PENGARUH PENUAAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

PENGARUH PENUAAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE ( AC WC ) GRADASI KASAR DENGAN ACUAN SPESIFIKASI UMUM BINA MARGA 2010

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

PENGARUH PENUAAN DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP DURABILITAS CAMPURAN ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC) NASKAH PUBLIKASI

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

STUDI PENGARUH WAKTU CURING TERHADAP PARAMETER MARSHALL CAMPURAN AC - WC FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARETMESH #80 PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

PEMANFAATAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE-WEARING COURSE GRADASI KASAR NASKAH PUBLIKASI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND DAN FLY ASH SEBAGAI FILLER PADA ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC)

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT DAN AIR HUJAN

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

NASKAH SEMINAR INTISARI

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)

PEMANFAATAN TRAS SEBAGAI FILLER DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS -WC

KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE (HRS WC) PADA PEMADATAN DI BAWAH SUHU STANDAR

THE INVESTIGATION ON MIX PROPORTION S CHARACTERISTIC OF RECYCLE MATERIAL MADE OF RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) ARTIFISIAL

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

PENGARUH PERENDAMAN BERKALA PRODUK MINYAK BUMI TERHADAP DURABILITAS CAMPURAN BETON ASPAL

EFEK PERENDAMAN TERHADAP KUAT TARIK TIDAK LANGSUNG CAMPURAN HRA YANG MENGANDUNG BAHAN PENGISI ABU BATU DAN SERBUK ARANG. Derita Lamtiar NRP :

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot

Islam Indonesia, maka dapat diketahui nilai-nilai yang berpengaruh terhadap

PEMANFAATAN TRAS SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA AGREGAT HALUS DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS-WC SEMI SENJANG

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

KETAHANAN ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE GRADASI HALUS TERHADAP TERJADINYA JEJAK RODA KENDARAAN PADA BERBAGAI TEMPERATUR DAN KEPADATAN

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut : meningkat dan menurun terlihat jelas.

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

Transkripsi:

PENGARUH PENUAAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE Sri Widodo, Senja Rum Harnaeni, Erni Wijayanti Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jalan A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta 57102 E-mail : swdd.ums@gmail.com ABSTRAK Proses penuaan aspal pada lapis perkerasan jalan beton aspal terjadi saat pencampuran di Asphalt Mixing Plant dan saat masa pelayanan jalan. Proses penuaan aspal saat pencampuran disebut penuaan jangka pendek dan penuaan aspal saat masa pelayanan jalan disebut penuaan jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akibat proses penuaan aspal terhadap karakteristik beton aspal. Penelitian dilakukan dengan cara melakukan pemanasan terhadap campuran beton aspal lepas pada temperatur 135 o C selama 4 jam untuk proses pemanasan jangka pendek, dan pemanasan campuran beton aspal padat pada temperatur 85 o C selama 2 hari untuk proses penuaan jangka panjang. Untuk mengetahui pengaruh penuaan aspal terhadap karakteristik beton aspal, karakteristik beton aspal yang telah mengalami proses penuaan dibandingkan dengan campuran beton aspal normal yang tidak mengalami proses penuaan. Hasil penelitian penunjukkan bahwa (1) Nilai stabilitas campuran beton aspal mengalami penurunan yang sangat tajam akibat terjadinya proses penuaan aspal dalam campuran beton aspal (2) Nilai flow campuran beton aspal sedikit mengalami penurunan akibat terjadinya proses penuaan aspal dalam campuran beton aspal. (3) Nilai VFWA campuran beton aspal sedikit sekali mengalami penurunan akibat terjadinya proses penuaan aspal dalam campuran beton aspal. (4) Nilai VIM campuran beton aspal mengalami sedikit sekali kenaikan akibat terjadinya proses penuaan aspal dalam campuran beton aspal Kata Kunci : aspal, penuaan, beton aspal, stabilitas, flow, rongga I. PENDAHULUAN Latar Belakang Jalan raya dengan perkerasan aspal merupakan sebagian besar prasarana transportasi darat di Indonesia. Hampir semua jalan raya tersebut setelah beberapa tahun mengalami kerusakan sehingga umurnya lebih pendek dari umur yang direncanakan. Menurunnya daya dukung jalan antara lain terjadinya proses penuaan campuran beton aspal baik saat pencampuran di Asphalt Mixing Plant (AMP) dan saat operasional jalan tersebut. Penyebab penuaan campuran beton aspal adalah menguapnya bagian cair dari aspal karena adanya pemanasan sehingga aspal menjadi getas dan kehilangan daya lekatnya. Pengurangan fleksibilitas dan pelekatan aspal ini menyebabkan jalan mudah rusak saat menerima beban lalulintas yang berat. Dalam perancangan beton aspal pengaruh penuaan aspal ini belum diperhitungkan. Dalam spesifikasi beton aspal yang dikeluarkan oleh Bina Marga (2010) disyaratkan bahwa stabilitas beton aspal yang direndam selama 4 hari stabilitas sisanya tidak boleh kurang dari 90 %. Persyaratan ini adalah untuk menguji ketahanan beton aspal terhadap kerusakan akibat terendam air. Akan tetapi yang menjadi masalah adalah bahwa pengaruh cuaca yang merusak beton aspal tidak hanya air saja. Pemanasan yang berlebih juga akan menyebabkan kerusakan campuran beton aspal, karena aspal yang digunakan sebagai bahan pengikat mengalamai penuaan. Dengan demikian maka perancangan beton aspal dengan mempertimbangkan 90

