KEMASAN EDIBLE 14/12/2011. Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa mampu membuat kemasan edible yang dapat diaplikasikan pada bahan pangan.

dokumen-dokumen yang mirip
KULIAH KE VIII EDIBLE FILM. mampu membuat kemasan edible yang dapat diaplikasikan pada bahan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. makanan dari kerusakan. Kemasan makanan di masa modern sudah

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Interaksi Bahan dan Teknologi Pengemasan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULAN

I. PENDAHULUAN. tahun. Menurut data FAO (2008), pada tahun konsumsi kentang. di Indonesia adalah 1,92 kg/kapita/tahun.

PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

PENGANTAR. Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia sehari-hari. Plastik umumnya berasal dari minyak bumi

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

II. TINJAUAN PUSTAKA. membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi

PENGARUH PENGGUNAAN EDIBLE COATING TERHADAP SUSUT BOBOT, ph, DAN KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK BUAH POTONG PADA PENYAJIAN HIDANGAN DESSERT ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PROSES PEMBUATAN BIOPLASTIK BERBASIS PATI SORGUM DENGAN PENGISI BATANG SINGKONG

9/6/2016. Hasil Pertanian. Kapang; Aspergillus sp di Jagung. Bakteri; Bentuk khas, Dapat membentuk spora

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

PENGARUH PENAMBAHAN PEG-400 DAN LILIN LEBAH TERHADAP KARAKTERISTIK FILM EDIBEL DARI CAMPURAN METILSELULOS- KARBOKSIMETILSELULOSA-SUSU BUNGKIL KEDELAI

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. air, gas, aroma, dan zat-zat lain dari bahan ke lingkungan atau sebaliknya

mempengaruhi atribut kualitas dari produk tersebut (Potter, 1986). Selama proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB I PENDAHULUAN. jenang terbuat dari tepung ketan, santan, dan gula tetapi kini jenang telah dibuat

Bioselulosa Dari Nata De Coco Sebagai Bahan Baku Edible Film

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

SINTESA DAN UJI BIODEGRADASI POLIMER ALAMI

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I. PENDAHULUAN. Kemasan memiliki fungsi utama untuk melindungi produk dari kerusakan

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Rekayasa

Percobaan pendahuluan dilakukan pada bulan Januari - Maret 2012 dan. pecobaan utama dilakukan pada bulan April Mei 2012 dengan tempat percobaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. tidak rata karena mata tunas dan warna daging dari putih hingga kuning

Pengawetan pangan dengan pengeringan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGGORENGAN, EKSTRUSI, & PEMANGANGGAN. Teti Estiasih - THP - FTP - UB

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lampiran 1. Analisis Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Edible film. Analisis terhadap sifat-sifat fisik, mekanik dan biologis edible filmini meliputi:

I. PENDAHULUAN. apabila tidak ditangani secara benar. Kerusakan bahan pangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian kesehatan umum adalah kesehatan gigi dan mulut yang

I. PENDAHULUAN. dicampur dengan tapioka dan bumbu yaitu: santan, garam, gula, lada, bawang

STUDI PEMBUATAN DAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR UMBI SUWEG (Amorphophallus campanulatus) DENGAN PEWARNA DAN RASA SECANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu jenis buah yang akhir-akhir ini populer adalah buah naga. Selain

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAHAN TAMBAHAN MAKANAN

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipilih sebagai cara pengolahan makanan karena mampu meningkatkan

Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Larutan Perendam terhadap Rendemen Gelatin

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: HK TENTANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN ORGANIK

I. PENDAHULUAN. konsumsi masyarakat, khususnya untuk plastik kemasan. Berdasarkan data

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66

Hasil dari penelitian ini berupa hasil dari pembuatan gliserol hasil samping

Pengawetan bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan protesa yang menggantikan gigi yang hilang. Pembuatan gigi tiruan

KATA PENGANTAR. Alhamdulillahirobbil alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belimbing terdiri atas dua jenis, yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah merupakan tempat sampah

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai macam umbi-umbian dapat dipergunakan sebagai sumber. kalori/karbohidrat, salah satunya adalah singkong. Singkong kaya akan

MEMPEkAJARl KARAKTERISTIK FlSlK EDIBLE FILM

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB Ι PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak

KRISTALISASI. Teti Estiasih - THP - FTP UB 1

PERBANDINGAN KONSENTRASI PATI SUKUN DAN TAPIOKA TERHADAP KARAKTERISTIK EDIBLE FILM SEBAGAI PENGEMAS BUMBU MIE INSTAN

sebesar 15 persen (Badan Pusat Statistik, 2015).

