EKSTRAKSI KOMPONEN BIOAKTIF BEKATUL BERAS LOKAL DENGAN BEBERAPA JENIS PELARUT

dokumen-dokumen yang mirip
BEKATUL BERAS MERAH SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SUMBER ANTIOKSIDAN

Uji Aktivitas Mengkelat Logam dari Ekstrak Etanol Bekatul Beras Hitam dengan Metode Ferrous Ion Chelating (FIC)

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

KAJIAN VARIETAS DAN BAGIAN DAGING UMBI UBI UNGU DALAM RANGKA PENYEDIAAN TEPUNG UBI UNGU SEHAT TERMODIFIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

EKSTRAKSI KOMPONEN BIOAKTIF LIMBAH BUAH LOKAL BERWANA SEBAGAI EKSTRAK PEWARNA ALAMI SEHAT

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

STABILITAS AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BEKATUL BERAS MERAH TERHADAP OKSIDATOR DAN PEMANASAN PADA BERBAGAI ph

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BEKATUL BERAS MERAH DALAM SISTEM PANGAN ANTIOXIDANT ACTIVITY OF RED RICE BRAN EXTRACT ON FOOD SYSTEM

OLEH: CHRISTIAN LIGUORI

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Indonesia. * Penulis korespondensi

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BERAS MERAH DAN BERAS HITAM KOMERSIAL SERTA PRODUK OLAHANNYA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang

BAB III METODE PENELITIAN

(The change of the bioactive content and antioxidant activity of local variety organic red rice with polypropilen as packaging during storage)

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

LAMPIRAN A DATA PENELITIAN DAN HASIL PERHITUNGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

INTISARI UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dari daerah beriklim tropis. Pemanfaatan buah naga merah (Hylocereus

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN SAMPEL DAN EKSTRAKSI

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Jurusan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif seperti diabetes melitus tipe 2, hipertensi,

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RESPON PADI BERAS HITAM TERHADAP FREKUENSI PEMBERIAN NUTRISI ORGANIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penggumpal, serta kombinasi dari perlakuan-perlakuan tersebut, sehingga

Pengaruh Cara Pengeringan terhadap Perolehan Kadar Senyawa Fenolat dan Aktivitas Antioksidan dari Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.

III. BAHAN DAN METODOLOGI

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

Pengaruh Cara Pengeringan terhadap Perolehan Kadar Senyawa Fenolat dan Aktivitas Antioksidan pada Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri, Linn.

Bab III Bahan dan Metode

PERBANDINGAN KADAR SENYAWA FENOLAT DAN DAYA ANTIOKSIDAN PADA TEH CELUP DENGAN TEH KILOAN DARI BEBERAPA PRODUK TEH YANG BEREDAR

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III METODE PENELITIAN. akuades, reagen Folin Ciocalteu, larutan Na 2 CO 3 jenuh, akuades, dan etanol.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. anorganik dan limbah organik. Limbah anorganik adalah limbah yang berasal

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013.

Ekstraksi Kulit Buah Naga sebagai Pewarna Alami

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS

PENENTUAN KADAR TOTAL FENOLIK, FLAVONOID, DAN KAROTENOID EKSTRAK METANOL KLIKA ANAK DARA. (Croton oblongus Burm.f.).

BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang. Beras merupakan makanan yang penting bagi masyarakat negara Asia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif sejak beberapa dasawarsa silam telah menjadi penyebab

SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN WAKTU MASERASI TERHADAP PEROLEHAN FENOLIK, FLAVONOID, DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK RAMBUT JAGUNG

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

METODELOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN KADAR FENOLIK TOTAL EKSTRAK METANOL KELOPAK MERAH DAN UNGU BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa, Linn) SECARA SPEKTROFOTOMETRI

METODOLOGI PENELITIAN

Agustiningsih. Achmad Wildan Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang. Mindaningsih Sekolah Menengah Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

UJI AKTIVITAS DAYA ANTIOKSIDAN BUAH RAMBUTAN RAPIAH DENGAN METODE DPPH

METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT ANGGUR LOKAL DALAM PEMBUATAN JELLY DRINK

Zet Rizal, Deswati, dan Harrizul Rivai Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang. Abstract

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KULIT BUAH KAKAO MASAK DAN KULIT BUAH KAKO MUDA

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus

BAB III METODE PENELITIAN. kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC 50 serta nilai SPF

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima

Lampiran 1. Data dan perhitungan analisis proksimat Padina australis

PERBEDAAN JENIS PELARUT TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) DENGAN METODE DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang didapatkan dari 20 kg buah naga merah utuh adalah sebanyak 7 kg.

