Bantul, Desember Kepala. Drs. Trisaktiyana, M.Si Pembina Utama Muda/IVc NIP

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

PNPM MANDIRI PERDESAAN

DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendekatan pembangunan yang berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

I. PENDAHULUAN. Dalam sebuah negara yang berkembang seperti Indonesia, masalah kemiskinan akan selalu

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

PRESS RELEASE JAYAPURA, PAPUA 15 MARET 2011

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM

Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

MENGELOLA DESA SECARA PARTISIPATIF REFLEKSI STUDI BANDING DESA MUARA WAHAU KE WILAYAH DIY. Oleh: Sri Purwani Konsultan

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu

BAB III METODOLOGI KAJIAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

BAB II GAMBARAN UMUM. Progo, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta. Secara geografis, Kabupaten

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Telah banyak kebijakan pemberdayaan ekonomi keluarga miskin. yang diprogramkan pemerintah sebagai langkah efektif dalam upaya

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013

LANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012

Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II K E L U R A H A N

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh :

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

KESIMPULAN DAN TEMUAN KAJIAN

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

BAB VI KAJI ULANG KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN SPKD

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebijakan pembangunan di Indonesia dalam menanggulangi

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP

PNPM MANDIRI PERKOTAAN

tkpk.bantulkab.go.id PENYUSUNAN DATA DAN PELAPORAN TPK DESA DAN PEDUKUHAN KECAMATAN PUNDONG PROFIL GAKIN 2013 JIWA TOTAL

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Pemberdayaan Masyarakat merupakan salah satu kebijakan Pemerintah Kabupaten Bantul dalam upaya untuk mengentaskan kemiskinan dalam rangka mencapai visi pembangunan Kabupaten Bantul Projotamansari, sejahtera, demokratis dan agamis. Seperti diketahui, pengentasan masyarakat miskin merupakan salah satu prioritas pembangunan jangka menengah maupun jangka panjang di Kabupaten Bantul. Kebijakan pemberdayaan masyarakat ini diimplementasikan melalui berbagai program atau kegiatan baik yang bersumber dana dari Anggaran pendapatan dan belanja Daerah (APBD) maupun dari berbagai sumber lainnya, termasuk dari Anggaran Pendapatan dan belanja Negara (APBN). Salah satu program pemberdayaan masyarakat yang didanai oleh APBN adalah PNPM Mandiri. Dalam kurun waktu sejak awal dilaksanakannya pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2013 telah terdapat dua program inti PNPM Mandiri yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul, yaitu : PNPM Mandiri Perdesaan dan PNPM Mandiri Perkotaan. PNPM Mandiri Perdesaan merupakan salah satu mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan (rural area), sedangkan PNPM Mandiri Perkotaan adalah program pemberdayaan masyarakat untuk eskalasi pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah perkotaan (urban area). Selain itu juga ada program khusus yaitu berupa bantuan keuangan kepada keluarga rawan miskin sebanyak 13.125 Rumah Tangga Sasaran (RTS). Bantuan berupa uang sebesar Rp1.000.000 per RTS, diperuntukkan usaha ekonomi produktif. Laporan ini disusun dalam upaya untuk memberikan gambaran komprehensif mengenai implementasi program/kegiatan pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Bantul pada tahun 2013. Melalui laporan ini diharapkan pemahaman tentang upaya i

pemberdayaan masyarakat dalam rangka mengentaskan kemiskinan di Kabupaten Bantul menjadi lebih baik sehingga dapat mendorong pelaksanaan program/kegiatan yang lebih efektif, transparan dan akuntabel. Laporan ini diharapkan pula bisa menjadi referensi bagi pemangku kepentingan dan semua pihak yang peduli terhadap penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bantul. Bantul, Desember 2013 Kepala Drs. Trisaktiyana, M.Si Pembina Utama Muda/IVc NIP. 19660219.199303.1.005 ii

DAFTAR ISI Halaman ` Kata Pengantar I. PENDAHULUAN 1 II. KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 2 III. PROGRAM-PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KERANGKA PENANGGULANGAN KEMISKINAN 4 IV. PENERIMA MANFAAT 8 V. TUJUAN KOORDINASI PROGRAM-PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 8 VI. KEGIATAN KOORDINASI PROGRAM-PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 9 VII. PROFIL PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 10 VIII. PROGRAM KHUSUS 19 IX. PENUTUP 19 LaporanKoordinasi Program program pemberdayaan 2013

