RESPON FISIOLOGIS DAN EVALUASI KARKAS AYAM BROILER TERHADAP SUHU PEMELIHARAAN DINGIN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

Uji lanjut. Rata-rata K ,620 K ,380 K ,620 P 1,000 1,000 1,000. Kandang

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

Ali, S., D. Sunarti dan L.D. Mahfudz* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

PENGARUH PENUNDAAN PENANGANAN DAN PEMBERIAN PAKAN SESAAT SETELAH MENETAS TERHADAP PERFORMANS AYAM RAS PEDAGING ABSTRACT

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

PENGARUH PENUNDAAN PENANGANAN DAN PEMBERIAN PAKAN SESAAT SETELAH MENETAS TERHADAP PERFORMANS AYAM RAS PEDAGING ABSTRACT

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

Pengaruh Jenis Alat Pemanas Kandang Indukan terhadap Performan Layer Periode Starter

PENGARUH PENGGUNAAN KUNYIT DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di

MATERI DAN METODE. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

Pengaruh Pemberian Air Gula Merah terhadap Performans Ayam Kampung Pedaging

EFFECT OF HOUSE TEMPERATURE ON PERFORMANCE OF BROILER IN STARTER PERIOD

PENGARUH NAUNGAN TERHADAP RESPONS TERMOREGULASI DAN PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETTAWA

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

RESPON FISIOLOGIS DOMBA YANG DIBERI MINYAK IKAN DALAM BENTUK SABUN KALSIUM

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan cekaman panas yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFEK LAMA WAKTU PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING FINISHER

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

PENDAHULUAN. relatif singkat, hanya 4 sampai 6 minggu sudah bisa dipanen. Populasi ayam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian

PERFORMAN PRODUKSI AYAM PEDAGING YANG DIBERI PENAMBAHAN TEPUNG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DALAM RANSUM

RESPON FISIOLOGIS AYAM JANTAN TIPE MEDIUM DI KANDANG PANGGUNG DENGAN KEPADATAN BERBEDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil

SUPLEMENTASI BEBERAPA PROBIOTIK MELALUI AIR MINUM TERHADAP PERFORMANS AYAM BROILER PERIODE AKHIR

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016 PERFORMA AYAM PEDAGING PADA SISTEM BROODING KONVENSIONAL DAN THERMOS

PENGARUH PEMBERIAN FEED SUPPLEMENT VITERNA PADA AIR MINUM TERHADAP PENAMPILAN AYAM PEDAGING

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

METODE PENELITIAN. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan dapat meningkatkan rata-rata bobot potong ayam (Gunawan dan

PERFORMAN PRODUKSI AYAM PEDAGING YANGDITAMBAH DENGAN TEPUNG BUAH KURMA (Phoenix dactylifera) DALAM RANSUM KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 26 hari mulai 15 April--10 Mei 2014, di

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit...Rafinzyah Umay Adha

EFEK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING

I. PENDAHULUAN. Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Kapang R. Oryzae atau C.

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Ayam Broiler Konsumsi Ransum Kumulatif

TINJAUAN PUSTAKA. (Setianto, 2009). Cahaya sangat di perlukan untuk ayam broiler terutama pada

MATERI DAN METODE. Materi

Pengaruh Jenis dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Performans Pertumbuhan dan Produksi Ayam Broiler

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

BAB III MATERI DAN METODE

PENGARUH IMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT KARKAS DAN BOBOT LEMAK ABDOMINAL AYAM BROILER UMUR 3-5 MINGGU

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

Transkripsi:

RESPON FISIOLOGIS DAN EVALUASI KARKAS AYAM BROILER TERHADAP SUHU PEMELIHARAAN DINGIN (Response of Physiology and Carcass Chicken Broiler Evaluation of Broiler to Cold Environment) Yayu Zurriyati, Dahono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau, Jl. Sungai Jang no. 38 Tanjung Pinang yayuzurriyati@yahoo.co.id ABSTRACT Chicken broilers have the ability to produce a lot of meat in a short time. Weakness broilers is highly susceptible to stress that affect productivity. The research objective was to investigate the physiological responses and carcass evaluation of broiler chickens kept in cages in cold temperature. Used 30 chickens kept Ross broiler strain from DOC to the age of 1 month. Maintenance of broiler chickens at the age of 0-7 days performed at normal temperature enclosure (28 C). On day 8, the chicken coop was transferred to the cold with the temperature 20 C. Feed given was commercial feed, the amount of 2 times a day. Parameters observed are initial weight, final weight, body weight gain, carcass weight, carcass percentage, physiological responses, organ weights, rations and drinking water consumption, conversion ratio and mortality. The data were analyzed descriptively. The results show the value of conversion ratio (FCR) of chickens that were kept in a cool 1.61 which was still within the range of modern broiler FCR is <1.7 and no deaths occurred on the maintenance of the chicken in cold temperatures. Physiological responses such as rectal temperature and pulse rate broilers i.e 40.840 and 270.09 C (times/min) was still within the normal range, while the results of the analysis of blood profile includes the value of PCV (packed cell volume/hematocrit) and grains of red blood (BDM) in the normal range respectively from 24.9 to 31.9% and from 2.26 to 2.53 jt/mm3. Measurements ratio heterophile/lymphocyte (H/L) 0.79 to 0.98%, which indicates stress occurs in broilers. Percentage of carcass to live weight was 74.83% and the percentage of organ weights in the weight of life, including the liver, gizzard and heart was still within the range of normal limits. Key Words: Broiler Chicken, Cold Temperature, Physiological Response, Carcass ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon fisiologis dan evaluasi karkas ayam broiler yang dipelihara dalam kandang bersuhu dingin. Digunakan 30 ekor ayam broiler strain Ross yang dipelihara mulai dari DOC hingga umur 1 bulan. Pemeliharaan ayam broiler pada umur 0-7 hari dilakukan pada kandang suhu normal (28 C). Pada hari kedelapan, ayam dipindahkan ke kandang dingin dengan suhu 20 C. Pakan yang diberikan adalah pakan komersil, dengan jumlah pemberian 2 kali sehari. Parameter yang diamati berupa bobot awal, bobot akhir, pertambahan bobot badan, bobot karkas, persentase karkas, respon fisiologis ternak, bobot organ dalam, konsumsi ransum dan air minum, konversi ransum dan mortalitas. Data yang didapat dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan nilai konversi ransum (FCR) dari ayam yang dipelihara pada suhu dingin 1,61 yang masih berada pada kisaran FCR broiler modern yaitu <1,7 dan tidak terjadi kematian pada pemeliharaan ayam pada suhu dingin. Respon fisiologis berupa suhu rektal dan denyut nadi ayam broiler yaitu 40,84 C dan 270,09 (kali/menit) masih dalam kisaran normal, sementara hasil analisis profil darah meliputi nilai Packed Cell Volume (PCV)/hematokrit dan butir darah merah (BDM) dalam kisaran normal masing-masing 24,9-31,9% dan 2,26-2,53 juta/mm 3. Pengukuran rasio heterofil/limfosit (H/L) 0,79-0,98%, yang menunjukkan terjadi stres pada ayam broiler. Persentase karkas terhadap bobot hidup adalah 74,83% dan persentase bobot organ dalam terhadap bobot hidup, meliputi hati, rempela dan jantung hampir semuanya masih berada pada kisaran batas normal. Kata Kunci: Ayam Broiler, Suhu Dingin, Respon Fisiologis, Karkas 586

