BAB I PENDAHULUAN. masyarakat itu sendiri. Semenjak itu pula ada kebutuhan-kebutuhan manusia yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. secara material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan

PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WISATAWAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Dalam menjalani kehidupan, manusia pun dimotivasi oleh kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan berbagai informasi, hal tersebut telah membawa dampak yang. signifikan dalam merencanakan sebuah perjalanan wisata.

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi ekonomi tersebut berpengaruh terhadap perkembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Dengan di undangakannya Undang-Undang No. 3 tahun Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang kekurangan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan. 2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Agraria berasal dari bahasa latin ager yang berarti tanah dan agrarius

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Negara kita persediaan tenaga kerja sebagian besar terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia pada umumnya sudah mengenal siapa itu konsumen. 2

BAB I PENDAHULUAN. dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya memiliki berbagai macam kebutuhan, apabila melihat dari

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk melaporkan aneka kriminalitas. di berbagai daerah menunjukkan peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan pertumbuhan dan perekonomian dunia usaha

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal penting bagi suatu negara. Pariwisata bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD bertujuan untuk mencegah terjadinya suatu pelanggaran.

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab besar demi tercapainya cita-cita bangsa. Anak. dalam kandungan. Penjelasan selanjutnya dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Ida Bagus Wyasa Putra, et.al., 2003, Hukum Bisnis Pariwisata, Refika Aditama, Bandung, h.1.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

BAB II PENGATURAN IZIN USAHA PARIWISATA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO. 4 TAHUN 2014 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan logika berfikir. Metodelogi artinya ilmu tentang cara melakukan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pengangkutan dapat dilakukan melalui darat, laut

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya.

PELAKSANAAN UNDANG -UNDANG MEREK PADA UKM (USAHA KECIL MENENGAH) KEC. CEPER KAB. KLATEN DALAM RANGKA PERLINDUNGAN HUKUM DARI TINDAK PEMALSUAN MEREK

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adanya karena dilengkapi oleh ketentuan-ketentuan perdagangan

PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. tanpa orang lain. Manusia dikatakan mahluk sosial, juga di karenakan pada diri

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24

TANGGUNG JAWAB BIRO PERJALANAN WISATA TERHADAP KERUGIAN YANG DIALAMI OLEH KONSUMEN PENGGUNA JASA

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

PERKEMBANGAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN ASING DAN KURS DOLLAR AMERIKA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN DI PROVINSI BALI

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kasus pidana anak dibawah umur yang menyebabkan kematian, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. itu ekonomi secara terus-menerus mengalami pertumbuhan dan perubahan. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk yang kemudian dapat dikonsumsi oleh masyarakat setelah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana atau delik berasal dari bahasa Latin delicta atau delictum yang di

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti perlengkapan rumah, transportasi dan lain-lain 1.

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 27 ayat (2) bahwa, tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya dapat meraih keberhasilan. Selain itu pemanfaatan pasar kerja

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya semakin meningkat. Pengembangan ini terus dilakukan karena

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, sehingga pemerintah. dan prasarana bagi masyarakat seperti jalan raya.

Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terusmenerus. terpadu, terarah, dan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara Hukum. Pengaturan ini termuat

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WISATAWAN BERKAITAN DENGAN USAHA JASA RESTORAN DI DESA PADANG BAI KARANGASEM

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan ini adalah penelitian hukum normatif empiris.penelitian hukum

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. hukum agar sumber daya ekonomi, pemanfaatan dan kegiatannya dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. ini, semakin meningkat pula kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia akan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK)

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang

BAB I PENDAHULUAN. Demi terwujudnya kewajiban Negara dalam menyejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan menyadari pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh

PERLINDUNGAN HUKUM UNTUK KONSUMEN PENGGUNA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi Pasar Tavip Kota Binjai)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

BAB I PENDAHULUAN. secara material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi

BAB I PENDAHULUAN. kepariwisataan saat ini mengalami kenaikan yang cukup pesat. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang kedaulatannya berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut perdagangan berjangka, dapat dijadikan pilihan investasi yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam bahaya yang dapat mengancam kepentingannya tersebut.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK PENGUASAAN ATAS TANAH

