UJI BEDA UKURAN MESH TERHADAP MUTU PADA ALAT PENGGILING MULTIFUCER

dokumen-dokumen yang mirip
UJI KECEPATAN PUTARAN OPTIMAL PADA ALAT PENYANGRAI KOPI TIPE ROTARI TERHADAP KUALITAS HASIL SANGRAI

UJI ALAT PENGUPAS KULIT KOPI MEKANIS

UJI SUHU PENYANGRAIAN PADA ALAT PENYANGRAI KOPI MEKANIS TIPE ROTARY TERHADAP MUTU KOPI JENIS ARABIKA (Coffea arabica)

RANCANG BANGUN ALAT PENGGILING BIJI KOPI TIPE FLAT BURR MILL

UJI ALAT PENGEPRES MINYAK (OIL PRESS) PADA BEBERAPA KOMODITI

UJI KOMPOSISI BAHAN BAKU TERASI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PENCETAK TERASI

Kata kunci : kopi arabika gayo, suhu penyangraian, lama penyangraian, dan kualitas

BAB III METODE PENELITIAN

UJI SUHU PENYANGRAIAN PADA ALAT PENYANGRAI KOPI MEKANIS TIPE ROTARY TERHADAP MUTU KOPI JENIS ARABIKA (Coffea arabica)

UJI ALAT PENGGILING TIPE FLAT BURR MILL PADA KOMUNITAS BERAS, KETAN PUTIH DAN KETAN HITAM

STUDI PENGARUH JUMLAH AIR DAN LAMA EKSTRAKSI TERHADAP MUTU KOPI INSTAN SECARA MIKROENKAPSULASI

RANCANG BANGUN ALAT PENGGILING BIJI KOPI TIPE FLAT BURR MILL

UJI VARIASI SUHU PENGERINGAN BIJI KAKAO DENGAN ALAT PENGERING TIPE KABINET TERHADAP MUTU BUBUK KAKAO SKRIPSI

STUDI PENGARUH JUMLAH FORMULASI RAGI INOKULUM DAN WAKTU FERMENTASI TERHADAP MUTU BIJI KOPI

KAJIAN PEMBUATAN KOPI JAHE CELUP (STUDY OF GINGER COFFEE BAG PREPARATION)

STUDI PEMBUATAN TEH DAUN KOPI

UJI KOMPOSISI BAHAN BAKU TERASI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PENCETAK TERASI SKRIPSI

UJI JARAK ROTOR DAN VARIASI BENTUK MATA PISAU PADA ALAT PENGUPAS KULIT KOPI MEKANIS SILINDER TUNGGAL

UJI BERBAGAI DIAMETER PULI TERHADAP KUALITAS HASIL ALAT PENCETAK KERIPIK BIJI-BIJIAN

I. PENDAHULUAN. dalam family Rubiaceae dan genus Coffea. Kopi merupakan bahan minuman tidak

UJI VARIASI KOMODITAS TERHADAP KAPASITAS ALAT PADA PENGGILING MULTIFUCER

BAHAN DAN METODE. Penelitian inidilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2016

MEMPELAJARI PENGARUH KONSENTRASI RAGI DALAM FORMULASI INOKULUM FERMENTASI DAN LAMA PENYANGRAIAN TERHADAP MUTU KOPI BUBUK

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

KARAKTERISTIK MUTU BIJI KOPI PADA PROSES DEKAFEINASI

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

UJI KEHALUSAN BAHAN DAN KONSENTRASI PEREKAT PADA PEMBUATAN BRIKET LIMBAH KELAPA SAWIT

UJI VARIASI SUHU TERHADAP MUTU KELAPA PARUT KERING PADA ALAT PENGERING KELAPA PARUT (Desiccated Coconut)

UJI PENGARUH SUHU PEMANASAN BIJI KEMIRI DENGAN MENGGUNAKAN OIL PRESS TIPE ULIR TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK YANG DIHASILKAN

UJI BEBAN KERJA TERHADAP KINERJA ALAT PENGERING KELAPA PARUT (DESICCATED COCONUT)

PENGARUH SUHU DAN DURASI PENYANGRAIAN KOPI ARABIKA DAN KOPI ROBUSTA GREENBEAN MAUPUN HULLS BEAN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI KOPI BUBUK

UJI ALAT PENGGILING TIPE FLAT BURR MILL PADA KOMODITAS BERAS MERAH

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

PEMANFAATAN BLOTONG TEBU UNTUK MENGURANGI PEMAKAIAN SEMEN PADA PEMBUATAN BATAKO

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Oleh : YOHANA PRATIWI

Pengaruh Jenis dan Lama Penyangraian pada Mutu Kopi Robusta (Coffea robusta)

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

WAHYU YUSDIALI (G ) 1 Mursalim dan I.S Tulliza 2 ABSTRAK

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Oleh:

KARAKTERISTIK AROMA DAN RASA SEDUHAN KOPI JANTAN

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PERBANDINGAN BUAH NAGA MERAH DENGAN SIRSAK DAN KONSENTRASI AGAR-AGAR TERHADAP MUTU SELAI LEMBARAN

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYANGRAIAN TERHADAP TINGKAT KADAR AIR DAN KEASAMAN KOPI ROBUSTA

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

PENGARUH KONSENTRASI CARBOXY METHYL CELLULOSE DAN KONSENTRASI GULA TERHADAP MUTU SELAI JAGUNG

STEVIA ISSN No Vol. I No. 01-Januari 2011

UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU)

OPTIMASI SUHU DAN WAKTU SEDUHAN TERHADAP MUTU KOPI TANPA AMPAS VARIETAS ROBUSTA(Coffea canephora) DARI DESA TEMPUR KECAMATAN KELING KABUPATEN JEPARA

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

PENGARUH SUHU PENGERINGAN DAN SUHU PEMBEKUAN TERHADAP MUTU KEMIRI YANG DIPECAH SECARA MEKANIS

MODIFIKASI ALAT PENGGILING BIJI KOPI TIPE FLAT BURR MILL

UJI ALAT PENGUPAS KULIT KOPI MEKANIS

PENGARUH PERBANDINGAN SARI MENGKUDU DENGAN SARI NANAS DAN JUMLAH SUKROSA TERHADAP MUTU MINUMAN SERBUK MENGKUDU INSTAN

III. METODOLOGI. Penelitian inidilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Juni 2014 di

SNI Standar Nasional Indonesia. Biji kopi

UJI ALAT PENYANGRAI MEKANIS TIPE ROTARI DENGAN KOMODITAS KACANG KEDELAI

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2,3,4

III. METODOLOGI PENELITIAN

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

PENGARUH KONSENTRASI BUBUK BAWANG PUTIH DAN GARAM DAPUR (NaCl) TERHADAP MUTU TAHU SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN GARAM DAN SUHU FERMENTASI TERHADAP MUTU KIMCHI LOBAK

UJI BERBAGAI DIAMETER PULI PADA ALAT PEMBUAT SARI KEDELAI

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Alat dan Bahan Metode Proses Pembuatan Pelet

PENGARUH KONSENTRASI BUBUR BUAH MANGGA DAN CMC (CARBOXY METHYL CELLULOSE) TERHADAP MUTU SORBET AIR KELAPA

III. METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di green house milik UMY dan Laboratorium

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

UJI BEBAN KERJA TERHADAP KINERJA ALAT PENGERING KELAPA PARUT (DESICCATED COCONUT) SKRIPSI

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai

Mulai. Dihaluskan bahan. Ditimbang bahan (I kg) Pemanasan alat sesuai dengan suhu yang ditentukan. Dioperasikan alat. Dimasukkan bahan dan dipress

BAB III METODE PENELITIAN

Kajian Pembuatan Bumbu Dari Bawang Putih (Allium sativum) Dan Daun Jeruk Purut (Cytrus hystrix) Menggunakan Pengering Tipe Rak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

ARTIKEL ILMIAH. Evaluasi Mutu dan Waktu Kadaluarsa Sirup Teh Dari Jumlah Seduh Berbeda RINGKASAN

METODE PENELITIAN. Pada penelitian paving block campuran tanah, fly ash dan kapur ini digunakan

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian

KARAKTERISTIK SNACK BARS BERBAHAN DASAR TEPUNG KACANG HIJAU DAN PISANG LOKAL SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD DHANY ISMAIL

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam masalah budidaya kopi di berbagai Negara hanya beberapa

UJI BERBAGAI TINGKAT KECEPATAN PUTARAN TERHADAP KUALITAS HASIL PADA ALAT PENGERING KELAPA (DESICCATED COCONUT)

PENGARUH JENIS DAN JUMLAH INOKULUM MIKROBA TERHADAP MUTU KOPI BUBUK

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

TATA CARA PENELITIAN

Transkripsi:

UJI BEDA UKURAN MESH TERHADAP MUTU PADA ALAT PENGGILING MULTIFUCER (Test of Different Mesh Size on the Quality of Coffee Bean In Multifucer Grinder) Johanes Panggabean 1, Ainun Rohanah 1, Adian Rindang 1 dan Edi Susanto 1 1) Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian USU Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan 20155 Diterima tanggal 15 Februari 2013/ Desetujui tanggal 13 Maret 2013 ABSTRACT This research was aimed to test the effect of different mesh sizes on the quality of coffee beans in the multifucer grinder using roasted arabica and robusta coffee beans. The parameters measured were the effective capacity of the equipment, the percentage of material that passed the sieve, coffee powder moisture content, percentage of soluble coffee powder in water and organoleptic tests. The results showed that the best effective capacity was 35.56 kg/hour for the treatment of robusta coffee with 250 mesh sieve, the percentage of material that passed the sieved was 93.33% for Arabica coffee at 150 mesh sieve. The best coffee powder water content was 2.43% for Arabica coffee at treatment with 250 mesh sieve. The best percentage of soluble coffee powder was 33% at 250 mesh sieve. The best aroma was 3.9, which means that the aroma was very typical for treatment of 250 mesh sieve. The best taste was 3.46, which means the taste was typical for Arabica coffee at 250 mesh sieve. The quality of coffee powder produced from the grinding was in compliance with the quality standards of Indonesia. Key words: multifucer, sieve, mesh, robusta coffee, arabica coffee. PENDAHULUAN Nama kopi (Coffea sp.) sebagai bahan minuman sudah tidak asing lagi. Aromanya yang harum, rasanya yang khas nikmat, serta khasiatnya yang dapat memberikan rangsangan penyegaran badan membuat kopi cukup akrab di lidah dan digemari. Penggemarnya bukan saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Pengolahan biji kopi yang dilakukan oleh petani kopi sekarang, biasanya masih menggunakan sistem pengolahan yang tradisional khususnya saat penggilingan biji kopi. Sehingga standar mutunya terkadang masih ada yang belum memenuhi SNI, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna meningkatkan mutu bubuk kopi dengan berbagai tingkat kehalusan serta pengujian organoleptik sesuai mutu SNI terbaru. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan mutu produk kopi yang ada di pasaran maka ada hal yang perlu diperhatiakan yaitu mengenai penanganan pasca panen, dimana kehilangan hasil atau mutu saat ini dirasakan cukup besar. Untuk mengatasi hal tersebut sangat diperlukan usaha-usaha perbaikan, diantaranya melalui penanganan atau penerapan teknologi pasca panen yang bertujuan untuk mempertahankan, meningkatkan mutu dan menekan tingkat kehilangan secara kuantitatif dan kualitatif. Salah satu komponen yang menentukan penanganan teknologi pasca panen yaitu penggunanan alat-alat pasca panen, misalnya alat penggiling multifucer, yang bertujuan untuk meningkatkan mutu bubuk kopi dengan berbagai tingkat kehalusan. Penggilingan dilakukan untuk menghaluskan atau menepung bahan pangan menjadi bubuk dengan tingkat kehalusan tertentu agar lebih mudah diolah menjadi produk lain. Biji kopi sangrai dihaluskan dengan tujuan untuk memperoleh butiran kopi dengan kehalusan tertentu agar mudah diseduh dan memberikan sensasi rasa serta aroma yang lebih optimal. Dampak dari penggunaan setiap ukuran mesh pada alat penggiling multifucer akan mempengaruhi tekstur, aroma, rasa dan warna. Hal ini disebabkan pada saat penggilingan adanya gaya gesekan oleh bahan terhadap alat, serta lamanya penggilingan juga akan berpengaruh pada penggilingan ini. Penelitian ini bertujuan untuk menguji beda ukuran mesh terhadap mutu biji kopi pada alat penggiling multifucer dengan menggunakan 60

