Fasilitas Rumah Duka di Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang baru di mulai dalam sebuah kehidupan. Dan seseorang yang telah meninggal

JURNAL edimensi ARISTEKTUR, No. 1 (2012) Surabaya

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

Hotel Resor dan Fasilitas Wisata Mangrove di Pantai Jenu, Tuban

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Fasilitas Penginapan dan Wisata Pantai di Sendang Biru, Kabupaten Malang

Wahana Rekreasi Edukatif Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia Di Surabaya

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Fasilitas Industri Kreatif Media Cetak di Surabaya

MUSEUM TRANSPORTASI DARAT DI BATU

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

Hotel Resor dan Wisata Budidaya Trumbu Karang di Pantai Pasir Putih Situbondo

Fasilitas Pendidikan Tata Busana Kebaya di Surabaya

Bab V Konsep Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

RESORT DENGAN FASAILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep dasar perancanagan. 5.2 Konsep perancangan

AUDITORIUM MUSIK KLASIK DI BANDUNG

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK DI LUWUK

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

PASAR TRADISIONAL MODERN SURABAYA

Fasilitas Wisata Kuliner di Pantai Losari Makassar

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012)

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Hotel Resor di Labuan Bajo

BAB V KONSEP PERANCANGAN

KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.

Pusat Modifikasi Mobil di Surabaya

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

FASILITAS PECINTA SEPEDA DI SURABAYA

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

PUB DAN HOTEL TRANSIT DI BALIKPAPAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

GRHA LANSIA DAN ANAK YATIM PIATU DI SURABAYA

FASILITAS WISATA SIMULASI PROFESI DI SURABAYA

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Fasilitas Pembinaan Pemuda Remaja Gereja Kristen Indonesia di Surabaya

ABSTRAK. manapun ia berada. Kematian adalah hal mutlak yang harus diterima setiap. manusia dalam menjalani kehidupan. Seseorang

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB III: DATA DAN ANALISA

Fasilitas Pernikahan Aquatic di Surabaya

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB VI HASIL PERANCANGAN

Fasilitas Wisata Kuliner Solo di Solo Baru

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III DESKRIPSI PROYEK

4.1 IDE AWAL / CONSEPTUAL IDEAS

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Sekolah Tinggi Musik di Surabaya

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM...

The Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

BAB I PENDAHULUAN. 1 Leslie L.Doelle dan L. Prasetio, Akustik Lingkungan, 1993, hlm. 91

GEDUNG PAGELARAN MUSIK ROCK DI SURABAYA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Nusantara ini dibagi menjadi beberapa bagian kegiatan, yaitu :

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR

Rumah Susun Kali Jagir di Surabaya

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

SEKOLAH DASAR INKLUSI DI MAKASSAR

Fasilitas Rehabilitasi Psikotik di Surabaya

GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK DI YOGYAKARTA

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

Pusat Penjualan Mobil Hybrid Toyota di Surabaya

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

RUMAH SUSUN SEWA DI KAWASAN INDUSTRI BANDUNG BARAT

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

SEKOLAH TINGGI PENERBANGAN DI BANGKALAN, MADURA

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

Graha Kecantikan Dan Kebugaran Wanita Di Surabaya

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB III DATA DAN ANALISA

Transkripsi:

JURNAL edimensi ARSITEKTUR, No. 25 (2013) 161-165 161 Fasilitas Rumah Duka di Surabaya Penulis Nadya Hartono dan Dosen Ir. St. Kuncoro Santoso, M.T. Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail: h.nadya@ymail.com ; kuncoro@peter.petra.ac.id Abstrak Proyek rumah duka ini mencakup fasilitas persemayaman, kremasi, dan kolumbarium. Proyek ini dibuat karena tingginya kebutuhan akan fasilitas persemayaman jenazah yang belum terwadahi sepenuhnya. Fasilitas ini didesain dengan mengutamakan sistem sirkulasi yang beragam di dalam fasilitas ini dengan memperhatikan tingkat kebisingan sehingga diperoleh fasilitas rumah duka yang lengkap, memiliki sirkulasi yang baik, serta nyaman dalam proses persemayaman (penghormatan terakhir). Krematorium Eka Praya di Jl. Kembang Kuning Kulon Gang 1 atau ke Krematorium Jala Pralaya di daerah Juanda. Fasilitas rumah duka yang telah ada di Surabaya didesain berupa massa banyak sesuai dengan tahapan pembangunan, sehingga sirkulasi di dalamnya kurang baik. Sirkulasi dapat dikatakan kurang baik karena ada banyak crossing antara orang, kendaraan, maupun jenazah. Kata Kunci Kematian, Kolumbarium, Persemayaman. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Surabaya merupakan kota terbesar kedua setelah ibukota Jakarta. Jumlah penduduk Surabaya menurut data dari dispendukcapil adalah 3.230.221 jiwa (Dispendukcapil Surabaya, 2013) sedangkan jumlah penduduk Jakarta menurut Dinas Kependudukan DKI Jakarta adalah 10.187.595 jiwa (Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2011). Jumlah ruang duka di Jakarta 163, sedangkan di Surabaya hanya 34. Jika dibuat perbandingan dengan proyeksi kebutuhan untuk 5 tahun mendatang, jumlah ruang duka yang dibutuhkan di Surabaya adalah 61 ruang, kekurangannya adalah 27 ruang. Tabel 1.1. Perhitungan kekurangan ruang persemayaman di Surabaya Sumber : Dokumen pribadi berdasarkan berbagai sumber. Gambar.1. 1. Crossing pada fasilitas rumah duka yang telah ada. Sumber : Wikimapia (atas) dan Dokumen Pribadi. B. Rumusan Masalah Bagaimana mendesain rumah duka dengan sirkulasi dan akustik yang baik untuk orang dengan berbagai tingkat ekonomi. Fasilitas rumah duka yang telah ada di Surabaya belum dilengkapi dengan krematorium sehingga tidak bisa melayani kremasi. Di Surabaya, jika ingin menggunakan fasilitas kremasi harus pergi ke C. Tujuan Perancangan Menciptakan sarana alternatif dari suatu fasilitas yang telah ada di Surabaya untuk melancarkan kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan kematian.

JURNAL edimensi ARSITEKTUR, No. 25 (2013) 161-165 162 D. Data dan Lokasi Tapak Gambar.1.2. Lokasi Tapak Sumber : Wikimapia Tapak terletak di Surabaya Selatan, berkebalikan dengan fasilitas rumah duka yang telah ada di Surabaya, yaitu di Surabaya Utara. dengan pelayanan kematian disediakan berbagai fasilitas yaitu: Fasilitas Persiapan Jenazah R. Penerima/Hall, R. Mandi Jenazah, R. Rias Jenazah Fasilitas Persemayaman R. Persemayaman Fasilitas Kremasi R. Upacara, R. Persiapan Kremasi, R. Kremasi Fasilitas Penyimpanan Abu/Kolumbarium R. Upacara, R. Penyimpanan Abu Fasilitas Komersial Kematian R. Pusat Iklan, Florist Fasilitas Komersial Umum Kantin, Minimarket Fasilitas Pendukung R. Pengelola, R. Admin, R. Karyawan, R. Service (PLN, Trafo, Genzet, MDP) B. Konsep Rumah Duka menurut pandangan orang seringkali terkesan suram dan sesak. Oleh karena itu, konsep rumah duka ini dibuat terang, lapang, dan bersih. C. Pendekatan Perancangan Pendekatan perancangan yang dipilih adalah pendekatan sistem sirkulasi. Adapun sistem sirkulasi pada proyek ini dibagi menjadi 2, yaitu sistem sirkulasi kendaraan dan sistem sirkulasi orang. Gambar.1.3. Situasi Tapak Sumber : Wikimapia Lokasi : Jl. Kerto Menanggal I Luas Lahan : 14.437,5 m 2 Tata Guna Lahan : Fasilitas Umum Kecamatan : Gayungan GSB : 3 m. KDB : 50% KLB : 180-240% TLB : maksimum 4 lantai Batas Utara : Perumahan Batas Barat : Sawah Batas Timur : Jalan dan Perumahan Batas Selatan : Jalan dan Perumahan II. PERANCANGAN A. Fasilitas pada Rumah Duka Fungsi sebuah proyek adalah untuk mewadahi kegiatan manusia di dalamnya. Pada proyek rumah duka ini, untuk mewadahi kegiatan yang berhubungan Gambar.2.1. Hubungan antar Fasilitas JENAZAH PENGGUNA (KELUARGA) PENGUNJUNG PERSEMAYAMAN PENGUNJUNG KOLUMBARIUM PENGELOLA