PENGARUH PERBANDINGAN BERAS DAN PASTA UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas var Ayamurasaki) TERHADAP KARAKTERISTIK NASI SEHAT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PROPORSI AIR DAN ETANOL SEBAGAI PELARUT TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN ANGKAK BIJI DURIAN DENGAN METODE TOTAL FENOL DAN DPPH SKRIPSI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

B.A. Martinus, Afdhil Arel, Adi Gusman Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis Padang ABSTRACT

EKSTRAKSI SENYAWA ANTOSIANIN DAN FENOLIK ROSELLA UNGU DENGAN VARIASI PELARUT

BAB III METODE PENELITIAN

EKSTRAKSI PIGMEN ANTOSIANIN DARI KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus)

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

LAMPIRAN A DATA PENELITIAN DAN HASIL PERHITUNGAN

PENGARUH ION LOGAM Mg(II) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN ANTOSIANIN DARI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang

PENGARUH METODE EKSTRAKSI TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KULIT BUAH DURIAN

III. METODE PENELITIAN

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI AMPAS HASIL PENGOLAHAN SAGU (Metroxylon sagu Rottb) ABSTRAK

PENGARUH PERBEDAAN JENIS DAN KONSENTRASI BAHAN PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK PEWARNA BUAH SENDUDUK

Transkripsi:

Research Article EKSTRAKSI KOMPONEN BIOAKTIF BEKATUL BERAS LOKAL DENGAN BEBERAPA JENIS PELARUT I W. R. Widarta, K. A. Nocianitri, L. P. I. P. Sari ABSTRAK: Bekatul mengandung komponen bioaktif dalam jumlah yang tinggi termasuk didalamnya senyawa fenolik. Varietas bekatul dan jenis pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi merupakan faktor penting yang berperan dalam menentukan aktivitas antioksidan bekatul. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan jenis pelarut yang tepat dalam mengekstrak komponen bioaktif dan aktivitas antioksidan dari bekatul beras lokal (bekatul beras putih, merah dan hitam). Jenis pelarut yang digunakan adalah metanol, etanol, dan aqua DM. Ekstrak bekatul diperoleh dengan maserasi selama 24 jam pada masing- masing pelarut dan pelarut diuapkan dalam pengering vakum. Ekstrak yang diperoleh dianalisis kadar total fenol, total antosianin dan aktivitas antioksidan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar total fenol, total antosianin dan aktivitas antioksidan berbeda- beda untuk setiap jenis bekatul dan pelarut. Kadar total antosianin tertinggi diperoleh pada ekstrak etanol bekatul beras hitam yaitu 33,19 mg/100g bekatul. Kadar total fenol dan aktivitas antioksidan tertinggi diperoleh pada ekstrak metanol bekatul beras hitam yaitu sebesar 7,52 mg/100g bekatul dan 88,84%. Kata kunci: ekstraksi, komponen bioaktif, aktivitas antioksidan, bekatul beras lokal, pelarut PENDAHULUAN Bali sebagai salah satu provinsi di Indonesia juga ikut berperan serta dalam meningkatkan swasembada beras di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka produksi padi di Bali yang mencapai 869.160 ton pada tahun 2010 dan Kabupaten Tabanan dikenal sebagai lumbung beras di Bali yang berkontribusi lebih dari 25 persen produksi gabah di Bali. Tabanan sebagai sentra produksi padi di Bali, memiliki luas panen padi sawah dan padi ladang sekitar 41.643 ha dari total 152.190 ha luas panen di Bali. Tabanan menghasilkan gabah 235 ribu ton per musim panen (BPS Provinsi Bali, 2012). Tabanan memiliki beberapa varietas lokal yang menjadi unggulan diantaranya beras merah (cendana), beras putih (mansur), beras hitam. Produksi beras di Kabupaten Tabanan ini dipasarkan diseluruh wilayah di Bali, baik itu rumah tangga, rumah makan, maupun hotel. Namun, dibalik tingginya nilai guna beras tersebut tidak diimbangi oleh nilai limbah yang dihasilkan dari proses penyosohan gabah. Bekatul merupakan limbah proses penggilingan padi yang jarang dimanfaatkan sebagai produk makanan oleh masyarakat di Bali, padahal potensinya sangat besar apabila dapat dimanfaatkan secara optimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bekatul mengandung komponen bioaktif atau senyawa fitokimia yang tinggi seperti tokoferol, tokotrienol, oryzanol (Chen dan Bergman, 2005), antioksidan fenolik (Chanphrom 2007; Sompong et al., 2011), β- karoten Dikirim tanggal 15/04/2013, diterima tanggal 28/05/2013. Para penulis adalah dari Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali. Kontak langsung dengan penulis: ray_widarta@yahoo.com (I. W. R. Widarta) 2013 Indonesian Food Technologist Community Available online at www.journal.ift.or.id 75 (Chanphrom, 2007), dan antosianin (bekatul beras hitam dan ketan hitam) (Yawadio et al., 2007). Garcia et al. (2007) melaporkan bahwa setiap varietas padi memiliki kadar total polifenol yang berbeda- beda dan total polifenol lebih banyak terdapat pada bekatulnya dibandingkan dengan tepung berasnya. Sompong et al., (2010) melaporkan bahwa perbedaan varietas dan tempat tumbuh menghasilkan bekatul dengan kadar komponen bioaktif yang berbeda. Sampai saat ini belum ada laporan mengenai komposisi komponen bioaktif yang terkandung di dalam bekatul dari beberapa varietas, khususnya bekatul yang ada di Kabupaten Tabanan Bali begitu juga dengan aktivitas antioksidannya. Untuk mengetahui komposisi komponen bioaktif yang terkandung dalam bekatul, maka perlu dilakukan proses ekstraksi. Proses ekstraksi komponen bioaktif sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah jenis pelarut. Karena kelarutan suatu zat ke dalam suatu pelarut sangat ditentukan oleh kecocokan sifat antara zat terlarut dengan pelarut, yaitu like disolves like (Sari et al., 2005), oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis pelarut yang tepat untuk digunakan sebagai pelarut dalam proses ekstraksi komponen bioaktif yang terdapat dalam bekatul. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pelarut yang paling tepat digunakan untuk mengekstrak komponen bioaktif dan aktivitas antioksidan yang tertinggi yang terdapat dalam bekatul beras merah, beras hitam, dan beras putih. MATERI DAN METODE Materi Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

