BAB II TINJAUAN PUSTAKA. benda. Ada tiga jenis tingkat kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Model Persamaan Struktural Pengaruh Budaya Keselamatan Kerja pada Perilaku Pekerja di Proyek Konstruksi. Andi 1) Ratna S. Alifen 2) Aditya Chandra 2)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dengan prestasi kerja yaitu proses melalui mana organisasi. mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan khususnya bagi masyarakat petani. mereka mampu memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia secara efektif

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari pesatnya pembangunan berbagai pusat perbelanjaan, pendidikan, perumahan, dan

METODOLOGI PENELITIAN. suatu fenomena tertentu serta menganalisis hubungan-hubungan antara suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

LAMPIRAN 2 REKAPITULASI HASIL KUESIONER VARIABEL MOTIVASI NO MO01 MO02 MO03 MO04 MO05 MO06

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kendaraan di kota-kota besar di Indonesia setiap tahun

Sistem Pencegahan dan. Kebakaran. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja Dengan Metode Human Factor Analysis and Classification System di perusahaan Fabrikator Pipa

Pengaruh Kepemimpinan Keselamatan Pada Kepala Proyek Terhadap Angka Kecelakaan Kerja PT. X Dan PT. Y Di Kota Solo Jawa Tengah

II. TINJAUAN PUSTAKA. dorongan untuk bekerja, kerjasama dan koordinasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adanya berbagai jenis kegiatan pembangunan di lingkungan. pengawasan yang tepat. Ini bertujuan untuk menjaga kemungkinan agar

BAB I PENDAHULUAN. komputerisasi, baik sistem informasi manajemen maupun usaha-usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses permohonan Sertifikat Badan Usaha (SBU). Kualifikasi Usaha Jasa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. atau unjuk kerja atau penampilan kerja. Kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, dan juga memiliki teknologi, tetatpi di dalam organisasi tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi maupun industri. Dengan adanya globalisasi maka dunia usaha mau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen dapat diartikan sebagai sistem kerja, maksudnya adalah bahwa di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. demikian bukanlah sekedar merupakan aset produksi, melainkan juga menjadi kunci strategi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, kondisi serta lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Abdul kadir ( 2003:202) perangkat lunak (software) yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Zaman berkembang semakin pesat seiring dengan kemajuan di sektor

BAB I PENDAHULUAN. eksis. Masalah utama yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Keselamatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai apa yang ingin diketahui. Kasiram(2008:149).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IDENTIFIKASI UPAYA UNTUK MEMINIMALISIR KECELAKAAN KERJA PADA KEGIATAN KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG THE MANHATTAN MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin. Istilah pemimpin digunakan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan proyek konstruksi di Indonesia, penerapan. keselamatan dan kesehatan kerja masih kurang maksimal.

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN CV BINTANG PUTRA DJOKDJA. Aris Hadi Setiawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu: 2. Keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi;

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dari bagian-bagian yang saling berkaitan untuk membentuk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab ini penulis menyajikan uraian ringkas dari pembahasan pada

Latar Belakang Timbulnya K3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif

BAB V ANALISIS DATA. A. Peranan Manajemen Syukur dalam Menunjang Peningkatan Kinerja Pegawai

PERSEPSI PEKERJA TERHADAP SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

EVALUASI PENERAPAN K3 DENGAN MENGGUNAKAN INTERNATIONAL SAFETY RATING SYSTEM (ISRS) DI UNIT PRODUKSI III PT. PETROKIMIA GRESIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ACCIDENT CAUSATION MODELS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi juga memiliki karakteristik yang bersifat unik, membutuhkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. harus ditunjang oleh suatu sistem manajemen yang koorporatip dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. produk yang akan dihasilkan untuk memenuhi persaingan pasar. Dalam masalah

I. PENDAHULUAN. pasien terhadap petugas kesehatan akan dapat dihindari jika layanan kesehatan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.2 Keterlambatan Konstruksi

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif. Sebuah perusahaan dapat terus bertahan jika memiliki sumber daya manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2. Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti

BAB V ANALISA. pengambilan keputusan untuk menyelesaikan permasalahan.

