KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

dokumen-dokumen yang mirip
I. LATAR BELAKANG. Perkembangan industri agro dan kimia selama ini telah menunjukkan

PROGRAM KERJA 2009 & RENCANA KERJA 2010 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

PROGRAM KERJA 2009 DAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

DISAMPAIKAN PADA RAPAT KOORDINASI DAN SINKRONISASI PENYUSUNAN PROGRAM KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO TAHUN 2013 Oleh : SEKRETARIS DIREKTORAT

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

Dr. Prasetijono Widjojo MJ, MA Deputi Bidang Ekonomi Bappenas. Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

PROGRAM KERJA 2009 & RENCANA KERJA 2010 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2015 JAKARTA, APRIL 2014

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

MENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

Sektor * 2010** 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86 2. Pertambangan dan Penggalian

DAFTAR ISI 1. KERANGKA PIKIR PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS 3 PENGEMBANGAN INDUSTRI NASIONAL

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

PENINGKATAN MUTU PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN, PROGRAM KERJA 2013 DAN RENCANA KERJA TAHUN 2014 DITJEN INDUSTRI AGRO

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

DISAMPAIKAN PADA : RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012 TANGGAL, 1-2 FEBRUARI 2012

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

BAB VI PERANCANGAN KEBIJAKAN

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Assalamu'alaikum Wr.Wb. Yth. Para Peserta Seminar serta Saudarasaudara

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

ALOKASI ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2016

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA RAFINASI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, OKTOBER 2013

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN

2012, No

2013, No.1531

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA HILIRISASI INDUSTRI PERTANIAN

Kementerian Perindustrian

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011

IV. INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU

Gambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN REALISASI KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

SUMBER ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2015 BERDASARKAN JENIS BELANJA

FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2013

PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS

PAGU ANGGARAN ESELON I MENURUT PROGRAM DAN JENIS BELANJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA. 2012

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA

Manfaat limbah menjadi sumber energi bagi dunia usaha

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)

REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2011

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

BAB 2 ANALISIS LINGKUNGAN MAKRO

TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

BAHAN KULIAH DAN TUGAS

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015

Kata Pengantar KATA PENGANTAR

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

I. PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pertumbuhan industri sedang gencar-gencarnya,

Tabel V.1.1. REKAPITULASI PRODUKSI KAYU BULAT BERDASARKAN SUMBER PRODUKSI TAHUN 2004 S/D 2008

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

SUSUNAN KEANGGOTAAN SUB TIM KOORDINASI KERJASAMA PARIWISATA INDONESIA-SINGAPURA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

Lampiran 1. Lanjutan. Keterangan : *) sementara **) sangat sementara. Sumber : Ditjenbun dan PPKS, 2006

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

JAMBI AGRO INDUSTRIAL PARK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAPIMNAS KADIN INDONESIA TAHUN 2014

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN STRATEGIS

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

KELOMPOK I KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA TOPIK : PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO DAN KIMIA MELALUI PENDEKATAN KLASTER KELOMPOK INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN, KIMIA HULU DAN KIMIA HILIR Disampaikan Pada Rapat Kerja Departemen Perindustrian Tanggal,, 28 Februari 2008

I. LATAR BELAKANG Industri Agro dan Kimia (Agrokim) memiliki peranan strategis dalam struktur industri dan ekonomi Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi industri agro dan kimia dalam PDB, ekspor, penyerapan tenaga kerja. Peranan lainnya adalah dalam hal mendukung ketahanan pangan, dan mendukung pengembangan ekonomi dan pemerataan pembangunan industri keseluruh wilayah Indonesia. Perkembangan industri agro dan kimia selama ini telah menunjukkan kemajuankemajuan, namun belum optimal sebagaimana diharapkan. Hal ini disebabkan berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapi antara lain (1) masih berbasis comparative advantage (2) kelangkaan bahan baku karena banyak diekspor dalam bentuk produk primer (3) persaingan yang semakin ketat (4) adanya hambatan tarif dan non tarif, sehingga masih diperlukan upaya pengembangan melalui berbagai kebijakan dan program yang efektif. 2

