATAN MENGHADAPI AEC 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

INTEGRASI TANAMAN KELAPA SAWIT DENGAN TANAMAN PANGAN JAGUNG DAN UBIKAYU DI LAHAN KERING

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU


POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan

KAJIAN RAGAM SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN (STUDI KASUS DESA PRIMA TANI KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR)

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

KATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Sulawesi Selatan Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

- Terlaksananya pendampingan 13 Orang 13 Orang 13 Orang 13 Orang 13 Orang 13 Orang Dinas Provinsi. PDF Editor

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

1. Rekomendasi Penetapan KPJU Unggulan dan Potensial

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

Pemetaan Spasial Varietas Jagung Berdasarkan Musim Tanam di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2010 OPTIMALISASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERTANIAN PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

Transkripsi:

KERAGAAN SUMBERDAYA LAHAN, PEMANFAATAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PERTANIAN BERBAGAI DAERAH DI SULAWESI SELATAN M. Basir Nappu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 45.764,53 km2 (BPS 2008), memiliki sumber daya lahan dan iklim yang bervariasi. Keragaman karakteristik sumber daya lahan dan iklim merupakan potensi untuk memproduksi komoditas pertanian unggulan di masingmasing wilayah sesuai dengan kondisi agroekosistemnya. Kajian bertujuan untuk mengetahui keragaan pemanfaatan areal sumberdaya lahan dan tingkat prduktivitas tanaman pertanian pada berbagai daerah di Sulawesi Selatan. Kegiatan dilaksanakan di 10 kabupaten yakni kabupaten Maros, Pangkep, Barru, Pinrang, Sidrap, Bone, Soppeng, Bulukumba, Takalar dan Gowa, berlangsung mulai bulan April sampai Juli 2010. Kajian dilaksanakan dengan metode survai pada setiap kabupaten. Data yang dikumpulkan terdiri atas data sekunder dan primer. Data yang diperoleh dianalisa dan disajikan secara diskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa terdapat keragaman pengembangan komoditas pertanian berdasarkan agroekosistem lahan. Lebih dari 50% pengembangan komoditas padi di daerah Bone, Sidrap dan Pinrang. Areal pengembangan jagung (>71%) terdapat di daerah Bone, Gowa dan Bulukumba, sedangkan kacang tanah pada daerah Bone, Maros dan Bulukumba. Penggunaan lahan untuk komoditas kakao dan kemiri banyak ditemukan di daerah Bone, Pinrang dan Soppeng; jambu mete di daerah Bulukumba, Pangkep dan Sidrap; kelapa dalam di Bulukumba, Bone dan Pinrang; serta kayu olahan di daerah Maros, Barru, Sidrap, Pinrang dan Bone. Produktivitas pertanian pangan, perkebunan dan kehutanan relatif belum memadai dan bervariasi antar daerah. Kata kunci: sumberdaya lahan, areal, produktivitas, tanaman PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan bagian dari sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, pemukiman, jalan untuk transportasi, daerah rekreasi atau daerahdaerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah. Sitorus (2001) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Oleh karena itu sumberdaya lahan dapat dikatakan sebagai ekosistem karena adanya hubungan yang dinamis antara organisme yang ada di atas lahan tersebut dengan lingkungannya (Mather 1986 dalam Siswanto 2006) 487