BAB III LANDASAN TEORI

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri Materi #9 Ganjil 2016/2017. TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA TINDAKAN TIDAK AMAN DAN HUMAN RELIABILITY ANALYSIS (STUDI KASUS : OPERATOR FORKLIFT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. No.3 tahun 1998 tentang cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan, kecelakaan. menimbulkan korban manusia dan harta benda.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi suatu produk cepat menjadi ketinggalan zaman, pasar global tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai sektor industri yang salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi di segala bidang maka perindustrian di

Dewi Hardiningtyas, ST., MT., MBA. Name of chairman

PENYEBAB TERJADINYA SUBSTANDARD PRACTICE BERDASARKAN TEORI LOSS CAUSATION MODEL PADA PENGELAS DI PT BANGUN SARANA BAJA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN. manusia untuk meningkatkan dan pemerataan taraf hidup semua anggota

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ini, persaingan yang terjadi di semua industri semakin ketat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan kerja telah dikenal sejak berabad yang lalu sejalan dengan

PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPETENSI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DAN KUALITAS LAYANAN PADA RUMAH MAKAN AYAM BAKAR WONG SOLO

Terminologi. #7 - Pengelolaan Untuk Zero Accident TIN211 - K3I Taufiqur Rachman 1. Aman / Selamat (Safety) Resiko (Risk) Tingkat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jumlah total skor jawaban tertinggi dari kuesioner.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN

UNSAFE ACTION PEKERJA KONSTRUKSI PADA K3 PROYEK KONSTRUKSI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS DENGAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan sebelumnya. Apabila secara formal dalam organisasi maka proses

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan banyak tenaga kerja di dalamnya. Pihak manajemen harus

Bisma, Vol 1, No. 11, Maret 2017 GAYA KEPEMIMPINAN DAN KINERJA KARYAWAN PADA PT SUMBER FAJAR INTI ABADI DI PONTIANAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecelakaan Kerja Pengertian kecelakaan kerja berdasarkan Frank Bird Jr adalah kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi dan menyebabkan kerugian pada manusia dan harta benda. Ada tiga jenis tingkat kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan (Frank Bird Jr and George L Germain, Practical Loss Control Leadership, Institute Publishing, USA 1990) : 1. Accident : adalah kejadian yang tidak diinginkan yang menimbulkan kerugian baik bagi manusia maupun terhadap harta benda. 2. Incident : adalah kejadian yang tidak diinginkan yang belum menimbulkan kerugian. 3. Near miss : adalah kejadian hampir celaka dengan kata lain kejadian ini hampir menimbulkan kejadian incident ataupun accident. Untuk melakukan pencegahan akan terjadinya kecelakaan kerja, maka harus diketahui terlebih dahulu penyebab dari suatu kecelakaan kerja sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan. Menurut Heinrich dalam teori dominonya mengemukakan bahwa penyebab kecelakaan kerja didasarkan atas kesalahan manusia (Human error) sebanyak 88% kasus kecelakaan disebabkan oleh Unsafe Action, 10% disebabkan oleh Unsafe Condition dan 2% merupakan takdir dari Tuhan. Namun Teori tersebut dikembangkan lagi oleh Frank Bird Jr yang dalam 5

6 bukunya berjudul Practical Loss Control Leadership, bahwa kecelakaan kerja disebabkan oleh banyak faktor yang mendukung untuk terjadinya kecelakaan kerja. Berdasarkan teori dari Frank Bird Jr, menyatakan bahwa kecelakaan kerja disebabkan atas beberapa faktor berikut : Kurang Pengawasan Penyebab Dasar Penyebab Langsung Insiden Kerugian Program Standar Pemenuhan standar Faktor personal & faktor pekerjaan Perilaku tidak aman & Kondisi tidak aman Kontak dengan energi atau bahan Manusia Properti Proses Lingkung an Gambar 2.1. The ILCI Loss Causation Model (sumber : Bird dan Germain, 1990) Pada dasarnya setiap proyek konstruksi selalu berhadapan dengan kondisi dan keadaan yang berbahaya. Namun, setiap organisasi akan menyiapkan sistem pertahanan (yang akan berbeda-beda kedalamannya) untuk mencegah lolosnya bahaya yang mengancam. Sistem pertahanan ini dapat berupa perangkat keras (seperti sepatu, helm, dan sabuk pengaman) dan/atau perangkat lunak (seperti peraturan dan prosedur keselamatan kerja, pelatihan dan pengawasan). Dua penyebab utama gagalnya sistem pertahanan akibat terdapat lubang-lubang pada sistem pertahanan adalah perilaku atau tindakan tidak aman dari pekerja dan kondisi laten yang berasal dari faktor-faktor organisasi dan lingkungan kerja. Menurut reason (1995,1997) kecelakaan kerja yang berakar dari faktor organisasi dapat membentuk :