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gejala pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat lain dan perkembangannya sesuai dengan sosial budaya masyarakat itu sendiri. Semenjak itu pula ada kebutuhan-kebutuhan manusia yang harus dipenuhi selama perjalanannya, di samping juga adanya motivasi yang mendorong manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan meningkatnya peradaban manusia, dorongan melakukan perjalanan semakin kuat dan kebutuhan yang harus dipenuhi semakin kompleks. 1 Menurut beberapa ahli, pariwisata telah dimulai sejak dimulainya peradaban manusia itu sendiri dengan ditandai oleh adanya pergerakan penduduk yang melakukan ziarah dan perjalanan agama lainnya, di samping juga digerakkan oleh perasaan lapar, haus, perasaan ingin tahu, perasaan takut, gila kehormatan, dan kekuasaan. 2 Di Indonesia istilah pariwisata baru dimulai pada awal tahun 1960-an. Pada kesempatan penyampaian RAPBN tahun 1982 masalah pariwisata disinggung lagi oleh Bapak residen Soeharto sebagai salah satu sektor penting untuk meraih 1 I Ketut Suwena dan I Gst Ngr Widyatama, 2010, Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata, Udayana Press, Denpasar, h.1. 2 Ibid.

2 devisa lebih banyak lagi. 3 Selain sebagai suatu industri untuk meningkatkan sumber devisa bagi negara, pariwisata juga sebagai faktor yang menentukan lokasi industri dan sangat membantu perkembangan daerah-daerah yang miskin dalam sumber-sumber alam. 4 Pariwisata di Indonesia mulai tampil kedepan sejak dibangunnya hotel-hotel besar di Jakarta, Bali, Yogyakarta, Pelabuhan Ratu diawal tahun 1960. Kemudian disusul dengan hotel-hotel lain di berbagai kota besar di Tanah Air. 5 Semenjak saat itu pariwisata di Indonesia semakin maju dan terus berkembang. Tidak hanya munculnya hotel-hotel, saat ini juga telah dibuka berbagai obyek wisata yang memiliki sejumlah daya tarik wisata yang menarik dan menawarkan beragam kegiatan pariwisata yang unik. Dari obyek wisata alam seperti pantai dan pegunungan, hingga obyek wisata buatan seperti theme park atau water park serta berbagai sarana dan pra sarana yang mendukung juga sudah mumpuni. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang menyediakan jasa akomodasi, transportasi, makanan, rekreasi, serta jasa-jasa lainnya. Perdagangan jasa pariwisata melibatkan beberapa aspek, misalnya aspek ekonomi, budaya, sosial, agama, lingkungan, keamanan, dan aspek lainnya. Dari berbagai aspek tersebut, aspek ekonomilah yang mendapat perhatian paling besar dalam pembangunan pariwisata sehingga pariwisata dikatakan sebagai suatu industri. 6 3 Nyoman S. Pendit, 1999, Ilmu Pariwisata : Sebuah Pengantar Perdana, cet. VI, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, h.1. 4 H. Oka A. Yoeti, 1997, Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata, cet. I, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, h.21. 5 Nyoman S. Pendit, Loc.cit. 6 I Putu Gelgel, 2009, Industri Pariwisata Indonesia dalam Globalisasi Perdagangan Jasa (GATS-WTO)-Implikasi Hukum dan Antisipasinya, PT. Refika Aditama, Bandung, h. 22.

3 Pariwisata pada umumnya lebih dipandang sebagai kegiatan ekonomi, mengingat tujuan utama pengembangan pariwisata adalah untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, baik bagi masyarakat maupun daerah dan negara. Kegiatan ekonomi ini tentu tidak dapat dilepaskan dari dua peran penting, yaitu pembuat barang/jasa (produsen) dan pemakai barang/jasa (konsumen) yang saling berhubungan. Hubungan antara produsen dengan konsumen inilah yang kemudian memunculkan suatu permasalahan yang baru yaitu hilang atau berkurangnya hak konsumen akan barang yang telah dikonsumsi. Banyaknya pelanggaran terhadap hak konsumen atas barang yang dimilikinya membuat posisi konsumen masih sangat lemah dibandingkan dengan produsen. Sehingga perlu terdapat suatu pemberdayaan konsumen agar posisi konsumen tidak selalu pada pihak yang dirugikan, yaitu dengan diaturnya perlindungan konsumen. Perlindungan konsumen merupakan suatu bagian yang tidak bisa terpisahkan dari kegiatan bisnis yang sehat. Apabila suatu perlindungan konsumen tidak dapat terpenuhi dalam suatu bisnis, maka keseimbangan hukum antara produsen dengan konsumen juga tidak dapat terjadi. Tidak adanya perlindungan yang seimbang menyebabkan konsumen berada dalam posisi yang lemah. 7 Perlindungan konsumen dalam bisnis pariwisata juga harus ditegakkan, mengingat semakin majunya dunia pariwisata di negara kita, maka wisatawan yang berkunjung ke Indonesia juga akan meningkat. Beberapa musibah yang sering terjadi di obyek wisata cenderung selalu dibebankan kepada wisatawan 7 Ahmadi Miru I, 2011, Prinsip-prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.1.