bekatul diperoleh dari pabrik penyosohan gabah P4S Somya Pratiwi, Dusun Wongaya Betan, Desa Mengesta, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Varietas yang digunakan adalah bekatul dari beras Mansur (putih), beras merah, dan beras hitam yang dibudidayakan di wilayah setempat. Bekatul yang akan digunakan diayak terlebih dahulu dengan ayakan 60 mesh untuk mendapatkan keseragaman ukuran. Senyawa kimia dan reagen yang digunakan adalah reagen Folin Ciocalteu, 2,2`- diphenyl- 1- picrylhydrazyl (DPPH), standar asam galat, etanol 96%, NaOH, Aqua DM (aquademineralized), metanol pa (99,9%), buffer potasium klorida 0,025 M untuk ph 1, dan buffer sodium asetat 0.4 M untuk ph 4.5. Alat- alat yang dipergunakan adalah ayakan 60 mesh, spektrofotometer merk Genesys 20, timbangan analitik, kertas whatman no 1, shaker merk Eyela dan alat- alat gelas. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial. Faktor pertama adalah jenis pelarut (P) dan yang kedua adalah Jenis bekatul (B): Faktor pertama terdiri dari tiga taraf yaitu P 1 = Metanol, P 2 = Etanol, P 3 = Aqua DM. Faktor kedua terdiri dari tiga taraf yaitu: B 1 = Bekatul beras putih, B 2 = Bekatul beras merah, B 3 = Bekatul beras hitam. Seluruh perlakuan diulang sebanyak dua kali sehingga diperoleh 18 unit percobaan. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, dan apabila terdapat pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati, maka akan dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993). Metode Ekstraksi komponen bioaktif pada bekatul. Sebanyak 20 g bekatul dilarutkan dengan pelarut (sesuai perlakuan) yang sudah diasamkan sebelumnya dengan HCl 37% sampai ph 1. Perbandingan bahan dengan pelarut adalah 1 : 6 b/v kemudian di- shaker selama 24 jam pada suhu kamar. Selanjutnya disaring dengan kertas saring whatman no 1. Filtrat yang diperoleh dikeringkan dengan oven vakum. Parameter yang diamati Adapun parameter yang diamati adalah rendemen ekstrak, kadar total antosianin dengan metode ph differential (Giusti dan Wrolstad, 2001), total fenol dianalisis dengan metode Folin Ciocalteau (Garcia et al., 2007) dan penentuan kemampuan menangkap senyawa radikal dengan 2,2- diphenyl- 1- picrylhydrazyl (DPPH) (Sompong et al. 2011) HASIL DAN PEMBAHASAN Rendemen ekstrak Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis pelarut dan jenis bekatul berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap rendemen ekstrak bekatul beras lokal, sedangkan interaksinya berpengaruh tidak nyata (P>0,05). Nilai rata- rata rendemen ekstrak bekatul beras lokal (%) dari berbagai jenis pelarut berkisar antara 6,10% sampai dengan 13,54%, hal ini dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 2 menunjukkan bahwa rendemen yang dihasilkan pelarut aqua DM sebesar 6,26%, etanol sebesar 4,61%, sedangkan metanol sebesar 4,01 %. Nilai rata- rata rendemen tertinggi diperoleh pelarut aqua DM sebesar 6,26%. Hal ini disebabkan karena aqua DM tergolong pelarut polar dan berdasarkan