BAB II APLIKASI MEDIA FLASH DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA BAHASA PERANCIS. Sebuah penelitian membutuhkan landasan-landasan teori yang kuat

dokumen-dokumen yang mirip
TUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN :

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media

KEDUDUKAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH

Teknologi & Media Pembelajaran

Pemanfaatan / Pengembangan Media dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling. Oleh : Agus Triyanto, M.Pd.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk

Pemanfaatan Media Berbasis Teknologi dalam Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sangat penting artinya, karena hanya manusia berkualitas saja yang

Pengertian dan Klasifikasi Media Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat

Pengembangan Media Pembelajaran Pendidikan. Fitri Rahmawati, MP Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY

Dari Batasan-Batasan Itu Media Dapat Disimpulkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

PUSAT PENGEMBANGAN PENATARAN GURU BAHASA

ADA 4 MODEL PEMBELAJARAN 1. TRADISIONAL/KONVENSIONAL 2. MEDIA SEBAGAI ALAT BANTU GURU BERBAGI TUGAS DENGAN MEDIA 4. PEMBELAJARAN YANG DIMEDIAKAN

KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN Oleh BUDI WALUYO (Dosen STAI An-Nur Lampung)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik

PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium

BAB II KAJIAN TEORI. dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

Macam- macam Media Penyaji dalam Pembelajaran

II. KERANGKA TEORETIS. Persepsi dalam arti luas menurut Leavitt (2006:27) dapat diartikan Pandangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses penyampaian pesan dari guru sebagai sumber pesan kepada siswa yang

BAB II LANDASAN TEORI. pendidikan. Pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)

BAB VI MEDIA PENGAJARAN

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah diprogramkan dan tetap

II. TINJAUAN PUSTAKA

Materi I KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN

ALAT PERAGA INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

MEDIA 2 DIMENSI. Disusun oleh: SAIFUL AMIEN

II.KAJIAN PUSTAKA. Anak usia dini merupakan manusia kecil pada rentang usia 0-6 tahun yang masih. berkembang menjadi manusia dewasa seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendekatan pengajaran, yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah

AECT (Association for Educational Communication and Technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar,

BAB II LANDASAN TEORI. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti

2/22/2012 METODE PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERAN MULTI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arsyad (2007:3) memaparkan pengertian media sebagai berikut:

Verbal Simbol visual Visual Radio Film Tv Wisata Demonstrasi partisipasi Observasi Pengalaman langsung

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini telah

BAB II KAJIAN TEORI. Kata penguasaan juga dapat diartikan kemampuan seseorang dalam sesuatu hal

II. TINJAUAN PUSTAKA. sains tersebut (Gallagher, 2007). Dengan demikian hasil belajar sains diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat didalamnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang dapat memenuhi kebutuhan pendidikannya dengan belajar menuntut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur

PERANAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS D.Syahruddin. Kata Kunci: Media Gambar, Pembelajaran Menulis

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tentang pemahaman siswa. Biasanya siswa memahami sesuatu hanya melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2007: 23) mengartikan bahwa aktivitas adalah

BANK KATA: Ide Media Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Oleh: Asri Musandi Waraulia, M.Pd.

MEDIA GAMBAR SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI PADA SISWA SEKOLAH DASAR Oleh: Arif Mustofa*

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses kegiatan pembelajaran disekolah, ada saat-saat tertentu dimana

PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL. Artikel. Oleh RIYANTO NIM

BAB II MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR

2014 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI PADA MATERI POKOK SIKLUS AIR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK

memilih apa yang akan dikerjakan selanjutnya, bertanya dan memberikan jawaban

Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu

I. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model pembelajaran.

BAB IV LAPORAN KERJA PRAKTEK. Kerja Praktek yang penulis lakukan adalah meliputi : Pemilihan jenis warna dan huruf (font)

MEDIA AUDIO, VISUAL, AUDIO-VISUAL, DAN MULTIMEDIA. Beni Asyhar Program Studi Tadris Matematika STAIN Tulungagung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. EACT yang dikutip oleh Rohani (2007:2) media adalah segala bentuk yang

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN ABK Oleh, Asep Saripudin, S.Pd.

MEDIA PEMBELAJARAN. Drs. Mahdum, MPd.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa yang dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

SUMBER BELAJAR DALAM KURIKULUM BERBASIS TEKNOLOGI DAN INFORMASI Oleh: M. Ramli AR

Hakikat Media Pembelajaran

Pengertian Media adalah. segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan menstimulasi proses belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh banyak faktor pendukung, di

BAB. II KAJIAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PKn

MAKALAH Media Visual Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Media Pembelajaran Dosen pengampu : Hermawan Wahyu Setiadi, M.

