BAPPEDA Kabupaten Probolinggo 1.1 LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Imam A. Sadisun Pusat Mitigasi Bencana - Institut Teknologi Bandung (PMB ITB) KK Geologi Terapan - Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian - ITB

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB 1 PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah rawan bencana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN I-1

Bencana Longsor yang Berulang dan Mitigasi yang Belum Berhasil di Jabodetabek

KEPUTUSAN NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL,

PERUMUSAN ZONASI RISIKO BENCANA BANJIR ROB DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR ARIFIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

UJI KOMPETENSI SEMESTER I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban paling tepat!

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Pasirmunjul, Kabupaten Purwakarta, masuk ke dalam zona

LANDSLIDE OCCURRENCE, 2004 STRATEGI MITIGASI DAN SIFAT GERAKAN TANAH PENYEBAB BENCANA DI INDONESIA. BENCANA GERAKAN TANAH 2005 dan 2006

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

MITIGASI BENCANA BENCANA :

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PEDAHULUAN. yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 ).

BAB I PENDAHULUAN. Bencana geologi merupakan bencana yang terjadi secara alamiah akibat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Kerangka Pikir Studi...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Bencana alam merupakan bencana yang disebabkan oleh perubahan kondisi

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

Jenis Bahaya Geologi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) berdasarkan Undang-Undang Republik

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN BAHAYA DAN KERENTANAN BANJIR DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

Definisi dan Jenis Bencana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN MODEL SIG PENENTUAN KAWASAN RAWAN LONGSOR SEBAGAI MASUKAN RENCANA TATA RUANG Studi Kasus; Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aktivitas di kawasan ini menjadi semakin tinggi. Hal ini akan

Manajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam dapat terjadi setiap saat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

BAB I PENDAHULUAN. samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rendah (Dibyosaputro Dalam Bayu Septianto S U. 2008). Longsorlahan

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan

Penataan Ruang Berbasis Bencana. Oleh : Harrys Pratama Teguh Minggu, 22 Agustus :48

BAB I PENDAHULUAN. negara ini baik bencana geologi (gempa bumi, tsunami, erupsi gunung api)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Definisi Bencana (2) (ISDR, 2004)

Pembangunan Daerah Berbasis Pengelolaan SDA. Nindyantoro

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7

BAB I PENDAHULUAN. atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2016), bencana tanah longsor

Penataan Kota dan Permukiman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

BAB II JENIS-JENIS BENCANA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB VII PENATAAN RUANG KAWASAN RAWAN LETUSAN GUNUNG BERAPI DAN KAWASAN RAWAN GEMPA BUMI [14]

BENCANA GERAKAN TANAH DI INDONESIA

Transkripsi:

1.1 LATAR BELAKANG merupakan wilayah dengan karateristik geologi dan geografis yang cukup beragam mulai dari kawasan pantai hingga pegunungan/dataran tinggi. Adanya perbedaan karateristik ini menyebabkan perbedaan perlakuan pada masing-masing kawasan, terutama pada kawasankawasan yang dimungkinkan sebagai kawasan rawan bencana alam. Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalamai bencana alam. Perlindungan terhadap kawasan rawan bencana alam dilakukan untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. Kriteria kawasan kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor dan kebakaran. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan daya dukung lingkungannya menjadi salah satu penyebab terjadinya bencana alam yang berakibat kerugian material dan sumberdaya. Penataan ruang yang tepat merupakan salah satu upaya mitigasi bencana (mencegah bencana atau mengurangi efek dari bencana). Selain itu peta rawan bencana yang ada juga bisa dijadikan alat dalam menyusun rencana tata ruang dalam mengambil kebijakan Selain itu, ketegasan pemerintah daerah dalam penerapan zoning regulation (peraturan zona) yang menjadi acuan dalam pemberian ijin mana kawasan yang boleh atau tidak boleh dibangun juga diperlukan sebagai instrumen pengendalian pemanfaatan ruang. Ditambah dengan adanya kejelasan dalam mekanisme pemberian insetif atau disinsentif praktek pembangunan di kawasan rawan bencana. Laporan Akhir BAB I - 1 Di

Bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam (natural disaster) maupun oleh ulah manusia (man-made disaster). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan bencana antara lain : a) Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia (man-made hazards) yang menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR) dapat dikelompokkan menjadi bahaya geologi (geological hazards), bahaya hidrometeorologi (hydrometeorological hazards), bahaya biologi (biological hazards), bahaya teknologi (technological hazards) dan penurunan kualitas lingkungan (environmental degradation) b) Kerentanan (vulnerability) yang tinggi dari masyarakat, infrastruktur serta elemenelemen di dalam kota/ kawasan yang berisiko bencana c) Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen di dalam masyaraka Secara garis besar bencana di kelompokan dalam 3 buah tipe bencana yaitu : a) Bencana Alam b) Bencana Non Alam c) Bencana Sosial Untuk dapat meminimalkan bencana yang mungkin terjadi serta mengurangi efek yang timbul akibat bencana, maka perlu adanya studi mengenai identifikasi kawasan rawan bencana di. Sedangkan tinjaun bencana yang dimaksud dalam studi ini adalah bencana yang disebabkan oleh alam. Adanya studi ini diharapkan dapat mengetahui secara mendetail wilayahwilayah yang berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Disamping itu, hasil studi identifikasi kawasan rawan bencana alam ini dapat menjadi bahan masukan dalam pengelolaan penataan ruang kabupaten Probolinggo sehingga di masa mendatang dapat di antisipasi tindakan pencegahan (preventif) terhadap kemungkinan terjadinya bencana serta dapat melakukan penanggulagan terhadap bencana dengan tepat, cepat dan ekonomis serta hasil yang dapat dipertanggungjawabkan. Laporan Akhir BAB I - 2 Di

1.2 LANDASAN HUKUM Adapun landasan hukum yang mendasari dilaksanakan Studi Identifikasi Kwasan Rawan Bencana di adalah : 1. Undang-undang No. 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di Lingkungan Propinsi Jawa Timur. 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan ruang. 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang. 6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2005 Tentang Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana 7. PERMENDAGRI Nomor 2 Tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota pasal 13 (ayat l; dan pasal 33 (ayat 1,2 dan 3). 8. PERMENDAGRI Nomor 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Daerah. 9. PERMENDAGRI Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang. 10. PERMENDAGRI Nomor 12tahun 2006 Tentang Kewaspadaan Dini Masyarakat Di Daerah 11. Keputusan Menteri Kimpraswil No. 327/KPTS/M/2002 tentang Pedoman, Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten. 12. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 448/Menkes/SK/VI/1993 Tentang Pembentukan Tim Kesehatan Penanggulangan Korban Bencana di Setiap Rumah Sakit. 13. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 594/Menkes/SK/VI/1995 Tentang Pembentukan Pusat Penanggulangan Krisis Akibat Bencana (Crisis Center) di Lingkungan Departemen Kesehatan. 14. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/S K/I/I 99 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Umum Penanggulangan Medik Korban Bencana. Laporan Akhir BAB I - 3 Di

15. Keputusan Menteri Kimpraswil No. 327/KPTS/M/2002 tentang Pedoman, Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten. 16. Peraturan Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor Tahun tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur. 17. Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probalinggo. 1.3 MAKSUD dan TUJUAN PEKERJAAN Maksud dan tujuan dilaksanakannya kegiatan Studi Identifikasi Kawasan Rawan Bencana di adalah : 1. Melakukan Identifikasi kawasan-kawasan yang tingkat kerawanananya terhadap bencana alam cukup tinggi. 2. Identifikasi wilayah rawan bencana alam, akan meliputi : a. Luas wilayah rawan bencana alam b. Klasifikasi wilayah rawan bencana alam c. Waktu atau periode dimana biasanya bencana terjadi d. Inventarisasi infrastruktur di setiap wilayah rawan bencana alam 3. Melakukan tindakan pencegahan (preventif) terhadap kemungkinan terjadinya bencana alam. 4. Melakukan penaggulangan bencana dengan tepat, cepat dan ekonomis serta hasil yang dapat dipertanggungjawabkan. 5. Sebagai masukan untuk pengelolaan penataan ruang serta sebagai alat untuk mengambil kebijakan di kabupaten Probolinggo. 1.4 RUANG LINGKUP PEKERJAAN Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : kemiringan lereng, jumlah dan kepadatan alur, bahaya erosi, bahaya longsor, kembang kerut tanah, bahaya banjir, pelapukan batuan, kedalaman air tanah, daya dukung tanah, drainase permukaan tanah, kekuatan batuan, dan gerakan tanah. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teknik perbandingan dan metode overlay peta. Laporan Akhir BAB I - 4 Di

Lingkup kegiatan di Kabupaten Probolinggo ini meliputi : (1) Memberikan pedoman dalam rencana penanggulangan tanah longsor setempat yang sering terjadi pada jaringan jalan, pengairan dan pemukiman. (2) Sehubungan dengan hal tersebut diatas, juga akan dilengkapi dengan pengertian dasar dan klasifikasi longsoran, serta petunjuk-petunjuk sebagai berikut : Pengertian gerakan tanah/longsoran Jenis dan klasifikasi longsoran Penyelidikan dengan hasil yang berupa data yang akurat dan lengkap Analisis yang teliti Pemilihan tipe penanggulangan yang tepat (3) Melakukan klasifikasi kemampuan lahan sebagai dasar pengelolaan atau pemanfaatan lingkungan hidup secara berkelanjutan. (4) Mengadakan evaluasi tingkat erosi, longsor dan banjir sebagai dasar menyusun pemetaan daerah rawan bencana. (5) Membuat zona kegempaan di Kab Probolinggo. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka pekerjaan yang akan dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut : (1) Tahap persiapan berupa identifikasi lokasi yang mempunyai kondisi eksisting rawan bencana. (2) Analisis data berupa penilaian terhadap beberapa kondisi berdasarkan prinsip - prinsip pendekatan, metode dan teknik analisis. (3) Melakukan penanggulangan daerah rawan bencana sesuai dengan pola curah hujan, konservasi lahan, drainase, dll. (4) Melakukan identifikasi faktor faktor penyebab bencana yang meliputi : Identifikasi posisi jalur patahan Analisa sistem kerapatan drainase Laporan Akhir BAB I - 5 Di