proses penuaan jangka pendek dan jangka panjang perlu dilakukan. Proses penuaan jangka pendek untuk mensimulasikan penuaan saat pencampuran di AMP sedangkan proses penuaan jangka panjang adalah proses penuaan aspal saat masa operasi jalan dalam melayani lalulintas selama umur rencana. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji ketahanan beton aspal terhadap pemanasan saat pencampuran yang menyebabkan penuaan aspal jangka pendek dan pemanasan matahari saat masa pelayanan jalan yang menyebabkan penuaan aspal jangka panjang. Ketahanan beton aspal dilihat dari pengaruh penuaan aspal terhadap karakteristik beton aspal yang meliputi stabilitas, kelelehan, rongga dalam campuran, dan rongga terisi aspal. Tinjauan Pustaka Beton aspal adalah bahan perkerasan jalan yang terdiri dari campuran agregat dengan bahan pengikat aspal. Jika aspal yang digunakan sebagai bahan pengikat berupa sapal cair, maka disebut sebagai campuran dingin (cold mix). Sebaliknya jika aspal yang digunakan sebagai bahan pengikat berupa aspal keras, maka disebut campuran panas (hot mix). Disebut hot mix karena untuk pencampurannya memerlukan pemanasan agar aspal dalam kondisi cair ketika dicampur dengan agregat. Beton aspal yang sering digunakan di lapangan adalah Lapis Aspal Beton (Laston). Karakteristik Laston adalah seperti pada Tabel 1. Laston merupakan beton aspal bergradasi rapat yang dipergunakan untuk lapis permukaan perkerasan jalan. Karena gradasinya yang rapat Laston hanya memerlukan kandungan aspal yang relatif sedikit dibandingkan dengan Laston yang bergradasi terbuka. Faktor-faktor yang mempengaruhi keawetan campuran aspal antara lain adalah tipe dan gradasi agregat, kelekatan antara agregat dan aspal, kadar aspal, permeabilitas campuran, metode pelaksanaan, dan iklim. Jika campuran aspal dilaksanakan sesuai spesifikasi, maka faktor keawetan akan tergantung oleh ketahanannya menghadapi iklim, seperti misalnya pengaruh air, pelapukan aspal dan perubahan temperatur (Suparma, 2001). Aspal terdiri dari bagian yang cair yang disebut maltenes dan bagian padat yang disebut asphaltenes (Brown, 1990). Aspal dalam campuran beton aspal akan mengalami oksidasi dan polimerisasi mulai dari saat pencampuran di Asphalt Mixing Plant (AMP) sampai saat menjadi lapisan perkerasan jalan yang melayani lalulintas (Suroso, 2009). Proses pelapukan yang menyebabkan aspal jadi keras dan getas disebabkan oleh menguapnya fraksi ringan dalam aspal dan berubahnya fraksi cair (maltenes) menjadi padat (asphaltenes). Pelapukan beton aspal terjadi saat pelaksanaan dan pada masa pelayanan jalan. Pelapukan yang terjadi pada saat pelaksanaan beton aspal dikenal dengan pelapukan jangka pendek (short-term ageing) sedangkan pelapukan saat masa pelayanan jalan dikenal dengan pelapukan jangka panjang (long-term ageing). Kliewer dkk. (1995) telah meneliti hubungan antara kinerja campuran beton aspal di lapangan dan sifat-sifat pelapukan campuran beton aspal yang dilakukan di laboratorium. Prosedur pelapukan campuran beton aspal di laboratorium untuk mewakili pelapukan jangka pendek atau saat pelaksanaan dilakukan dengan cara memanaskan campuran lepas beton aspal di dalam oven selama 4 jam pada temperatur 135 o C sebelum dipadatkan. Sedangkan untuk mensimulasikan pelapukan jangka panjang dilaboratorium dilakukan dengan cara memanaskan benda uji beton aspal padat 91