M. Basir Nappu: Keragaan Sumberdaya.. Secara garis besar manfaat lahan pertanian dapat dibagi atas 2 kategori yaitu: Pertama, use values atau nilai penggunaan atau disebut personal use values. Manfaat ini dihasilkan dari kegiatan eksploitasi atau kegiatan usahatani yang dilakukan pada sumberdaya lahan pertanian. Kedua, nonuse values atau disebut sebagai intrinsic values atau manfaat bawaan. Yang termasuk kategori manfaat adalah berbagai manfaat yang tercipta dengan sendirinya walaupun bukan merupakan tujuan dari kegiatan eksploitasi yang dilakukan oleh pemilik lahan (Irawan 2005). Secara keseluruhan aktifitas kehidupan cenderung menuju sistem pemanfaatan sumberdaya lahan dengan kapasitas daya dukung yang menurun. Di lain pihak, permintaan akan sumberdaya lahan terus meningkat akibat tekanan pertambahan penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita (Rustiadi 2001 dalam Siswanto 2006). Penggunaan lahan secara umum tergantung pada kemampuan lahan dan pada lokasi lahan. Untuk aktivitas pertanian, penggunaan lahan tergantung pada kelas kemampuan lahan yang dicirikan oleh adanya perbedaan pada sifatsifat yang menjadi penghambat bagi penggunaannya seperti tekstur tanah, lereng permukaan tanah, kemampuan menahan air dan tingkat erosi yang telah terjadi. Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 45.764,53 km 2 (BPS 2008), memiliki sumber daya lahan dan iklim (jenis tanah, bahan induk, fisiologi dan bentuk wilayah, ketinggian tempat, dan iklim) yang sangat bervariasi. Keragaman karakteristik sumber daya lahan dan iklim merupakan potensi untuk memproduksi komoditas pertanian unggulan di masingmasing wilayah sesuai dengan kondisi agroekosistemnya. Terdapat 399.173 ha luas lahan yang tersedia dan dapat dikembangkan untuk kegiatan pertanian. Dari luas lahan tersebut. 266.045 ha (66%) diarahkan untuk komoditas tanaman tahunan, 69.725 ha (17,5%) untuk komoditas tanaman semusim dan 63.403 (15,9%) diarahkan untuk komoditas padi sawah (Anonim 2012). Optimalisasi penggunaan sumber daya lahan merupakan suatu alternatif untuk meningkatkan produktivitas lahan (Syafruddin et al. 2004). Penggunaan lahan di Sulawesi Selatan umumnya masih didominasi untuk usaha pertanian baik untuk tanaman semusim maupun tahunan, juga untuk peternakan dan perikanan. Keragaman penggunaan lahan dan kegiatan pertanian di suatu wilayah disebabkan oleh adanya perbedaan kondisi agroekosistem yang berkaitan dengan aspek iklim dan tanah sebagai penentu terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman (Conway 1987). Tulisan ini memuat keragaan pemanfaatan areal sumberdaya lahan dan tingkat prduktivitas tanaman pertanian pada berbagai daerah di Sulawesi Selatan. Diharapkan data dan informasi yang disajikan dapat menjadi bahan acuan untuk 488

menentukan teknologi pengelolaan yang tepat menuju pengembangan pertanian yang berkelanjutan di Sulawesi Selatan. METODOLOGI Tempat dan Waktu Kegiatan ini dilaksanakan pada sepuluh kabupaten di Sulawesi Selatan yakni kabupaten Maros, Pangkep, Barru, Pinrang, Sidrap, Bone, Soppeng, Bulukumba, Takalar dan Gowa. Berlangsung mulai bulan April sampai Juli 2010. Metode Kegiatan ini dilaksanakan dengan metode survai dan observasi pada setiap kabupaten. Data yang dikumpulkan terdiri atas data sekunder dan primer. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, sedangkan data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden dengan menggunakan kuesioner semi struktur dan pengukuran, di samping pengamatan langsung di lapangan. Penarikan sampel secara purpossive sampling dengan pertimbangan sampel merupakan key informan yang dapat memberikan data yang diperlukan. Data yang diperoleh dianalisis dan disajikan secara diskriptif. Analisis Data Data yang dikumpulkan dalam kegiatan survai dan observasi ini meliputi data sekunder yang terdiri dari luas panen dan produksi tanaman, sedangkan data primer berdasarkan pengamatan dan observasi langsung di lapangan, wawancara berbagai informan kunci pada masingmasing kabupaten. Selanjutnya, data dianalisis menggunakan statistik sederhana. HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Sumberdaya Potensi sumberdaya lahan mencakup lahan kering, lahan sawah dan kawasan hutan, disajikan pada Tabel 1. Total luas sumberdaya lahan pada 10 kabupaten adalah 1.382.685 ha, terdiri dari lahan kering 482.151 ha, lahan sawah 329.551 ha dan kawasan hutan 570.983 ha. Kabupaten Bone, Gowa dan Pinrang merupakan 3 kabupaten yang memiliki potensi sumberdaya lahan terluas (200.000 300.000 ha), 489