PENDAHULUAN Usaha peternakan ayam broiler banyak diminati oleh masyarakat karena ternak ini dapat tumbuh dengan cepat sehingga dapat dipasarkan dalam waktu relatif singkat. Ternak ini merupakan pensuplai utama kebutuhan daging asal ternak. Ayam broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Ayam broiler sangat peka terhadap perubahan lingkungan pemeliharaan yang dapat mempengaruhi produktivitasnya. Perubahan tersebut menyebabkan ternak ini mudah mengalami cekaman (stress), yang didefinisikan sebagai suatu mekanisme pertahanan tubuh hewan dalam menghadapi setiap perubahan perubahan (stimulus) atau situasi tertentu. Dalam arti yang lebih luas, stress merupakan suatu reaksi fisiologis normal dari hewan dalam rangka beradaptasi dengan perubahan atau situasi yang terjadi secara internal maupun eksternal. Salah satu penyebab stress adalah perubahan suhu udara yang ekstrem yang mengakibatkan dehidrasi, nafsu makan berkurang, pertumbuhan terganggu dan badan menjadi lemah sehingga mudah terserang penyakit. Secara umum, unggas merupakan hewan homoitermik dimana secara alamiah akan berusaha menstabilkan suhu tubuh bila terjadi perubahan dilingkungan, baik suhu yang menjadi tinggi maupun rendah. Mekanisme untuk mempertahankan suhu dalam kondisi normal inilah yang nantinya dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh unggas. Secara normal suhu tubuh unggas dalam hal ini ayam memiliki rentang dan variasi yang lebih luas bila dibandingkan dengan suhu mamalia, hal ini menyebabkan tidak adanya nilai absolut untuk suhu tubuh ayam. Rentang batas suhu tubuh normal ayam dewasa adalah 105 F- 107 F (40,6-41,7 C) sedangkan suhu tubuh pada DOC yang baru menetas kurang lebih 103,5 F (39,7 C), dan meningkat secara pasti setiap harinya sampai dicapai suhu yang optimal pada usia tiga minggu. Untuk dapat berproduksi dan berkembang dengan baik dan optimal maka ayam harus dipelihara dalam kisaran suhu nyaman atau comfort zone dari lingkungan. Comfort zone untuk unggas umumnya berkisar 25-28 C. Untuk mengetahui sejauh mana respon ayam broiler yang dipelihara diluar comfort zone untuk unggas, maka perlu dilakukan suatu penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon fisiologis dari ayam yang diukur dari suhu rektal, denyut nadi, pengambilan sampel darah dan evaluasi karkas ayam broiler yang dipelihara dalam kandang bersuhu dingin dikaitkan dengan produktivitas dari ternak ayam broiler. MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di laboratorium lapang unggas Blok B, Fapet IPB, menggunakan 30 ekor ayam broiler strain Ross yang dipelihara mulai dari DOC hingga umur 1 bulan. Pakan yang diberikan adalah pakan komersial dengan kandungan protein 23,5%, lemak 5%, serat 5% dan energi metabolis 3120 Kcal/kg. Pemberian pakan dan air minum 2 kali sehari. Untuk pemeliharaan ayam pada minggu pertama (0-7 hari) digunakan brooder dan chick guard dalam kandang suhu normal (28 C). Selanjutnya pada minggu kedua sampai empat, ternak ayam dipeliharan dalam kandang litter beralas sekam padi. Perlengkapan kandang bersuhu dingin terdiri dari satu unit AC (air conditioning) dan suhu diatur pada 20 C. Parameter yang diamati berupa bobot awal, bobot akhir, pertambahan bobot badan, konsumsi ransum dan air minum, konversi ransum, mortalitas, respon fisiologis ternak yang diukur dari suhu rektal, denyut nadi dan pengambilan sampel darah untuk dihitung nilai hematokrit (PCV/packed cell volume), butir darah putih, butir darah merah, limfosit dan heterofil. Pengukuran respon fisiologis ayam broiler dilakukan pada 10 ekor ayam dari total ternak ayam yang digunakan dalam kegiatan ini. Evaluasi karkas meliputi bobot karkas, persentase karkas dan bobot organ (hati, rempela, jantung, limpa, empedu dan usus) dari ayam broiler. Data yang didapat selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan dibandingkan dengan secara umum dengan kondisi fisiologis ternak ayam yang dipelihara pada comfort zone (25-28 C). 587

HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pemeliharaan ayam broiler dimulai dari DOC (Day Old Chicken) dengan berat awal rata-rata 40,143 g. Pemeliharaan ayam mulai hari 0-7, dilakukan pada kandang bersuhu normal, tujuannya adalah agar anak ayam dapat beradaptasi dengan lingkungan diluar hatchery. Pada saat tersebut pakan dan air minum diberikan secara ad libitum. Selanjutnya pemeliharaan ayam pada kandang dingin dimulai saat ayam telah berumur 1 minggu hingga 4 minggu. Selama pemeliharaan ayam broiler di kandang dingin tidak terjadi kematian ternak atau tingkat mortalitas adalah 0%. Hasil pengamatan performa ayam broiler disajikan pada Tabel 1. Pada Tabel 1, terlihat bahwa jumlah konsumsi pakan meningkat sejalan dengan pertambahan bobot badan ayam. Bobot badan akhir dari ayam yang dipelihara menunjukkan peningkatan 37 kali lipat dibandingkan dengan bobot awalnya. Nilai konversi ransum (FCR) dari ayam yang dipelihara pada kandang dingin 1,61 yang masih berada pada kisaran FCR broiler modern yaitu <1,7. Salah satu faktor yang menentukan efisien tidaknya produksi ternak adalah jumlah ransum yang dikonsumsi untuk memproduksi satu kilogram bobot badan yang biasa disebut konversi ransum, semakin kecil rasionya berarti semakin efisien produksi ternak tersebut. Menurut Blakely dan Blade (1992), konversi ransum sebaiknya rata-rata 2 atau bila kurang dari 2 lebih baik. Rata-rata konsumsi air minum ayam broiler pada kandang dingin adalah 247,39 ml/ekor/minggu. Jumlah ini cenderung kecil. Menurut Supriyatna et al. (2005), setiap mengkonsumsi 1 g pakan, ayam harus mengkonsumsi air sekitar 2,0-2,5 g. Sedikitnya jumlah konsumsi air ini diduga berhubungan dengan kondisi kandang yang dingin sehingga ayam broiler menurunkan konsumsi air minum. Air berperan dalam reaksi metabolisme dan memelihara temperatur tubuh. Pengamatan respon fisiologis bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemeliharaan pada kandang dingin terhadap fungsi fisik dan biologis dari ayam broiler. Adapun pengamatan yang dilakukan berupa pengukuran suhu rektal, denyut nadi darah dan pengambilan sampel darah. Nilai pengukuran sampel darah tersebut digunakan untuk mengukur kondisi ayam. Hasil pengukuran suhu rektal dan denyut nadi ternak ayam broiler yang dipelihara pada kandang dingin disajikan pada Tabel 2. Dari rataan suhu rektal ayam broiler yang dipelihara pada kandang dingin yaitu 40,83 masih dalam kisaran normal dari suhu rektal ayam. Temperatur tubuh pada unggas berkisar antara 39ºC hingga 41ºC. Temperatur rektal digunakan sebagai ukuran temperatur suhu tubuh karena suhu rektum merupakan pengukur suhu tubuh ayam yang akurat. Hewan homoiterm sudah mempunyai pengatur panas tubuh yang telah berkembang baik. Temperatur rektal pada ternak dipengaruh beberapa faktor yaitu temperatur lingkungan, aktivitas, makan, minuman dan pencernaan. Produksi panas oleh tubuh secara tidak langsung bergantung pada makanan yang diperolehnya dan banyaknya persediaan makanan dalam saluran pencernaan. Temperatur rektal pada ternak dipengaruhi beberapa faktor yaitu temperatur lingkungan, Tabel 1. Performa ayam broiler yang dipelihara pada kandang suhu dingin (20 C) Umur ayam (minggu) Konsumsi ransum (g/ekor) Bobot badan (g/ekor) PBB (g/ekor) FCR Konsumsi air minum (ml/ekor) 0-40,14 - - - I - 175,00 134,86 - - II 452,50 493,33 318,33 1,42 - III 693,33 946,17 452,83 1,53 199,30 IV 1018,33 1487,00 540,83 1,88 295,47 PBB (g/ekor) 1446,86 PBB = pertambahan bobot badan, FCR = feed convertion ratio (konversi ransum) 588

aktivitas, pakan, minuman dan secara tidak langsung tergantung pada persediaan makanan dalam saluran pencernaan (Duke s 1995). Tabel 2. Rataan suhu rektal dan denyut nadi ayam broiler pada kandang dingin J Suhu rektal (0C) Denyut nadi (kali/menit) 1 40,5 216 2 40,4 380 3 40,8 240 4 41,2 407 5 40,9 375 6 40,3 320 7 40,2 204 8 41,3 134 9 41,8 231 10 40,9 235 Total 408,3 2742 Rata-rata 40,83 274,2 SD (standar deviasi) 0,48 86,88 Rataan denyut nadi yang diukur pada ayam broiler pada kandang dingin adalah 274,2 kali/menit. Kisaran denyut nadi ayam yang dipelihara pada suhu comfort zone antara 180-450 kali/menit. Denyut nadi ayam broiler yang dipelihara pada kandang dingin masih tergolong dalam kisaran normal. Denyut nadi merupakan gelombang yang terjadi akibat naiknya tekanan sistole mulai dari jantung dan kemudian menjalar sepanjang arteri dan kapiler. Faktor yang mempengaruhi denyut nadi adalah temperatur lingkungan, pakan, aktivitas latihan otot, dan tidur. Hasil analisis profil darah disajikan pada Tabel 3. Analisis profil darah dilakukan pada 2 ekor ayam yang dipilih secara acak pada umur pemeliharaan 15 hari dan 2 ekor ayam pada umur pemeliharaan 30 hari, Ayam broiler yang mengalami cekaman akan mengalami penurunan jumlah limfosit dan peningkatan jumlah heterofil sehingga rasio antara heterofil dan limfosit (H/L) meningkat (Aengwanich dan Chinrasri 2003). Rasio heterofil dan limfosit merupakan pengukuran ketahanan imun pada ayam ketika mengalami stress. Menurut Siegel (1995) rasio H/L yang disarankan adalah 0,2 untuk tingkat stress yang rendah, 0,5 untuk tingkat stress sedang dan 0,8 untuk tingkatan stress yang tinggi. Pemeliharaan ayam broiler pada kandang dingin menunjukkan rasio H/L yang tinggi yaitu antara 0,79-0,98. Hal ini menunjukkan bahwa ayam broiler yang dipelihara dalam kandang dingin mengalami tingkat stress yang tinggi. Pada umur ayam 15 hari, stress suhu dingin lebih tinggi (0,98) dibandingkan dengan pada ayam fase finisher umur 30 hari (0,79), karena pertumbuhan bulu pada fase finisher telah sempurna sehingga cekaman dingin dapat dieliminir. Tabel 3. Hasil pemeriksaan darah ayam broiler pada kandang suhu dingin PCV (%) BDM (juta/mm 3) BDP (ribu/mm 3) Differensiasi BDP (%) L H H/L Hari ke-15 24 2,21 6,40 52 43 0,83 Hari ke-15 25,75 2,31 4,80 40 45 1,13 Rataan 24,9 2,26 5,6 46 44 0,98 Hari ke-30 27,5 2,33 22,60 44 47 1,07 Hari ke-30 36,25 2,73 25,00 62 32 0,52 Rataan 31,9 2,53 23,8 53 39,5 0,79 PCV = Packed cell volume/hematokrit BDP = Butir darah putih BDM = Butir darah merah L = Limfosit H = Heterofil 589

