PERHITUNGAN DAN METODE KONSTRUKSI SISTEM PENDINGINAN TERHADAP AUDITORIUM

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Konsumsi Energi Listrik Pada Sistem Pendingin Ruangan (Air Conditioning) Di Gedung Direktorat Politeknik Negeri Pontianak

BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI AIR CONDITIONING

STUDI EVALUASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KAMPUS BUKIT JIMBARAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE

I. PENDAHULUAN. udaranya. Sistem tata udara pada Gedung Rektorat Universitas Lampung masih

BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA

BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI TATA UDARA GEDUNG

BAB IV ANALISA DATA PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN

BAB I PENDAHULUAN. refrijerasi. Teknologi ini bisa menghasilkan dua hal esensial yang

DAFTAR PUSTAKA. W. Arismunandar, Heizo Saito, 1991, Penyegaran Udara, Cetakan ke-4, PT. Pradnya Paramita, Jakarta

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini diberi judul Perencanaan dan Pemasangan Air. Conditioning di Ruang Kuliah C2 PSD III Teknik Mesin Universitas

BAB IV: KONSEP Pendekatan Konsep Bangunan Hemat Energi

PENGEMBANGAN PIRANTI LUNAK PENAKSIRAN BEBAN PENDINGINAN TATA-UDARA BANGUNAN

ANALISA AUDIT KONSUMSI ENERGI SISTEM HVAC (HEATING, VENTILASI, AIR CONDITIONING) DI TERMINAL 1A, 1B, DAN 1C BANDARA SOEKARNO-HATTA

STUDI KINERJA MESIN PENGKONDISI UDARA TIPE TERPISAH (AC SPLIT) PADA GERBONG PENUMPANG KERETA API EKONOMI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV. ducting pada gedung yang menjadi obyek penelitian. psikometri untuk menentukan kapasitas aliran udara yang diperlukan untuk

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

BAB III PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN. Perhitungan beban pendinginan office PT. XX yang berlokasi di Jakarta

BAB IV PERHITUNGAN PENDINGIN GEDUNG

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN BEBAN PENDINGIN 4.1 PERHITUNGAN SECARA MANUAL DAN TEORISTIS

PERHITUNGAN ULANG SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA GERBONG KERETA API PENUMPANG EKSEKUTIF MALAM (KA. GAJAYANA)

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

II. TINJAUAN PUSTAKA. apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu

Perencanaan Ulang Sistem Pengkondisian Udara Pada lantai 1 dan 2 Gedung Surabaya Suite Hotel Di Surabaya

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

SEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING

BAB III PERANCANGAN.

Jurnal Kajian Teknik Mesin Vol. 2 No. 1 April

BAB III METODOLOGI PENGAMBILAN

Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan gedung

AIR CONDITIONING (AC) Disiapkan Oleh: Muhammad Iqbal, ST., M.Sc Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Malikussaleh Tahun 2015

BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta. Beberapa gedung bertingkat, pabrik, rumah sakit, perkantoran,

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN

III. METODE PENELITIAN. Agar efisiensi operasi AC maximum, masing-masing komponen AC harus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

BAB III PERHITUNGAN. Tugas Akhir

BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC

PERHI TUNGAN BEBAN PENDI NGI N PADA RUANG LABORATORI UM KOMPUTER PAPSI - I TS

Pemakaian Thermal Storage pada Sistem Pengkondisi Udara

Analisis Konsumsi Energi Listrik Pada Sistem Pengkondisian Udara Berdasarkan Variasi Kondisi Ruangan (Studi Kasus Di Politeknik Terpikat Sambas)

ANALISIS BEBAN PENDINGINAN SISTEM TATA UDARA (STU) RUANG AUDITORIUM LANTAI III GEDUNG UTAMA POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE. Syamsuar, Ariefin, Sumardi

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi

BAB III METODOLOGI DATA PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Saran. 159