7 1. Jalur tindakan tidak aman (active failure pathway), dimana faktor organisasi secara tidak langsung menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja dengan menciptakan faktor lingkungan kerja yang memicu pekerja untuk melakukan tindakan tidak aman 2. Dan jalur kondisi laten (latent failure pathway), dimana faktor organisasi secara langsung merusak keefektifan sistem pertahanan sehingga terjadi kegagalan sistem pertahanan. 2.2. Budaya Keselamatan Kerja Budaya keselamatan kerja merupakan salah satu komponen penting dari budaya organisasi yang membahas keselamatan kerja individu, pekerjaan dan halhal yang diutamakan oleh organisasi mengenai keselamatan kerja. Budaya keselamatan kerja menurut Uttal (1983) merupakan gabungan dari nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan yang berinteraksi dengan struktur organisasi dan sistem pengendalian yang membentuk norma-norma perilaku (dikutip dari Cooper, 2000). Sedangkan menurut Turner (1992), budaya keselamatan kerja merupakan kumpulan kepercayaan norma, sikap, peraturan dan praktek-praktek sosial serta teknis yang ditujukan untuk mengurangi kondisi yang dapat membahayakan pekerja, manajer, pelanggan, dan anggota masyarakat. Untuk mengembangkan budaya keselamatan kerja yang positif ada beberapa point yang harus dilakukan yaitu; merubah sikap dan perilaku, komitmen manajemen, keterlibatan pekerja, strategi promosi, training & seminar dan special program. Budaya keselamatan kerja yang positif memiliki lima komponen:

8 1. Komitmen manajemen terhadap keselamatan. 2. Perhatian manajemen terhadap pekerja. 3. Kepercayaan antara manajemen dan pekerja. 4. Pemberdayaan pekerja. 5. Pengawasan, tindakan perbaikan, meninjau ulang sistem dan perbaikan secara terus menerus. 2.3. Faktor-faktor budaya keselamatan kerja 2.3.1. Komitmen top manajemen Program keselamatan kerja hendaklah dimulai dari awal, dalam hal ini dimulai dari tingkat teratas organisasi (top management) perusahaan tersebut. (Reason, 1997) Untuk memulai program keselamatan kerja, top management dapat merumuskan suatu kebijakan yang menunjukkan komitmen terhadap masalah keselamatan kerja. Langkah awal ini selanjutnya akan menentukan pengambilan kebijakan berikutnya dalam hal keselamatan kerja. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya (Cheyne et al., 1998 ; Mohamed 2002 ; Pipitsupaphol, 2003) menunjukkan bahwa faktor komitmen merupakan salah satu faktor utama budaya keselamatan kerja, dimana tanpa dukungan dari pihak manajemen sangatlah sulit untuk mencapai keberhasilan dalam menjalankan program keselamatan kerja.