JURNAL edimensi ARSITEKTUR, No. 25 (2013) 161-165 163 Dari sistem sirkulasi ini dibuatlah hubungan antar fasilitas berdasarkan urutan kegiatan dari masingmasing jenis pengguna. Setelah itu, melakukan zoning pada tapak berdasarkan pencapaian kendaraan dan kebisingan. pengunjung lain sehingga memiliki privasi lebih. Jumlah ruang duka VIP adalah 3 unit dan semuanya dibuat terpisah. Ruang duka VIP menggunakan penghawaan aktif. Gambar.2.2. Hubungan Antar Fasilitas Gambar.2.5. Letak Masing-masing Ruang pada Proyek Ruang duka VIP berbentuk seperti cottage bertingkat 3. Lantai dasar - setingkat semi basement, merupakan tempat istirahat keluarga, 2 lantai di atasnya - lantai 1 dan 2, merupakan ruang duka untuk pengunjung. Pada lantai 1 dan 2 disediakan balkon sebagai cadangan jika ruang duka sudah terisi penuh. Gambar.2.3. Zoning Fasilitas Pada zoning fasilitas, ruang duka dibagi menjadi 2, yaitu ruang duka standard dan ruang duka VIP. Hal ini dilakukan untuk menjawab persoalan mengenai adanya tingkatan ekonomi pada masyarakat. Ruang duka standard terletak pada bangunan utama. Ruang duka standard didesain dengan menggunakan partisi agar bersifat fleksibel. Fleksibel karena dapat dibuka tutup, sehingga bisa menyewa 1 atau 2 ruang sekaligus. Ruang duka ini menggunakan penghawaan pasif. Gambar.2.4. Ruang Duka dengan Partisi Ruang duka VIP dibuat terpisah dengan bangunan utama dan diletakkan di belakang agar tidak dilewati Gambar.2.6. Ruang Duka VIP dengan Balkon D. Pendalaman Pendalaman yang dipilih adalah pendalaman akustik, khususnya kebisingan. Ruang duka merupakan tempat untuk mengobrol atau mengadakan upacara sehingga tidak harus sunyi sehingga kebisingan yang dimaksud adalah masuknya suara dari luar maupun suara dari ruang yang bersebelahan. Penanggulangan kebisingan telah dipikirkan sejak zoning dengan meletakkan ruang-ruang yang lebih bersifat publik makin dekat dengan sumber kebisingan, sedangkan ruang-ruang yang lebih privat diletakkan berjauhan dengan sumber kebisingan dari luar. Selain zoning, hal yang diperhatikan dalam menanggulangi kebisingan adalah dengan memperhatikan perletakan, arah dan besaran pembukaan pada proyek. Posisi main entrance proyek didesain agar miring terhadap sumber kebisingan. Posisi main entrance yang tidak tegak lurus dapat meminimalkan kebisingan yang