tingkat kepolarannya aqua DM memiliki tingkat kepolaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan metanol dan etanol. Senyawa dalam bekatul beras lokal yang terekstrak dengan pelarut aqua DM memiliki kepolaran yang sesuai, sehingga dapat menghasilkan rendemen paling tinggi. Menurut Lestiani dan Lanny (2008), tingkat kepolaran pelarut menentukan jenis dan jumlah senyawa yang dapat diekstrak dari bahan. Pelarut akan mengekstrak senyawa- senyawa yang mempunyai kepolaran yang sama atau mirip dengan kepolaran pelarut yang digunakan. Jenis senyawa dalam bekatul yang diduga ikut terekstrak yaitu vitamin B1 (thiamin), vitamin B2 (riboflavin), vitamin B3 (niasin), karbohidrat, serat dan mineral yang larut air. Sifat dari senyawa tersebut larut dalam air, sehingga rendemen yang dihasilkan pada pelarut aqua DM lebih tinggi dibandingkan dengan pelarut metanol dan etanol. Penggunaan asam kuat untuk mengasamkan pelarut yang digunakan dalam ekstraksi juga sangat berpengaruh terhadap rendemen yang dihasilkan. Menurut Adzkiya (2011), pelarut yang diasamkan dengan asam kuat seperti HCl dapat menghasilkan rendemen ekstrak yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelarut yang diasamkan dengan asam asetat dan tanpa pengasaman. Hal ini dimungkinkan karena adanya co- ekstraksi dari senyawa non fenol seperti gula, asam organik dan protein. Hasil pengujian aktivitas antioksidan berkorelasi negatif terhadap hasil rendemen ekstrak dan membuktikan adanya co- ekstraksi dari senyawa lain yang tidak memberikan aktivitas antioksidan. Hasil rata- rata rendemen dan aktivitas antioksidan ekstrak bekatul pada berbagai jenis pelarut dapat dilihat pada Tabel 1. Dilihat dari jenis bekatulnya pada pelarut yang sama, rendemen ekstrak tertinggi diperoleh dari bekatul beras merah dan beras putih sedangkan rendemen ekstrak terendah diperoleh dari bekatul beras hitam (Gambar 3). Hal ini dapat disebabkan oleh bekatul beras merah dan beras putih memiliki lebih banyak kandungan senyawa non fenol dengan polaritas yang mirip dengan pelarut yang digunakan. Menurut Adzkiya (2011) senyawa non fenol yang dapat larut dalam pelarut organik seperti metanol, etanol, dan air adalah gula, asam organik dan protein. Total Antosianin Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis pelarut dan bekatul serta interaksinya berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap total antosianin ekstrak bekatul beras lokal. Nilai rata- rata total antosianin ekstrak bekatul beras lokal pada perlakuan jenis pelarut dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan bekatul beras hitam yang diekstraksi dengan pelarut etanol memiliki nilai total antosianin tertinggi sebesar 33,19 mg/100g bekatul, sedangkan kombinasi perlakuan bekatul beras putih yang diekstraksi dengan pelarut aqua DM memiliki nilai total antosianin terendah yaitu 1,65 mg/100g bekatul dan tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan bekatul beras putih yang diekstraksi dengan 76