II. ARAH PENGEMBANGAN A. V i s i mewujudkan industri agro dan kimia (AGROKIM) yang berdaya saing kuat, berwawasan lingkungan dan mampu meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan rakyat. B. M i s i Meningkatkan nilai tambah sumber daya alam nasional. Memperkuat struktur industri agro dan kimia. Meningkatkan penggunaan bahan baku dalam negeri. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan penguasaan teknologi. Meningkatkan pemerataan pembangunan industri agro dan kimia, kesempatan kerja dan berusaha. Meningkatkan ekspor produk industri agro dan kimia. Menunjang ketahanan pangan melalui penyediaan pangan olahan dan saprodi yang tepat dan cukup. 3

C. Tujuan Memperkuat struktur industri agro dan kimia berdasarkan klaster industri. Meningkatkan utilisasi kapasitas produksi industri agro dan kimia. Meningkatkan penguasaan pasar produk industri agro dan kimia di DN & ekspor. Meningkatkan penggunaan bahan baku yang berasal dari SDA dalam negeri. Meningkatkan penyebaran dan pemerataan pembangunan industri agro & kimia. Meningkatkan penguasaan teknologi dan kemampuan SDM untuk mewujudkan produk industri agro dan kimia yang memenuhi ketentuan standar keamanan, keselamatan, kesehatan dan lingkungan hidup. Memperluas kesempatan kerja dan berusaha. 4

D. Sasaran Tahun 20052009 Berdasarkan peranannya dalam perekonomian nasional, serta visi dan misi yang diemban, maka sasaran pengembangan industri agrokim tahun 20052009 adalah : 1. Pertumbuhan PDB industri agrokim sebesar 7,63 %/tahun 2. Pertumbuhan nilai ekspor produk industri agrokim pada tahun 2005 2009 ratarata sebesar 7,87 %, sehingga pada tahun 2009 dapat mencapai US$ 28,6 milyar 3. Utilisasi kapasitas produksi ratarata industri agro dan kimia pada tahun 2009 mencapai 79,4 % 4. Penyerapan tenaga kerja industri agro dan kimia pada tahun 2005 2009 sebesar 85 ribu orang/tahun, sehingga total tenaga kerja industri agrokim tahun 2009 sebesar 2,9 juta orang 5. Nilai investasi industri agro dan kimia pada tahun 2007 tumbuh 2,8%/tahun, sehingga pada tahun 2009 mencapai sebesar Rp. 245,7 trilyun. 5

III. KELOMPOK INDUSTRI AGRO DAN KIMIA YANG DIKEMBANGKAN MELALUI KLASTER No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Industri Kakao Industri Kelapa Industri Gula Industri Buah Industri Kopi Industri Tembakau Industri Hasil Laut Industri Kelapa Sawit Industri Kayu Industri Karet Industri Pulp dan Kertas Industri Petrokimia Industri Semen Industri Keramik Klaster Industri Pengolahan Susu Lokasi Pengembangan Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Jawa Timur Jawa Barat Lampung Nusa Tenggara Barat Maluku Sumatera Utara Jawa Tengah Sumatera Utara Jawa Barat Banten dan Kalimantan Timur Sumatera Barat Kalimantan Barat 6

III. PERMASALAHAN A. Permasalahan pada Industri Kayu dan Barang Kayu (termasuk rotan) : Makin terbatasnya pasokan bahan baku, akibat makin turunnya potensi sumber daya hutan alam dan maraknya illegal logging dan illegal trade, sementara pasokan bahan baku dari HTI belum mencukupi. Mesin/peralatan produksi yang sudah tua, sehingga menyebabkan efisiensi produksi menjadi rendah. Adanya saingan produk sejenis dari China yang harganya lebih murah (yang menurut informasi bahan bakunya berasal dari praktekpraktek illegal logging dan illegal trade dari Indonesia). Kenaikan BBM menyebabkan meningkatnya biaya pengadaan bahan baku Lemahnya design produk dan finishing, sehingga kalah bersaing di pasaran internasional dengan negara produsen lainnya. Lemahnya promosi produk industri pengolahan di luar negeri. Masalah lingkungan (tuntutan ekolabel, dll). 7

