ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA PIPA UAP TEMPERATUR PERMUKAAN KONSTAN

dokumen-dokumen yang mirip
Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. listrik dimana generator atau pembangkit digerakkan oleh turbin dengan

PENGANTAR PINDAH PANAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Dasar Pendinginan

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL. 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

PENGARUH SUHU DAN TEKANAN TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI THERMAL SIKLUS RANKINE PADA PEMBANGKIT DAYA TENAGA UAP. Oleh ( ) TEKNIK MESIN UNILA

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!

BAB II LANDASAN TEORI

PLTU (PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP)

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING

BAB II LANDASAN TEORI

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

ANALISA KONDUKTIVITAS THERMAL MATERIAL KOMPOSIT SERAT AMPAS TEBU DENGAN STYROFOAM SEBAGAI MATRIKS. Hafid Al Imam, Burmawi, Kaidir*

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN ALAT UKUR KONDUKTIVITAS PANAS BAHAN PADAT UNTUK MEDIA PRAKTEK PEMBELAJARAN KEILMUAN FISIKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

PERCOBAAN PENENTUAN KONDUKTIVITAS TERMAL BERBAGAI LOGAM DENGAN METODE GANDENGAN

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

PENGARUH SUHU TERHADAP PERPINDAHAN PANAS PADA MATERIAL YANG BERBEDA. Idawati Supu, Baso Usman, Selviani Basri, Sunarmi

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

PENGARUH VARIASI KETEBALAN ISOLATOR TERHADAP LAJU KALOR DAN PENURUNAN TEMPERATUR PADA PERMUKAAN DINDING TUNGKU BIOMASSA

KALOR. Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan

Momentum, Vol. 9, No. 1, April 2013, Hal ISSN ANALISA KONDUKTIVITAS TERMAL BAJA ST-37 DAN KUNINGAN

PERPINDAHAN PANAS. Pertemuan 9 Fisika 2. Perpindahan Panas Konduksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Es krim adalah sejenis makanan semi padat. Di pasaran, es krim

1 By The Nest We do you. Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K.

BAB I PENDAHULUAN. juga dapat digunakan untuk pemanas. menghasilkan uap. Dimana bahan bakar yang digunakan berupa

BAB II LANDASAN TEORI

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu

Xpedia Fisika. Kapita Selekta Set Energi kinetik rata-rata dari molekul dalam sauatu bahan paling dekat berhubungan dengan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, dan (6) Tempat dan Waktu Penelitian. bakery oven. Perangkat khusus yang digunakan untuk memanggang produk pastry

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

KALOR DAN KALOR REAKSI

ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu pembangkit daya uap. Siklus Rankine berbeda dengan siklus-siklus udara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

7. Menerapkan konsep suhu dan kalor. 8. Menerapkan konsep fluida. 9. Menerapkan hukum Termodinamika. 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi

Analisis performansi kolektor surya terkonsentrasi menggunakan receiver berbentuk silinder

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH

KAJIAN JURNAL : PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL BATA MERAH PEJAL

Sistem pengering pilihan

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN

PENDINGIN TERMOELEKTRIK

Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR

Teknik Lingkungan S1 TERMODINAMIKA LINGKUNGAN

ANALISA BESAR PERPINDAHAN KALOR PADA SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP INDUSTRI BIODIESEL PT. CILIANDRA PERKASA, DUMAI

BAB III TEORI DASAR KONDENSOR

BAB 2 ENERGI DAN HUKUM TERMODINAMIKA I

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan

PENGARUH PERUBAHAN BEBAN TERHADAP SISTEM UAP EKSTRAKSI PADA DEAERATOR PLTU TANJUNG JATI B UNIT 2

PENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP PANAS YANG DIHASILKAN SOLAR WATER HEATER (SWH)

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. akhirnya akan mengakibatkan bertambahnya persaingan khususnya

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

ANALISIS KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP ( PLTU ) UNIT 3 DAN 4 GRESIK

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B13

TERMODINAMIKA TEKNIK HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA BAGI VOLUME ATUR. Chandrasa Soekardi, Prof.Dr.Ir. 1 Sistem termodinamika volume atur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang memadai untuk melayani proses yang berlangsung di dalamnya.

