BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan Gatt yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta melindungi masyarakat pekerja Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup di dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-setingginya (Wahyuni, 2007). Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau bebas dari kecelakaan kerja, dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi, mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak luas pada masyarakat (Handayani, 2008). Menurut ILO, berdasarkan data dari semester pertama di tahun 2011, terdapat 48,515 kecelakaan kerja di Indonesia. Sementara dari 4.057 perusahaan yang diperiksa, 3.517 mendapat surat peringatan dari para pengawas agar menjalankan kegiatan perusahaan sesuai dengan peraturan. Menurut beberapa data yang didapatkan xi
diketahui bahwa salah satu faktor penyebab utama kecelakaan kerja yang disebabkan oleh manusia adalah kelelahan (fatique) dan stres karena gangguan tidur (sleep distruption) yang antara lain dapat dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan gangguan pada circadian rhythms akibat shift kerja (Wicken, 2004). Perubahan kualitas tidur yang dialami oleh pekerja salah satunya adalah perawat. Perawat adalah mereka yang dipersiapkan untuk mengerjakan tugas mulia dan penting untuk menyelamatkan umat manusia, fisik, dan mentalnya. Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk mengatakan aktivitas perawat dalam praktek, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara profesional sesuai dengan kode etik profesional. Pada peran ini perawat diharapkan mampu memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, atau, masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dalam masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks. Perawat juga bertugas untuk memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan signifikan dari klien (Handayani, 2008). Kualitas tidur yang tidak teratur akan menurunkan kualitas hidup walaupun asupan gizi terpenuhi dan rajin berolah raga (Rima, 2003). Kekurangan tidur terjadi ketika durasi tidur berkurang. Manusia umumnya tidur selama 8 jam dalam 24 jam. Pekerja shift mengalami kehilangan waktu tidur kurang lebih 7 jam dalam 24 jam. Meski kerja shift merupakan sesuatu yang integral bagi perawat yang bekerja di rumah sakit tapi mempunyai dampak negatif antara lain gangguan tidur, gangguan xii
tidur kronis, dan penggunaan medikasi yang meningkat (Thurston, 2000). Dengan bekerja shift, perawat akan mengalami stimuli fisik dan sosial dari sumber eksternal yang berlawanan dengan ritme sirkardian (circardian rhytms) dari siang ke malam. Hasilnya mungkin menjadi masalah besar dari perubahan kualitas tidur, kesehatan dan fungsi sosial dan emosional (Thurston, 2000). Pekerja yang bekerja menggunakan shift termasuk perawat akan mengalami gangguan circadian rhythms yang bisa berakibat terganggunya berbagai fungsi tubuh diantaranya kualitas tidur (Prasadja, dalam sriyati, 2008). Survei Tepas dkk. (1985) menunjukkan bahwa tenaga kerja shift malam kurang tidur, shift sore banyak tidur dan shift pagi lama tidurnya yaitu antara shift malam dan shift sore. Demikian pula survey Smith dkk. (1982) dalam Wijayanti (2004) menunjukkan bahwa shift malam paling menonjol berpengaruh terhadap kualitas, time, dan periode tidur. Dampak kerja shift khususnya shift malam akan menyebabkan perubahan pada kualitas tidur perawat diantaranya perubahan jam tidur yang biasanya tidur di malam hari menjadi tidur di siang hari (napping) yang berdampak pada sering terbangun atau terjaga dari tidur, waktu dan kedalaman tidur berkurang, kekurangan total jam tidur dalam 24 jam, dan timbulnya kelelahan yang berakibat terjadinya penurunan kewaspadaan dalam bekerja (Wahyuni, 2003). Perawat merupakan orang yang paling sering berhubungan dengan pasien dan paling beresiko untuk terkena keluhan kesehatan. Di samping itu, perawat juga mengalami perubahan kualitas tidur, setelah menjalankan sistem kerja shift yang memperbesar kemungkinan untuk mengalami keluhan kesehatan (Ayas, 2004). xiii
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah tersinggung, gelisah, lesu, apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala, dan sering menguap atau mengantuk (Aimul, 2006). RSUD Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara merupakan pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan yang bekerja selama 24 jam kegiatan antara lain berupa pelayanan rawat inap, pelayanan rawat jalan, pelayanan gawat darurat yang mencakup pelayanan medis. Dengan demikian diperlukan pekerja yang bersedia bekerja dengan shift, dimana shift kerja dibagi 3 rotasi yaitu: shift pagi pukul 08.00-14.00 wib lama waktu kerja 6 jam, shift sore pukul 14.00-20.00 wib lama waktu kerja 6 jam, dan shift malam pukul 20.00-08.00 wib lama waktu kerja 12 jam dengan pola rotasi 2-2-2 dimana masing-masing shift bekerja selama dua hari kemudian pada akhir periode shift kerja malam diberi libur dua hari dan kembali lagi siklus shift semula. Salah satu unit pelayanan kesehatan di RSUD Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara adalah rawat inap, unit ini menuntut tim dokter dan perawat bekerja selama 24 jam, sehingga dibutuhkan kesehatan perawat yang optimal untuk meningkatkan ketrampilan, ketepatan, dan kemahiran dalam bekerja. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan, pada waktu shift malam diketahui bahwa beberapa perawat terlihat mengantuk pada saat bekerja, menurunnya performance dan beberapa kali kesalahan dalam bekerja seperti tertusuk jarum, tersayat pada saat membuka obat yang memakai ampul. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul kualitas tidur dan keluhan xiv
kesehatan pada perawat di RSUD Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2013. 1.2 Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana kualitas tidur dan keluhan kesehatan pada perawat di ruang rawat inap RSUD Gunung Tua Kab. Padang Lawas Utara tahun 2013. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui kualitas tidur dan keluhan kesehatan pada perawat di ruang rawat inap RSUD Gunung Tua Kab. Padang Lawas Utara Tahun 2013. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui kualitas tidur perawat di ruang rawat inap RSUD Gunung Tua Kab. Padang Lawas Utara Tahun 2013. 2. Untuk mengetahui keluhan kesehatan perawat di ruang rawat inap RSUD Gunung Tua Kab. Padang Lawas Utara Tahun 2013. xv
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi perawat dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai kualitas tidur dan keluhan kesehatan yang berkaitan dengan kualitas tidur. 2. Bagi manajemen Rumah Sakit sebagai informasi, sehingga dapat diketahui apakah shift kerja yang diterapkan sudah cukup baik terhadap keselamatan dan kesehatan perawat di RSUD Gunung Tua Kab. Padang Lawas Utara. 3. Sebagai sumbangan pemikiran dan masukan bagi pihak pengelola RSUD Gunung Tua Kab. Padang Lawas Utara untuk upaya peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja. xvi