pada temperatur 85 o C. Jangka waktu pemanasan selama 2 hari mewakili pelapukan lapisan perkerasan beton aspal selama 5 tahun. Pemanasan selama 5 hari mensimulasikan pelapukan lapisan perkerasan beton aspal selama 10 tahun. Selanjutnya untuk mengukur akibat dari pelapukan dilakukan dengan menghitung modulus resilien pada temperatur 25 o C dengan data-data dari pengujian tarik tidak langsung (indirect tension) sesuai dengan AASHTO T 322-07. Tabel 1. Ketentuan sifat-sifat campuran Laston (AC) Sifat-sifat Campuran Laston Lapis Aus Lapis Antara Pondasi Halus Kasar Halus Kasar Halus Kasar Kadar aspal efektif (%) 5,1 4.3 4,3 4,0 4,0 3,5 Penyerapan aspal (%) Maks. 1,2 Jumlah tumbukan per bidang 75 112 (1) Rongga dalam campuran (%) Min. 3,5 Maks. 5,0 Rongga dalam Agregat (VMA) Min. 15 14 13 (%) Rongga Terisi Aspal (%) Min. 65 63 60 Stabilitas Marshall (kg) Min. 800 1800 Maks. - - Pelelehan (mm) Min. 3 4,5 Marshall Quotient (kg/mm) Min. 250 300 Stabilitas Marshall Sisa (%)setelah Min. 90 perendaman selama 24 jam, 60 ºC Rongga dalam campuran (%) pada Min. 2,5 Kepadatan membal (refusal) Sumber : Bina Marga, 2010 II. METODE PENELITIAN Perancangan campuran beton aspal Perancangan campuran beton aspal dimulai dengan menguji kualitas bahan dasar yang terdiri dari agregat dan aspal sebagai bahan perekat. Pembuatan benda uji menggunakan metode Marshall sesuai dengan AASHTO T245-74. Benda uji yang telah dibuat kemudian dicari kadar aspal optimumnya. Kadar aspal optimum dicari dengan memperhatikan beberapa aspek karakteristik beton aspal yang harus dipenuhi seperti pada Tabel 1. Dengan kadar aspal optimum ini selanjutnya dibuat benda uji yang akan diuji ketahanannya terhadap penuaan jangka pendek dan jangka panjang. Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah beton aspal lapis aus (Asphalt Concrete Wearing Course) gradasi halus Pengujian benda uji terhadap penuaan jangka pendek dan jangka panjang Pengujian benda uji campuran beton aspal di laboratorium untuk mewakili pelapukan jangka pendek yang terjadi saat pelaksanaan dilakukan dengan cara memanaskan campuran lepas beton aspal di dalam oven selama 4 jam pada temperatur 135 o C sebelum dipadatkan. Proses ini selanjutnya disebut dengan short term oven aging(stoa). Sedangkan untuk mensimulasikan pelapukan jangka panjang 92