pelarut metanol yaitu 3,10 mg/100g bekatul. Kadar total antosianin tertinggi yang dihasilkan sama dengan kadar antosianin beras ketan hitam yang diekstrak dalam suasana asam berkisar antara 31,3 mg/100g 34,2 mg/100 g bahan (Tananuwong dan Tewaruth 2010). Sementara itu, Chanphrom (2007) melaporkan bahwa kadar total antosianin pada bekatul beras berpigmen adalah 28,61 ± 10,22 mg/100 g. Kombinasi perlakuan bekatul beras hitam yang diekstraksi dengan pelarut etanol menghasilkan kandungan total antosianin tertinggi dapat disebabkan oleh kandungan antosianin yang tinggi pada beras hitam dan antosianin tersebut memiliki polaritas yang sangat mirip dengan pelarut etanol. Bekatul beras hitam memiliki warna yang lebih pekat sehingga kandungan antosianinnya lebih banyak dibandingkan dengan bekatul beras putih dan beras merah. Menurut Muntana dan Prasong (2010), umumnya semua senyawa fitokimia terakumulasi pada perikarp dan testa atau bekatul beras. Senyawa ini mengandung pigmen yang berhubungan dengan warna merah, ungu, dan hitam. Hal serupa juga dilaporkan oleh Sompong et al. (2011) yang menyatakan bahwa beras hitam memiliki kandungan antosianin yang lebih tinggi dibandingkan beras merah sedangkan beras putih memiliki kandungan flavonoid yang lebih rendah dibandingkan beras merah (Adzkiya 2011). Etanol merupakan pelarut polar yang dapat melarutkan antosianin dengan baik berdasarkan prinsip like dissolve like (Amelia et al. 2013). Abou- Arab et al. (2011) melaporkan bahwa etanol lebih efektif dibandingkan air yang digunakan untuk ekstraksi antosianin dari bunga Gambar 1. Nilai rata- rata rendemen ekstrak bekatul beras lokal (%) dari berbagai jenis pelarut Gambar 2. Hubungan antara jenis pelarut dengan rendemen ekstrak (%). Notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) Gambar 3. Hubungan antara jenis bekatul dengan rendemen ekstrak (%).Notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) Gambar 4. Hubungan antara jenis pelarut dan bekatul terhadap kadar total antosianin (mg/100 g bekatul). Notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) Gambar 5. Hubungan antara jenis pelarut dan bekatul terhadap kadar total fenol (mg/100 g bekatul). Notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) Gambar 6. Hubungan antara jenis pelarut dan bekatul terhadap aktivitas antioksidannya (%).Notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) 77