LAPORAN KOORDINASI PROGRAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KABUPATEN BANTUL TAHUN 2013 I. PENDAHULUAN Kabupaten Bantul adalah salah satu dari empat kabupaten dan satu kota di Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Bantul secara geografis terletak di bagian selatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan luas wilayah 506,85 km² atau 50.685 ha, terdiri dari 17 kecamatan yang dibagi menjadi 75 desa dan 933 pedukuhan. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07º44'04"-08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34"-110º31'08" Bujur Timur. Secara administratif Kabupaten Bantul di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul, di sebelah utara berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, di bagian selatan Kabupaten Bantul berakhir dengan garis pantai Samodra Indonesia. Jumlah penduduk Kabupaten Bantul berdasar pada Hasil Pemutakhiran Data Penduduk Kabupaten Bantul sampai dengan Desember 2013, adalah 904.787 jiwa yang terdiri dari 276.804 Kepala Keluarga (KK). Dari jumlah tersebut berdasarkan atas Hasil Data Keluarga Miskin Kabupaten Bantul sampai dengan Desember 2013, di Kabupaten Bantul terdapat 39.424 KK miskin dengan jumlah jiwa miskin sebesar 122.021 jiwa. Persentasenya adalah 14,24 % KK miskin dan 13,48 % jiwa miskin. 1

II. Konsep Pemberdayaan Masyarakat Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Dalam konsep pemberdayaan, menurut Prijono dan Pranarka (1996), manusia adalah subyek dari dirinya sendiri. Proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan kemampuan kepada masyarakat agar menjadi berdaya, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa pemberdayaan harus ditujukan pada kelompok atau lapisan masyarakat yang tertinggal. Menurut Sumodiningrat (1999), bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Adapun pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan. Mubyarto (1998) menekankan bahwa terkait erat dengan pemberdayaan ekonomi rakyat. Dalam proses pemberdayaan masyarakat diarahkan pada pengembangan sumberdaya manusia, penciptaan peluang berusaha yang sesuai dengan keinginan masyarakat. Masyarakat menentukan jenis usaha, kondisi wilayah yang pada gilirannya dapat menciptakan lembaga dan system pelayanan dari, oleh dan untuk masyarakat setempat. Upaya pemberdayaan masyarakat ini kemudian pada pemberdayaan ekonomi rakyat. Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang 2

sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat, tentunya memiliki keberdayaan yang tinggi. Keberdayaan masyarakat merupakan unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan, dan dalam pengertian yang dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Keberdayaan masyarakat itu sendiri menjadi sumber dari apa yang di dalam wawasan politik disebut sebagai ketahanan nasional. Artinya bahwa apabila masyarakat memiliki kemampuan ekonomi yang tinggi, maka hal tersebut merupakan bagian dari ketahanan ekonomi nasional. Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan, menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan (Sutoro Eko, 2002). Konsep pemberdayaan (masyarakat desa) dapat dipahami juga dengan dua cara pandang. Pertama, pemberdayaan dimaknai dalam konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat. Posisi masyarakat bukanlah obyek penerima manfaat (beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar seperti pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang bertindak) yang berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan berarti lepas dari tanggungjawab negara. Pemberian layanan publik (kesehatan, pendidikan, perumahan, transportasi dan seterusnya) kepada masyarakat tentu merupakan tugas (kewajiban) negara secara given. Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan berarti terbukanya ruang dan kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan dan sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut menentukan proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan dan pemerintahan (Sutoro Eko, 2002). Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun 3

berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai. Inti pengertian pemberdayaan masyarakat merupakan strategi untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat. III. Program - program Pemberdayaan Masyarakat dalam kerangka Penanggulangan Kemiskinan Penanggulangan kemiskinan adalah kewajiban pemerintah yang harus dilakukan sebagai wujud dari amanat konstitusi bagi pencapaian tujuan nasional seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 45 yang menyebutkan bahwa Negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia memajukan kesejahteraan umum dan ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Penanggulangan kemiskinan juga terkait dengan mandat Undang Undang Dasar 1945 yang tertuang dalam beberapa pasal; pasal 27 ayat (2) " tiap tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan ", pasal 28 H ayat (1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan. Ayat (2) setiap orang mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. Ayat (3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. Ayat (4) setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang 4