4 sendiri. dengan asumsi bahwa musibah tersebut merupakan kelalaian wisatawan itu Contoh kasus kecelakaan di lokasi obyek wisata yang benar-benar terjadi adalah kasus tenggelamnya 2 siswa SMA dari Tuban, Jawa Timur (Slamet dan Sri) di Danau Beratan, Tabanan. Kejadian tersebut bermula saat Kedua korban berfoto bersama dengan 10 rekannya satu SMA di dermaga II sekitar pukul 18.30 WITA. Diduga, dermaga tidak kuat menahan beban 12 orang tersebut dan ambruk, sehingga mereka tercebur ke dalam danau yang diperkirakan berkedalaman 22 meter. Sepuluh siswa berhasil menyelematkan diri menuju ke tepian, sedangkan Slamet dan Sri tenggelam dan hilang ditelan pusaran danau. 8 Keindahan obyek wisata, tidaklah selalu menyenangkan bagi wisatawan. Wisatawan kadang kala harus dihadapkan pada suatu kerugian pada tubuh wisatawan, seperti adanya kecelakaan selama berwisata yang mengakibatkan luka, cacat sampai kematian, atau bahkan kerugian pada harta benda wisatawan seperti pencopetan, perampokan, atau kehilangan kendaraan di obyek wisata. Insiden tenggelamnya wisatawan Danau Beratan tersebut dapat menjadi salah satu bukti lemahnya perlindungan hukum terhadap konsumen di Indonesia. Sejatinya para pengunjung datang ke tempat tersebut untuk menikmati suasana obyek wisata dan membayar sejumlah uang. Pihak-pihak yang terkait dengan kepariwisataan, khususnya pemerintah daerah seharusnya lebih memperhatikan lagi perlindungan hukum terhadap 8 antaranews.com/berita/351682/dua-siswa-sma-tenggelam-di-danau-beratan-bedugul

5 wisatawan, padahal hak-hak wisatawan telah diakomodir dalam Pasal 4 butir a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang menyebutkan konsumen berhak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Dan Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, dalam Pasal 20 disebutkan bahwa wisatawan memiliki hak yang amat mendasar, yaitu hak untuk memperoleh informasi yang akurat mengenai daya tarik wisata, pelayanan kepariwisataan sesuai dengan standar, perlindungan hukum dan keamanan, pelayanan kesehatan, perlindungan hak pribadi, dan perlindungan asuransi untuk kegiatan pariwisata yang berisiko tinggi. Oleh karena itu, sudah merupakan kewajiban pengelola obyek wisata untuk memberikan rasa aman, nyaman, dan selamat bagi wisatawannya. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik dan ingin mewujudkan sebuah karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul : TANGGUNG JAWAB PENGELOLA TERHADAP WISATAWAN YANG MENGALAMI KECELAKAAN DI LOKASI OBYEK WISATA (STUDI KASUS TENGGELAMNYA WISATAWAN DI DANAU BERATAN) 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana penerapan perlindungan hukum terhadap wisatawan di obyek wisata Danau Beratan? 2. Bagaimana pertanggungjawaban hukum pihak pengelola terhadap wisatawan yang mengalami kecelakaan di lokasi obyek wisata Danau Beratan?