dilaboratorium dilakukan dengan cara memanaskan benda uji beton aspal padat pada temperatur 85 o C selama 2 hari mewakili pelapukan lapisan perkerasan beton aspal selama 5 tahun. Proses ini selanjutnya disebut long term oven aging(ltoa) Selanjutnya untuk mengukur akibat dari pelapukan dilakukan dengan mengukur stabilitas dan kelelehan dengan alat Marshall sesuai dengan AASHTO T 245-97. Karakteristik campuran yang lain seperti kepadatan dan rongga dalam campuran dihitung berdasarkan data-data penimbangan benda uji Marshall. Proses jalannya penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 1. III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Material Penyusun Beton Aspal Material penyusun beton aspal terdiri dari agregat kasar, agregat halus dan aspal semen. Hasil pengujian agregat kasar, agregat halus, aspal semen secara berturut-turut adalah seperti pada Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4. Tabel 2. Hasil Pengujian Agregat Kasar No Jenis Pemeriksaan Hasil Spesifikasi Keterangan 1. Abrasi 38,84% Max. 40% Memenuhi 2. Kelekatan terhadap aspal 98% Min. 95% Memenuhi 3. Berat Jenis Bulk 2,67 gr/cc > 2,50 Memenuhi 4. Berat Jenis semu 2,89 gr/cc - Memenuhi 5. Penyerapan air 2,81% < 3 Memenuhi Tabel 3. Hasil Pengujian Agregat Halus No Jenis Pemeriksaan Hasil Spesifikasi Keterangan 1. Berat Jenis Bulk 2,19gr/cc - - 2. Berat Jenis SSD 2,25gr/cc - - 3. Berat Jenis semu 2,34gr/cc - - 4. Penyerapan air 2,88% < 3% Memenuhi 5 Sand Equivalent 56,61% > 50% Memenuhi Tabel 4. Hasil Pengujian Aspal Semen No Jenis Pemeriksaan Hasil Spesifikasi Keterangan 1. Penetrasi 75,2 60-79 memenuhi 2. Titik lembek 48 C 48 C memenuhi 3. Titik nyala 239 C 232 C memenuhi 4. Daktilitas 100 cm 100cm memenuhi 5. Berat Jenis 1,02 gr 1,0 gr memenuhi 6. Kehilangan berat 0,37% < 0,8% Memenuhi 93

Mulai Kontrol alat-alat laboratorium yang akan digunakan Perbaikan atau service alat lab. Agrgegat Pemeriksaan sifat fisik Aspal semen/emulsi Pemeriksaan sifat fisik Uji coba alat baik ya tidak Syarat agregat ya tidak Syarat aspal ya tidak desain campuran dengan metode Marshall Pembuatan benda uji Beri efek penuaan jangka pendek dan jangka panjang Karakteristik benda uji setelah penuaan Bandingkan dengan yang tanpa penuaan Selesai Gambar 1.Bagan Alir Penelitian Gambar 1.Bagan Alir Penelitian 94

Hasil Pengujian Marshall untuk Mencari Kadar Aspal Optimum Pengujian Marshall terhadap campuran beton aspal untuk mencari kadar aspal optimum dilakukan dengan cara membuat campuran beton aspal dengan 6 macam kadar aspal. Kadar aspal tersebut adalah 4,5%, 5%, 5,5%, 6%, 7%, dan 7,5%. Hasil pengujian beton aspal dengan berbagai macam kadar aspal dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Pengujian Marshall. Kadar Aspal ( % ) Sifat Marshall 4,5 5 5,5 6 6,5 7 Kepadatan (Gmb) (gr/cc) 2,12 2,15 2,16 2,19 2,19 2,21 - Spec. Stabilitas ( kg ) 1440,15 1477,05 1717,06 1623,72 1576,14 800 Kelelehan (mm) 3,41 3,64 3,26 3,19 3,33 3,27 3-4 Hasil Bagi Marshall (MQ) (kg/mm) Rongga diantara Mineral Agregat (VMA) (%) Rongga dalam Campuran (VIM ) (%) Rongga Terisi Aspal (VFWA) (%) 408,06 395,88 453,92 544,73 488,66 481,57 250 18,69 18,14 17,98 19,40 17,93 17,43 15 9,48 7,81 6,57 4,77 4,35 2,67 3,5-5 48,01 55,31 61,54 64,00 73,04 81,35 75 Berdasarkan Tabel 5 selanjutnya dibuat gambar rentang kadar aspal untuk setiap karakterisitik beton aspal yang masuk dalam spesifikasi Bina Marga 2010 (Gambar 2). Dari Gambar 2 dapat diketahui bahwa untuk setiap karakteristik beton aspal rentang kadar aspal yang memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010 tidak sama. Rentang kadar aspal yang memenuhi persyaratan semua karakteristik beton aspal adalah antara 6 % dan 6,7 %. Dengan demikian kadar aspal optimum dapat ditentukan sebesar 6,35 %. Pengaruh Penuaan terhadap nilai karakteristik beton aspal Pengaruh penuaan terhadap karakteristik beton aspal seperti terlihat pada Gambar 3 sampai dengan Gambar 6. Penuaan aspal diakibatkan oleh menguapnya bagian cair (maltenes) dari aspal semen atau terjadinya oksidasi aspal semen sehingga karakteristisnya menjadi kaku dan daya lekatnya berkurang Pengaruh penuaan aspal terhadap nilai stabilitas beton aspal Aspal yang menjadi kaku akibat penuaan akan menyebabkan campuran beton aspal menjadi cepat rusak saat menderita beban yang berat. Hal inidisebabkan beton aspal tidak mampu berdeforrmasi untuk menyerap energi yang diberikan oleh beban tersebut. Berkurangnya daya lekat aspal juga menyebabkan menurunnya kohesi campuran beton aspal. Kohesi merupakan salah satu parameter dari stabilitas beton 95