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI ANALISA OPTIMASI PENGHEMATAN ENERGI PADA SISTEM TATA UDARA DI TERMINAL KARGO BANDARA SOEKARNO HATTA. Budi Yanto Husodo 1,Novitri Br Sianturi 2

Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN

LAMPIRAN I. Universitas Sumatera Utara

STUDI ANALISA OPTIMASI PENGHEMATAN ENERGI PADA SISTEM TATA UDARA DI TERMINAL KARGO BANDARA SOEKARNO HATTA. Budi Yanto Husodo 1,Novitri Br Sianturi 2

OPTIMASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA KERETA REL LISTRIK

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Aplikasi Sistem Thermal Energy Storage pada Sistem Pengkondisian Udara di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Seminar Nasional IENACO ISSN:

PERANCANGAN ULANG INSTALASI TATA UDARA VRV SYSTEM KANTOR MANAJEMEN KSO FORTUNA INDONESIA JAKARTA PUSAT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night

OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

ANALISA PERHITUNGAN BEBAN PENDINGINAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLTD DAN VISUALISASI PENCAHAYAAN DENGAN PERANGKAT LUNAK DIALUX

Perhitungan Ulang Beban Pendinginan Pada Ruang Auditorium Gedung Manggala Wanabakti Blok III Kementerian Kehutanan Jakarta

EVALUASI PELUANG PENGHEMATAN ENERGI PADA LANTAI II DAN IV GEDUNG MALL "XYZ" DI KEDIRI

KONSERVASI ENERGI PADA SISTEM TATA UDARA DAN SELUBUNG BANGUNAN GEDUNG. Oleh : Ir. Parlindungan Marpaung

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Instalasi tenaga listrik adalah pemasangan komponen-komponen peralatan

ANALISIS KONSERVASI ENERGI MELALUI SELUBUNG BANGUNAN

BAB III BAHASAN UTAMA

DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin

PENGARUH PERUBAHAN PENGATURAN SUHU PENGKONDISI UDARA JENIS TERPISAH (AC SPLIT) TERHADAP RASIO EFISIENSI ENERGI

Ada beberapa rumus cara menentukan PK AC yang sesuai untuk ruangan, saya akan me nuliskan 2 diantaranya.

ANALISA ASPEK KEUANGAN PADA PERENCANAAN KLASTER BANGUNAN RUMAH TINGGAL DENGAN KONSEP EFISIENSI ENERGI Roby 1, William 2,Herry 3 dan Soehendro 4

ANALISA KOMPARASI PENGGUNAAN FLUIDA PENDINGIN PADA UNIT PENGKONDISIAN UDARA (AC) KAPASITAS KJ/H

BAB IV ANALISIS HASIL

BAB III METODE PENELITIAN

Audit Energi Pada Gedung IV Kantor PT PLN (PERSERO) Wilayah Kalimantan Barat

Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan gedung

PENGARUH TEKANAN TERHADAP PENGKONDISIAN UDARA SISTEM EKSPANSI UDARA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

BAB II TEORI DASAR. Laporan Tugas Akhir 4

BAB III DATA GEDUNG DAN LINGKUNGAN

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Hotel Sapadia Siantar. Hotel Danau Toba International Medan. Rumah Sakit Columbia Asia Medan

Udara luar = 20 x 30 cmh = 600 cmh Area yang di kondisikan = 154 m². Luas Kaca (m²)

TUGAS AKHIR PERTIMBANGAN PEMILIHAN TIPE AIR CONDITIONING BERDASARKAN INVESTASI JANGKA PANJANG PADA PROYEK HOTEL PULLMAN GADOG CIAWI

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

B A B 1 P E N D A H U L U A N

Evaluasi Kebutuhan Energi pada Sistem Pengkondisian Udara dan Sistem Penerangan untuk Ruang Laboratorium Jurusan Teknik Mesin ITS Surabaya

BAB III ELABORASI TEMA

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu persyaratan ruangan yang baik adalah ruangan yang memiliki

PENGHITUNGAN BEBAN KALOR PADA GEDUNG AULA UNIVERSITAS SULTAN FATAH DEMAK

Transkripsi:

PERHITUNGAN DAN METODE KONSTRUKSI SISTEM PENDINGINAN TERHADAP AUDITORIUM Krisanto Elim 1, Anthony Carissa Surja 2, Prasetio Sudjarwo 3, dan Nugroho Susilo 4 ABSTRAK : Tujuan penelitian sistem tata udara pada auditorium ini adalah apakah sistem tata udara eksisting sudah sesuai dengan beban pendinginan yang dibutuhkan oleh bangunan, kontribusi faktor beban eksternal dan internal terhadap total beban pendinginan, Rule of Thumb khusus untuk auditorium berdasarkan perhitungan CLTD (Cooling Load Temperature Difference), alternatif penggantian sistem tata udara dan struktur penunjangnya. Penelitian ini dilakukan pada tiga auditorium di Surabaya yang mempunyai luas lantai lebih dari 1200 m 2. Perhitungan beban pendinginan menggunakan metode CLTD berdasarkan SNI Ventilasi Udara (SNI 03-6572-2001). Dengan menggunakan metode ini akan diperlihatkan profil beban pendinginan dan juga komposisi beban pendinginan eksternal dan internal yang dialami masing-masing auditorium. Perbandingan perhitungan beban pendinginan dengan metode CLTD akan dibandingkan, baik dengan kapasitas eksisting pada auditorium yang bersangkutan maupun metode Rule of Thumb. Penelitian ini juga dilengkapi dengan alternatif penggantian sistem tata udara, analisis perbandingan biaya listrik sistem tata udara eksisting dan sistem tata udara desain beserta perhitungan struktur penunjang. KATA KUNCI : pendingin ruangan, sistem tata udara, cooling load temperature difference, struktur penunjang. 1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sistem tata udara merupakan sistem pengkondisian udara yang berfungsi untuk mengatur tingkat kenyamanan baik dari keadaan suhu maupun kelembaban udaranya. Penghawaan buatan di era globalisasi, sudah menjadi kebutuhan utama. Hampir di setiap bangunan/gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, hotel, rumah sakit bahkan rumah tinggal, menggunakan pendingin ruangan (Air Conditioner). Prinsip penghawaan buatan adalah untuk mengatur temperatur dan kelembaban ruang, sehingga penyaluran udara dalam ruangan memperoleh keadaan yang diinginkan sesuai dengan fungsi ruangan tersebut. Untuk itu konsumsi energi listrik perlu dilakukan perhitungan ulang guna mengetahui apakah konsumsi energi listriknya masih hemat dan efisien atau tidak. Kunci penghematan energi pada gedung-gedung tinggi adalah dengan penggunaan listrik untuk pendingin ruangan (Air Conditioner) dan penerangan yang dapat ditekan serendah mungkin. Selain mengatur tingkat kenyamanan dan keadaan suhu serta kelembaban, hal lain yang harus diperhatikan adalah beban pendingin ruangan itu sendiri. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apakah kapasitas pendinginan auditorium yang ada sudah sesuai dengan beban pendinginan yang dibutuhkan pada auditorium? Berapakah kapasitas mesin pendingin ruangan yang sesuai? 1 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, luther_jrz@hotmail.com 2 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, assvarc@yahoo.com 3 Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, sudjarwo@peter.petra.ac.id 4 Dosen Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Kristen Petra, nugroho@peter.petra.ac.id 1