Berdasarkan standar fisiologis ternak ayam broiler normal, jumlah leukosit (BDP) adalah 20.000-40.000/mm 3, dan jumlah eritrosit (BDM) 2,0-3,2 juta/ mm 3. Pada Tabel 3 terlihat bahwa butir darah putih (leukosit) meningkat seiring bertambahnya umur ayam broiler. Pemeliharaan ayam broiler di kandang dingin pada umur 15 hari, menunjukkan jumlah BDM dalam kisaran normal, tetapi nilai BDP dibawah normal, sementara pada umur pemeliharaan 30 hari, BDM dan BDP yang dihasilkan berada dalam kisaran normal. Fluktuasi jumlah leukosit (BDP) pada tiap individu cukup besar pada kondisi tertentu seperti: cekaman/stress, aktivitas fisiologis, gizi, umur dan lain-lain. Hasil ini menunjukkan bahwa ayam broiler umur 15 hari mengalami stress terhadap suhu pemeliharaan dingin. Stress dapat mengurangi jumlah serta aktivitas dari sel darah putih (Siegel 1995). Nilai hematokrit (PCV) pada ayam broiler kondisi normal adalah 24-43%. Pada penelitian ini nilai hematokrit ayam broiler yang dipelihara pada suhu kandang dingin masih dalam kisaran normal. Hasil evaluasi karkas meliputi bobot karkas dan persentase karkas disajikan pada Tabel 4. Karkas adalah potongan ayam tanpa bulu, darah, kepala, leher, kaki, cakar dan organ dalam. Pada penelitian ini rata-rata bobot hidup adalah 1.426 gr dan rata-rata bobot karkas adalah 1.067 g. Persentase karkas terhadap bobot hidup adalah 74,83%. Persentase ini masih berada dalam kisaran normal seperti yang dinyatakan oleh Soeparno (1994), bahwa persentase karkas ayam broiler berkisar antara 65-75%. Persentase karkas ayam meningkat sesuai dengan meningkatnya bobot badan ayam. Organ dalam ayam broiler terdiri dari organ-organ vital dan organ pencernaan. Pada penelitian ini, organ dalam yang diamati berupa organ vital ayam meliputi hati, rempela dan jantung. Hati mempunyai fungsi kompleks diantaranya berperan dalam sekresi empedu, metabolism lemak, metabolism protein, metabolism karbohidrat, metabolism zat besi, fungsi detoksifikasi, pembentukan sel darah merah dan penyimpanan vitamin. Ukuran berat, konsistensi dan warna hati dipengaruhi oleh bangsa, umur dan status nutrisi individu. Warna hati biasanya berwarna merah kecoklatan atau coklat mengkilat. Pada penelitian ini persentase berat hati terhadap bobot badan adalah 2,41%. Ini masih dalam kisaran normal menurut Putnam (1991) yang menyatakan bahwa persentase berat hati ayam broiler berkisar antara 1,7-2,8% dari bobot badan. Tabel 4. Bobot dan persentase karkas ayam broiler pada pemeliharaan suhu dingin No. Bobot hidup (g) 1 1520 1090 2 1560 1125 3 1350 1210 4 1590 1110 5 1450 540 6 1490 1200 7 1480 1120 8 1480 1100 9 860 1040 10 1480 1130 Rata-rata 1426 1067 Bobot karkas (g) Standar deviasi (SD) 220,42 191,54 Persen karkas (%) 74,83 Tabel 5. Rataan bobot organ dalam terhadap bobot hidup dan bobot karkas Indikator organ Bobot (g) Rata-rata % Terhadap bobot hidup Rata-rata Hati 37±1,41 2,41±0,05 Rempela 35,5±2,12 2,31±0,18 Limpa 1,5±0,71 0,1±0,04 Jantung 9±1,41 0,59±0,08 Pada penelitian ini didapatkan ukuran rempela 2,31% dari bobot badan. Brake et al. (1993), mengemukakan bahwa ukuran rempela ayam broiler berkisar antara 1,54-2,4% dari bobot badan, sehingga ukuran rempela yang didapatkan dalam penelitian ini masih dalam kisaran normal. Fungsi rempela pada unggas hampir sama dengan gigi pada manusia, bekerja untuk memperkecil ukuran partikel makanan secara fisik. Amrullah (2004) menyatakan bahwa dalam rempela berlangsung mastikasi yaitu secara mekanis makanan dicerna dan dalam organ ini sering ditemukan 590