Analisa tingkat bahaya erosi Analisa kawasan rawan longsor Analisa kawasan rawan banjir Analisa kawasan rawan gempa Analisa kawasan rawan letusan gunung berapi (5) Penyusunan rencana dan pemetaan daerah rawan bencana. (6) Melakukan tindakan pencegahan (preventif) terhadap kemungkinan terjadi bencana. (7) Membuat rencana tindakan (mitigasi) yang diperlukan. 1.5 Lokasi Pekerjaan Lokasi pekerjaan ini adalah di Propinsi Jawa Timur. 1.6 PENGERTIAN UMUM Pengertian umum dalam di adalah : 1. Bahaya adalah suatu fenomena alam atau buatan yang mempunyai potensi mengancam kehidupan manusia, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan. (Program Pelatihan Manajemen Bencana UNDP) 2. Bencana adalah gangguan yang serius dari berfungsinya satu masyarakat yang menyebabkan kerugian-kerugian yang besar terhadap lingkungan, material dan manusia, yang melebihi kemampuan dari masyarakat yang tertimpa untuk menanggulangi dengan hanya mennggunakan sumber daya masyarakat itu sendiri. (Program Pelatihan Manajemen Bencana UNDP) 3. Mitigasi Bencana adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pada semua tindakan untuk mengurangi dampak dari suatu bencana yang dapat dilakukan sebelum bencana itu terjdi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang. (Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Alam) 4. Aliran air sungai yang tingginya melebihi muka air normal sehingga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah disisi sungai. Laporan Akhir BAB I - 6 Di

Aliran air limpasan tersebut yang semakin meninggi, mengalir dan melimpasi muka tanah yang biasanya tidak dilewati aliran air. (Dirjen SDA PU) 5. Gunungapi adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya cairan magma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Matrial yang dierupsikan ke permukaan bumi umumnya membentuk kerucut terpancung. (Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Alam) 6. Gempa bumi adalah getaran (goncangan) yang terjadi karena pergerakan (bergesernya) lapisan batu bumi yang berasal dari dasar atau bawah permukaan bumi dan juga bisa dikarenakan adanya letusan gunung berapi. (Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Alam) 7. Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut : air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng. (Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Alam) 1.7 Sistimatika Laporan Bab I Pendahuluan Berisi uraian tentang pekerjaaan secara umum, latar belakang, tujuan dan manfaat pekerjaan, deskripsi pekerjaan, lokasi pekerjaan dan metodologi. Bab II Kondisi Daerah Studi Berisi pemaparan tentang kondisi Kabupaten Pasuruan secara umum, dari segi administrasi pemerintahan, kondisi geografis, topografis, hidrografis, geomorfologi dan geologi, dan kesesuaian lahan. Bab III Identifikasi Lapangan Berisi uraian tentang pekerjaan pekerjaan identifikasi kawasan rawan bencana di lapangan dengan menggunakan alat GPS. Laporan Akhir BAB I - 7 Di

Bab IV Gempa Bumi Pada bab ini diuraikan tentang pengertian gempa bumi, kawasan rawan gempa bumi, antisipasi gempa meliputi pembangunan rumah tahan gempa, serta tindakan tindakan yang harus dilakukan sebelum, saat dan sesudah terjadi gempa bumi. Bab V Gunung Api Pada bab ini diuraikan tentang pengertian gunung api, kawasan rawan letusan gunung api, penyebaran informasi, komunikasi dan peringatan dini serta pedoman pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana letusan gunung berapi Bab VI Gerakan Tanah Pada bab ini diuraikan tentang pengertian umum gerakan tanah, zoning kawasan rawan bencana gerakan tanah, pencegahan gerakan tanah dan pedoman pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan rawan bencana gerakan tanah. Bab VII Banjir Pada bab ini diuraikan tentang pengertian umum banjir, zoning kawasan rawan bencana banjir, pencegahan dan pengendalian serta pemantauan banjir dan pedoman pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan rawan bencana banjir. Bab VIII Abrasi Pantai Pada bab ini diuraikan tentang pengertian umum abrasi, zoning kawasan rawan abrasi pantai, pencegahan abrasi dan pedoman pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan pesisir. Bab IX Penutup Pada bab ini berisi kesimpulan dari Pekerjaan Studi Identifikasi Kawasan rawan Bencana dan saran saran untuk penyempurnaan kegiatan mitigasi bencana di Laporan Akhir BAB I - 8 Di