2. Berapa besar kontribusi masing-masing elemen dalam perhitungan baik itu eksternal maupun internal, terhadap total beban pendinginan? 3. Sejauh manakah pengaruh perhitungan dengan metode Rule of Thumb kapasitas AC yang dihasilkan terhadap perhitungan tersebut? Bagaimana perbandingan metode Rule of Thumb dengan perhitungan dengan metode CLTD (Cooling Load Temperature Difference)? 4. Apakah Sistem Tata Udara Eksisting Auditorium Gereja Bethel The Rock bisa diganti dengan mesin pendingin ruangan Chiller? Bagaimana analisa Chiller dari segi efisiensi listrik dan biaya jika Sistem Tata Udara Eksisting diganti dengan Sistem Tata Udara yang direncanakan? 5. Bagaimana cara mendukung mesin pendingin Sistem Tata Udara Desain sehingga plat lantai bangunan mampu untuk menumpu beban mesin pendingin ruangan Chiller? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Menganalisa apakah jenis dan kapasitas mesin pendingin ruangan yang telah digunakan auditorium, yang akan menjadi studi kasus dalam penelitian ini, sudah sesuai dengan perhitungan beban pendinginan yang terjadi. 2. Mengetahui seberapa besar kontribusi masing-masing faktor eksternal dan internal terhadap total beban pendinginan. 3. Mengetahui berapa Rule of Thumb khusus untuk auditorium menurut perhitungan metode CLTD (Cooling Load Temperature Difference) berdasarkan SNI Ventilasi Udara (Departemen Pekerjaan Umum, 2001). 4. Mengetahui apakah Sistem Tata Udara Eksisting Auditorium Gereja Bethel The Rock bisa diganti dengan mesin pendingin ruangan Chiller dan menganalisa seberapa besar energi yang dihemat oleh Chiller. 5. Merencanakan kapasitas struktur penunjang yang optimal untuk menumpu beban Chiller. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Membantu optimasi kapasitas mesin pendingin ruangan sesuai dengan kebutuhan auditorium 2. Dapat mengefisienkan penggunaan energi listrik dengan mengganti mesin pendingin ruangan eksisting dengan Chiller 3. Menghemat pengeluaran biaya untuk operasional bangunan 1.5. Ruang Lingkup Penelitian 1. Penelitian ini hanya akan dibatasi pada analisis beban pendinginan. 2. Metode perhitungan yang digunakan adalah metode perhitungan Cooling Load Temperature Difference (CLTD) berdasarkan SNI Ventilasi Udara (Departemen Pekerjaan Umum, 2001). 3. Studi kasus yang digunakan dibatasi auditorium dengan kriteria-kriteria sebagai berikut : Auditorium berlokasi di Surabaya. Auditorium memiliki luas lantai lebih dari 1200 m 2. Auditorium memiliki okupasi lebih dari 1000 orang. Auditorium yang akan diteliti berada pada dalam bangunan dan terletak pada : a. Gereja Bethel The Rock, Jln. Raya Menganti Babatan Wiyung, Sby. b. SMA Kristen Petra 1, Jln. Lingkar Dalam Barat Perumahan Graha Family, Sby. c. Petra P1 dan P2, Jln. Siwalankerto 121-131, Sby. 4. Penelitian pada terhadap perhitungan beban pendinginan dilakukan terhadap ketiga auditorium yang ditinjau sedangkan analisa dan pembahasan tentang metode konstruksi hanya dilakukan pada Auditorium Gereja Bethel The Rock. 5. Besarnya kapasitas pendinginan ruang auditorium eksisting adalah sebesar kapasitas pendinginan yang digunakan pada bangunan studi kasus saat penelitian dilakukan, tanpa mempertimbangkan metode perhitungan apa yang dipakai dan juga mempertimbangkan tertentu saat perencanaan. 6. Pada saat bangunan beroperasi, beban panas internal dianggap maksimal, yaitu kapasitas orang maksimal, lampu dan peralatan menyala selama jam operasi 2