bebatuan kecil (grit) yang ikut menghasilkan digesta. Fungsi grit dalam rempela dalah untuk mengoptimalkan pencernaan makanan yang ada didalam. Ukuran rempela mudah berubah tergantung pada jenis makanan yang biasa dimakan unggas. Dari tabel diatas, persentase limpa adalah 0,1% dan masih berada dalam batas kisaran normal seperti yang disampaikan oleh Putnam (1991) bahwa persentase bobot limpa berkisar antara 0,18-0,23%. Limpa merupakan salah satu organ yang berperan dalam sirkulasi darah yaitu sebagai daerah penampung darah (Frandson 1992). Persentase bobot jantung terhadap bobot badan pada penelitian ini adalah 0,59%. Persentase normal bobot jantung ayam broiler dari bobot badan antara 0,42-0,7%, sehingga bobot jantung yang dihasilkan pada penelitian ini masih dalam kisaran normal. Jantung adalah organ yang memegang peranan penting dalam peredaran darah dari jantung ke semua sel di dalam tubuh. KESIMPULAN Pemeliharaan ayam broiler pada kandang dingin (20ºC), tidak mempengaruhi nilai konversi ransum, suhu rektal, denyut nadi, nilai PCV, BDM dan bobot organ dalam (hati, rempela, limpa dan jantung), yang kesemua nilai tersebut dalam kisaran normal ayam broiler yang dipelihara pada suhu comfort zone. Akan tetapi hasil pengukuran ratio heterofillimfosit (H/L) menunjukkan bahwa terjadi stress pada yam broiler yang dipelihara pada suhu dingin. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan ayam broiler pada kandang bersuhu 20ºC tidak mempengaruhi produktifitas ternak dan hanya sedikit berpengaruh negatif terhadap fisiologisnya. DAFTAR PUSTAKA Aengwanich W, Chinrasri O. 2003. Effects of chronic heat stress on red blood cell disorders in broiler chickens. Mahasarakham Univ. J. 21:1-10. Amrullah IK. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi, Bogor. Blakely J, Blade D. 1992. Ilmu Peternakan. Gajah Mada Universitas Press, Yokyakarta. Brake J, Havenstain GB, Schidelet SE, Ferket PR, River DV. 1993. Relationship of sex, age and body weight to broiler carcass yiel and offal production. J Poult Sci. 70:680-688. Duke s. 1985. Physiology of Domestic Animal. Comstock Publishing: New York University Collage, Camel. Fradson RD. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi III. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Kartasudjana, Suprijatna E. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta. Putnam. 1991. Handook of Animal Science. San Diego: Academic Press. Siegel HS. 1995. Stress, strain and resistence. Brit Poult Sci. 36:3-22. Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Suprijatna E, Umiyati A, Ruhyat K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta: Penebar Swadaya. 591