aspal, sehingga stabilitas beton aspal akan semakin menurun seiring dengan berjalannya waktu penuaan. Seperti terlihat pada Gambar 3, stabilitas beton aspal mengalami penurunan dari kondisi normal yang stabilitasnya sekitar 1651 kg menjadi 1131 kg untuk kondisi STOA dan merosot tajam menjadi 569 kg pada kondisi LTOA. Dari sini terlihat bahwa proses penuaan mempunyai pengaruh yang sangat berarti terhadap stabilitas beton aspal. GRAFIK KADAR ASPAL OPTIMUM 4,5 7 4,5 7 5,8 7 6 6,7 4,5 7 Stabilitas Flow VFWA VIM Marshall Quotient Kadar Aspal Minimum Kadar Aspal Maximum Kadar Aspal optimum = 6,35% 4,00 4,50 5,00 5,50 6,00 6,50 7,00 Kadar Aspal ( % ) Gambar 2. Rentang kadar aspal yang memenuhi spesifikasi karakteristik beton aspal Pengaruh penuaan aspal terhadap nilai flow beton aspal Aspal yang menjadi kaku akan menyebabkan campuran beton aspal menjadi tidak mampu berdeforrmasi untuk menyerap energi yang diberikan oleh beban tersebut. Hal ini berakibat menurunnya nilai flow campuran beton aspal. Seperti terlihat pada Gambar 4, setelah mengalami STOA nilai flow beton aspal mengalami penurunan dari kondisi normal. Pada kondisi normal flow beton aspal sebesar 3,28 mm menjadi 2,15 mm setelah mengalami STOA. Demikian pula setelah mengalami LTOA flow beton aspal juga mengalami penurunan dibandingkan dengan kondisi normal. Nilai flow beton aspal setelah mengalami LTOA adalah 2,63 mm. Nilai flow beton aspal setelah mengalami LTOA lebih tinggi dari setelah mengalami STOA bukan berarti beton aspal menjadi lebih lentur seletah mengalami LTOA akan tetapi disebabkan oleh proses penuaan yang dilakuan di laboratorium. Proses penuaan STOA di laboratorium dilakukan dengan memanaskan campuran lepas beton aspal pada suhu 135 o C selama 4 jam, sedangkan proses penuaan LTOA dilakukan dengan melakukan proses pemanasan campuran padat beton aspal pada suhu 85 o C selama 2 hari. Karena proses penuaan STOA dilakukan pada campuran beton aspal lepas, maka kemungkinan banyaknya maltenes yang menguap lebih banyak jika dibandingkan dengan proses LTOA yang dilakukan terhadap campuran beton aspal padat. 96

Gambar 3. Pengaruh penuaan aspal terhadap stabilitas Gambar 4. Pengaruh penuaan aspal terhadap flow Gambar 5. Pengaruh penuaan aspal terhadap VFWA Gambar 6. Pengaruh penuaan aspal terhadap VIM 97