TINJAUAN PUSTAKA. berbagai daerah. Ada berbagai jenis salak yang disebut berdasarkan daerah

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

I. PENDAHULUAN. Berbagai produk dan peralatan dihasilkan dari bahan plastik karena dinilai lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. goreng segar, 15% pada daging ayam/ikan berbumbu, 15-20% pada daging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL TERHADAP KUALITAS BIOPLASTIK DARI AIR CUCIAN BERAS

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. ketersediaan air, oksigen, dan suhu. Keadaan aerobik pada buah dengan kadar

Transkripsi:

KEMASAN EDIBLE Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa mampu membuat kemasan edible yang dapat diaplikasikan pada bahan pangan. LATAR BELAKANG Kemasan plastik paling banyak digunakan Fleksibel Mudah dibentuk Transparan Tidak mudah pecah Murah Kelemahan plastik : Tidak tahan panas Mudah robek Menyebabkan kontaminasi melalui transmisi monomernya ke bahan yang dikemas Tidak dapat dihancurkan secara alami (non biodegradable) Dikembangkan jenis kemasan dari bahan organik PERMASALAHAN DALAM PENGGUNAAN PLASTIK SEBAGAI BAHAN KEMASAN 1

2

PENGERTIAN PENGERTIAN... Edible packaging dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu yang berfungsi sebagai pelapis (edible coating) dan yang berbentuk lembaran (edible film). Edible coating digunakan untuk : pelapis produk daging beku makanan semi basah (intermediate moisture foods) produk konfeksionari ayam beku produk hasil laut sosis buah-buahan obata-obatan terutama untuk pelapis kapsul Edible film : lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat dimakan, dibentuk di atas komponen makanan yang berfungsi sebagai penghambat transfer massa (misalnya kelembaban, oksigen, lemak dan zat terlarut) dan atau sebagai carrier bahan makanan atau aditif dan atau untuk meningkatkan penanganan makanan. Sifat edible film harus sama dengan kemasan plastik, yaitu : Dapat menahan air dapat mencegah kehilangan kelembaban produk memiliki permeabilitas selektif terhadap gas tertentu mengendalikan perpindahan padatan terlarut untuk mempertahankan warna, pigmen alami dan gizi menjadi pembawa bahan aditif seperti pewarna, pengawet dan penambah aroma yang memperbaiki mutu bahan pangan Keuntungan edible film : Memperpanjang umur simpan Tidak mencemari lingkungan Dapat dimakan bersama produk yang dikemas Istilah lain untuk edible film biopolimer Polimer yang dapat digunakan sebagai bahan edible film : polipeptida (protein), polisakarida (karbohidrat) dan lipida Dikelompokkan menjadi 3 : Hidrokoloid Lipida Komposit Bahan tambahan : Antimikroba Antioksidan Pewarna Flavor Komponen terbesar : plastisizer BAHAN PEMBUAT EDIBLE FILM 3

HIDROKOLOID Fungsi plastisizer : - meningkatkan fleksibilitas dan ekstensibilitas film - menghindari film dari keretakan - meningkatkan permeabilias terhadap gas, uap air dan zat terlarut - meningkatkan elastisitas film Hidrokoloid yang digunakan dalam pembuatan edible film : protein atau polisakarida. Bahan dasar protein : jagung, kedele, wheat gluten, kasein, kolagen, gelatin, corn zein, protein susu dan protein ikan. Polisakarida : selulosa dan turunannya, pati dan turunannya, pektin, ekstrak ganggang laut (alginat, karagenan, agar), gum (gum arab dan gun karaya), xanthan, kitosan dan lain-lain. Beberapa polimer polisakarida yang banyak diteliti akhir-akhir ini adalah pati gandum (wheat), jagung (corn starch) dan kentang. LEMAK KOMPOSIT Lemak yang umum digunakan dalam pembuatan edible film : lilin alami (beeswax, carnauba wax, parrafin wax), asil gliserol, asam lemak (asam oleat dan asam laurat) serta emul.sifier Campuran hidrokoloid dan lipida. 4