wenang oleh siapapun. Pasal 34 menyebutkan " fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara". Pasal tersebut yang semula ayat tunggal, pada amandemen keempat UUD 45 hal tersebut dipertegas lagi dengan menambah ayatayat baru, sehingga pasal 34 menjadi empat ayat. Ayat (2) berbunyi " negara mengembangkan sistem jaminan bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan". Dalam Rencana Pembangunan Menengah Daerah (RPJMD) 2011-2015 Kabupaten Bantul, Pengentasan Kemiskinan merupakan prioritas pembangunan ke dua. Prioritas pertama adalah Tata Kelola Pemerintahan Yang Empatik Dan Bertanggung Jawab, adalah merupakan tata kelola pemerintahan yang berpihak pada masyarakat. Prioritas pembangunan ketiga dan keempat, masih merupakan upaya mengentaskan kemiskinan yaitu Pendidikan dan Kesehatan. Adapun Arah Kebijakan Pengentasan Kemiskinan seperti tertuang dalam RPJMD 2011-2015 adalah : 1) Koordinasi antar pihak pemerintah daerah, masyarakat/ pelaku dan pihak swasta terkait dengan penanggulangan kemiskinan 2) Peningkatan kesejahteraan dan produktifitas keluarga miskin melalui pemberdayaan dan partisipasi masyarakat. Sedangkan Strategi Pengentasan Kemiskinan tersebut adalah : 1) Validasi data Kepala Keluarga (KK) miskin dan penguatan sistem monitoring dan evaluasi (Monev) penanggulangan kemiskinan 2) Program pengurangan Beban Hidup KK miskin 3) Pemberdayaan KK miskin Berdasarkan penggolongan klaster dalam Penanggulangan Kemiskinan, maka terbagi atas 3 klaster yaitu: 5

1. Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Berbasis Rumah Tangga 2. Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Komunitas 3. Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Usaha Mikro dan Kecil Upaya penanggulangan kemiskinan tidak cukup hanya dengan memberikan bantuan secara langsung pada masyarakat miskin karena penyebab kemiskinan tidak hanya disebabkan oleh aspek-aspek yang bersifat materialistik semata, akan tetapi juga karena kerentanan dan minimnya akses untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat miskin. Pendekatan pemberdayaan dimaksudkan agar masyarakat miskin dapat keluar dari kemiskinan dengan menggunakan potensi dan sumberdaya yang dimilikinya. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah tahap lanjut dalam proses penanggulangan kemiskinan. Pendekatan pemberdayaan sebagai instrumen dari program ini dimaksudkan tidak hanya melakukan penyadaran terhadap masyarakat miskin tentang potensi dan sumberdaya yang dimiliki, akan tetapi juga mendorong masyarakat miskin untuk berpartisipasi dalam skala yang lebih luas terutama dalam proses pembangunan di daerah. Karakteristik program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut : Menggunakan pendekatan partisipatif Pendekatan partisipatif tidak hanya tentang keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan program, tetapi juga keterlibatan masyarakat dalam setiap tahapan pelaksanaan program, meliputi proses identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, serta pemantauan pelaksanaan 6

program, bahkan sampai tahapan proses pelestarian dari program tersebut. Penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat menitikberatkan pada penguatan aspek kelembagaan masyarakat guna meningkatkan partisipasi seluruh elemen masyarakat, sehingga masyarakat mampu secara mandiri untuk pengembangan pembangunan yang diinginkannya. Penguatan kapasitas kelembagaan tidak hanya pada tahap pengorganisasian masyarakat untuk mendapatkan hak dasarnya, akan tetapi juga memperkuat fungsi kelembagaan sosial masyarakat yang digunakan dalam penanggulangan kemiskinan. Pelaksanaan berkelompok kegiatan oleh masyarakat secara swakelola dan berkelompok Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat harus menumbuhkan kepercayaan pada masyarakat miskin untuk selalu membuka kesempatan masyarakat dalam berswakelola dan berkelompok, dengan mengembangkan potensi yang ada pada mereka sendiri guna mendorong potensi mereka untuk berkembang secara mandiri. Perencanaan pembangunan yang berkelanjutan Perencanaan program dilakukan secara terbuka dengan prinsip dari masyarakat, oleh masyarakat, untuk masyarakat dan hasilnya menjadi bagian dari perencanaan pembangunan di tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan nasional. Proses ini membutuhkan koordinasi dalam melakukan kebijakan dan pengendalian pelaksanaan program yang jelas antar pemangku kepentingan dalam melaksanakan program penanggulangan kemiskinan tersebut. 7