M. Basir Nappu: Keragaan Sumberdaya.. sementara Takalar dan Pangkep menempati posisi yang memiliki sumberdaya lahan dengan luas paling rendah (< 50.000 ha). Tabel 1. Potensi sumberdaya lahan pada 10 kabupaten di Sulawesi Selatan Sumberdaya (ha) Kabupaten Kering Sawah Kawasan Hutan Jumlah Maros 12.489 30.712 68.509 111.710 Pangkep 7.291 8.640 32.503 48.434 Barru 43.600 13.218 65.185 122.003 Sidrap 21.687 44.689 71.177 137.553 Pinrang 79.661 48.709 71.831 200.201 Soppeng 40.822 25.275 66.097 Bone 90.635 89.018 139.219 318.872 Bulukumba 41.422 22.120 7.013 70.555 Takalar 1.500 16.796 18.296 Gowa 30.374 143.044 63.099 236.517 Jumlah 482.151 329.551 570.983 1.382.685 Potensi Sumberdaya Tanaman Pertanian dan Kehutanan Data keragaan potensi sumberdaya tanaman pertanian dan kehutanan pada 10 kabupaten di Sulawesi Selatan disajikan pada Tabel 2. Pada tabel tersebut tampak bahwa padi dan jagung merupakan komoditas utama sumberdaya tanaman yang sangat potensial dikembangkan. kedua komoditas tersebut masingmasing mencapai lebih dari 3 juta t dan 800 ribu t per tahun. Sentra utama penghasil komoditas padi adalah Pinrang, Sidrap dan Bone dengan jumlah produksi padi mencapai 1.792.007 t dan produksi jagung 30.442 t per tahun. Kayu olahan dan kemiri juga bisa diandalkan sebagai komoditas yang berpotensi untuk dikembangkan dengan produksi masingmasing > 60.000 t per tahun. 490

Tabel 2. Keragaan potensi sumberdaya tanaman pertanian dan kehutanan, pada 10 kabupaten di Sulawesi Selatan No. Kabupaten Padi Jagung Kacang Jambu Kelapa Kayu Kakao Kemiri tanah mete dalam olahan 1 Maros*) 42.342 5.124 3.465 1.465 9.620 2.018 368 224.391 24.473 5.405 39 43.335 61 14 44.588 2 Pangkep 22.650 1.841 1.039 237 834 7.191 4.346 128.017 5.700 2.456 29 632 5.848 4.277 3 Barru 18.053 1.385 1.764 862 2.180 5.278 1.939 99.235 5.292 1.896 309 1.122 2.433 1.149 4 Sidrap 75.074 10.117 489 9.264 1.585 3.433 2.845 481.651 56.610 1.457 4.575 551 3.517 3.778 5 Pinrang 86.721 14.230 86 22.692 10.733 506.974 81.581 134 10.599 5.752 6 Soppeng 40.674 7.268 222 15.769 2.853 4.669 4.112 257.450 41.293 401 7.036 2.776 1.345 3.650 4.630 7 Bone 138.018 50.212 9.594 30.625 9.150 8.242 12.005 803.472 252.251 16.214 15.644 7.148 2.872 9.479 1.776 8 Bulukumba 45.040 34.124 3.878 6.968 3.846 6.832 245.185 122.027 8.623 452 15.910 13.700 8.250 9 24.236 7.709 1.328 36 255 1.790 1.553 Takalar 133.549 30.398 1.398 14 53 995 1.119 482 10 Gowa 52.618 41.169 353 1.947 1.116 1.116 1.953 317.793 240.927 654 752 84 84 977 1.125 Jumlah 545.426 173.179 22.218 89.864 27.593 33.150 46.686 3.197.717 860.552 38.638 43.518 61.384 33.117 40.486 60.851 Keterangan ; = Areal Panen (ha); (t) * ) = Termasuk Kota Makassar Keragaan Produktivitas Pertanian Pada 10 Kabupaten Di Sulawesi Selatan a. Padi Komoditas padi merupakan tanaman pangan utama, banyak diusahakan pada lahan sawah tadah hujan serta pada lahan sawah berpengairan, disajikan pada Tabel 3. Total areal lahan sawah di daerah survai seluas 329.551 ha, 182.416 ha (> 50 %) terdapat di wilayah kabupaten Bone, Pinrang dan Sidrap. Total areal tanam untuk sepuluh kabupaten tersebut seluas 592.035 ha dengan produktivitas ratarata hanya 5,68 t/ha. Kabupaten Sidrap, Soppeng dan Gowa mencapai produktivitas tertinggi masingmasing 6,42; 6,33; dan 6,04 t/ha. 491