Tabel 1. Hasil rata- rata rendemen dan aktivitas antioksidan ekstrak bekatul pada berbagai jenis pelarut Jenis bekatul Rendemen (%) Pelarut Metanol Etanol Aqua DM Aktivitas Rendemen Aktivitas Rendemen antioksidan (%) (%) antioksidan (%) (%) Aktivitas antiokidan (%) Bekatul putih 3,91 78,61 5,00 49,14 6,42 53,11 Bekatul merah 5,08 80,36 4,67 62,41 6,77 54,58 Bekatul hitam 3,05 88,84 4,18 85,62 5,59 57,94 Rosela. Hasil penelitian serupa juga dilaporkan oleh Vanini et al. (2009) yang melaporkan bahwa etanol menunjukkan kemampuan mengekstrak antosianin yang lebih besar dibandingkan metanol, selain itu penggunaan etanol dapat menghindari toksisitas metanol. Total Fenol Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara jenis pelarut dan jenis bekatul berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap total fenol ekstrak bekatul beras lokal. Rata rata total fenol ekstrak bekatul beras lokal pada perlakuan jenis pelarut dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan bekatul beras hitam yang diekstraksi dengan pelarut metanol memiliki kandungan total fenol tertinggi yaitu 7,52 mg/100g bekatul yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan bekatul beras hitam yang diekstraksi dengan pelarut etanol yaitu sebesar 7,48 mg/100g bekatul, sedangkan kombinasi bekatul beras putih yang diekstraksi dengan pelarut etanol memiliki kandungan total fenol terendah yaitu 2,00 mg/100g bekatul. Hal ini menunjukkan bahwa etanol memiliki kemampuan yang relatif sama dengan metanol dalam mengekstrak kandungan senyawa fenolik yang terdapat pada bekatul beras hitam. Menurut Amelia et al. (2013) etanol merupakan pelarut yang baik untuk ekstraksi senyawa polifenol. Hasil penelitian juga menunjukkan kadar total fenol pada bekatul beras putih lebih rendah dibandingkan bekatul beras hitam dan bekatul beras merah. Hasil penelitian serupa juga diperoleh oleh Adzkiya et al. (2011) yang melaporkan bahwa kadar total fenol beras putih (IR 64) sangat kecil bila dibandingkan kadar total fenol pada beras merah. Hal ini sesuai juga dengan yang dilaporkan oleh Sompong et al. (2011) yang menyatakan bahwa total fenol pada beras hitam yang diperoleh dari cina memiliki kandungan total fenol yang lebih besar dibandingkan beras merah yang diperoleh dari daerah yang sama. Menurut Tian et al. (2004); Zhou et al. (2004) dalam Walter dan Marchesan (2011) biji bijian dengan warna perikarp yang lebih gelap seperti beras hitam dan beras merah mengandung polifenol yang lebih tinggi. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Bekatul Beras Lokal Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi antara jenis pelarut dan jenis bekatul berpengaruh sangat nyata (P<0,01), terhadap aktivitas antioksidan ekstrak bekatul beras lokal. Nilai rata- rata aktivitas antioksidan ekstrak bekatul beras lokal pada perlakuan jenis pelarut dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan bekatul beras hitam yang diekstraksi dengan metanol memiliki aktivitas antioksidan tertinggi sebesar 88,84%, sedangkan kombinasi bekatul beras putih yang diekstraksi dengan etanol memiliki aktivitas antioksidan terendah sebesar 49,14%. Hal ini dapat disebabkan oleh kombinasi bekatul beras hitam yang diekstraksi dengan metanol memiliki total fenol tertinggi seperti terlihat pada Gambar 5. Total fenol yang diperoleh memiliki korelasi positif dengan dengan aktivitas antioksidan. Hal serupa telah dilaporkan oleh Walter dan Marchesan (2011) bahwa semakin tinggi total fenol, maka aktivitas antioksidannya akan semakin tinggi pula. Muntana dan Prasong (2010) juga melaporkan bahwa aktivitas antioksidan bekatul beras merah dan beras hitam lebih tinggi dibandingkan bekatul beras putih. Menurut Itani et al. (2002); Goffman dan Bergman (2004); Zhang et al. (2006) dalam Walter dan Marchesan (2011) menyatakan bahwa konsentrasi total fenol dalam biji beras memiliki korelasi positif dengan aktivitas antioksidan dan berperan penting dalam aktivitas antioksidan pada biji bijian padi. Selain itu aktivitas antioksidan dipengaruhi oleh jumlah senyawa antosianin yang terkandung dalam bahan, semakin banyak senyawa antosianin yang terdapat dalam bahan maka aktivitas antioksidannya akan semakin meningkat. Hal serupa juga dilaporkan oleh Poumorad et al. (2006) bahwa ekstrak dengan kandungan senyawa fenolik yang tertinggi menunjukkan aktivitas antioksidan tertinggi pula. Aktivitas antioksidan ini disebabkan oleh keberadaan gugus hidroksil pada senyawa fenolik yang berperan sebagai penangkap radikal bebas. KESIMPULAN Jenis pelarut berpengaruh sangat nyata terhadap terhadap rendemen ekstrak bekatul beras lokal, interaksi antara jenis pelarut dan jenis bekatul berpengaruh nyata terhadap total antosianin, total fenol, dan aktivitas antioksidan ekstrak bekatul beras lokal. Kombinasi yang terbaik yaitu bekatul beras hitam yang diekstraksi dengan pelarut metanol yang menghasilkan total antosianin sebesar 30,63 mg/100g bekatul, total fenol sebesar 7,52 mg/100g bekatul, dan aktivitas antioksidan sebesar 88,84%. DAFTAR PUSTAKA Abou- Arab AA, Abu- Salem FM and Abou- Arab EA. 2011. Physico- chemical properties of natural pigments (anthocyanin) extracted from Roselle calyces (Hibiscus subdariffa). J. of American Science 7(7):445-456 Adzkiya MAZ. 2011. Kajian Potensi Antioksidan Beras Merah dan Pemanfaatannya pada Minuman Beras Kencur [Tesis]. Bogor : PS. Pascasarjana, Institut Pertanian 78