IV. Penerima Manfaat Penerima Kelompok program berbasis pemberdayaan masyarakat adalah kelompok masyarakat yang dikategorikan miskin. Kelompok masyarakat miskin tersebut adalah yang masih mempunyai kemampuan untuk menggunakan potensi yang dimilikinya walaupun terdapat keterbatasan. V. Tujuan koordinasi program program pemberdayaan masyarakat 1. Terciptanya koordinasi program program pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Bantul Tahun Anggaran 2013 baik di tingkat program, pelaku, dan implementasinya. 2. Adanya koordinasi dan pengawalan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri T.A 2013 dan terbangunnya sinergitas program dan pelaku dalam proses pelaksanaan penanggulangan kemiskinan 3. Mendorong optimalisasi peran dan fungsi masing-masing stakeholders tingkat Kabupaten (Pemda, DPRD, Satker Kabupaten, Fasilitator/Pendamping Program, Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten dan Kecamatan, PJOK Program PNPM, kelembagaan yang dibentuk sebagai pelaksana program PNPM, Forum BKM, Forum Badan Kerja Sama Antar Desa (BKAD), Forum UPK, Bank, PTN/PTS, Swasta) untuk lancarnya program PNPM Mandiri dan programprogram pemberdayaan masyarakat yang lain 4. Mendorong kemandirian dan partisipasi masyarakat dalam rangka perencanaan Partisipatif baik lewat kelembagaan program yang ada maupun dalam perencanaan pembangunan regular, sehingga tercipta sinergitas 8

5. PNPM Mandiri dan program program pemberdayaan yang lain dapat dipahami masyarakat, mendapat respon positif dari pemerintah kecamatan dan desa, masyarakat serta stakeholders lainnya dan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menuju berdaya dan mandiri dalam penanggulangan kemiskinan secara terpadu 6. Mengkoordinasikan, memfasilitasi dan mengendalikan atau memonitor dan mengevaluasi program program pemberdayaan masyarakat 7. Menciptakan basis data pelaksanaan program program pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Bantul sebagai bahan evaluasi dan perencanaan di masa depan. VI. Kegiatan Koordinasi Program program Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan koordinasi program program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan selama tahun 2013 adalah : 1. Rapat Koordinasi pembahasan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) PNPM Mandiri 2. Rapat koordinasi dalam rangka penyusunan Masterplan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 3. Fasilitasi pelatihan Anggaran Responsif Gender (ARG) 4. Fasilitasi sosialisasi ARG kepada SKPD 5. Rapat koordinasi Integrasi perencanaan pembangunan regular Musrenbang dengan Perencanaan PNPM Mandiri Perdesaan 6. Rapat koordinasi dengan Satker Program PNPM Mandiri 7. Rapat koordinasi dengan fasilitator dan pendamping Program PNPM Mandiri 9

8. Rapat koordinasi dengan pelaku PNPM Mandiri di tingkat kecamatan dan desa 9. Rapat koordinasi monitoring dan evaluasi SKPD pengampu program pemberdayaan dan penanggulangan kemiskinan 10. Rapat koordinasi pembuatan website TKPKD 11. Penerbitan Petunjuk Teknis Operasiaonal TKPKD 12. Koordinasi program pemberdayaan dengan pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan pemerintah pusat 13. Rapat koordinasi membahas jaminan kesehatan masyarakat 14. Rapat koordinasi program pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak baik di tingkat kabupaten mau pun provinsi 15. Sosialisasi kebijakan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak 16. Rapat koordinasi dengan perusahaan perusahaan di wilayah Kabupaten Bantul 17. Sosialisasi kebijakan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak 18. Sosialisasi dan Pelatihan Peningkatan Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang 19. Pembentukan P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak 20. Pembentukan Forum Anak Bantul (FONABA) VII. Profil Program program Pemberdayaan Masyarakat Dalam pembahasan laporan ini memfokuskan kepada laporan koordinasi dan hasil pelaksanaan program program pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Bantul Tahun 2013 khususnya Program program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM Mandiri). 10

PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung mengenai PNPM Mandiri adalah : a. PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan. b. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai. Tujuan dari Program PNPM Mandiri adalah : 1. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan; 2. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan akuntabel; 3. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor); 11

4. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan; 5. Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya; 6. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal; dan 7. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat. Dalam kurun waktu sejak awal dilaksanakannya (Tahun 2007) sampai dengan tahun 2013 terdapat 2 (dua) program pokok PNPM Mandiri yang telah dan sedang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul, yaitu : 1. PNPM Mandiri Perdesaan, merupakan salah satu mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. Program ini dilakukan untuk lebih mendorong upaya peningkatan kualitas hidup, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat di perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari PNPM Mandiri dan telah dilakukan sejak 1998 melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK). 2. PNPM Mandiri Perkotaan, merupakan salah satu mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah perkotaan. Program ini dilakukan untuk lebih mendorong upaya 12

peningkatan kualitas hidup, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat di perkotaan. PNPM Mandiri Perkotaan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari PNPM Mandiri dan telah dilakukan sejak 1999 sebagai Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yaitu suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Lokasi Penerima Program PNPM Inti di Kabupaten Bantul. No Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Pedukuhan Luas (km 2 ) Keterangan 1 Srandakan 2 43 18,32 PNPM Perkotaan 2 Sanden 4 62 23,16 PNPM Perkotaan 3 Pandak 4 49 24,30 PNPM Perkotaan 4 Bambanglipuro 3 45 22,70 PNPM Perkotaan 5 Bantul 5 50 21,95 PNPM Perkotaan 6 Pundong 3 49 23,68 PNPM Perkotaan 7 Pleret 5 47 22,97 PNPM Perkotaan 8 Banguntapan 8 57 24,48 PNPM Perkotaan 9 Kasihan 4 53 32,38 PNPM Perkotaan 10 Sedayu 4 54 34,36 PNPM Perkotaan 11 Sewon 4 63 27,16 PNPM Perkotaan 12 Jetis 4 64 24,47 PNPM Perkotaan Jumlah (1-12) 50 636 303,93 13 Imogiri 8 72 54,49 PNPM Pedesaan 13

14 Piyungan 3 60 32,54 PNPM Pedesaan 15 Dlingo 6 58 55,87 PNPM Pedesaan 16 Kretek 5 52 26,77 PNPM Pedesaan 17 Pajangan 3 55 33,25 PNPM Pedesaan Jumlah Total 75 933 506,85 A. PNPM Mandiri Perdesaan Program PNPM Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) merupakan kelanjutan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Program PNPM Mandiri Perdesaan pertama kali didapatkan oleh Kabupaten Bantul pada tahun 2006, dengan nama Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Rehabilitasi Paska Bencana. Program ini sebagai respon pemerintah pusat setelah terjadi bencana gempa bumi yang melanda Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya di Kabupaten Bantul. Tahun 2006 dan tahun 2007 dari keseluruhan 17 kecamatan di Kabupaten Bantul semua mendapatkan program PNPM Mandiri Perdesaan, kemudian baru pada tahun 2008 sampai sekarang hanya tinggal 5 kecamatan yaitu Kecamatan Pajangan, Kretek, Imogiri, Dlingo, dan Piyungan yang yang mendapat program ini. Sampai dengan tahun 2013, total dana BLM Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan yang sudah diterima Kab. Bantul dari Pemerintah Pusat (APBN) sebesar Rp. 87.165.000.000,- dengan cost sharing (dana pendamping) dari APBD Kabupaten sebesar Rp. 5.292.500.000,- Total anggaran di Kabupaten Bantul sebesar Rp 92.457.500.000,-. Rincian dana alokasi PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten Bantul dari tahun 2006 s/d 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 14

Lokasi dan Alokasi Dana BLM PNPM MPd Kegiatan TA. 2006-2013 Thn Nama Program Jml Kec Dana APBN (Rp.) Dana APBD (Rp.) Jumlah (Rp.) 2006 PPK Rehab Paska Bencana 17 40.750.000.000 0 40.750.000.000 2007 PNPM PPK 17 14.000.000.000 0 14.000.000.000 2008 2009 2010 2011 2012 2013 PNPM Mandiri Perdesaan PNPM Mandiri Perdesaan PNPM Mandiri Perdesaan PNPM Mandiri Perdesaan PNPM Mandiri Perdesaan PNPM Mandiri Perdesaan 5 4.400.000.000 1.100.000.000 5.500.000.000 5 7.920.000.000 1.980.000.000 9.900.000.000 5 4.200.000.000 1.050.000.000 5.250.000.000 5 1.800.000.000 450.000.000 2.250.000.000 5 2.945.000.000 155.000.000 3.100.000.000 5 11.150.000.000 557.500.000 11.707.500.000 TOTAL 87.165.000.000 5.292.500.000 92.457.500.000 15