6 1.3 Ruang Lingkup Masalah Untuk lebih terarahnya tulisan ini penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas dalam ruang lingkup masalah, agar tidak terjadi penyimpangan dari pokok permasalahan. Adapun pembatasannya adalah sebagai berikut : 1. Pertama membahas tentang penerapan perlindungan hukum terhadap wisatawan di obyek wisata Danau Beratan. 2. Kedua tentang membahas tentang bentuk pertanggungjawaban hukum pihak pengelola terhadap wisatawan yang mengalami kecelakaan di lokasi obyek wisata Danau Beratan. Apabila terdapat hal-hal lain yang yang disinggung dalam pembahasan, hal tersebut hanyalah pelengkap, sebagai upaya untuk lebih memperjelas uaraian dari dalam pembahasan skripsi ini. 1.4 Orisinalitas Penelitian mengenai Tanggung jawab Pihak Pengelola terhadap Wisatawan yang Mengalami Kecelakaan di Lokasi Obyek Wisata telah ada yang menulis penelitian sejenis namun pokok bahasannya tidak sama dengan penelitian yang penulis lakukan. Berikut skripsi penulis lain dengan indikator pembeda untuk membedakan dengan penelitian yang saya lakukan:

7 No. Skripsi Judul Rumusan Masalah 1. Wiwit Triani, 2014, Fakultas Hukum Universitas Udayana Tanggung Jawab Bali Happy Tour and Travel Atas Kecelakaan Bus Yang Dialami Oleh Wisatawan Dalam Perjalanan Wisata Di Uluwatu Bali 1. Bagaimana hubungan hukum antara wisatawan dengan Bali Happy Tour and Travel sebagai Biro Perjalanan Wisata? 2. Apakah pihak Happy Bali Tour and Travel bertanggung jawab atas kecelakaan yang dialami oleh wisatawan dalam perjalanan wisata?

8 2. Maria Monica B. Napitupulu, 2012, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Jasa Rekreasi ( Studi Kasus : Robohnya Wahana X Di Tempat Rekreasi Y) 1. Bagaimanakah bentuk perlindungan konsumen bagi pengunjung tempat rekreasi? 2. Pelanggaran hak konsumen apa sajakah yang dilakukan oleh PT. Z ( Studi kasus : Robohnya Wahana X di tempat rekreasi Y ) 3. Apakah PT. Z sebagai pelaku usaha telah melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku?

9 1.5 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi penulisan karya tulis ini secara garis besarnya dapat di perinci menjadi dua tujuan: 1.5.1 Tujuan Umum 1. Untuk mengetahui penerapan perlindungan hukum terhadap wisatawan di obyek wisata Danau Beratan; 2. Untuk mengetahui pertanggungjawaban hukum pihak pengelola terhadap wisatawan yang mengalami kecelakaan di lokasi obyek wisata Danau Beratan. 1.5.2 Tujuan Khusus 1. Untuk memahami penerapan perlindungan hukum terhadap wisatawan di obyek wisata Danau Beratan; 2. Untuk memahami pertanggungjawaban hukum pihak pengelola terhadap wisatawan yang mengalami kecelakaan di lokasi obyek wisata Danau Beratan. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat di ambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.6.1 Manfaat Teoritis 1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum bisnis, khususnya Hukum Perlindungan Konsumen serta memberikan

10 2. informasi bagi masyarakat khususnya bagi para wisatawan tentang bentuk tanggung jawab yang diberikan pihak pengelola terhadap wisatawan yang mengalami kecelakaan di lokasi obyek wisata 3. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan karya ilmiah dari penulis dalam perkembangan Hukum Perdata dan bermanfaat menjadi referensi bagi peneliti lain dalam penelitian pada masa yang akan datang. 1.6.2 Manfaat Praktis 1. Untuk dapat dijadikan pedoman oleh kalangan akademisi dan praktisi dalam penjabaran mengenai pihak-pihak yang bertanggung jawab atas kecelakaan yang dialami oleh wisatawan di lokasi obyek wisata serta bentuk tanggung jawab yang diberikan pihak pengelola terhadap wisatawan yang mengalami kecelakaan di lokasi obyek wisata. 2. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan data bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, pengusaha, pengelola obyek wisata dan wisatawan mengenai hal-hal yang harus segera dilaksanakan untuk meminimalisir sengketa dalam pemberian ganti rugi terhadap wisatawan atas kecelakaan yang dialami dengan tetap menjunjung tinggi penegakan hukum perlindungan konsumen.