7. Lingkungan di sekitar bangunan pada studi kasus dianggap tidak mempengaruhi beban pendinginan pada bangunan. 8. Data pelengkap, selain data pokok seperti data eksisting bangunan dan kondisi Surabaya, yang diperlukan dalam perhitungan diambil berdasarkan SNI Ventilasi Udara (Departemen Pekerjaan Umum, 2001). 2. LANDASAN TEORI 2.1.Konsep Dasar Estimasi Beban Pendinginan Teori dan prinsip dasar desain sistem tata udara berupa estimasi beban pendinginan sistem tata udara meliputi sumber panas dari luar bangunan, orientasi bangunan, tembok, atap, infiltrasi, dan sumber panas dari dalam bangunan. Selain itu emisi panas yang terjadi di dalam ruangan juga mempengaruhi perencanaan kapasistas system tata udara. Emisi panas dalam ruangan (Room Heat Gain) terjadi karena konduksi melalui dinding-dinding eksterior, atap, kaca, partisi, plafond dan lantai. Selain itu radiasi matahari melalui kaca, ventilasi, pemakaian lampu, aktivitas manusia, dan peralatan yang digunakan juga mempengaruhi emisi panas dalam ruangan. Beban panas yang terjadi pada bangunan dibagi menurut dua faktor. Faktor Eksternal meliputi beban konduksi atap, dinding, kaca, partisi, plafond, lantai dan Faktor Internal yang meliputi beban lampu, orang, peralatan, dan ventilasi. 2.2. Perhitungan CLTD (Cooling Load Temperature Difference) Perhitungan akan dilakukan dengan metode CLTD (Cooling Load Temperature Difference), dengan rumus sebagai berikut: : 1. Untuk Beban Faktor Eksternal Atap => q sensibel =U*A*CLTD*Fc Dinding => q sensibel =U*A*CLTD*Fc Kaca(kond.) => q sensibel =U*A*CLTD*Fc Kaca(rad) => q sensibel =A*Sc*SGHF*CLF Partisi => q sensibel =U*A* T Plafond => q sensibel =U*A* T Lantai => q sensibel =U*A* T 2. Untuk Beban Faktor Internal Lampu => q sensibel =3,41*n*Fu*Fs*CLF Orang => q sensibel = Qs*n*CLF => q laten = n*ql Peralatan Ventilasi => q sensibel = Sensible*CLF => q sensibel =1,23* T*n*CLF => q laten =3010* W*n*CLF 3. Rumus-rumus lain CLTD corr =>(CLTD+LM)*k+(78-Ti)+(To-85) 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Umum Penelitian Auditorium yang direncanakan untuk ditinjau sebagai bahan penelitian untuk analisis beban pendinginan ini, sesuai dengan kriteria studi kasus yang telah ditentukan sebelumnya, adalah: 1. Gereja Bethel The Rock, Jln. Raya Menganti Babatan Wiyung, Sby. 2. SMAK Petra 1, Jln. Lingkar Dalam Perum. Graha Family, Sby. 3. Petra P1 dan P2, Jln. Siwalankerto 121-131, Sby. 3