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN KETEL UAP PIPA API JENIS SCOTCH KAPASITAS. 10 TON UAP Jenuh/jam TEKANAN 15 Kg/cm 2 TUGAS AKHIR

Suhu dan kalor NAMA: ARIEF NURRAHMAN KELAS X5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

LAPORAN PRAKTIKUM KONVEKSI PADA ZAT CAIR

BAB II DASAR TEORI. Energy balance 1 = Energy balance 2 EP 1 + EK 1 + U 1 + EF 1 + ΔQ = EP 2 + EK 2 + U 2 + EF 2 + ΔWnet ( 2.1)

BAB I PENDAHULUAN. Turbin uap berfungsi untuk mengubah energi panas yang terkandung. menghasilkan putaran (energi mekanik).

Maka persamaan energi,

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA PIPA UAP TEMPERATUR PERMUKAAN KONSTAN Rahmad Hidayat*,Ir. Edi Septe S, MT. 1), Ir. Burmawi, M.Si. 2) Program Studi Teknik Mesin-Fakultas Teknologi Industri-Universitas Bung Hatta Jl. Gajah Mada No.19 Olo Nanggalo Padang 25143 Telp. 0751-7054257 Fax. 0751-7051341 Email : Ameex.Ameex@yahoo.com Edysepte@gmail.com Burmawi_koto@yahoo.com ABSTRAK Pipa uap temperatur merupakan pipa yang digunakan dalam sebuah ruangan ketel uap,. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisa distribusi temperatur pada pipa uap. Hasil analisa yang dilakukan diperoleh Pada tahap A perpindahan panas terjadi secara konveksi dengan temperatur alirnya sebesar 494,01 0 C. Pada tahap B perpindahan panas terjadi secara konduksi dengan temperatur alirnya sebesar 485,72 0 C. Pada tahap C perpindahan panas terjadi secara konveksi dengan temperatur alirnya sebesar 485,71 0 C. Setelah didapat hasi perhitungan pada air yang mengalir atau tahap c sebesar 485,71 0 C. Hasil pada tahap ini lebih besar dibandingkan Temperatur uap yang keluar dari pipa dengan Temperatur uap sebesar 400 0 C. Maka pada kasus seperti ini terjadi kerugian panas pada pipa sebesar 18,585 0 C. Jadi panas yang diberikan pada permukaan pipa bagian luar tidak sama temperaturnya dengan temperatur pada pipa bagian dalam. Ini dibuktikan dengan semakin menurun nya temperatur yang dialirkan akibat terhambat penampang atau ketebalan pipa sehingga temperatur panas yang mengalir menuju air yang berada di dalam pipa lebih rendah dibandingkan dengan temperatur yang diberikan pada permukaan pipa bagian luar. Kata Kunci : Pipa Uap. Distribusi Temperatur, Temperatur Permukaan Konstan.

I. PENDAHULUAN Kemajuan teknologi pada zaman sekarang semakin maju dari tahun-tahun sebelumnya. Kemajuan tersebut diiringi dengan semakin tingginya kebutuhan manusia terhadap energi listrik. Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik semua orang berpikir menciptakan dan menyempurnakan teknologi yang dapat menghasilkan energi listrik. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap energi listrik, maka diciptakanlah alat pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Setiap pembangkit memiliki kapasitas listrik 100 MW. Adakalanya PLTU menggunakan kombinasi beberapa macam bahan bakar. Konversi energi tingkat pertama yang berlansung dalam PLTU adalah konversi energi primer menjadi energi panas (kalor). Hal ini dilakukan dalam ruang bakar dari ketel uap PLTU. Turbin digunakan untuk memutar generator dengan cara mengubah energi panas yang terkandung dalam uap menjadi energi mekanik. Uap dengan tekanan dan temperatur tinggi diarahkan untuk mendorong sudu-sudu turbin yang dipasang pada poros sehingga turbin berputar.. Dari data pengamatan PLTU Sawah Lunto Sijunjung, kegagalan ketel uap yang paling sering terjadi adalah akibat kebocoran pada pipa air di dalam ruang ketel. Hal ini dikarenakan penipisan pada pipa yang terjadi karena pipa tersebut mengalami korosi yang menyerang permukaan pipa, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kebocoran pada pipa tersebut. Apabila pipa tersebut mengalami kebocoran, otomatis uap yang ada pada pipa akan berkurang dan temperatur uap untuk memutar turbin pun mengalami penurunan. Sehingga dapat menimbulkan penurunan daya pada sistem PLTU. Untuk menganalisa kegagalan pipa secara akurat,diperlukan hasil temperatur dengan cara melakukan analisa teoritis perpindahan panas pada pipa air tersebut, dengan tujuan untuk mendapatkan hasil temperatur yang lebih baik, sekaligus untuk menjaga temperatur dan efisiensi uap pada pipa air tersebut.