Kemungkinan Penggunaan Edible Film dan Coating PLASTISIZER Bahan organik dengan berat molekul rendah yang ditambahkan dengan maksud untuk memperlemah kekakuan dari polimer sekaligus meningkatkan fleksibilitas dan ekstensibilitas polimer. Mekanisme plastisisasi polimer sebagai akibat penambahan plastisizer adalah : 1. pembasahan dan adsorpsi 2. pemecahan dan atau penetrasi pada permukaan 3. absorpsi, difusi 4. pemutusan pada bagian amorf 5. pemotongan struktur ANTIMIKROBA Jenis plastisizer yang umum ditambahkan dalam pembuatan edible film : Gliserol Lilin lebah Polivinil alkohol Sorbitol Asam laurat Asam oktanoat Asam laktat Trietilen glikol Polietilen glikol Antimikroba yang ditambahkan dalam pembuatan edible film : Asam benzoat Natrium benzoat Asam sorbat Potasium sorbat Asam propionat 5

ANTIOKSIDAN Antioksidan yang ditambahkan dalam pembuatan edible film : Asam sitrat Asam askorbat Ester lainnya Butylated Hydroxyanisole (BHA) Buthylated Hydroxytoluen (BHT) Tertiary Butylated Hydroxyquinone (TBHQ) Fungsi : meningkatkan kestabilan Mempertahankan komposisi gizi dan warna makanan dengan mencegah oksidasi ketengikan, degradasi, dan pemudaran warna (discoloration) PEMBUATAN EDIBLE FILM Zein Etanol 80% Pelarutan Pemanasan & Pengadukan, 60-70 o C, 15 menit Degassing Pencetakan, 35 o C, RH 50%, 3-6 jam Pengeringan, 30 o C, RH 50%, 12-18 jam Film Gambar. Diagram alir pembuatan film dari zein jagung Plastisizer PEMBUATAN EDIBLE COATING Pembuatan Edible Film dari Rumput Laut R. Laut Homogenizer Dipanaskan, 60-80 o C, 2 jam Diangkat, 80-90 o C Pencetakan dan penjedalan, 1 malam Pengirisan 0.4-0.6cm Pembungkusan dengan kain Pengepresan, 24 jam Penjemuran, 1-2 hari Pengeringan oven, 24 jam Edible film 6

Pembuatan Edible Film Berbasis Pati Singkong (Careda et al., 2000) Edible Film dari Cassava Starch. Gelatin dan Chitosan Pembuatan larutan kitosan 2% (m/v): Larutkan 1,2 g kitosan dalam 50 ml larutan asam asetat 1%. Atur ph larutan menjadi 5,0 Tepatkan larutan menjadi 60 ml Pembuatan larutan pati singkong : Larutkan 50, 100 atau 150 g pati per 100 g kitosan dalam 60 ml air distilata pada suhu 80 o C Aduk dengan diatas hotplate stirer sambil dipanaskan dengan laju pemanasan 4 o C/menit hingga terjadi gelatinisasi pati Edible Film dari Cassava Starch. Gelatin dan Chitosan... Pembuatan larutan gelatin : Larutkan gelatin dengan konsentrasi 0, 25 atau 50 g per 100 g kitosan dalam 10 ml air distilata pada suhu 60 o C Campur larutan, 2 % chitosan dalam sebuah beaker dengan larutan pati dan gelatin pada (80±1) C, tambahkan gliserol 42 g. Larutan campuran dibiarkan pada suhu (80±1) selama 10 menit dengan menggunakan water bath. Saring dengan menggunakan kartas saring 2 lapis untuk menghilangkan kotoran dan hilangkan gas (degasing) pada kondisi vakum. Cetak di atas plexiglas, dan keringkan pada suhu (60±1) C selama 16 20 jam. Pembuatan Edible Film dari Whey Susu Susu Segar Pasteurisasi + Asam asetat 2 ml/1 l susu Pemisahan curd dan whey Penyaringan Whey Pemisahan antara curd dan whey pada susu sapi segar (Hadiwiyoto, 2004) 7

Whey + etanol + CMC sesuai perlakuan + sorbitol sesuai perlakuan Dituang pada plat kaca Pembuatan Edible Film dari Whey Susu Panaskan t=60c Pengadukan cepat Pemanasan 60C, 30 menit Sifat Mekanis Edible Film Parameter sifat mekanis yang penting dari edible film : kuat tarik (tensile strength) kuat tusuk (puncture srength) persen pemanjangan (elongation to break) elastisitas (elastic modulus/young modulus) Permeabilitas Pengeringan di oven (50C, 18-24 jam) Edible film Kuat Tarik (Tensile Strength) Kuat Tusuk (Puncture Strength) adalah gaya tarik maksimum yang dapat ditahan oleh sebuah film. Menggambarkan gaya maksimum yang terjadi pada film selama pengukuran berlangsung. Berhubungan erat dengan jumlah plastisizer yang ditambahkan pada proses pembuatan film. Penambahan plastisizer lebih dari jumlah tertentu akan menghasilkan film dengan kuat tarik yang lebih rendah Menggambarkan tusukan (gaya tekan) maksimum yang dapat ditahan oleh sebuah film. ph dan suhu yang tinggi dalam pembuatan film, akan menghasilkan film dengan kuat tusuk yang rendah. Film dengan struktur yang kaku (rigid) akan menghasilkan film yang tahan terhadap kuat tusuk 8