3.2. Tahapan Penelitian Perhitungan Beban Pendinginan Tahapan penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Pengumpulan data auditorium 2. Perhitungan CLTD Beban Panas Konduksi melalui Kaca 3. Perhitungan CLTD Beban Panas Konduksi, Partisi, Lantai dan Atap 4. Perhitungan CLTD Beban Panas Radiasi Kaca 5. Perhitungan CLTD Beban Panas Lampu 6. Perhitungan CLTD Beban Panas Manusia 7. Perhitungan CLTD Beban Panas Peralatan 8. Perhitungan CLTD Beban Panas Ventilasi 9. Perhitungan CLTD Beban Panas Total 10. Perincian kontribusi faktor eksternal dan faktor internal 11. Membandingkan hasil perhitungan CLTD dengan kapasitas bangunan eksisting 12. Membandingkan hasil perhitungan CLTD dengan hasil perhitungan yang menggunakan metode Rule of Thumb 3.3. Tahapan Penelitian Perencanaan Desain Sistem Tata Udara Merencanakan sistem tata udara desain bertipe mesin pendingin Chiller (Sistem Air Dingin) yang akan dibandingkan dengan sistem tata udara eksisting berupa Modular System Air Conditioner pada auditorium Gereja Bethel The Rock lalu menganalisa sistem tata udara desain dengan sistem tata udara eksisting dalam segi efisiensi listrik, kemudahan dalam instalasi dan pelaksanaan di lapangan, biaya perawatan dan kemudahan operasional di lapangan. Tahap berikutnya akan dibandingkan analisa kebutuhan konsumsi listrik lalu diperhitungkan lewat pemakaian mesin pendingin ruangan sesuai dengan jadwal aktivitas gereja antara sistem tata udara eksisting dan sistem tata udara desain dan mencari berapa tahun kembalinya modal jika sistem tata udara eksisting diganti dengan sistem tata udara desain dengan selisih biaya perawatan mesin dan selisih biaya konsumsi listrik masing-masing pendingin ruangan. Mengatur skema pergantian sistem tata udara eksisting menjadi sistem tata udara desain jika akan direalisasikan pergantian tersebut. Tahap terakhir adalah merencanakan struktur penunjang (Support Frame) untuk mesin pendingin Chiller dikarenakan beban Chiller yang berat sehingga tidak mampu diterima oleh pelat lantai auditorium gereja. 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Perhitungan Beban Pendinginan dengan Metode CLTD Penelitian dilakukan pada 3 auditorium. Setelah proses pengumpulan data dan persiapan perhitungan beban pendingininan pada ketiga auditorium. Berikut ini akan disajikan hasil perhitungan dengan menggunakan metode CLTD (Cooling Load Temperature Difference) pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Perhitungan CLTD terhadap Auditorium Nama bangunan (TR) Beban Pendinginan (Btu/H) Gereja Bethel 90,38 1084560 SMAK Petra 1 81,20 974381,71 Petra P1 dan P2 152,20 1826400 4.2. Hasil Penelitian Perbandingan Beban Pendinginan Akibat Faktor Eksternal dan Internal berdasarkan Metode CLTD Pada tahap sebelumnya telah disajikan hasil dari perhitungan beban pendinginan menurut Metode CLTD dari ketiga auditorium yang menjadi studi kasus. Pada tahap selanjutnya akan dibahas lebih lanjut 4

tentang kontribusi faktor eksternal dan internal terhadap beban pendinginan ketiga auditorium, yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perbandingan Beban Pendinginan Akibat Faktor Eksternal dan Internal berdasarkan Hasil Perhitungan CLTD Nama bangunan Beban Pendinginan Rata-Rata (TR) Eksternal (TR) Internal (TR) % Eksternal % Internal Total (TR) Gereja Bethel 19,80 70,58 21,91 78,10 90,38 SMAK Petra 1 16,43 64,77 20,24 79,77 8120 Petra P1 dan P2 23,98 128,22 15,76 84,25 152,20 4.3.Hasil Penelitian Perbandingan Kapasitas Mesin AC Eksisting dan Hasil Perhitungan dengan Metode CLTD Dari proses-proses sebelumnya sudah diketahui hasil perhitungan beban pendinginan yang menggunakan metode CLTD (Cooling Load Temperature Difference). Sekarang hasil tersebut akan dibandingkan dengan kapasitas mesin pendingin bangunan eksisting pada masing-masing auditorium, perlu diketahui bahwa auditorium yang kami bandingkan adalah Gereja Bethel The Rock, dan auditorium SMAK Petra 1 sedangkan auditorium Petra P1 dan P2 belum terpasang mesin pendingin ruangan sehingga tidak bisa ikut serta dibandingkan. Hasil perbandingan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perbandingan Kapasitas AC Eksisting dengan CLTD Nama Bangunan Kapasitas AC Eksisting (TR) Hasil Perhitungan (TR) Selisih (%) Gereja Bethel 129,17 90,38 30,03% SMAK Petra 1 110,01 81,20 26,19% Petra P1 dan P2-152,20-4.4.Hasil Penelitian Perbandingan Perhitungan Beban Pendinginan dengan menggunakan Metode CLTD dan Metode Rule Of Thumb Dalam Penelitian ini digunakan tiga metode Rule Of Thumb, yaitu: 1. Perhitungan menurut buku Utilitas Bangunan (Poerbo, 1998). 2. Perhitungan menurut ASHRAE Handbook : Fundamentals (ASHRAE, 1993) 3. Perhitungan menurut Cooling Load Check Figures (Ask The Hvacman, 5 Juni 2015) 4.5.Perencanaan Sistem Tata Udara Dalam tahap ini, peneliti akan merencanakan sistem tata udara alternatif yang akan dibandingkan dengan sistem tata udara bangunan eksisting. Auditorium yang kami tinjau untuk diberi alternatif adalah auditorium Gereja Bethel The Rock. Berikut disajikan pada Tabel 4 adalah data mesin pendingin ruangan Sistem Tata Udara Eksisting Auditorium Gereja Bethel The Rock dan pada Tabel 5 adalah data mesin pendingin ruangan Sistem Tata Udara Desain. Tabel 4. Data Sistem Tata Udara Eksisting Auditorium Gereja Bethel The Rock Hal Eksisting Jenis Mesin Modular System Air Conditioner Jumlah Unit 6 Unit YICA 125i 8 Unit YICA 100i Kapasitas Unit (Btu/h) 125000 Btu/h 100000 Btu/h Total Kapasitas = 1550000 Btu/h (129.167 TR) Indoor Unit Net Weight (kg) 150 kg 137 kg Outdoor Unit Net Weight (kg) 116 kg 101 kg Power Consumption (kw) 11,557 kw 9,712 kw Total Power Consumption = 147.038 kw Capacity Control (%) - - 5