II. TINJAUN PUSTAKA Pipa adalah istilah untuk benda slinder yang berlubang dan digunakan untuk memindahkan zat hasil pemprosesan seperti cairan, gas, uap, zat padat yang dicairkan maupun serbuk halus. Material yang digunakan sebagai pipa sangat banyak diantaranya adalah: beton cor, gelas, timbal, kuningan (brass), tembaga, plastik, alumanium, besi tuang, baja karbon, dan baja paduan. Perpindahan panas (head transfer) didefinisikan sebagai perpindahan panas dari suatu medium ke medium lainya sebagai akibat beda temperatur ( adanya gradien temperatur) antara medium-medium tersebut. Perpindahan panas berlansung dari temperatur yang tinggi ke temperatur yang rendah dalam suatu medium atau melalui media. Mekanisme Perpindahan Panas. Pertama, Konduksi Perpindahan panas konduksi adalah suatu proses dimana panas mengalir dari daerah yang bersuhu lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah didalam suatu medium (padat) atau antara medium bersinggungan secara lansung. Konduksi Kalor dinyatakan dengan : Hukum Fourrier. Dimana : T 1 > T 2 = Laju perpindahan panas konduksi, (W).(J) = Konduktifitas termal bahan, A = Luas penampang dimana panas mengalir, (m 2 ) L = Panjang benda,m. T 1 T 2 dt/dx = Temperatur pada titik 1, 0 C = Temperatur pada titik 2, 0 C = Perbedaan temperatur t terhadap jarak dalam arah aliran panas x. Kedua, Konveksi adalah perpindahan kalor dari suatu bagian fluida kebagian lain fluida oleh pergerakan fluida itu sendiri. Konveksi terjadi diakibatkan adanya ekspansi termal dan konduksi. Konveksi sendiri artinya adalah fluida yang berpindah akibat adanya perbedaan suhu. sedangkan ekspansi

termal adalah sifat dari suatu fluida yang bertemperatur tinggi, dimana partikel-partikel fluida tersebut volumenya meluas/membesar akibat panas. Fluks panas dengan cara konveksi antara suatu permukaan dan fluida sekitarnya yang diusulkan oleh Ilmuwan Inggris Isaac Newton 1701, dapat dihitung dengan hubungan: Dimana : = Besar perpindahan panas konveksi, Watt. = Temperatur permukaan, 0 C = Temperatur fluida. 0 C = Koefisien perpindahan panas koefisien, A= Luas penampang permukaan benda,m 2 Ketiga, Radiasi merupakan Berlainan dengan mekanisme konduksi dan konveksi dimana perpindahan energi terjadi melalui bahan antar, kalor juga dapat berpindah melalui daerah-daerah hampa. Mekanismenya adalah radiasi elektromaknetik. Jumlah energi yang meninggalkan suatu permukaan sebagai panas radiasi tergantung pada temperatur mutlak dan sifat permukaan tersebut. Radiasi yang dipancarkan ke permukaan menurut hukum Stefan Bolzman, pada permukaan hitam (black surfaces): = Dimana: = Besar radiasi yang terjadi, Watt. = Konstanta bolzman, 5,67 x 10-8 W/m 2 K 4 A = Luas permukaan yang terkena radiasi, m 2. T 2 = Temperatur mutlak pada permukaan, 0 K. III. TERMINOLOGI DAN PROSES KERJA KETEL UAP 3.1 Terminologi 3.2 Proses Kerja Ketel Uap Air masuk ketel melewati pipa pengatur turun (down corner) setelah mengalami pemanasan awal tekanan rendah sehingga suhu awal air berubah menjadi 250 0 C