11 1.7 Landasan Teoritis 1.7.1 Teori Perlindungan Hukum Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan perilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat. Menurut Satjipto Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hakhak yang diberikan oleh hukum. 9 Selain itu, Lili Rasjidi dan I.B Wyasa Putra berpendapat bahwa hukum dapat difungsikan untuk mewujudkan perlindungan yang sifatnya sekedar adaptif dan fleksibel, melainkan juga prediktif dan antisipatif. Pendapat Sunaryati Hartono mengatakan bahwa hukum dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi, dan politik untuk memperoleh keadilan sosial. Menurut pendapat Phillipus M. Hadjon bahwa perlindungan hukum bagi rakyat sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan represif. Perlindungan hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, yang mengarahkan tindakan pemerintah yang bersikap hati-hati dalam 9 Satjipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 53.

12 pengambilan keputusan berdasarkan diskresi, dan perlindungan yang represif bertujuan untuk menyelesaikan terjadinya sengketa, termasuk penanganannya di lembaga peradilan. 10 Dalam merumuskan prinsip-prinsip perlindungan hukum di Indonesia, landasannya adalah Pancasila sebagai ideology dan falsafah Negara. Konsepsi perlindungan hukum bagi rakyat di Barat bersumber pada konsep-konsep Rechtstaat dan Rule of The Law. Dengan menggunakan konsepsi Barat sebagai kerangka berfikir dengan landasan pada Pancasila, prinsip perlindungan hukum di Indonesia adalah prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber pada Pancasila. Prinsip perlindungan humum terhadap tindak pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarahnya di Barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakkan kewajiban masyarakat dan pemeritah. 11 1.7.2 Teori Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata Pada dasarnya pengembangan pariwisata adalah suatu proses yang berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus 10 Nhrika Wauf, Kajian Teori Perlindungan Hukum, 18 November 2011, URL : http://hnikawawz.blogspot.com/kajian-teori-perlindungan-hukum.html, diakses pada tanggal 21 April 2014, sebagaimana dikutip dari Phillipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, PT. Bina Ilmu, Surabaya, h. 2. 11 Fitri Hidayat, Perlindungan Hukum Unsur Esensial Dalam Suatu Negara Hukum, 31 Juli 2013, URL : http://fitrihidayat-ub.blogspot.com/2013/07/perlindungan-hukum-unsur-esensialdalam.html, diakses pada tanggal 21 April 2014, Sebagaimana dikutip dari Phillipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya, h. 34.

13 antara sisi supply dan demand kepariwisataan yang tersedia untuk mencapai misi yang telah ditentukan. Sedangkan pengembangan potensi pariwisata mengandung makna upaya untuk lebih meningkatkan sumber daya yang dimiliki oleh suatu obyek wisata dengan cara melakukan pembangunan unsur-unsur fisik maupun nonfisik dari system pariwisata sehingga meningkatkan produktivitas. 12 Potensi pariwisata menurut Mariotti dalam Yoeti adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata, dan merupakan daya tarik agar orang-orang mau dating berkunjung ke tempat tersebut. Pengembangan kawasan wisata merupakan alternative yang diharapkan mampu mendorong baik potensi ekonomi maupun upaya pelestarian. Pengembangan kawasan wisata dilakukan dengan menata kembali berbagai potensi dan kekayaan alam dan hayati secara terpadu. 13 Pada tahap berikutnya dikembangkan model pengelolaan kawasan wisata yang berorientasi pelestarian lingkungan. Disamping itu, suatu obyek wisata yang akan dikembangkan harus memperhatikan syarat-syarat pengembangan daerah menjadi obyek wisata yang dapat diandalkan, yaitu Seleksi terhadap potensi, hal ini dilakukan untuk memilih dan menentukan potensi obyek wisata yang memungkinkan untuk dikembangkan sesuai dengan dana yang ada. Evaluasi letak potensi terhadap wilayah, pekerjaan ini mempunyai latar belakang pemikiran tentang ada atau tidaknya pertentangan atau kesalahpahaman antar wilayah administrasi yang terkait. Pengukuran jarak antar potensi, pekerjaan ini untuk 12 AllBookez, Bab II Landasan Teori A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata, 3 November 2012, URL : http://www.allbookez.com/teori-pengembangan-pariwisata, diakses pada tanggal 21 April 2014. 13 Ibid.