bahan biji kopi arabika dan biji kopi robusta yang telah disangrai. METODOLOGI Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kopi robusta dan arabika yang telah disanggrai, air, gelas, ayakan, kertas whatman, dan baskom. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat penggiling multifucer, kalkulator, stopwatch, termometer dan timbangan. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan eksperimen dan melakukan pengamatan tentang alat penggiling multifucer. Kemudian penelitian ini akan dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu beda jenis varietas biji kopi dan beda ukuran mesh, dengan tiga kali ulangan pada tiap perlakuan. Setelah itu, dilakukan pengujian alat dan pengamatan parameter. Penentuan mutu biji kopi yang dipakai Disiapkan biji kopi robusta dan arabika yang belum disangrai masing masing sebanyak 3 kg. Dihitung nilai cacat biji kopi tersebut berdasarkan ketentuan mutu SNI dengan mengambil sampel biji kopi sebanyak 300 gr dari masing masing varietas biji kopi dengan 3 kali ulangan. Dihitung kadar air biji kopi tersebut dengan mengambil sampel biji kopi sebanyak 10 g dari masing-masing varietas dengan 3 kali ulangan. Kemudian ditentukan mutu biji kopi tersebut berdasarkan nilai mutu SNI. Pengujian alat multifucer Disangrai dahulu biji kopi yang akan digiling. Ditimbang biji kopi yang akan digiling sebanyak 300 g. Digiling biji kopi tersebut hingga menjadi bubuk. Ditampung hasil gilingan kopi di dalam baskom. Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penggilingan. Dihitung kapasitas penggilingan yang dihasilkan alat ini per satuan waktu. Dihitung persentase bubuk kopi yang lolos ayakan. Dihitung kadar air bubuk kopi tersebut. Dihitung persentase bubuk kopi yang larut terhadap air dengan menggunakan metode gravimetrik. Kemudian diuji bubuk kopi tersebut berdasarkan organoleptik. Perlakuan tersebut diulangi sebanyak 3 kali ulangan. Parameter yang Diamati Kapasitas efektif alat Kapasitas efektif alat (KA) dapat dihitung dari berat bahan (W) yang digiling alat ini per satuan waktu (t) pada tiap perlakuan. Kapasitas efektif alat dihitung dengan rumus:...(1) Persentase bahan yang lolos ayakan Perhitungan persentase bahan yang lolos ayakan (PL) dilakukan dengan pemisahan bubuk kopi yang lolos ayakan dengan bubuk kopi yang tidak lolos ayakan secara mekanis yang ditandai dengan ukuran yang lebih besar serta menggumpal di dalam ayakan. Ditimbang berat bahan yang lolos ayakan (W1) kemudian dibagi berat bahan awal (Wo). Persentase bahan yang lolos ayakan dihitung dengan rumus:...(2) Kadar air bubuk kopi Kadar air bubuk kopi (Ka) merupakan salah satu parameter mutu yang perlu diperhatikan. Sesuai dengan mutu SNI, kadar air bubuk kopi maksimum 7 %. Kadar air bubuk kopi dapat dihitung dari pengambilan 3 sampel bubuk kopi sebanyak 10 g (Wo) dari setiap perlakuan. Sampel tersebut dikeringkan ke dalam oven dengan suhu 105 C selama 5 jam. Kemudian ditimbang berat sampel yang telah dikeringkan (W1). Kadar air bubuk kopi dihitung dengan rumus :...(3) Persentase bubuk kopi yang larut terhadap air Persentase kelarutan (PK) ini merupakan salah satu parameter mutu yang perlu diperhatikan. Sesuai dengan mutu SNI, persentase kelarutan bubuk kopi 20-36 %. Persentase bubuk kopi yang larut terhadap air dilakukan dengan pemisahan antara padatan bubuk kopi dengan zat atau senyawa bubuk yang larut terhadap air dengan menggunakan kertas saring whatman yang berdiameter pori 7 µm. Perhitungan persentase bubuk kopi yang larut terhadap air dapat dilakukan dengan cara dimasukan air mendidih kedalam gelas ukur sebanyak 20 ml. Dimasukan bubuk kopi kedalam gelas ukur sebanyak 1 g (Wo). Didiamkan hingga bahan bercampur. Disaring air kopi tadi dengan menggunakan kertas whatman berdiameter pori 7 µm selama 2 jam sehingga terpisah antara sari kopi yang terlarut dalam air dengan bubuk kopi yang tidak larut dalam air. Dikeringkan bubuk kopi yang tidak terlarut ke dalam oven pada suhu 105 C selama 2 jam. Dihitung berat bubuk kopi yang tidak terlarut (W1). Dihitung persentase bubuk kopi yang larut terhadap air. Persentase bubuk kopi yang larut terhadap air dihitung dengan menggunakan rumus : 61