M. Basir Nappu: Keragaan Sumberdaya.. No. Tabel 3. Luas areal tanam, luas panen, dan produktivitas tanaman padi pada 10 kabupaten di Sulawesi Selatan Kabupaten kering Luas Areal sawah Luas tanam Luas panen Produktivitas (t/ha) (ha) 1. Maros 12.489 30.712 42.293 42.342 5,30 2. Pangkep 7.291 8.640 30.579 22.650 5,09 3. Barru 43.600 13.218 13.165 18.053 5,50 4. Sidrap 21.687 44.689 81.435 75.074 6,42 5. Pinrang 79.661 48.709 96.892 86.721 5,85 6. Soppeng 40.822 25.275 47.176 40.674 6,33 7. Bone 90.635 89.018 167.903 138.018 5,34 8. Bulukumba 41.422 22.120 42.484 45.040 5.44 9. Takalar 1.500 16.796 16.559 24.236 5,51 10. Gowa 30.374 143.044 53.549 52.618 6,04 Jumlah 482.151 329.551 592.035 545.426 5,68 b. Jagung Komoditas jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah beras dan merupakan bahan baku pakan ternak. Tanaman jagung banyak diusahakan pada lahan kering, lahan sawah tadah hujan dan lahan sawah berpengairan tetapi sulit mendapat pengairan karena posisinya agak tinggi, terutama pada musim tanam gadu. Penanaman jagung untuk pantai Barat, Sulawesi Selatan biasanya dimulai pada bulan Oktober dan panen akhir bulan Januari kemudian diikuti oleh jagung tanpa olah tanah pada awal bulan Februari dan panen akhir Juni. Pada lahan kering yang tersedia sumber air bisa dimanfaatkan menanam lagi pada awal Juli dan panen awal Oktober, sedangkan untuk pantai Timur pada umumnya dua kali, bulan Oktober sampai Maret dan bulan April sampai September. Luas areal tanam, luas tanam dan produksi tanaman jagung pada 10 kabupaten di Sulawesi Selatan disajikan pada Tabel 4. Total luas areal tanam dan panen di daerah survai yaitu 617.694 ha dan 173.179 ha dengan produktivitas ratarata hanya sekitar 4,76 t/ha. Produktivitas tertinggi di daerah sentra di Gowa, Pinrang, dan Soppeng masingmasing mencapai 5,85; 5,85; dan 5,60 t/ha. 492