Tabel 5. Data Sistem Tata Udara Desain Auditorium Gereja Bethel The Rock Hal Desain Jenis Mesin Aircooled Screw Semi Hermetic Water Chiller Jumlah Unit 2 Unit XC Series 1.80.S Kapasitas Unit (Btu/h) 588000 Btu/h Total Kapasitas = 1176000 Btu/h (98 TR) Indoor Unit Net Weight (kg) - Outdoor Unit Net Weight (kg) 1160 kg Power Consumption (kw) 61,8 kw Total Power Consumption = 123,6 kw Capacity Control (%) 50... 100% 4.6.Perencanaan Support Frame untuk Mesin Chiller Dikarenakan Sistem Tata Udara alternatif yang telah didesain membutuhkan struktur penunjang (Support Frame) agar bisa direalisasikan pada auditorium gereja, maka dibutuhkan struktur penunjang berupa konstruksi baja sederhana dari baja IWF 150 x 75 x 5 x 7. Penelitian ini membahas tentang perhitungan struktur penunjang berdasarkan SNI Baja (Departemen Pekerjaan Umum, 2000). Berikut disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2 Tampak depan dan samping Support Frame. Chiller Unit Chiller Unit Spring Vibrator Support Frame WF 150.75.5.7 1,10 1,00 Spring Vibrator Support Frame WF 150.75.5.7 1,00 1,10 1 2 A B C 2,00 3,40 Gambar 1. Tampak Depan Support Frame Gambar 2. Tampak Samping Support Frame 5. KESIMPULAN PENELITIAN Beberapa kesimpulan yang bisa diambil dari hasil penelitian beban pendinginan dalam auditorium adalah : 1. Untuk Auditorium Gereja Bethel The Rock, panas yang masuk dari luar bangunan diterima oleh material-material bangunan seperti kaca, dinding dan atap sudah direduksi secara baik dikarenakan koefisien transmisi panas (U cooefficient) yang rendah sehingga panas yang diterima bangunan sudah optimal. Penambahan material pada dinding, atap dan menambah ketebalan kaca tidak efektif dalam segi biaya karena material-material pada bangunan tersebut sudah bekerja dengan baik dalam mereduksi panas. 2. Beban pendinginan akibat faktor internal ternyata mempunyai kontribusi yang besar dibandingkan beban pendinginan akibat faktor eskternal. Seperti pada Auditorium Gereja Bethel The Rock memiliki kontribusi sebesar 78,10% beban pendinginan akibat faktor internal dan 21,91% untuk faktor eksternal, hal yang sama juga dengan terjadi pada auditorium SMAK Petra 1 dan Petra Gedung P1 dan P2. 6