...(4) Uji Organoleptik Pengujian bubuk kopi terhadap organoleptik dilakukan untuk melihat seberapa besar bubuk kopi yang dihasilkan dapat diterima oleh konsumen. Pengujian ini dilakukan pada 10 orang yang benar-benar menyukai minuman kopi (sebagai tester) untuk setiap perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Beda Varietas Kopi Dari hasil penelitian yang dilakukan secara umum diperoleh bahwa beda jenis varietas biji kopi berpengaruh terhadap setiap parameter. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pengaruh beda varietas kopi terhadap parameter yang diamati. Varietas KA (kg/jam) PL Ka Uji Organoleptik PK Aroma Rasa V1 24,16 87,6 1,72 1,78 1,78 25,7 V2 22,55 89,4 1,93 3,33 2,89 26,9 Keterangan : V1 = Kopi robusta, V2 = Kopi arabika, Kea = Kapasitas efektif alat, PL = Persentase bahan yang lolos ayakan, Ka = Kadar air bubuk kopi, PK = Persentase bubuk kopi yang larut terhadap air. Tabel 1 menunjukkan bahwa beda jenis varietas biji kopi memberikan pengaruh terhadap parameter yang diamati. Kapasitas efektif alat yang tertinggi terdapat pada perlakuan V1 yaitu sebesar 24.16 kg/jam, terendah pada perlakuan V2 yaitu sebesar 22.55 kg/jam. Persentase bahan yang lolos ayakan tertinggi terdapat pada perlakuan V2 yaitu sebesar 89.44 %, terendah terdapat pada perlakuan V1 yaitu 87.56 %. Kadar air bubuk kopi tertinggi terdapat pada perlakuan V2 yaitu sebesar 1,93 %, terendah terdapat pada perlakuan V1 yaitu 1,72 %. Persentase bubuk kopi yang larut terhadap air tertinggi terdapat pada perlakuan V2 yaitu sebesar 26,89 %, terendah terdapat pada perlakuan V1 yaitu sebesar 25,67 %. Uji organoleptik aroma tertinggi terdapat pada perlakuan V2 yaitu sebesar 3,33 yang artinya bubuk kopi tersebut memiliki aroma khas, terendah terdapat pada perlakuan V1 yaitu sebesar 1,78 yang artinya bubuk kopi tersebut memiliki aroma cukup khas. Uji organoleptik rasa tertinggi terdapat pada perlakuan V2 yaitu sebesar 2,89 yang artinya bubuk kopi tersebut memiliki rasa khas, terendah terdapat pada perlakuan V1 yaitu sebesar 1,78 yang artinya bubuk kopi tersebut memiliki rasa cukup khas. Pengaruh Beda Ukuran Mesh Dari hasil penelitian yang dilakukan secara umum diperoleh bahwa beda jenis varietas biji kopi berpengaruh terhadap setiap parameter. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh beda ukuran mesh terhadap parameter yang diamati. Ukuran Mesh KA (kg/jam) PL Ka Uji Organoleptik PK Aroma Rasa M1 15,43 92,7 1,38 1,83 1,50 21,5 M2 19,48 87,8 1,82 2,50 2,33 24,5 M3 35,16 85,0 2,28 3,33 3,17 32,8 Keterangan : M1 = 150 mesh, M2 = 200 mesh, M3 = 250 mesh, Kea = Kapasitas efektif alat, PL = Persentase bahan yang lolos ayakan, Ka = Kadar air bubuk kopi, PK = Persentase bubuk kopi yang larut terhadap air. Tabel 2 menunjukkan bahwa beda ukuran mesh memberikan pengaruh terhadap parameter yang diamati. Kapasitas efektif alat yang tertinggi terdapat pada perlakuan M3 yaitu sebesar 35,16 kg/jam, terendah pada perlakuan M1 yaitu sebesar 15,43 kg/jam. Persentase bahan yang lolos ayakan tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu sebesar 92,67 %, terendah terdapat pada perlakuan M3 yaitu 85 %. Kadar air bubuk kopi tertinggi terdapat pada perlakuan M3 yaitu sebesar 2,28 %, terendah terdapat pada perlakuan M1 yaitu 1,38 %. Persentase bubuk kopi yang larut terhadap air tertinggi terdapat pada perlakuan M3 yaitu sebesar 32,83 %, terendah terdapat pada perlakuan M1 yaitu sebesar 21,50 %. Uji organoleptik aroma tertinggi terdapat pada perlakuan M3 yaitu sebesar 3,33 yang artinya bubuk kopi tersebut memiliki aroma khas, terendah terdapat pada perlakuan M1 yaitu sebesar 1,83 yang artinya bubuk kopi tersebut memiliki aroma cukup khas. Uji organoleptik rasa tertinggi terdapat pada perlakuan M3 yaitu sebesar 3,17 yang artinya bubuk kopi tersebut memiliki rasa khas, terendah terdapat pada perlakuan M1 yaitu sebesar 1,50 yang artinya bubuk kopi tersebut memiliki rasa cukup khas. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dari setiap perlakuan yang diberikan terhadap parameter yang diamati dapat dilihat pada daftar analisa sidik ragam dari masing-masing parameter, yang selanjutnya diuji dengan uji duncan multiple range test (DMRT). Kapasitas Efektif Alat Pengaruh beda varietas kopi bahwa perlakuan beda varietas kopi memberikan pengaruh berbeda tidak nyata 62