kemudian kembali mengalami pemanasan tekan tinggi sehingga terjadi peningkatan suhu menjadi 350 0 C. kemudian air tersebut masuk melalui boiler drum, barulah air tersebut mengisi pipa evapurator. Pipa ini mengalami pemanasan diruang bakar dengan suhu ruangan 500 0 C dengan kapasitas air nya sebesar 9,34 kubik dan air akan mendidih lalu menuju drum ketel dengan suhu 400 0 C berupa uap jenuh. Uap jenuh yang dihasilkan disini adalah uap basah dimana uap tersebut masih terdapat air. oleh separator dilakukan proses pemisahan antara uap dan air. Air yang tersisa akan disirkulasikan kembali ke pipa evapurator untuk dipanaskan kembali dimana suhu air tersebut sebesar 350 0 C. Selanjutnya uap jenuh tersebut akan dialirkan ke superheater untuk dipanaskan kembali. Uap yang dipanaskan lanjut bila digunakan untuk melakukan kerja dengan jalan ekspansi di dalam turbin tidak akan segera mengembun, sehingga mengurangi kemungkinan timbulnya bahaya yang disebabkan terjadinya pukulan balik atau back stroke yang diakibatkan mengembunnya uap sebelum pada waktunya sehingga menimbulkan vakum di tempat yang tidak semestinya pada daerah ekspansi. Superheater terdiri atas 3 tingkat yaitu Superheater I, Superheater IB dan Superheater II, kontrol temperatur menggunakan feed water spraying(attamperator). Attemperator I diletakkan diantara Superheater I dan Superheater IB, Attemperator II diletakkan diantara Superheater IB dan Superheater II. setelah mengalami pemanasan lanjut, maka uap basah tersebut temperaturnya naik menjadi 515 0 C uap kering. Uap kering yang dihasilkan tersebut sebesar 400 ton/jam. Kemudian uap tersebutlah yang digunakan untuk memutar turbin yang memiliki kapasitas daya sebesar 100 Mega Watt.

IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Titik Lokasi Tahap 2 : Perpindahan panas dari dinding pipa luar ke dinding pipa bagian dalam berlasung secara konduksi. Tahap 3 : Perpindahan panas dari dinding pipa bagian dalam ke air yang mengalir berlansung secara konveksi. 4.1.1 Data Dari data yang diperoleh berdasarkan survei yang di dilakukan pada PLTU Sawah Lunto Sijunjung, maka diperoleh data sebagai berikut. Tabel 3.4 Data Hasil Peneitian Jadi proses perpindahan panas pada pipa air berlansung tiga tahap yaitu: Tahap 1 : Perpindahan panas dari lingkungan ke dinding pipa bagian luar berlansung secara konveksi. 4.2 Analisa Perpindahan Panas Pada Pipa Air Pada pipa evaporator ini analisa perpindahan panas terjadi pada beberapa titik. A. Perpindahan panas terjadi dari lingkungan ke dinding pipa bagian luar. Perpindahan panas ini berlansung secara konveksi. q = h. A (T 1. T 2) h = Koefisien perpindahan panas cairan = 10 Watt / m 2 0 C A = Luas permukaan perpindahan panas = 1.629.658,116 m 2 A = 2 π r L r = Jari-jari luar pipa =48,47 mm L = Panjang pipa = 5.310 m A = 2 x 3.14 x 48,87 x 5.310 = 1.629.658,116 m 2 T 1 = Temperatur lingkungan = 500 0 C

q = Energi panas yang diberikan = 97,58 x 10 6 W q = m x nk m = Massa batu bara, kg/jam nk = Nilai kalor batu bara q=14.000 kg/jam x 6.000 kkal/jam =84,10 x10 6 kkal/jam q = q = 97,58x10 6 joule/detik q = 97,58x10 6 w T 2 = Temperatur permukaan pipa bagian luar?? q = h. A (T 1 - T 2) 97,58x10 6 W = 10 W/m 2 o C x 1629658,116 x (500 0 C - T 2 ) 5,99 0 C = T 2 = 500 0 C - 5,99 0 C T 2 = 494,01 0 C B. Perpindahan panas terjadi dari dinding pipa bagian luar ke dinding pipa bagian dalam. Perpindahan panas ini berlasung secara konduksi. Perpindahan panas konduksi pada sistem slinder ditentukan berdasarkan hukum Fourier, dengan persamaan: q r = - K. A r. dimana : A r = Luas bidang aliran kalor, m 2 A r = 2.π.r.l q r = - 2.π.K.r.L. dimana : T = T 2 pada r = r 2 T = T 3 pada r = r 3 jadi : Dimana : q = Energi panas yang diberikan = 97,58x10 6 W K = Konduktifitas thermal bahan pipa, baja karbon = 60 W/m 0 C L = Panjang pipa = 5.310 m 2 T 2 = Temperatur permukaan luar pipa = 494,01 0 C T 3 = Temperatur permukaan dalam pipa??? r 3 r 2 = Jari jari luar pipa = 48,87 mm = Jari jari dalam pipa = 41,25 mm q [ln.( r 3/ r 2 )] = 2π.K.L.(T 2 - T 3 )