14 mendpatkan informasi tentang jarak antar potensi, sehingga perlu adanya peta agihan potensi obyek wisata. 14 1.7.3 Teori Pertanggungjawaban Hukum Tanggung jawab (responsibility) merupakan suatu refleksi tingkah laku manusia. Penampilan tingkah laku manusia terkait dengan kontrol jiwanya, merupakan bagian dari bentuk pertimbangan intelektualnya atau mentalnya. Bilamana suatu keputusan telah diambil atau ditolak, sudah merupakan bagian dari tanggung jawab dan akibat pilihannya. Tidak ada alasan lain mengapa hal itu dilakukan atau ditinggalkan. Keputusan tersebut dianggap telah dipimpin oleh kesadaran intelektualnya.tanggung jawab dalam arti hukum adalah tanggung jawab yang benar-benar terkait dengan hak dan kewajibannya, bukan dalam arti tanggung jawab yang dikaitkan dengan gejolak jiwa sesaat atau yang tidak disadari akibatnya. 15 Ada dua istilah yang menunjuk pada pertanggungjawaban dalam kamus hukum, yaitu liability dan responsibility. Liability merupakan istilah hukum yang luas yang menunjuk hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara aktual atau potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan undangundang. Responsibility berarti hal yang dapat dipertanggungjawabkan atas suatu 14 Ibid. 15 Sonny pungus, 2010, Teori Pertanggungjawaban, 30 Desember 2013, URL : sonnytobelo.blogspot.com/2010/12/teori-pertanggungjawaban.html, diakses pada tanggal 24 April 2014.

15 kewajiban, dan termasuk putusan, ketrampilan, kemampuan dan kecakapan meliputi juga kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan. Dalam pengertian dan penggunaan praktis, istilah liability menunjuk pada pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subyek hukum, sedangkan istilah responsibility menunjuk pada pertanggungjawaban politik. 16 1.8 Metode Penulisan 1.8.1 Jenis Penelitian Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mendapatkan kebenaran adalah dengan penelitian secara ilmiah, artinya suatu metode yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa permasalahan dengan jalan menganalisanya dan dengan mengadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap masalah tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas masalah-masalah yang ditimbulkan. Metodelogi juga sebagai pembimbing untuk menemukan hasil penelitian atau penulisan ilmiah. 17 Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum yuridis empiris. Penelitian yuridis empiris adalah terdiri dari penelitian terhadap identifikasi hukum dan efektivitas hukum. 18 16 Ridwan H.R., 2006, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 335-337. 17 Jalaluddin Rakhmat, 2005, Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, h.22. 18 Bambang Sunggono, 2009, Metodologi Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.41.

16 Sehingga dalam penyusunannya dilakukan dengan penelitian lapangan yang memanfaatkan data-data primer dari hasil wawancara dan observasi yang didukung dengan sumber data primer, sumber data sekunder, maupun sumber data tersier. 1.8.2 Jenis Pendekatan Jenis pendekatan yang digunakan dalam memecahkan permasalahan yang ada, yakni melalui pendekatan perundang-undangan (the statue approach) dilakukan dengan menelaah peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan. Pendekatan fakta (the fact approach). Pendekatan fakta (the fact approach) dilakukan dengan melihat keadaan nyata di wilayah penelitian. 19 Pendekatan kasus (the case approach) dilakukan dengan melihat kasus teggelamnya wisatawan di Obyek Wisata Danau Beratan, Tabanan. Pada penelitian ini pendekatan kasus dilakukan dengan melihat dan mengkaji kasuskasus yang terkait dengan permasalahan yang diangkat yakni tanggung jawab pihak pengelola terhadap wisatawan yang mengalami kecelakaan di lokasi obyek wisata. 1.8.3 Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian eksploratoris. Penelitian exploratoris adalah penelitian yang bersifat mendasar dan bertujuan untuk memperoleh keterangan informasi, data mengenai hal-hal yang belum diketahui. Penelitian ini dilakukan apabila peneliti belum memperoleh data awal sehingga 19 Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, h.80.