B. Permasalahan pada industri pupuk, petrokimia dan karet Permasalahan utama industri pupuk saat ini adalah tidak terpenuhinya pasokan gas yang sampai saat ini belum terselesaikan pada beberapa pabrik pupuk. Kenaikan harga minyak di pasar internasional yang pada saat ini hampir mencapai US$. 100/barel berdampak pula pada kenaikan harga bahanbahan kimia dunia. Kenaikan harga bahanbahan kimia dunia juga mengakibatkan terjadinya kenaikan harga produk petrokimia di dalam negeri. 8

C. Permasalahan pada industri semen dan bahan galian non logam lainnya : Permasalahan utama industri semen adalah terus meningkatnya harga energi. Tarif bea masuk produk kaca masih rendah dibandingkan dengan negara lain seperti Thailand, Philipina dan China sehingga banyak produk kaca impor yang mengganggu pasar DN, adanya tuduhan dumping dari negara pesaing, serta pertumbuhan bidang konstruksi dan automotif yang masih rendah. Banyaknya keramik impor dari China dengan harga murah dan kurangnya pasokan gas (baik kualitas maupun kuantitasnya) dari PGN 9

IV. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN 1. Pemanfaatan potensi SDA (bahan( baku dan energi) yang didukung oleh infrastruktur yang memadai dan ketersediaan energi 2. Penciptaan iklim usaha yang kondusif melalui tarif, safeguard, standard wajib, penanganan produk ilegal dan lainlain 3. Antisipasi dan penanganan permasalahan aktual sektor industri hasil hutan dan perkebunan, kimia hulu dan kimia hilir. 10

V. STRATEGI PENGEMBANGAN 1. Memperkuat struktur industri berbasis SDA 2. Mengoptimalkan penguasaan pasar dalam negeri dan ekspor 3. Meningkatkan efisiensi proses produksi dan pemanfaatan energi 4. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dan asosiasi untuk mengantisipasi dan mengatasi permasalahan aktual industri hasil hutan dan perkebuan, kimia hulu dan kimia hilir 11

VI. PROGRAM PENGEMBANGAN 1. Pengembangan klaster (Pengolahan Kayu,, Pulp dan Kertas, Petrokimia,, CPO, karet, keramik dan semen) 2. Pengembangan komoditi berbasis kompetensi inti daerah (komoditi potensial/ unggulan) ) yang mempunyai nilai tambah tinggi 3. Penanganan masalah aktual industri hasil hutan dan perkebunan, kimia hulu dan kimia hilir (produk ilegal, pencemaran, energi, iklim usaha, pengembangan BBN) 4. Kegiatan lainnya yang menjadi prioritas 12

VII. PROGRAM/KEGIATAN TAHUN 2008 DAN PROPINSI KLASTER Sumatera Barat Semen KOMPETENSI INTI DAERAH Dukungan pengembangan klaster industri semen (pembentukan Pokja, Diagnosis dan Mobilisasi) Dukungan pengembangan klaster industri semen (Kolaborasi) NAD Sumatera Barat Riau Kelapa Sawit NTB D.I. Yogyakarta Pengolahan Kayu Sumatera Selatan Pengolahan Karet Peningkatan kualitas dan produksi barangbarang karet (bantuan alat, pelatihan) Penanganan Limbah Gas (Bau) pada industri crumb rubber Papua 13

PROPINSI MASALAH AKTUAL Sumatera Selatan Biodiesel Pengembangan bahan bakar nabati Papua Semen Biodiesel Penyusunan studi kelayakan pembangunan pabrik semen di Papua barat Monitoring rencana pengembangan pabrik semen di Papua Barat Pengembangan bahan bakar nabati Kajian aspek sosial kemasyarakatan pendirian pabrik semen di Manokwari Koordinasi rencana pembangunan pabrik semen di Manokwari, Papua Barat Nusa Tenggara Barat Garam Peningkatan kualitas produksi garam bahan baku di sentra NTB Peningkatan produksi garam beryodium di NTB Peningkatan produksi garam beryodium di NTB LAINLAIN Sumatera Selatan Karet & barang karet Peningkatan kualitas dan produksi barangbarang karet (bantuan alat, pelatihan) 14