Lokasi dan Alokasi BLM APBN PNPM-MPd 2012 No Kecamatan BLM Kegiatan 1 Pajangan 3.000.000.000 2 Kretek 1.000.000.000 3 Imogiri 3.000.000.000 4 Dlingo 3.000.000.000 5 Piyungan 1.1500.000.000 Kabupaten 11.150.000.000 Sumber : Laporan Faskab PNPM MPd, bulan Oktober 2013 Kegiatan dari Program PNPM Mandiri Perdesaan adalah di bidang lingkungan berupa pembangunan sarana dan prasarana lingkungan, pemberdayaan ekonomi berupa pinjaman bergulir yaitu Simpan Pinjam Perempuan (SPP), bidang kesehatan, pendidikan, dan pelatihan pelatihan usaha kecil. B. PNPM Mandiri Perkotaan Program ini dilaksanakan di 12 kecamatan. Bentuk kegiatan yang dilaksanakan diantaranya adalah simpan pinjam, kegiatan sosial dan pembangunan lingkungan. Dalam PNPM Mandiri Perkotaan, pendanaan disusun melalui skema sharing antara anggaran Pusat dan Daerah. Sumber dana sharing antara dana APBN dan APBD Kabupaten. Pada tahun 2013 ini, Kabupaten Bantul masih tergolong dalam daerah yang IFKD (Index Finansial Kemampuan Daerah) rendah, maka Kabupaten Bantul hanya diwajibkan sharing 5% dari syarat untuk sharing DDUB (Dana Daerah untuk Urusan Bersama) 20% dari BLM. Gabungan pendanaan disebut BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) yang kemudian disalurkan kepada agent pengentasan kemiskinan di level masyarakat yaitu BKM 16

(Badan Keswadayaan Masyarakat). SKPD yang menangani program ini adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul. BLM PNPM MP Tahun 2013 ini, Alokasi DIPA untuk BLM senilai 13,325 M dan alokasi dari DDUB senilai 666,25 juta rupiah yang akan dimanfaatkan untuk 50 Desa. Pagu BLM untuk Kabupaten Bantul pada tahun ini adalah lokasi besar dengan KK miskin lebih dari 10% senilai 250 juta rupiah, lokasi sedang senilai 150 juta rupiah dan lokasi besar dengan KK miskin kurang dari 10% mendapatkan pagu BLM 100 juta rupiah. BLM sebagai stimulan bagi masyarakat untuk mengaktualisasikan apa yang sudah masyarakat rencanakan dan sepakati dalam perencanaan partisipatif, sehingga masyarakat belajar melalui praktek membangun yang dikelola sendiri. Dari sinilah diharapkan tujuan pemberdayaan tercapai. Selanjutnya, kegiatan BKM ini tersusun dalam siklus-siklus, dimana pentahapan siklus ini dibantu oleh Konsultan Perkotaan yang ditunjuk oleh Pemerintah Pusat. Mulai dari pencairan dana BLM sampai dengan pelaksanaan kegiatannya seperti; Penyusunan PJM Pronangkis, Rembug Warga Tahunan, Review Keuangan, Pemilu BKM, Channeling (kemitraan) BKM dengan pihak lain serta Sinergisme PJM dengan Musrenbang, dikawal oleh Konsultan. Dari 50 Desa di Kabupaten Bantul,, sebagian besar BKM (35 BKM) telah berpengalaman melakukan channeling dan kemitraan dengan pihak lain, baik Pemerintah, Swasta, Badan Usaha, Perguruan Tinggi, LSM, Perbankan maupun kelompok peduli lain. Dengan Pemerintah Daerah, BKM-BKM melakukan kemitraan dalam Program PAKET baik tahun 2007 (realisasi 2008) maupun PAKET Tahap 2 Tahun 2008 (Realisasi 2009), Secara umum kendala, masalah dan hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan Program PNPM Perkotaan di Kabupaten Bantul baik terhadap BKM, masyarakat dan stakeholders adalah : 17