= o C - 8,29 o C T 3 = 485,72 o C C. : Perpindahan panas dari dinding pipa bagian dalam ke air yang mengalir. Perpindahan panas ini berlansung secara konveksi q = h. A (T 3. T 4) h = Koefisien perpindahan panas cairan = 5.000Watt / m 2 0 C A = Luas permukaan perpindahan panas = 1.629.658,116 m 2 T 3 = Temperatur permukaan pipa dalam = 485,72 o C T 4 = Temperatur uap pada tahap 1 =???? o C q = Energi panas yang diberikan = 97,58 x 10 6 W q = h. A (T L - T 1) 97,58x10 6 W = 5.000 W/m 2 o C x 1.629.658,116 x (485,72 o C - T 4 ) 0,01 0 C = 485,72 o C - T 4 T 4 = 485,72 0 C - 0,01 0 C T 4 = 485,71 0 C Jadi temperatur uap pada tahap 1 ini adalah T 4 = 485,71 0 C Setelah kita menemukan temperatur pada air yang mengair sebesar 485,71 0 C, padahal uap yang keluar dari pipa pemanasan ini sebesar 400 0 C. Maka harus dicari kelebihan temperatur ny. T uap air = T 4 - T uap air = 485,71 0 C - 400 0 C = 85.71 0 C Maka kelebihan temperatur nya sebesar 85.71 0 C Tabel 3.5 Suhu vs Titik pengujian N0 Titik Temperatur pengujian 0 C 1 1 494,01 0 C 2 2 485,72 0 C 3 3 485,71 0 C Gravik Temperatur 0 C VS Tahap Pengujian 500,00 494,01 485,72485,71 450,00

Jadi pada grafik ini terjadi tiga tahap pengujian. Hasil analisa yang dilakukan diperoleh Pada tahap A perpindahan panas terjadi secara konveksi dengan temperatur alirnya sebesar 494,01 0 C. Pada tahap B perpindahan panas terjadi secara konduksi dengan temperatur alirnya sebesar 485,72 0 C. Pada tahap C perpindahan panas terjadi secara konveksi dengan temperatur alirnya sebesar 485,71 0 C. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diatas maka penulis dapat menyimpulkan: 1. Pada tahap A perpindahan panas konveksi dengan temperatur alirnya sebesar : 494,01 0 C 2. Pada tahap B perpindahan panas konduksi dengan temperatur alirnya sebesar : 485,72 0 C 3. Pada tahap C perpindahan panas konveksi dengan temperatur alirnya sebesar : 485,71 0 C Maka disini teradi kerugian temperatur pada pipa sebesar 85.71 0 C. Jadi dapat disimpulkan bahwa panas yang diberikan pada permukaan pipa bagian luar tidak sama temperaturnya dengan temperatur pada pipa bagian dalam. 5.2 Saran Setelah melakukan penelitian dan analisa perpindahan panas terhadap pipa air pada ketel uap yang dilakukan di PLTU Sawah Lunto Sijunjung, penulis menyarankan kepada pimpinan PLTU Sawah Lunto Sijunjung agar melakukan analisa teoritis secara berkala supaya tidak terjadi penurunan daya pada sistem PTU Sawah Lunto Sijunjung. DAFTAR PUSTAKA

Alstom. 1998. Boiler Design Manual. Ombilin: Ombilin Press. J.P.Holman.1991. Perpindahan Kalor. Jakarta 10430: Erlangga Press. Raswari. 1987. Perencanaan dan Pengambaran Sistem Perpipaan. Jakarta: Universita Indonesia. (UI- Press). Suryadimal. 2009. Perpindahan Panas 1. Padang: Bung Hatta University Press. Zemansky Mark dan W. Richerd H. Dittman. 1986. Kalor dan Termodinamika Terbitan Keenam. Bandung: ITB.Press. Jansen Michael K. dan Debor A. Kaminskin. 2005. Introduction to Thermal and Fluid Enginering.New York : John Wiley & Sons, Inc. Bruce R. Munson dan Donald I. 2001. Mekanika Fluida. Jakarta. Erangga. Tutuka Ariadji. 2000. Fuida Reserfoir + Praktikum. Bandung. ITB. T. John Finnemore, Joseph B. Franzini. 2002. Fuid Meechanics With