No. Tabel 4. Luas areal tanam, luas panen, dan produktivitas tanaman jagung pada 10 kabupaten di Sulawesi Selatan Kabupaten kering Luas Sawah Luas Tanam Luas Panen Produktivitas (t/ha) (ha) 1. Maros 12.489 30.712 4.963 5.124 4,78 2. Pangkep 7.291 8.640 2.175 1.841 3,48 3. Barru 43.600 13.218 407 1.385 3,82 4. Sidrap 21.687 44.689 20.034 10.117 5,60 5. Pinrang 79.661 48.709 18.351 14.230 5,85 6. Soppeng 40.822 25.275 7.742 7.268 5.68 7. Bone 90.635 89.018 81.363 50.212 5.02 8. Bulukumba 2.164 20.294 25.129 34.124 3,58 9. Takalar 1.500 16.796 7.767 7.709 3.94 10. Gowa 30.374 143.044 43.170 41169 5,85 Jumlah 1,828,723 17,219,6 617,694 173,17 4,76 Sejalan dengan kajian Herniwati dan Kadir (2009) diperoleh bahwa pengembangan jagung pada wilayah yang cukup luas berada di kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Bone, Soppeng, Wajo. Sementara untuk komoditas padi hampir dapat dijumpai di semua daerah, namun pengembangannya terutama difokuskan di daerah Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang, dan Luwu (BOSOWASIPILU). Untuk pengembangan tanaman perkebunan seperti, kakao diarahkan ke daerah Luwu dan Pinrang yang kondisi iklimnya relatif basah, curah hujan tinggi dan merata. Kopi arabika dikembangkan di daerah ketinggian > 1.000 m dpl, antara lain, di daerah Tana Toraja, Toraja Utara, Enrekang, Sinjai, dan Luwu. Pengembangan kelapa sawit ditujukan ke daerahdaerah relatif basah meliputi: Luwu,Sinjai,dan Bulukumba. Untuk komoditas tebu, pengembangannya di wilayahwilayah dengan jumlah bulan kering tegas antara lain, di daerah Takalar, Gowa dan Bone. Demikian pula dengan kapas diarahkan ke daerahdaerah relatif kering (tegas) seperti, Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Bone, Soppeng, dan Wajo. Sayuran dan buahbuahan dataran tinggi diarahkan ke daerah ketinggian seperti, Enrekang, Gowa (Malino) dan Sinjai serta beberapa wilayah dataran rendah. c. Kacang Tanah Sulawesi Selatan merupakan wilayah pengembangan tanaman pangan di antaranya komoditas kacang tanah. Komoditas ini berpeluang untuk dikembangkan karena didukung dan disukai petani, sumberdaya lahan baik lahan kering maupun lahan sawah. Data pada Tabel 5 terlihat bahwa potensi sumberdaya lahan tersebut 493

M. Basir Nappu: Keragaan Sumberdaya.. tercatat luas tanam dan luas panen kacang tanah masingmasing mencapai 30.286 ha dan 22.218 ha, Kabupaten Bone, Bulukumba, dan Maros tergolong sentra penghasil kacang tanah di Sulawesi Selatan dengan tingkat produktivitas ratarata mencapai 1,83 t/ha. Sedangkan daerah dengan produktivitas tertinggi adalah Sidrap, Pangkep dan Bulukumba masingmasing 2,98; 2,36; 2,22 t/ha. Tabel 5. Luas areal tanam, luas panen, dan produksi tanaman kacang tanah pada 10 kabupaten di Sulawesi Selatan No Kabupaten kering Luas lahan sawah Luas tanam Luas panen Produktivitas (t/ha) (ha) 1. Maros 12.489 30.712 3.176 3.465 1,56 2. Pangkep 7.291 8.640 1.047 1.039 2,36 3. Barru 43.600 13.218 934 1.764 1,23 4. Sidrap 21.687 44.689 688 489 2,98 5. Pinrang 79.661 48.709 86 1,54 6. Soppeng 40.822 25.275 223 222 1,81 7. Bone 9.635 89.018 19.424 9.594 1,69 8. Bulukumba 2.164 20.294 4.094 3.878 2,22 9. Takalar 1.500 16.796 1.328 1,05 10. Gowa 30.374 143.044 700 353 1,85 Jumlah 249.223 440.395 30.286 22.218 1,83 d. Kakao Pada Tabel 6 tampak bahwa total luas areal kakao yang ada di daerah ini mencapai 89.864 ha dengan produksi 43.518 t. Luas areal dan produksi terbesar tercatat di kabupaten Bone (30.625 ha dan 15.644 t), Pinrang (22.962 ha dan 10.599 t), menyusul kabupaten Soppeng (15.768 ha dan 7.036 ha). Ketiga daerah tersebut merupakan daerah pusat penghasil kakao di Sulawesi Selatan, menyumbang sekitar 76 % dari total produksi 10 kabupaten yan disurvai. Namun tingkat produktivitas ratarata yang dicapai masih rendah, baru sekitar 0,70 t/ha. 494