terhadap kapasitas efektif alat yang dihasilkan sehingga pengujian dengan menggunakan analisa duncan multiple range test (DMRT) tidak dilanjutkan. Pengaruh beda ukuran mesh bahwa perlakuan beda ukuran mesh memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kapasitas efektif alat. Hasil pengujian dengan menggunakan analisa duncan multiple range test (DMRT) menunjukkan bahwa pengaruh beda ukuran mesh terhadap kapasitas efektif alat untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 1. Uji DMRT efek utama pengaruh beda ukuran mesh terhadap kapasitas efektif alat. Jarak DMRT Perlakuan Rataan notasi P 0.05 0.01 (kg/jam) 0.05 0.01 - - - M1 15.43 a A 2 3.53 5.03 M2 19.48 b A 3 3.70 5.31 M3 35.16 c B Keterangan: Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%. Tabel 3 menunjukkan bahwa pada perlakuan M3 berbeda nyata dengan perlakuan M2 dan M1, dan perlakuan M2 berbeda nyata dengan perlakuan M1. Hubungan pengaruh beda ukuran mesh terhadap kapasitas efektif alat dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Pengaruh beda ukuran mesh terhadap kapasitas efektif alat. Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa semakin kecil ukuran mesh yang digunakan maka kapasitas efektif alat juga semakin minimum. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh jumlah lubang pengeluaran pada ayakan 150 mesh lebih sedikit sehingga memerlukan waktu yang lebih lama untuk melakukan penggilingan. Dan semakin besar ukuran mesh yang digunakan maka lubang pengeluaran semakin banyak sehingga memerlukan waktu yang lebih cepat untuk melakukan penggilingan. Dapat dilihat dari ayakan 150 mesh memiliki kapasitas efektif alat sebesar 15,43 kg/jam, pada ayakan 200 mesh kapasitas efektif alat sebesar 19,48 kg/jam dan pada ayakan 250 mesh kapasitas efektif alat sebesar 35,16 kg/jam. Pengaruh interaksi beda varietas kopi dengan beda ukuran mesh Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilketahui bahwa interakasi perlakuan beda varietas kopi dengan beda ukuran mesh memberi pengaruh berbeda tidak nyata terhadap kapasitas efektif alat yang dihasilkan sehingga pengujian dengan menggunakan analisa duncan multiple range test (DMRT) tidak dilanjutkan. Persentase Bahan yang Lolos Ayakan Pengaruh beda varietas kopi bahwa perlakuan beda varietas kopi memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap persentase bahan yang lolos ayakan yang dihasilkan sehingga pengujian dengan menggunakan analisa duncan multiple range test (DMRT) tidak dilanjutkan. Pengaruh beda ukuran mesh bahwa perlakuan beda ukuran mesh memberikan pengaruh sangat nyata terhadap persentase bahan yang lolos ayakan. Hasil pengujian dengan menggunakan analisa duncan multiple range test (DMRT) menunjukkan bahwa pengaruh beda ukuran mesh terhadap persentase bahan yang lolos ayakan untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Uji DMRT efek utama pengaruh beda ukuran mesh terhadap persentase bahan yang lolos ayakan. Jarak DMRT Perlakuan Rataan notasi P 0.05 0.01 0.05 0.01 - - - M3 85.00 a A 2 4.44 6.63 M2 87.83 a AB 3 4.65 6.67 M1 92.67 b B Keterangan: Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%. Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan M1 berbeda nyata dengan perlakuan M2 dan M3, dan perlakuan M2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan M3. 63

Hubungan pengaruh beda ukuran mesh terhadap persentase bahan yang lolos ayakan dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Pengaruh beda ukuran mesh terhadap persentase bahan yang lolos ayakan. Dari Gambar 2 dapat diketahui bahwa semakin kecil ukuran mesh yang digunakan maka persentase bahan yang lolos ayakan maksimum. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh besar diameter lubang/pori pengeluaran pada ayakan yang digunakan. Pada ayakan 150 mesh diameter pori ayakan sebesar 0,75 mm, pada ayakan 200 mesh sebesar 0,65 mm, dan pada ayakan 250 mesh sebesar 0,55 mm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar diameter pori ayakan maka akan semakin besar juga persentase bahan yang lolos ayakan. Dapat dilihat dari ayakan 150 mesh memiliki persentase bahan yang lolos ayakan sebesar 92,67 %, pada ayakan 200 mesh persentase bahan yang lolos ayakan sebesar 87,83 % dan pada ayakan 250 mesh persentase bahan yang lolos ayakan sebesar 85,00 %. Dari perlakuan ini dapat disimpulkan bahwa persentase bahan yang lolos ayakan pada alat multifucer, ayakan yang digunakan maksimum 150 mesh. Pengaruh interaksi beda varietas kopi dengan beda ukuran mesh Dari hasil analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa interaksi perlakuan beda varietas kopi dengan beda ukuran mesh memberi pengaruh berbeda tidak nyata terhadap persentase bahan yang lolos ayakan yang dihasilkan sehingga pengujian dengan menggunakan analisa duncan multiple range test (DMRT) tidak dilanjutkan. Kadar Air Bubuk Kopi Pengaruh beda varietas kopi bahwa perlakuan beda varietas kopi memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap kadar air bubuk kopi yang dihasilkan sehingga pengujian dengan menggunakan analisa duncan multiple range test (DMRT) tidak dilanjutkan. Pengaruh beda ukuran mesh bahwa perlakuan beda ukuran mesh memberikan pengaruh sangat nyata terhadap persentase bahan yang lolos ayakan. Hasil pengujian dengan menggunakan analisa duncan multiple range test (DMRT) menunjukkan bahwa pengaruh beda ukuran mesh terhadap kadar air bubuk kopi untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Uji DMRT efek utama pengaruh beda ukuran mesh terhadap kadar air bubuk kopi. Jarak DMRT Perlakuan Rataan notasi P 0.05 0.01 0.05 0.01 - - - M1 1.38 a A 2 0.28 0.40 M2 1.82 b B 3 0.29 0.43 M3 2.28 c C Keterangan: Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%. Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan M1 berbeda nyata dengan perlakuan M2 dan M3, dan perlakuan M2 berbeda nyata dengan perlakuan M3. Hubungan pengaruh beda ukuran mesh terhadap kadar air bubuk kopi dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Pengaruh beda ukuran mesh terhadap kadar air bubuk kopi. Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin besar ukuran mesh, maka semakin besar juga kadar air bubuk kopi. Hal ini disebabkan bubuk kopi yang lebih halus atau yang mempunyai luas penampang permukaan yang sangat kecil lebih cepat menyerap uap air atau udara basah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lestari (2009) bahwa ukuran partikel yang semakin kecil akan 64