3. Kaca dan atap dianggap sebagai elemen yang mempunyai pengaruh besar pada beban eksternal dalam beban pendinginan gereja Bethel. Kaca memiliki 39,21% (Beban radiasi kaca dan konduksi kaca) dan atap 42,97%. Sedangkan pada SMAK Petra 1 kontribusi kaca hanya 5,77% (Beban radiasi kaca dan konduksi kaca) karena luas kaca yang digunakan pada SMAK Petra 1 sangat kecil sehingga beban konduksi dinding memiliki kontribusi sebesar 46%. 4. Beban manusia dan beban ventilasi memiliki pengaruh paling besar pada beban internal pada gereja Bethel. Beban manusia sebesar 64,47% dan beban ventilasi 29,7% pada gereja bethel. Sama halnya dengan gereja Bethel, SMAK Petra 1 dan gedung P1 dan P2 juga memiliki beban internal yang didominasi oleh beban manusia dan beban ventilasi. 5. Dengan perhitungan CLTD, gereja Bethel dan SMAK Petra 1 perhitungan kapasitas mesin pendingin eksisting mengalami over-capacity sebesar 30,03% untuk gereja Bethel dan 26,19% untuk SMAK Petra 1. 6. Metode Rule of Thumb dari ketiga sumber bisa digunakan untuk tahap pre-design dalam perhitungan beban pendinginan, tetapi kurang tepat apabila digunakan untuk tahap desain dan dibutuhkan metode yang lebih akurat untuk menghasilkan kapasitas mesin pendingin yang optimal. 7. Hasil perhitungan menurut metode CLTD pada penelitian ini telah menciptakan Rule of Thumb khusus untuk auditorium dengan syarat sesuai dengan SNI Ventilasi Udara (SNI 03-6572-2001) yaitu beban pendinginan yang terjadi dapat dicari dengan kisaran 0,047 sampai 0,056 (TR/m 2 ). 8. Melalui analisis biaya dan perbandingan konsumsi listrik, Sistem Tata Udara Eksisting pada Auditorium Gereja Bethel The Rock bisa digantikan dengan mesin pendingin Chiller dengan syarat mesin pendingin bekerja pada beban pendinginan maksimum atau diatas 50% kapasitas maksimum untuk mencapai efisiensi Power per Ton 0,5 0,7 kw/tr. 9. Pergantian Sistem Tata Udara Eksisting berupa Modular System Air Conditioner menjadi Sistem Tata Udara Desain berupa Aircooled Screw Semi Hermetic Water Chiller memerlukan waktu untuk kembalinya biaya pembelian mesin pendingin Chiller sekitar 7 tahun belum termasuk jika mesin pendingin eksisting yang lama dapat dijual. Apabila Chiller digunakan pada bangunan perkantoran atau bangunan yang memiliki aktifitas penghuni yang padat berkisar antara 8 sampai 10 jam per hari, maka penghematan biaya listrik dan kembalinya biaya pembelian mesin pendingin Chiller akan kurang dari 7 tahun. 10. Penggunaan WF 150 x 75 x 5 x 7 untuk Support Frame mesin pendingin Chiller sudah memenuhi syarat dan kapasitas nominal lentur dan kapasitas kuat geser, serta memenuhi syarat interaksi. 6. DAFTAR REFERENSI ASHRAE. (1993) ASHRAE Handbook : Fundamentals, American Society of Heating, Refrigerating and Air Conditioning Engineer Inc., Atlanta, United States. Ask The Hvacman. (2010) Cooling Load Check Figures, <http://www.iklimnet.com > (Juni 5, 2015). Departemen Pekerjaan Umum. (2000). SNI 03-1729-2000 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung. Badan Standarisasi Nasional, Bandung, Indonesia. Departemen Pekerjaan Umum. (2001). SNI 03-6572-2001 Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi Udara pada Bangunan Gedung, Badan Standarisasi Nasional, Bandung, Indonesia. Poerbo, Hartono. (1998). Utilitas Bangunan, Penerbit Djambatan, Jakarta, Indonesia. 8