17 belum mempunyai gambaran sama sekali mengenai hal yang akan diteliti. Dalam penelitian eksploratoris tidak ada hipotesis, karena secara logika, hipotesis lahir dari kajian pustaka baik yang berasal dari teori teori, azas azas hukum, ketentuan peraturan maupun tulisan tulisan ilmiah lainnya, sementara hal hal tersebut masih belum ada atau kalaupun ada masih sangat sedikit. 20 1.8.4 Data dan Sumber Data Pada penulisan dan penelitian ini, adapun data yang digunakan adalah bersumber dari: 1. Data primer, yakni data yang diperoleh langsung dari sumber utama di lapangan, dimana data tersebut berasal dari observasi atau pengamatan secara langsung ke tempat kejadian dan melalui wawancara terhadap pihak pihak yang mengetahui dan terkait dengan kecelakaan yang dialami oleh wisatawan dalam perjalanan wisata. 2. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari tangan ke dua atau data yang bukan berasal dari sumber utama, antara lain : a. Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum yang berasal dari peraturan perundang undangan yakni Undang Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 21 20 Zainuddin Ali, 2010, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 21. 21 Ibid, h. 47.

18 b. Bahan Hukum Sekunder merupakan segala hal yang berkaitan dengan publikasi tentang hukum berupa dokumen resmi. Hal hal yang berkaitan dengan publikasi berasal dari literatur literatur buku yang membicarakan permasalahan hukum, kamus kamus hukum, jurnal jurnal hukum serta pendapat atau pandangan dari para ahli hukum yang bertujuan untuk menjelaskan mengenai bahan hukum primer. 22 c. Bahan Hukum Tersier adalah bahan bahan hukum yang berasal dari media elektronik, media massa dan situs website yang bertujuan untuk menjadi pelengkap dari bahan hukum yang utama. 23 Teknik Pengumpulan Data 1.8.5 Teknik Pengumpulan Data Dalam penulisan dan penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yakni: 1. Studi Kepustakaan: Data kepustakaan dikumpulkan dengan cara membaca, mencatat, mempelajari dan menganalisa isi pustaka yang berkaitan dengan masalah obyek penelitian. Penulis mempelajari dokumen dan arsip yang berhubungan dengan masalah obyek penelitian yaitu tanggung jawab pengelola obyek wisata terhadap wisatawan berdasarkan Peraturan 22 Ibid, h. 54. 23 Ibid.

19 2. Perundang-undangan yang ada dan praktek tanggung jawab pihak pengelola terhadap wisatawan yang mengalami kecelakaan di lokasi obyek wisata. 3. Wawancara (Interview): Data ini diperoleh dari pihak pengelola obyek wisata obyek wisata Danau Beratan dengan menggunakan daftar pertanyaan. 4. Pengamatan/observasi langsung: Teknik observasi langsung adalah teknik pengumpulan data di mana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung. 1.8.6 Teknik Penentuan Sampel Penelitian Teknik penentuan sampel penelitian yang digunakan adalah teknik Purposive Sampling. Penarikan sampel dilakukan berdasarkan tujuan tertentu, yaitu sampel dipilih atau ditentukan sendiri oleh peneliti, yang mana penunjukan dan pemilihan sampel didasarkan pertimbangan bahwa sampel telah memenuhi kriteria dan sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri utama populasinya. 24 1.8.7 Pengolahan dan Analisis Data a. Teknik pengolahan data yang akan dilakukan adalah teknik pengolahan data kualitatif yang artinya pengolahan data menggunakan teknik non statistik, mengingat data data lapangan yang diperoleh dalam bentuk narasi atau kata kata, bukan angka angka sehingga pengolahan datanya 24 ibid, h. 87

20 b. tidak bisa dikuantifikasikan. Teknik pengolahan data ini dilakukan bertujuan agar penarikan kesimpulan penelitian dapat dilaksanakan. c. Seletah semua data yang diolah terkumpul selanjutnya data akan dianalisis secara deskriptif kualitatif yang artinya metode yang digunakan untuk membedah suatu fenomena di lapangan baik berupa data primer maupun sekunder akan disusun secara sistematis. Metode ini ditujukan untuk mengumpulkan informasi yang aktual dan terperinci, mengidentifikasi masalah, serta membuat perbandingan atau evaluasi sehingga ditemukan suatu kesimpulan yang tepat yang dapat menjadi pedoman dalam menetapkan rencana yang akan datang. 25 25 ibid, h. 75