Persen Pemanjangan (Elongation to Break) Permeabilitas Merupakan perubahan panjang maksimum pada saat terjadi peregangan hingga sampel film terputus. Keberadaan plastisizer dalam proporsi lebih besar akan membuat nilai persen pemanjangan suatu film meningkat lebih besar. Digunakan untuk : memperkirakan daya simpan produk yang dikemas menentukan produk atau bahan pangan apa yang sesuai untuk kemasan tersebut. Nilai permeabilitas mencakup : permeabilitas terhadap uap air dan permeabilitats terhadap gas. Elastisitas (Elastic modulus/ Young Modulus) Kebalikan dari persen pemanjangan, karena akan semakin menurun seiring meningkatnya jumlah plasisizer dalam film. Modulus elastisitas menurun berarti fleksibilitas film meningkat. Modulus elastisitas merupakan ukuran dasar dari kekakuan (stiffness) sebuah film Kebalan film Warna Suhu transisi gelas a w. Sifat Fisik Edible Film Permukaan Film dengan Scanning Electron Microscope 9

Permukaan Film dari Pati Singkong APLIKASI EDIBLE FILM PADA BAHAN PANGAN Edible film telah lama digunakan : Sosis dikemas dengan usus hewan Pengemasan buah dengan lilin sejak tahun 1800-an Saat ini aplikasinya untuk bahan pangan meningkat kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan hidup APLIKASI EDIBLE FILM PADA BAHAN PANGAN Dikelompokkan atas : sebagai kemasan primer sebagai barrier sebagai pengikat (binding) pelapis (glaze) Aplikasi Edible Film Sebagai Kemasan Primer Contoh : pada permen, sayur-sayuran dan buah-buahan segar, sosis, daging dan produk hasil laut: 10

Aplikasi Edible Film sebagai Barrier Gellan gum yang direaksikan dengan garam mono atai bivalen yang membentuk film, diperdagangkan dengan nama dagang Kelcoge merupakan barrier yang baik untuk absorbsi minyak pada bahan pangan yang digoreng, sehingga menghasilkan bahan dengan kandungan minyak yang rendah. Di Jepang bahan ini digunakan untuk menggoreng tempura. Edible coating yang terbuat dari zein (protein jagung), dengan nama dagang Z coat TM (Cozean) dari Zumbro Inc., Hayfielf, MN terdiri dari zein, minyak sayuran, BHA, BHT dan etil alkohol, digunakan untuk produk-produk konfeksionari seperti permen dan coklat. Aplikasi Edible Film sebagai Barrier... Fry Shiled yang dipatenkan oleh Kerry Ingradientt, Beloit, WI dan Hercules, Wilmington,DE, terdiri dari pektin, remah-remahan roti dan kalsium, digunakan untuk mengurangi lemak pada saat penggorengan, seperti pada penggorengan french fries. Film Zein dapat bersifat sebagai barrier untuk uap air dan gas pada kacang-kacangan atau buah-buahan. Diaplikasikan pada kismis untuk sereal sarapan siap santap (ready to eat- breakfast cereal) Aplikasi Edible Film Sebagai Pengikat (Binding) Pada snack atau crackers yang diberi bumbu, yaitu sebagai pengikat atau adhesif dari bumbu yang diberikan agar dapat lebih melekat pada produk. Pelapisan ini berguna untuk mengurangi lemak pada bahan yang digoreng dengan penambahan bumbubumbu. Aplikasi Edible Film sebagai Pelapis (Glaze) Edible film dapat bersifat sebagai pelapis untuk meningkatkan penampilan dari produk-produk bakery, yaitu untuk menggantikan pelapisan dengan telur. Keuntungan dari pelapisan dengan edible film, adalah dapat menghindari masuknya mikroba yang dapat terjadi jika dilapisi dengan telur. 11

Save our environment 12