Tabel 6. Luas areal, produksi dan produktivitas kakao pada 10 kabupaten di Sulawesi Selatan No Kecamatan Luas areal (ha) Produktivitas TBM TM TT/R Total (t) (t/ha) 1. Maros 422 971 72 1.465 39,25 0,04 2. Pangkep 237 28,90 0,89 3. Barru 68 673 120 861 344,90 0,51 4. Sidrap 2.519 5.554 1.189 9.264 4.574,97 0,82 5. Pinrang 930 14.650 7.112 22.692 10.599,00 0,72 6. Soppeng 4.316 8.837 2.618 15.768 7.036,13 0,89 7. Bone 1.081 25.150 4.394 30.625 15.644,00 0,50 8. Bulukumba 1.041 5.266 662 6.969 4.520,20 0,86 9. Takalar 36 14,50 0,40 10. Gowa 730 1.156 51 1.946 752,22 0,21 Jumlah 11.107 62.257 16.218 89.863 43.554,07 0,58 Keterangan : TBM = Tan. Belum Menghasilkan; TM= Tan.Menghasilkan; TT/R = Tan. Tua/Rusak e. Kemiri Data potensi luas areal, produksi dan produktivitas komoditas kemiri tertera pada Tabel 7. Total areal pertanaman kemiri pada 10 kabupaten adalah 26.482 ha, dengan produksi 16.013 t. Kabupaten Maros dan Bone merupakan pusat penghasil kemiri. Walaupun ratarata produktivitasnya masih rendah, 0,71 t/ha, namun total produksi yang dihasilkan kedua daerah tersebut mencapai 11.482 t atau sekitar 72% dari total produksi yang dihasilkan pada 10 daerah yang disurvai. f. Jambu Mete Berikut ini disajikan data pertanaman jambu mete pada 10 kabupaten di Sulawesi Selatan (Tabel 8). 495