kelambanan sebagian BKM dan relawan dalam merespon terhadap kebutuhan persyaratan Pemanfaatan BLM yang berdampak pada mundurnya jadwal dan kesiapan pemanfaatan dana BLM. BKM beserta perangkatnya yaitu UPL, UPS, dan UPK ada yang belum siap secara substansi dan pemahaman tupoksi sehingga semua masih banyak tergantung pada koordinator BKM dan Fasilitator. Kurang adanya kemauan masyarakat dalam mengikuti proses pemanfaatan BLM, menyebabkan peran BKM, UP-UP dan Fasilitator masih lebih dominan daripada peran masyarakat dan KSM dalam pemanfaatan BLM. Pemanfaatan BLM masih ada yang sifatnya bagi rata, bukan berdasar prioritas menyelesaikan masalah, sehingga kemanfaatan terhadap warga miskin dan dampaknya terhadap permasalahan yang dihadapi masih belum optimal. Masih dibutuhkan pemahaman kepada masyarakat untuk rencana pemanfaatan sarana prasarana fisik yang dibangun, baik secara operasional maupun pemeliharaan. Perencanaan partisipatif belum dimaknai sebagai kebutuhan masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan namun masih dimaknai sebagai penyusunan program untuk meraih dana PNPM MP, sehingga usulan kegiatan masih banyak yang bersifat keinginan dan belum menyentuh sasaran warga miskin secara maksimal. Masih kurangnya pemahaman dari masyarakat secara luas bahwa BKM sebagai lembaga amanah dari masyarakat, sehingga belum banyak yang mau terlibat dalam pemilihan anggota BKM di tingkat basis. 18

Ada BKM yang belum mampu untuk melakukan kemitraan dengan pihak lain baik kelayakan pengelolaan keuangan, penyusunan program maupun yang belum layak kelembagaan. Masih ada pihak luar yang memahami BKM sebagai lembaga yang dipercaya masyarakat untuk penanggulangan kemiskinan, sehingga pihak luar tersebut belum bisa menerima BKM sebagai lembaga yang menjalankan program mereka. VIII. PROGRAM KHUSUS Pada tahun 2013, secara khusus Gubernur DIY melaksanakan program khusus untuk percepatan penanggulangan kemiskinan berupa bantuan keuangan kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) kepada masyarakat rawan miskin. Bantuan berupa uang sebesar Rp1.000.000 per RTS yang harus digunaan untuk usaha ekonomi produktif. Jumlah RTS penerima bantuan sebanyak 13.125 RTS dan dibagi menjadi 1.052 kelompok. IX. PENUTUP Program PNPM Mandiri yang diluncurkan oleh Pemerintah sesungguhnya merupakan salah satu upaya Pemerintah untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan dan memperluas kesempatan kerja melalui konsolidasi program - program pemberdayaan masyarakat yang ada di berbagai Kementerian/Lembaga. Untuk memastikan efektivitas program, penyaluran dana operasional kegiatan dilakukan secara langsung kepada masyarakat, tidak melalui Pemerintah Daerah. Disamping itu, melalui pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat ke dalam kerangka kebijakan PNPM Mandiri, cakupan pembangunan diharapkan dapat diperluas hingga ke daerah-daerah terpencil. Implementasi PNPM Mandiri masih memerlukan adanya trilateral sinergy dari tiga pihak yaitu 19

masyarakat, pemerintah daerah dan kelompok peduli (swasta, asosiasi, perguruan tinggi, media, LSM, dll) serta kemitraan diantara ketiganya. Untuk menjamin agar semua pihak terlibat dalam program tersebut maka perlu adanya sosialiasi kepada masyarakat luas yang dilakukan secara intensif. Pemerintah Kabupaten Bantul tetap akan berkomitmen untuk selalu mendukung program PNPM Mandiri karena terbukti mampu secara signifikan mengatasi permasalahan kemiskinan dan berkontribusi menurunkan angka kemiskinan. Komitmen tersebut diwujudkan diantaranya melalui upaya untuk mendorong kesuksesan implementasi Program PNPM Mandiri melalui berbagai kebijakan, koordinasi dan sinergitas dengan perencanaan pembangunan daerah. Salah satu kebijakan tersebut adalah alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk sharing DDUB PNPM Mandiri untuk keberlanjutan program. Selain itu, upaya untuk melestarikan aset asset PNPM Mandiri demi keberlanjutan proses pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi kemiskinan terus dilakukan melalui koordinasi dan sinergi dengan SKPD terkait. Dengan demikian integrasi program-program PNPM Mandiri ke dalam perencanaan pembangunan daerah menjadi sesuatu yang mutlak dilaksanakan. 20