Bogor Amelia F, Afnani GN, Musfiroh A, Fikriyani AN, Ucche S and Murrukmihadi M. 2013 Extraction and Stability Test of Anthocyanin from Buni Fruits (Antidesma Bunius L) as an Alternative Natural and Safe Food Colorants. J.Food Pharm.Sci. 1 (2013) 49-53 Awika JM., Rooney LW, Waniska RD. 2004. Anthocyanins from black sorghum and their antioxidant properties. Food Chem. 90 (2004):293 301. doi:10.1016 Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Bali. 2012. Luas Panen, Rata- Rata Produksi, dan Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang Menurut Kabupaten/Kota di Bali Tahun 2010. http://bali.bps.go.id [26 juli 2012] Chanphrom P. 2007. Antioxidants and Antioxidant Activities of Pigmented Rice Varieties and Rice Bran. [Thesis]. Thailand : Faculty of Graduated Studies, Mahidol University Chen MH and Bergman CJ. 2005. A rapid procedure for analysing rice bran tocopherol, tokotrienol and g- oryzanol contents. J. of Food Composition and Anal 18 : 139 151. Garcia CA, Gavino G, Mosqueda MB, Hevia P, Gavino VC. 2007. Correlation of tocopherol, tokotrienol, γ- oryzanol and total polyphenol content in rice bran with different antioxidant capacity assays. J. Food Chem. 102: 1228 1232. Doi:10.1016. Giusti, MM. and Wrolstad RE. 2001. Unit F1.2: Anthocynins. Characterization and measurement with UV- visible spectroscopy. In Current Protocols in Food Analytical Chemistry. pp. 1-13. Wrolstad, R.E., ed. John Wiley and Sons. New York, USA. Lestiani, Lanny. 2008. Vitamin Larut Air. Universitas Indonesia Muntana N dan Prasong S. 2010. Study on total phenolic contents and their antioxidant activities of Thai white, red and black rice bran extracts. Pakistan J. Of Biologycal Sciences 13(4):170-174 Nugraha, C. S. 2010. Pengaruh Jenis dan ph Pelarut terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daging Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis). [Skripsi]. Badung: Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana Pourmorad F, Hosseinimehr SJ, Shahabimajd N. 2006. Antioxidant activity, phenol and flavonoid contents of some selected Iranian medicinal plants. African Journal of Biotechnology 5 (11): 1142-1145 Sari P, Fitriyah A, Mukhamad K, Unus, Mukhamad F, Triana L. 2005. Ekstraksi dan stabilitas antosianin dari kulit buah duwet (Syzigium cumini). Jurnal Teknologi dan Industri Pangan XVI No. 2 Th 2005. Sompong R, Siebenhandl- Ehn S, Linsberger- Martin G, Berghofer E. 2011. Physicochemical and antioxidative properties of red and black rice varieties from Thailand, China and Sri Lanka. J. Food Chem. 124 (2011) 132 140. Doi:10.1016. Steel, RGD dan Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik Suatu Pendekatan Biometric. Penerjemah Bambang Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Vanini LS, Hirata TA, Kwiatkowski A, Clemente E. 2009. Extraction and stability of anthocyanins from the Benitaka grape cultivar (Vitis vinifera L.). Braz. J. Food Technol.12 (3): 213-219 DOI: 10.4260. Walter M and Marchesan E. 2011. Phenolic Compounds and Antioxidant Activity of Rice. Brazilian archives of Biology and technology. An international Journal. 54 (1): pp. 371-377 Yawadio R, Tanimori S, Morita N. 2007. Identification of phenolic compounds isolated from pigmented rices and their aldose reductase inhibitory activities. J. Of Food Chem. 101: 1616 1625. Doi 10.1021 79