JURNAL edimensi ARSITEKTUR, No. 25 (2013) 161-165 164 masuk ke dalam proyek. ruang duka. Gambar.2.9. Potongan Ruang Duka Gambar.2.7. Posisi Main Entrance terhadap Sumber Kebisingan Sisi dinding yang menghadap sumber kebisingan menggunakan material masif seperti dinding bata berplaster, batu alam, serta glass block untuk memasukkan cahaya namun tidak disediakan pembukaan sehingga meminimalisir suara yang masuk ke dalam bangunan. Selain itu, ruang yang paling dekat dengan sumber bising adalah koridor jenazah, yang relatif jarang digunakan dibanding ruang-ruang lainnya. Penggunaan plafon gantung di atas ruang duka berfungsi untuk mengurangi penyebaran bunyi antar ruang. Bunyi yang merambat ke atas plafon dapat terurai karena ruang atas langit-langit yang besar sehingga tidak masuk ke ruang sebelahnya. Gambar.2.10. Penggunaan Plafon Gantung Untuk mengatasi kebisingan dalam ruang digunakan dinding dan plafon khusus. Dinding partisi dan plafon ini memiliki permukaan berongga yang dapat menyerap bunyi. Gambar.2.8. Sisi Dinding yang Menghadap Sumber Kebisingan Peletakan koridor jenazah di paling ujung sehingga dinding ruang utama yaitu ruang duka - terlindungi karena tidak berbatasan langsung dengan ruang luar, tempat adanya kebisingan. Untuk menghasilkan dinding yang tidak tembus suara, biasanya harus terdiri dari 2 lapis bidang dengan rongga udara di tengahnya. Koridor jenazah menjadi perantara ruang luar dengan ruang duka, sebagai rongga udara antara luar dengan Gambar.2.11. Bahan Plafon

JURNAL edimensi ARSITEKTUR, No. 25 (2013) 161-165 165 Bersih didapat dengan menggunakan warna terang serta mendesain tanpa menambahkan elemen-elemen yang rumit. Gambar.2.12. Bahan Dinding Partisi E. Penerapan Konsep dalam Bangunan Rumah Duka menurut pandangan orang seringkali terkesan suram dan sesak. Oleh karena itu, konsep rumah duka ini dibuat terang, lapang, dan bersih. Terang didapat dengan memasukkan cahaya alami yang memadai ke dalam proyek. Cahaya alami dihadirkan dalam proyek ini melalui sebuah taman tengah yang besar dan beberapa taman yang lebih kecil di sela-sela ruang duka. Taman di sela-sela ruang duka juga berfungsi sebagai ventilasi pada ruang duka karena menggunakan sistem penghawaan pasif. Dengan adanya taman tersebut memungkinkan ruang duka memiliki 2 sisi bukaan, yaitu depan dan samping. Gambar.2.15. Aplikasi Warna Terang tanpa Elemen yang Rumit F. Perspektif Gambar.2.16. Human View dari Persimpangan Jalan \ Gambar.2.13. Masuknya Cahaya Alami ke Taman Dalam Lapang didapat dengan mendesain lebih besar dari ketentuan minimum serta meminimalkan penggunaan koridor tertutup 2 sisi. Koridor yang tertutup hanyalah koridor untuk jenazah karena jenazah tidak boleh dilihat oleh pengunjung. Koridor pengunjung sendiri merupakan koridor yang tertutup 1 sisi dengan sisi lain menghadap taman tengah sehingga kesan lapang terpenuhi. Gambar.2.14. Koridor Pengunjung Gambar.2.17. Bird s Eye View Main Entrance III. KESIMPULAN Permasalahan proyek Fasilitas Rumah Duka di Surabaya telah diselesaikan melalui langkah-langkah desain, pendekatan sistem sirkulasi, dan pendalaman akustik khususnya kebisingan. DAFTAR PUSTAKA Ching, Francis D.K. (2000). Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan. Jakarta:Erlangga Indonesia. Dispendukcapil Surabaya. (2012). Jumlah Penduduk Surabaya Saat Ini. Retrieved February 3, 2013, from http://dispendukcapil.surabaya.go.id/beranda Indonesia. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2011). Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta. Retrieved February 3, 2013, from http://dki.kependudukancapil.go.id Mediastika, Christina Eviutami. (2005). Akustika Bangunan. Jakarta : Erlangga