membentuk bidang interfacial lebih luas antara fase padat dan fase cair, sehingga jarak lintasan untuk sudut terdifusi di dalam partikel sampai permukaan menjadi lebih pendek sehingga bubuk kopi yang lebih halus memiliki kadar air yang lebih besar. Menurut SNI, mutu bubuk kopi terhadap parameter kadar air menyatakan bahwa kadar air bubuk kopi yang baik maksimum 7 %. Hal ini menunjukkan bahwa mutu bubuk kopi yang dihasilkan sudah memenuhi standar SNI. Dimana kadar air bubuk kopi yang baik yaitu jauh dari nilai kadar air maksimum sehingga kadar air yang paling baik yaitu pada perlakuan 150 mesh sebesar 1,38 %. Pengaruh interaksi beda varietas kopi dengan beda ukuran mesh Dari hasil analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa interaksi perlakuan beda varietas kopi dengan beda ukuran mesh memberi pengaruh berbeda tidak nyata terhadap kadar air bubuk kopi yang dihasilkan sehingga pengujian dengan menggunakan analisa duncan multiple range test (DMRT) tidak dilanjutkan. Persentase Bubuk Kopi yang Larut Terhadap Air Pengaruh beda varietas kopi bahwa perlakuan beda varietas kopi memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap persentase bubuk kopi yang larut terhadap air yang dihasilkan sehingga pengujian dengan menggunakan analisa duncan multiple range test (DMRT) tidak dilanjutkan. Pengaruh beda ukuran mesh bahwa perlakuan beda ukuran mesh memberikan pengaruh sangat nyata terhadap persentase bubuk kopi yang larut terhadap air. Hasil pengujian dengan menggunakan analisa duncan multiple range test (DMRT) menunjukkan bahwa pengaruh beda ukuran mesh terhadap persentase bubuk kopi yang larut terhadap air untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Uji DMRT efek utama pengaruh beda ukuran mesh terhadap persentase bubuk kopi yang larut terhadap air. Jarak DMRT Perlakuan Rataan notasi P 0.05 0.01 0.05 0.01 - - - M1 21.50 a A 2 3.79 5.38 M2 24.50 a A 3 3.96 5.68 M3 32.83 b B Keterangan: Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%. Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan M3 berbeda nyata dengan perlakuan M1 dan M2, dan perlakuan M1 berbeda tidak nyata dengan perlakuan M2. Hubungan antara pengaruh beda ukuran mesh terhadap persentase bubuk kopi yang larut terhadap air dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Pengaruh beda ukuran mesh terhadap persentase bubuk kopi yang larut terhadap air. Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin besar ukuran mesh maka semakin besar pula persentase bubuk kopi yang larut terhadap air. Hal ini disebabkan karena semakin besar ukuran mesh yang digunakan maka bubuk kopi yang dihasilkan akan semakin halus. Bubuk kopi yang semakin halus memiliki luas penampang permukaan yang semakin kecil, sehingga bubuk kopi yang semakin halus akan lebih mudah larut kedalam air. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lestari (2009) bahwa ukuran partikel yang semakin kecil akan membentuk bidang interfacial lebih luas antara fase padat dan fase cair, sehingga jarak lintasan untuk sudut terdifusi di dalam partikel sampai permukaan menjadi lebih pendek, bidang transfer semakin luas, kecepatan kelarutan semakin meningkat. Menurut SNI, mutu bubuk kopi terhadap parameter kadar sari/kadar kelarutan menyatakan bahwa kadar kelarutan bubuk kopi yang baik sebesar 20 36 %. Hal ini menunjukkan bahwa mutu bubuk kopi yang dihasilkan sudah memenuhi standar SNI. Mutu bubuk kopi yang paling baik adalah pada ukuran mesh 250 dengan kadar sari/kadar kelarutan sebesar 32,83 % karena kadar kelarutan bubuk kopi tersebut mendekati nilai kadar kelarutan maksimum. Pengaruh interaksi beda varietas kopi dengan beda ukuran mesh Dari hasil analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa interaksi perlakuan beda varietas kopi dengan beda ukuran mesh 65

