BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dunia ini tidak pernah lepas dari kehidupan. Ketika lahir, sudah disambut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses pembelajaran merupakan bagian dari proses pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN. a. Tempat (lingkungan fisik): keadaan iklim. Keadaan tanah dan keadaan alam

BAB II IBU DAN ANAK. Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan sampai merinding serta menggetarkan bahu ketika mendengarkan kata

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat

HUBUNGAN ANTARA SUASANA KELUARGA DENGAN MINAT BELAJAR PADA REMAJA AWAL

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. Membangun dan mempertahankan hubungan dengan pasangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. sudut pandang saja. Sehingga istilah pacaran seolah-olah menjadi sebuah

I. PENDAHULUAN. upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. membiasakan anak dengan prinsip-prinsip hidup yang mencerminkan kepribadian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini permasalahan yang terjadi di kalangan remaja semakin beragam. Permasalahan yang muncul tidak

BAB I PENDAHULUAN. bernilai, penting, penerus bangsa. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Anak Jalanan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang individu, karena individu tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga di

BAB I PENDAHULUAN. Betapa hebatnya waktu mengatur kehidupan ini, ketika lonceng jam usai

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : STUDI DESKRIPTIF POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA DI KELAS XI SMK ISLAM AL HIKMAH MAYONG JEPARA

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. psikososial anggota keluarga dan mentransmisikan tuntutan dan nilai-nilai. dari masyarakat (Friedman,1998).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kegiatan belajar dengan aman dan nyaman. Hal tersebut dapat terjadi, karena adanya

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. dari suami, istri, anak-anak, juga termasuk kakek dan nenek serta cucu-cucu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. anak belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA DALAM ISLAM PENDEKATAN PSIKOLOGI. Proposal Disertasi : Oleh H. Arifuddin

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

SUSI RACHMAWATI F

UU 13/1998, KESEJAHTERAAN LANJUT USIA. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 13 TAHUN 1998 (13/1998) Tanggal: 30 NOPEMBER 1998 (JAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan.

BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN. menguraikan terlebih dulu gambaran umum GPM Jemaat Airmanis.

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dilahirkan manusia-manusia yang berkualitas yang akan membangun dan

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dunia ini tidak pernah lepas dari kehidupan. Ketika lahir, sudah disambut oleh kasih sayang dan cinta orang tua yang siap berkorban apa saja agar bisa memberi yang terbaik untuk anaknya. Masa kecil adalah masa yang paling bahagia, hingga bisa belajar banyak hal, selalu mendapat pertolongan dan menerima segala yang dibutuhkan. Tingkah anak yang sering menjengkelkan dan membuat lelah orang tua, tidak menjadikan kasih sayang mereka berkurang pada anak-anaknya. Selanjutnya, ada dunia yang mulai dikenal. Ada hakikat hidup yang berusaha dimengerti. Hal-hal baru seolah tidak pernah habis untuk ditemukan di masa ini. Bimbingan orangtua yang tidak pernah putusnya, mencegah anakanaknya agar tidak terseret dan jatuh di jurang kehancuran. Menurut Eddy (2004:V) di masa inilah orang tua sering dikejutkan oleh kemauan keras dan keberanian remaja, seolah ingin lepas dari pengawasan orang tua, ingin hidup mandiri dan tanpa membutuhkan uluran tangan orang tua. Sebagai fitrah manusia, anak yang dilahirkan pada hakikatnya akan menikah dan membangun keluarga baru. Gerbang pernikahan adalah awal si anak belajar menyelami jiwa orang tua. Apa yang dirasakan ibu ketika melahirkan dan apa yang menjadi beban tanggung jawab sang ayah dalam membimbing anaknya. Semua itu akan berputar seperti roda. Anak-anak mereka akan membentuk suatu komunitas yang baru sebagai generasi baru yang disebut keluarga.

Keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat. Keluarga adalah sekumpulan manusia yang diikat dalam perjanjian untuk hidup bersama. Keluarga inti terdiri dari suami, istri dan anak-anak. Sementara keluarga besar ialah keluarga inti beserta kakek, nenek, cucu, sepupu, keponakan dan lain-lain. Pada hubungan sosial bermasyarakat, keluarga sangat mempengaruhi keadaan masyarakat, kota atau kabupaten, provinsi hingga sebuah kemajuan negara. Karena pembentukan karakter dan sikap positif ditanam di awal kehidupan manusia melalui keluarga. Keluargalah yang menjadi wadah sosialisasi dan transformasi nilai-nilai luhur kehidupan. Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang memiliki pengetahuan akan pentingnya nilai-nilai keakraban dalam kelurga sehingga akan terbentuk masyarakat yang saling bergotong royong, memiliki rasa empati tinggi dan saling memerlukan. Semua itu diawali dengan kehidupan berkeluarga. Hal ini juga dipertegas oleh Gymnastiar (2004:2) yakni unit-unit keluarga yang baik merupakan pilar pembentuk masyarakat yang ideal yang melahirkan sebuah bangsa yang kuat dan bermartabat. Di dalam keluarga seperti ini akan ditemukan kehangatan dan kasih sayang yang wajar, tiada rasa tertekan, tiada ancaman dan jauh dari silang sengketa serta perselisihan. Ketika seseorang, siapapun orangnya, baik dokter, tentara, presiden, guru, pengusaha, peneliti, politikus dan lain sebagainya pasti sebelumnya mengalami masa kanak-kanak dahulu. Dan menjadi apapun mereka di masa mendatang, perkembangan mereka tergantung pada pola pendidikan di rumahnya. Namun pada tataran kehidupan sosial di masyarakat, telah terjadi krisis keluarga yang menyebabkan banyak kekacauan dimana-mana. Perkelahian, perjudian, pelacuran serta pencurian menjadi pemandangan yang lumrah di masyarakat saat ini. Belum lagi di sekolah, bolos, tawuran budaya contek dan sebagainya menjadi pandangan yang wajar bagi anak sekolah sekarang ini.

Padahal hal itu adalah gambaran dari lemahnya pendidikan yang ditanamkan dalam keluarga. Kelemahan ini juga dipengaruhi lemahnya kualitas komunikasi akrab yang berujung pada kriminalitas yang setiap keluarga siapapun orangnya pasti tidak menginginkan anggota keluarganya menjadi salah satu pelaku kriminalitas tersebut. Hal ini tidak mendapatkan perhatian yang khusus dari berbagai pihak, malah persoalan ini menjadi hal yang terabaikan oleh pihak pemerintah dan para pendidik dalam penyelesaiannya. Sehingga berefek pada pendidikan anak-anak mereka. Seperti yang diketahui bahwa lingkungan anak-anak dalam pembentukan kepribadian mereka setelah rumah atau keluarga adalah sekolah. Begitu disayangkan, terkadang orang tua di rumah tidak memiliki visi yang sama, jelas dan terarah dalam membimbing putra-putri mereka untuk menjadi pribadi yang berkarakter. Justru adanya kesenjangan komunikasi yang terjadi sehingga pola kedekatan anak tidak ada dalam rumah tangga. Kebanyakan keluhan orang tua terhadap anak-anaknya adalah ketidakharmonisan komunikasi antara orang tua dan anak. Anak mereka sering tidak dapat dikontrol, tidak dekat dengan mereka serta terjadinya frontal pendapat yang selalu menjadi penyebab jauhnya komunikasi antara anak dan orang tua. Hal yang paling mengejutkan adalah saat-saat di mana anak lebih mendengarkan nasihat teman sebaya dibandingkan nasihat orang tua. Hal-hal ini menjadi suatu realitas kehidupan bermasyarakat yang seharusnya mendapat sorotan masyarakat terkhusus kalangan pendidik untuk mencegah kasus-kasus kriminalitas yang terjadi di masyarakat yang disebabkan oleh para pelajar. Pada umumnya para pelajar dan pemuda membutuhkan

perhatian yang intens dalam tumbuh kembangnya secara psikis dan psikologis untuk menjadi individu yang berkarakter. Perhatian itu pula dapat ditunjukkan dari pola komunikasi yang hangat antara orang tua dan anak serta seluruh anggota keluarga. Artinya setiap anggota keluarga merasakan kualitas komunikasi dalam setiap hubungan, sehingga keakraban dalam hubungan keluarga tercipta di tengahtengah keluarga. Bimbingan Konseling sebagai bagian dari pendidikan memiliki peran yang sangat besar dalam pencegahan kriminalitas di masyarakat yang dilakukan oleh para remaja atau pemuda. Sebagai cakupan yang kecil, peran itu dapat dimaksimalkan dalam satuan pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Di mana banyaknya pelayanan yang dapat diberikan atau dimainkan oleh bidang ini. Pengakuan atas setiap individu itu unik dan setiap anak membutuhkan aktualisasi diri merupakan integritas bidang ilmu psikologi terhadap ilmu di bidang ini, sehingga diharapkan bidang ilmu ini dapat mengkontrol berbagai pola tingkah laku remaja dan pemuda. Masih banyak lagi pemahaman bidang ilmu ini terhadap perkembangan psikologis remaja yang pada dasarnya dapat mencegah tindakan kriminal mereka. Selain itu, adanya upaya pencegahan dari keluarga merupakan objek penting dalam penanganan kasus remaja. Sehingga keluarga juga menjadi sentral perhatian dalam usaha menyelesaikan berbagai kasus remaja, khususnya yang berimbas pada pendidikan formal mereka (sekolah). Setiap jenjang pendidikan pastinya menginginkan hal yang terbaik untuk setiap peserta didiknya. Setiap guru juga pastinya menginginkan terjadinya proses belajar mengajar yang aktif yang tidak memiliki hambatan dan gangguan dari berbagai pihak. Berdasarkan survei awal peneliti selama melaksanakan Praktek

Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) pada Agustus hingga Nopember 2013 di SMA Negeri 1 Tanjungtiram, masih ada siswa yang mengalami permasalahan yang berasal dari hubungan keluarga yang tidak akrab. Dari 190 siswa, 85% siswa mengalami permasalahan yang berasal dari keluarga yang tidak akrab. Selain itu, 65% siswa sering dilaporkan oleh guru bidang studi bahwa mereka senantiasa bermasalah selama proses belajar mengajar. Permasalahan yang ditemui guru selanjutnya diproses melalui bimbingan konseling. Namun setelah pihak bimbingan konseling memproses kasus siswa, ternyata kasus tersebut berasal dari hubungan keluarga yang tidak akrab. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru BK di sekolah dan menghasilkan hal yang senada dengan survei awal peneliti. Penelitian ini berusaha untuk mengendalikan berbagai kriminalitas yang disebabkan oleh para pelajar atau pemuda sebagai akibat adanya jarak kualitas komunikasi yang terjadi dalam keluarga dengan pendekatan bimbingan kelompok teknik sosiodrama dengan meningkatkan kesadaran para pelajar dan pemuda akan pentingnya kualitas komunikasi atau keakraban yang harus terjalin dalam keluarga. Kesadaran itu pula akan menggerakkan mereka untuk bertindak, setelah bertindak diharapkan mereka tetap mampu menjaga nilai-nilai keakraban dalam keluarga tersebut. Apapun kondisinya. Selain itu, penelitian ini juga berupaya untuk memberikan solusi bagi setiap individu di sekolah yang mengalami masalah komunikasi dalam keluarga yang berdampak pada hubungan sosial di sekolah, pencapaian prestasi yang tidak maksimal dan lain sebagainya dapat teratasi atau paling tidak berkurang kuantitas kasusnya. Sehingga setiap individu diharapkan menjadi individu yang baik secara

perkembangan sosial dan psikologis serta berprestasi secara maksimal. Maka penelitian ini dilakukan dengan Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling (PTBK), di mana penelitian tindakan bimbingan konseling ini dilaksanakan oleh guru pembimbing atau guru BK sekolah. Maka penulis merumuskan judul Meningkatkan Kesadaran Keakraban Keluarga melalui Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama Siswa Kelas XI SMA N 1 Tanjungtiram T.A. 2013-2014. I.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka yang menjadi identifikasi masalah adalah : 1. Adanya ketidaksadaran siswa akan pentingnya keakraban dalam keluarga 2. Banyaknya kasus siswa yang ditemui disebabkan karena ketidakakraban keluarga 3. Masih kurang maksimalnya pelaksanaan layanan bimbingan kelompok untuk menciptakan suasana akrab antar keluarga 4. Minimnya pengetahuan siswa untuk menemukan tips dalam mengakrabkan hubungan keluarga I.3. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti yaitu meningkatkan kesadaran keakraban keluarga melalui bimbingan kelompok teknik sosiodrama siswa kelas XI SMA N 1 Tanjungtiram TA. 2013-2014.

I.4. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas pada latar belakang masalah maka dapat dirumuskan masalah yakni Apakah ada peningkatan kesadaran keakraban dalam keluarga melalui bimbingan kelompok teknik sosiodrama siswa kelas XI SMA N 1 Tanjungtiram TA. 2013-2014 I.5. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini ialah untuk meningkatkan kesadaran keakraban dalam keluarga melalui bimbingan kelompok teknik sosiodrama siswa kelas XI SMA N 1 Tanjungtiram TA. 2013-2014. I.6. Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, diharapkan hasil penelitian ini memiliki beberapa manfaat sebagai berikut : a. Bagi Siswa: memotivasi siswa untuk meningkatkan kualitas komunikasi dan keakraban dalam keluarga sehingga dapat mencapai prestasi yang maksimal di sekolah. Selain itu siswa berada dalam hubungan keluarga yang akrab. b. Bagi Guru: bahan masukan bagi guru BK dalam mengatasi kasus siswa yang berasal dari hubungan keluarga yang kurang baik sekaligus pencegahan permasalahan siswa yang timbul dari hubungan keluarga. Tidak hanya itu, para guru juga tidak akan menemukan siswa yang bermasalah karena berasal dari keluarga yang hubungan komunikasinya akrab.

c. Bagi Peneliti: sebagai bahan masukan untuk menjadi calon guru BK dalam upaya mengatasi kasus siswa yang berasal dari hubungan keluarga yang kurang akrab sekaligus pencegahan permasalahan siswa yang timbul dari hubungan keluarga d. Bagi Sekolah: Sebagai bahan masukan untuk selalu menyarankan kepada guru BK untuk mengatasi kasus siswa yang berasal dari hubungan keluarga yang kurang baik sekaligus pencegahan permasalahan siswa yang timbul dari hubungan keluarga.