Pengaruh penuaan aspal terhadap nilai VFWA beton aspal Proses penuaan beton aspal adalah identik dengan proses penguapan maltenes yang ada dalam aspal semen. Akibat proses penguapan ini berat aspal yang ada dalam campuran beton aspal menjadi berkurang. VFWA (Void Filled with Asphalt) adalah volume rongga yang terisi oleh aspal, sehingga pengurangan berat aspal akan menurunkan nilai VFWA beton aspal. Seperti terlihat pada Gambar 5, nilai VFWA beton aspal semakin turun seiring dengan proses terjadinya penuaan. Nilai VFWA pada kondisi normal sebesar 70,33% dan turunmenjadi 69,81 % setelah mengalami proses STOA dan turun lagi menjadi 69,65 setelah diberi proses LTOA. Penurunan VFWA ini sangat kecil, karena jumlah aspal yang menguap juga relative sangat kecil jika dibandingkan dengan volume rongga yang ada dala campuran. Pengaruh penuaan aspal terhadap nilai VIM beton aspal VIM (Void In the mix) adalah perbandingan antar volume pori yang tersisa setelah campuran beton aspal dipadatkan dengan volume beton aspal secara keseluruhan. Seperti telah diuraikan sebelumnya proses penuaan menyebabkan berkurangnya volume aspal yang ada dalam campuran beton aspal. Akibat berkurangnya volume aspal ini, sebaliknya akan menambah volume rongga yang ada dalam campuran beton aspal. Dengan demikian nilai VIM beton aspal akan semakin naik seiring dengan berjalannya proses penuaan aspal. Seperti terlihat pada Gambar 6, nilai VIM beton aspal naik dari 4,47 % pada kondisi normal menjadi 5,03 % setelah mengalami STOA dan menjadi 5,07 setelah mengalami LTOA. Kenaikan ini sangat kecil mengingat jumlah pengurangan volume aspal relatife sangat kecil jika dibandingkan dengan volume beton aspal secara keseluruhan. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian mengenai pengaruh penuaan aspal terhadap karakteristik Asphalt Concrete Wearing Course (AC WC) menggunakan Spesifikasi Bina Marga 2010, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Nilai stabilitas campuran beton aspal mengalami penurunan yang sangat tajam akibat terjadinya proses penuaan aspal dalam campuran beton aspal. 2. Nilai flow campuran beton aspal sedikit mengalami penurunan akibat terjadinya proses penuaan aspal dalam campuran beton aspal. 3. Nilai VFWA campuran beton aspal sedikit sekali mengalami penurunan akibat terjadinya proses penuaan aspal dalam campuran beton aspal. 4. Nilai VIM campuran beton aspal mengalami sedikit sekali kenaikan akibat terjadinya proses penuaan aspal dalam campuran beton aspal. Saran Untuk menambah pengetahuan yang berkaitan dengan penuaan aspal pada campuran beton aspal maka disarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pengaruh penuaan aspal terhadap karakteristik beton aspal yang lainnya, misalnya beton aspal lataston, lapis antara, dan lapis 98

fondasi. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pengaruh penuaan aspal terhadap karakteristik aspal itu sendiri, seperti misalnya penetrasi, daktilitas, titik leleh, dan lain-lainnya. V. DAFTAR PUSTAKA AASHTO, 2008. Standard Specifications for Transportation Materials and Methods of Sampling and Testing, Part 2 : Tests, AASHTO, Washington D.C. Direktorat Jenderal Bina Marga, 2010. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Divisi 6 Perkerasan Beraspal, Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Badan Penelitian dan Pengembangan, Bandung Kliewer, J. E., Bell, C. A., and Sosnovske, D. A., 1995, "Investigation of the Relationship Between Field Performance and Laboratory Aging Properties of Asphalt Mixtures", in Engineering Properties of Asphalt Mixtures and the Relationship to their Performance, ASTM STP 1265. Gerald A. Huber and Dale S. Decker, Editors, pp.3-20, American Society for Testing and Materials, Philadelphia Suparma, L.B., 2001, The Use of Recycled Waste Plastics in Bituminous Composites, Thesis Doctor of Philosophy The University of Leeds School of Civil Engineering, UK Suroso, T.W., 2008, Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Dini Pada Perkerasan Jalan Jurnal Puslitbang Jalan, Bandung 99