memberi pengaruh berbeda tidak nyata terhadap persentase bubuk kopi yang larut terhadap air yang dihasilkan sehingga pengujian dengan menggunakan analisa duncan multiple range test (DMRT) tidak dilanjutkan. Uji Organoleptik Aroma Hasil pengujian organoleptik aroma pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Data kuisioner uji organoleptik aroma. Perlakuan Rataan pengujian organoleptik aroma V1M1 1 V1M2 1,5 V1M3 2,56 V2M1 2,26 V2M2 2,96 V2M3 3,46 Keterangan : V1 = Kopi Robusta, V2 = Kopi Arabika, M1 = 150 mesh, M2 = 200 mesh, M3 = 250 mesh Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai rata-rata uji organoleptik aroma pada perlakuan V1M1 sebesar 1 yang artinya bubuk kopi tersebut beraroma sedikit khas, nilai rata-rata uji organoleptik aroma pada perlakuan V1M2 sebesar 1,5 yang artinya bubuk kopi tersebut beraroma cukup khas, nilai rata-rata uji organoleptik aroma pada perlakuan V1M3 sebesar 2,4 yang artinya bubuk kopi tersebut beraroma cukup khas. Dan nilai rata-rata uji organoleptik aroma pada perlakuan V2M1 sebesar 2,4 yang artinya bubuk kopi tersebut beraroma cukup khas, nilai rata-rata uji organoleptik aroma pada perlakuan V2M2 sebesar 3,2 yang artinya bubuk kopi tersebut beraroma khas, serta nilai rata-rata uji organoleptik aroma pada perlakuan V2M3 sebesar 3,9 yang artinya bubuk kopi tersebut beraroma sangat khas. Berdasarkan pengujian organoleptik aroma yang telah dilakukan maka diperoleh hasil yang terbaik terdapat pada perlakuan V2M3 sebesar 3,9 yang artinya bubuk kopi tersebut beraroma sangat khas, dan yang kurang baik terdapat pada perlakuan V1M1 sebesar 1 yang artinya bubuk kopi tersebut beraroma sedikit khas. Rasa Hasil pengujian organoleptik rasa pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai rata-rata uji organoleptik rasa pada perlakuan V1M1 sebesar 1 yang artinya bubuk kopi tersebut berasa sedikit khas, nilai rata-rata uji organoleptik rasa pada perlakuan V1M2 sebesar 1,5 yang artinya bubuk kopi tersebut berasa cukup khas, nilai rata-rata uji organoleptik rasa pada perlakuan V1M3 sebesar 2,56 yang artinya bubuk kopi tersebut berasa khas. Dan nilai rata-rata uji organoleptik rasa pada perlakuan V2M1 sebesar 2,26 yang artinya bubuk kopi tersebut berasa cukup khas, nilai rata-rata uji organoleptik rasa pada perlakuan V2M2 sebesar 2,96 yang artinya bubuk kopi tersebut berasa khas, serta nilai rata-rata uji organoleptik rasa pada perlakuan V2M3 sebesar 3,46 yang artinya bubuk kopi tersebut berasa khas. Tabel 8. Data kuisioner uji organoleptik rasa. Perlakuan Rataan uji organoleptik aroma V1M1 1 V1M2 1,5 V1M3 2,4 V2M1 2,4 V2M2 3,2 V2M3 3,9 Keterangan : V1 = Kopi Robusta, V2 = Kopi Arabika, M1 = 150 mesh, M2 = 200 mesh, M3 = 250 mesh Berdasarkan pengujian organoleptik rasa yang telah dilakukan maka diperoleh hasil yang terbaik terdapat pada perlakuan V2M3 sebesar 3,46 yang artinya bubuk kopi tersebut berasa khas, dan yang kurang baik terdapat pada perlakuan V1M1 sebesar 1 yang artinya bubuk kopi tersebut berasa sedikit khas. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pengaruh beda varietas kopi memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap setiap parameter sedangkan pengaruh beda ukuran mesh memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap setiap parameter. Serta pengaruh interaksi beda varietas kopi dan beda ukuran mesh memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap setiap parameter. Perlakuan yang terbaik secara umum adalah V2M3 dengan mempertimbangkan mutu bubuk kopi yang dihasilkan terhadap parameter persentase bubuk kopi yang larut terhadap air sebesar 33 % serta dari uji organoleptik rasa dan aroma yang memberikan kriteria bubuk kopi terbaik dari setiap perlakuan. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai mutu kopi dengan parameter yang berbeda seperti kadar abu bubuk kopi dan kealkalian abu bubuk kopi. Untuk pengujian alat 66

perlu dilakukan lebih lanjut dengan komoditi yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA James JS. 1990. Komoditi Kopi. Kanisius. Yogyakarta. Lestari, H. 2009. Pelarut Air, Organik dan Non Organik. Suara Merdeka. Semarang. [25 April 2012]. Najiyati S dan Danarti. 1989. Kopi Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. Penebar Swadaya. Jakarta. Wirakartakusumah, A. 1992. Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan. Intstitut Pertanian Bogor, Bogor. 67