PROPINSI KLASTER Jawa Tengah Pengolahan kayu Dukungan pengembangan klaster industri pengolahan kayu Fasilitasi dukungan pembangunan terminal bahan baku kayu/rotan Fasilitasi pusat desain furniture Bantuan mesin/peralatan Image Setter dan Perfect Bending di kab. Pati Peningkatan mutu dan produktivitas industri pengolahan kayu hilir di Blora dan Kab. Purworejo Dukungan pengembangan klaster industri pengolahan kayu Fasilitasi dukungan pembangunan terminal bahan baku kayu/rotan Fasilitasi pusat desain furniture 15

PROPINSI KLASTER Jawa Barat Pulp & Kertas Dukungan pengembangan klaster industri pulp dan kertas Dukungan pengembangan klaster industri pulp dan kertas Banten Petrokimia Working Group industri petrokimia Forum Komunikasi Pengembangan Klaster Industri Petrokimia Pengembangan Pusat Informasi Industri Petrokimia di Banten 16

PROPINSI KOMPETENSI INTI DAERAH Jawa Barat Banten DKI Jakarta Pengolahan kayu Jawa Tengah Pengolahan kayu Jawa Timur Bali Bangka Belitung 17

PROPINSI MASALAH AKTUAL Jawa Barat Furniture Fasilitasi pusat desain furniture Fasilitasi pusat desain furniture Jawa Tengah Minyak Jarak Bioethanol Pengembangan bahan bakar nabati Pengembangan bahan bakar nabati Jawa Timur Pupuk Organik Minyak Jarak Pengembangan usaha komersial industri pupuk organik campuran di Kab. Banyuwangi Pengembangan bahan bakar nabati 18

PROPINSI KLASTER Sumatera Utara Karet Dukungan pengembangan klaster industri karet dan barang karet (pembentukan Pokja,, Diagnosis dan Mobilisasi) Peningkatan kualitas dan produksi barangbarang karet (bantuan alat, pelatihan) Dukungan pengembangan klaster industri karet dan barang karet (Kolaborasi) Peningkatan kualitas dan produksi barangbarang karet (bantuan alat, pelatihan) CPO Working Group Industri CPO Forum Komunikasi Pengembangan Klaster Industri Turunan Kelapa Sawit/CPO 19

PROPINSI KLASTER Kalimantan Timur Petrokimia Working Group industri petrokimia Forum Komunikasi Pengembangan Klaster Industri Petrokimia Kalimantan Barat Keramik Dukungan pengembangan klaster industri keramik (pembentukan Pokja, Diagnosis dan Mobilisasi) Peningkatan produksi bahan baku keramik (bantuan alat, pelatihan Dukungan pengembangan klaster industri keramik (Kolaborasi) Peningkatan produksi bahan baku keramik (bantuan alat, pelatihan 20

PROPINSI KOMPETENSI INTI DAERAH Sumatera Utara Sulawesi Utara Kelapa sawit Karet Sulawesi Selatan Kalimantan Tengah Rotan Kalimantan Timur Karet Kalimantan Selatan Kelapa sawit Kalimantan Barat Karet Kepulauan Riau 21

PROPINSI MASALAH AKTUAL Sumatera Utara Kayu kelapa sawit Karet Pilot project pengolahan kayu kelapa sawit sebagai bahan baku industri pengo lahan kayu hilir di Sumut Penanganan limbah Gas (bau) pada industri crumb rubber Kalimantan Selatan Minyak Jarak Pengembangan bahan bakar nabati LAINLAIN Kalimantan Selatan Karet Pengembangan industri crumb rubber di Kab. Tabalong (bantuan mesin/peralatan) 22

PROPINSI KOMPETENSI INTI DAERAH Lampung Jambi Kelapa sawit Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara 23

PROPINSI MASALAH AKTUAL Sulawesi Tengah Minyak Jarak Pengembangan Bahan Bakar Nabati Lampung Minyak Jarak Pengembangan Bahan Bakar Nabati 24

PROPINSI KOMPETENSI INTI DAERAH Bengkulu Karet Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Pengolahan Kayu 25

PROPINSI MASALAH AKTUAL NTT Garam Peningkatan kualitas produksi garam bahan baku di Sentra NTT Peningkatan produksi garam beryodium di NTT Peningkatan produksi garam beryodium di NTT LAINLAIN Bengkulu Kayu kelapa sawit Bantuan mesin/peralatan pengolahan kayu kelapa sawit di Bengkulu 26