M. Basir Nappu: Keragaan Sumberdaya.. Tabel 7. Luas areal tanaman,dan produksi kemiri pada 10 kabupaten di Sulawesi Selatan Luas areal (ha) (t) Produktivitas (t/ha) No. Kabupaten TBM TM TT/R Total 1. Maros 1.042,0 8.178,00 400,00 9.620 4.333,50 0,53 2. Pangkep 3. Barru 488,00 1.385,00 306,00 2.180 1.121,59 0,80 4. Sidrap 168,80 1.263,83 132,00 1.584,63 551,14 0,45 5. Pinrang 6. Soppeng 45,00 2.286,00 522,00 2.853,00 2.775,57 1,21 7. Bone 500,00 8.132,00 518,00 9.150,00 7.148,00 0,88 8. Bulukumba 9. Takalar 10. Gowa 3,00 783,00 330,00 1.116,00 83,56 0,94 Jumlah 2.246,8 22.027,8 2.208, 26.482,6 16.013,3 Keterangan : TBM = Tan. Belum Menghasilkan; TM = Tan. Menghasilkan; TT/R = Tan. Tua/Rusak No Tabel 8. Luas areal tanaman, dan produksi jambu mete pada 10 kabupaten di Sulawesi Selatan. Kabupaten Luas Areal (ha) TBM TM TT/R Total (t) Produktivitas (t/ha) 1. Maros 418 1.428 172 2.018 61,00 0,04 Geld. Kering 2. Pangkep 7.191 5.848,24 0,81 Geld. Kering 3. Barru 4 4.568 706 5.278 2.484,71 0,47 Geld. Kering 4. Sidrap 978 3.146 318 3.433 3.517,45 1,02 Geld. Kering 5. Pinrang 6. Soppeng 3.783 886 4.669 1.344,75 0,37 7. Bone 1.642 5.270 1.330 8.242 2.872,00 0,38 8. Bulukumba 70 2.539 1.237 3.846 15.910,0 0,63 9. Takalar 10 Gowa 3 783 330 1.116 83,56 0,94 Jumlah 3.115 21.45 4.101 35.793 32.121,7 Ket. : TBM = Tan. Belum Menghasilkan; TM = Tan. Menghasilkan; TT/R =Tanaman Tua/Rusak Ket. Selanjutnya pada tabel tersebut terlihat bahwa areal pengembangan jambu mete di Sulawesi Selatan, khsususnya pada 10 kabupaten yang disurvai mencapai luas 35.793 ha, terdiri dari areal tanaman belum menghasilkan (TBM), tanaman menghasilkan (TM), tanaman tua/rusak (TT/TR). Kabupaten Bulukumba, Pangkep, dan Sidrap merupakan sentra penghasil utama jambu mete dengan produktivitas ratarata mencapai 0,82 t/ha dan produksi sekitar 25.275 t atau 76 % dari total yang dihasilkan pada 10 kabupaten yang disurvei. 496

g. Kelapa Dalam Luas areal dan total produksi kelapa dalam pada 10 kabupaten adalah 46.686 ha dan 40.486 t kopra per tahun. Kabupaten Bulukumba, Bone, dan Pinrang merupakan pusat penghasil kelapa dengan produktivitas ratarata sekitar 1,04 t/ha dan produksi masingmasing 13.700; 9.479; dan 5.752 t per tahun, atau sejumlah 28.931 t (71 %) dari total produksi 10 kabupaten yang diamati (Tabel 9). Tabel 9. Luas areal, produksi dan produktivitas kelapa dalam No. Kabupaten Luas Areal (ha) Produktivitas TBM TM TT/R Total (t) (t/ha) 1. Maros 18 202 148 368 14,04 2. Pangkep 4.346 4.277,00 1,17 3. Barru 1.939 1.148,90 0,59 4. Sidrap 46 2.519 280 2.845 3.777,50 1,50 5. Pinrang 53 6.056 4.624 10.733 5.752,00 0,94 6. Soppeng 94 3.315 703 4.112 3.650,06 1,10 7. Bone 1.82 8.640 1.545 12.005 9.479,00 0,74 8. Bulukumba 276 3.763 2.793 6.832 13.700,00 1,45 9. Takalar 1.553 1.110,50 10. Gowa 288 1.467 198 1.953 977,37 0,85 Jumlah 2.59 25..96 10.291 46.686 40.486,37 Ket. : TBM = Tan. Belum Menghasilkan; TM = Tan. Menghasilkan; TT/R = Tan. Tua/Rusa h. Kayu Olahan Kayu olahan diperoleh dari beberapa areal hutan yang ada di daerah, khususnya dari hutan produksi. Pada Tabel 10 di bawah ini tampak bahwa daerah Bone memiliki potensi areal hutan tertinggi 145.053 ha kemudian Sidrap 105.006 ha, Pinrang 72.831 ha, Maros 68.509 ha, dan Barru 65.185 ha. 497