9 2.3.2. Peraturan dan prosedur keselamatan kerja Peraturan dan prosedur keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang dapat meminimalisasi kecelakaan yang diakibatkan adanya kondisi tidak aman (Pipitsupaphol, 2003) karena dapat memberikan gambaran dan batasan yang jelas terhadap penerapan program keselamatan kerja pada proyek konstruksi. Mohamed (2002) mengungkapkan bahwa peraturan dan prosedur keselamatan kerja yang diterapkan oleh perusahaan hendaknya mudah dipahami dan tidak sulit untuk diterapkan pada proyek konstruksi, ada sanksi yang tegas bila peraturan dan prosedur keselamatan kerja dilanggar, dan ada perbaikan secara berkala sesuai dengan kondisi proyek konstruksi. Permasalahan yang sering muncul adalah perusahaan menerapkan peraturan dan prosedur yang tidak sesuai dengan keadaan proyek konstruksi, maupun sulit diterapkan pada pekerjaan. Sehingga hal tersebut mendorong pekerja untuk melanggar peraturan dan prosedur keselamatan kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan. 2.3.3. Komunikasi Program keselamatan kerja hendaknya didukung oleh sistem manajemen informasi yang baik dalam hal pengumpulan dan penyampaian informasi, yang meliputi adanya jalur informasi yang baik dari pihak manajemen kepada para pekerja maupun sebaliknya dari pekerja tentang kondisi tidak aman kepada pihak manjemen (Davies et al., 2001 ; Hinze and Gambatese, 2003 ; Reason 1997; Tony, 2004). Informasi terbaru sangatlah penting, terutama yang berhubungan dengan peraturan dan prosedur keselamatan kerja yang terbaru, dan keadaan bahaya di lingkungan proyek.

10 2.3.4. Keterlibatan pekerja Cheyne et al. (1998) dalam penelitiannya menemukan bahwa keterlibatan pekerja pada program keselamatan kerja sangatlah penting sebagai bentuk kesadaran pekerja terhadap program keselamatan kerja. Pekerja yang menyadari pentingnya program keselamatan kerja akan menerapkannya dengan sepenuh hati dan tanpa paksaan, dan merasa bahwa program keselamatan kerja merupakan hak pekerja bukan merupakan kewajiban dalam melakukan pekerjaannya (Harper, Koehn, 1998). 2.4. Perilaku pekerja Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh karena itu, perilaku manusia memiliki cakupan yang sangat luas, seperti berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain-lain. Definisi perilaku menurut beberapa sumber, yaitu : 1. Menurut Notoadmojo (1993), kegiatan internal seperti berpikir, persepsi, dan emosi juga merupakan perilaku. 2. Menurut Munandar (2001), yang dimaksud dengan perilaku adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh manusia, baik secara langsung dapat diamati, seperti berjalan, melompat, menulis, duduk, dan lain-lain, maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, seperti berpikir, perasaan, motivasi, dan lainlain. 3. Robert Y. Kwick (1974) dalam Notoadmojo et al (1984), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.

11 4. Menurut Geller (2001), perilaku merupakan tingkah laku atau tindakan individu yang dapat diobservasi oleh orang lain. Perilaku tidak aman pekerja dapat berupa kesalahan atau kelalaian yang dilakukan manusia. Reason (1990) membagi perilaku ini menjadi tiga tingkatan, yaitu : skill based error, kesalahan yang berhubungan dengan keahlian dan kebiasaan pekerja ; rule based error, kesalahan dalam memenuhi standard dan prosedur yang berlaku ; dan knowledge based error, kesalahan dalam mengambil keputusan karena kurangnya pengetahuan. Selain itu, Reason juga menambahkan violation atau pelanggaran sebagai salah satu bentuk kesalahan yang sering dilakukan oleh pekerja. 2.5. Kinerja Kinerja menurut Siswanto (2002:235) adalah prestasi yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Siswanto (1987) mengemukakan delapan kriteria untuk menilai atau mengevaluasi performansi kerja karyawan berdasarkan deskripsi perilaku yang spesifik, yaitu : 1. Quantity of work, jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan, 2. Quality of work, kualitas kerja yang dicapai berdasarkan kesesuaiannya dan kesiapannya, 3. Job knowledge, luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya,

12 4. Creativeness, keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakantindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul, 5. Cooperation, kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain (sesama anggota dalam organisasi), 6. Dependability, kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian pekerjaan, 7. Initiative, semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggungjawabnya, 8. Personal quantities, menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramahtamahan, dan integritas pribadi.