M. Basir Nappu: Keragaan Sumberdaya.. Tabel 10. Luas areal kawasan hutan pada 10 kabupaten di SulawesiSelatan Areal Hutan (ha) No. Kabupaten Hutan Hutan Hutan lindung produksi konservasi Total 1. Maros 25.817 33.651 9.041 68.509 2. Pangkep 21.631 10.872 32.503 3. Barru 49.801 15.384 65.185 4. Sidrap 43.729 60.777 500 105.006 5. Pinrang 46.782 26.049 72.831 6. Soppeng 33.359 11.465 1.381 46.205 7. Bone 32.612 110.766 145.053 8. Bulukumba 3.538 1.440 4.978 9. Takalar 86 6.156 6.242 10. Gowa 24.226 35.564 63.099 Rataan 367.495 305.968 516.578 609.611 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Terdapat keragaman areal pengembangan komoditas pertanian berdasarkan agroekosistem lahan di Sulawesi Selatan. 2. Komoditaskomoditas pangan diusahakan pada lahan kering, lahan sawah tadah hujan, dan lahan sawah berpengairan, baik di wilayah pantai Timur maupun Barat. Sedangkan, pengembangan komoditas perkebunan dan kehutanan difokuskan di daerah yang beriklim relatif basah, curah hujan tinggi dan merata. 3. Produktivitas ratarata pertanian pangan, perkebunan dan kehutanan relatif belum memadai dan bervariasi, banyak dipengaruhi oleh kondisi lahan dan luas pertanaman, serta luas panen. Saran Diperlukan dukungan yang lebih intensif dari stakeholder terkait peningkatan produktivitas komoditaskomoditas andalan di wilayah sentra pengembangan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. www.litbang.deptan.go.id. Ketersediaan lahan untuk perkembangan pertanian Indonesia. Diakses Tgl. 12 Desember 2012. Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VII Makassar, 2003. Rehabilitasi Hutan dan Propinsi Sulawesi Selatan. Master Plan 498

Bambang, 2008. Jambu Mete. Teknik Budidaya dan Analisis Usahatani, Kanisius Jakarta. 118 p. BPS, 2008. Sulawesi Selatan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan. Conway, G. R. 1987. Rapid Rural Appraisal and Agroecosystem Analysis : A Case Study from Nothern Pakistan. Proceding of the 1985 Internastional Confrence on RRA. Rural System Dirjen Peternakan, 2010. Pedoman Teknis Pengembangan Usaha Integrasi Ternak Sapi dan Tanaman. Direktorat Jenderal Peternakan. Kementerian Pertanian, Jakarta 53 p. Disbun Propinsi Sulawesi Selatan, 2009. Laporan Tahunan Tanaman Dinas Perkebunan Prop. Sulawesi Selatan. Perkebunan. Distan Propinsi Sulawesi Selatan, 2009. Laporan Tahunan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prop. Sulawesi Selatan. Djohana, S., 2008. Bertanam Kelapa. Kanisius, Jakarta. 120 p Hendayana, R., 2007. Metode Identifikasi Sistem Usahatani (Farming system). Makalah disampaikan pada Lokakarya Farming System Analysis. Bogor, Tanggal 14 16 Nopember 2007, 15 halaman. Herniwati dan S.Kadir, 2009. Potensi Iklim, Sumberdaya lahan dan Pola Tanam di Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Nasional Serealia. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Irawan B, 2005. Konversi Sawah: Potensi Dampak, Pola Pemanfaatannya, dan Faktor Determinan. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol 23 No.1. Juli 2005 : 118. Soentoro, Mat Syukur, Sugiarto, Hendiarto, H. Supriyadi. 2002. Panduan Teknis Pengembangan Kelembagaan Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian., Jakarta. Siswanto, 2006. Evaluasi Sumberdaya. UPN Press. Surabaya. Sitorus RPJ, 1878. Survei Sumberdaya. Syafruddin, A.N. Kairupan, A. Negara, J. Limbongan. 2004. Penataan Sistem Pertanian dan Penetapan Komoditas Unggulan Berdasarkan Zona Agroekologi di Sulawesi Selatan. Penelitian dan pengembangan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol 23 (2), hal. 5461. 499