UNIT 8. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR Unik Ambar Wati PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II MEDIA ANIMASI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA NYARING BAHASA PRANCIS. Media jika dilihat dari asal kata, berasal dari kata medius yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan untuk membangun sumber daya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pengembangan Sumber Belajar di Perguruan Tinggi. Oleh : Laksmi Dewi, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II APLIKASI MEDIA FLASH DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA BAHASA PERANCIS 2.1 Media Pembelajaran Sebuah penelitian membutuhkan landasan-landasan teori yang kuat karena dengan dasar teori yang mantap penelitian menjadi lebih jelas arahnya, setelah dasar teori mantap maka peneliti dapat melaksanakan penelitian tersebut dengan baik. Teori menjadi sangat penting karena dapat menunjang keberhasilan dari tiap penelitian. Berikut adalah teori-teori yang relevan dengan penelitian ini. 2.1.1 Pengertian Media Dewasa ini, media menjadi hal yang sangat akrab di dunia pendidikan terutama pada proses pengajaran maka sebelum melangkah lebih jauh, berikut merupakan pemaparan mengenai definisi dari media. Seperti yang telah diketahui secara umum bahwa media merupakan bentuk jamak dari medium. Kata medium berasal dari bahasa Latin yang berarti pengantar atau perantara. Yang dimaksud dengan pengantar atau perantara di sini tentu saja untuk mengantarkan pesan sehingga proses komunikasi dapat berlangsung. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi. Pengertian tersebut masih definisi secara umum. Secara lebih spesifik akan dikemukakan pengertian media yang mengerucut pada media pendidikan.

11 Brigs dalam Sadiman. et al. (2008:6) menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa media merupakan bentuk alat konkrit yang berfungsi sebagai perantara yang menarik bagi siswa sehingga mereka tertarik untuk belajar. Senada dengan definisi yang dikemukakan oleh Brigs, Sadiman. et al. (2008:7) menyatakan bahwa media adalah : Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Pada definisi yang dikemukakan oleh Brigs dan Sadiman di atas telah tercantum jelas pengertian media untuk proses belajar. Pendapat lain yang senada dikemukakan oleh Santyasa dalam makalahnya yang berjudul Landasan Konseptual Media Pembalajaran adalah sebagai berikut : Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi, Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. (www.freewebs.com/santyasa/pdf2) Dalam proses pembelajaran media dibutuhkan sebagai perantara komunikasi dari guru ke murid sehingga bahan pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik. Jadi media merupakan semua hal yang dapat membantu proses belajar dan meningkatkan antusiasme pembelajar dalam menyerap materi pembelajaran

12 sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Dewasa ini seiring dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat media pembelajaran menjadi sangat beragam baik jenis maupun bentuknya. Kehadirannya di dalam proses pembelajaranpun menjadi sangat penting. Selanjutnya, pada pembahasan berikut ini akan disampaikan nilai dan kegunaan media dalam proses pembelajaran. 2.1.2 Nilai dan Kegunaan Media Sering kali dalam suatu proses pembelajaran, media dianggap hanya sebagai alat bantu saja dan menjadi satu unsur yang diabaikan ketika media tersebut tidak ada. Padahal media pengajaran memiliki banyak nilai praktis diantaranya : Pertama, media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa. Kedua, media dapat mengatasi batas ruang kelas. Ketiga, media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta dan lingkunganya. Keempat, media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan. Kelima, media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata dan tepat. Keenam, media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta untuk belajar dengan baik. Ketujuh, media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru. Kedelapan, media dapat mengontrol kecepatan belajar peserta. Kesembilan, media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang konkrit sampai abstrak. ( Abdulhak dan Sanjaya,1995:16-17) Pengalaman belajar yang berbeda dari tiap individu memungkinkan siswa memiliki interpretasi yang berbeda ketika mendapat pemaparan dari guru, bila pemaparan dilakukan dengan menyertakan objek konkrit maka siswa akan memiliki satu pemahaman yang sama, konsep dasar yang benar dan keseragaman pengamatan dalam pembelajaran tersebut. Ruang kelas yang terbatas dapat

13 disiasati dengan penyajian film dan interaksi secara langsung. Sedangkan motivasi dan minat belajar dapat ditingkatkan bila siswa merasa tertarik dan mendapat pengalaman belajar yang baru. Pengalaman belajar yang konkrit sampai abstrak juga dapat terpenuhi dengan media, hal ini dapat diatasi karena media terus berkembang seperti film tentang keadaan di dalam laut dapat dijadikan media di dalam kelas sehingga walaupun siswa belum pernah menyelami dasar laut tapi dapat mengetahui kehidupan di dalam laut ataupun juga menyaksikan peristiwa yang terjadi pada masa lampau Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu keterpaduan, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen pada sistem pembelajaran. Tanpa media, proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Adapun hambatan-hambatan komunikasi lain dalam proses pembelajaran yang dapat diminimalisir dengan media pembelajaran menurut Santyasa (www.freewebs.com/santyasa/pdf2) adalah pertama, verbalisme, artinya siswa dapat menyebutkan kata tetapi tidak mengetahui artinya. Kedua, salah tafsir. Ketiga, perhatian tidak berpusat. Keempat, tidak terjadinya pemahaman. Pertama, verbalisme, artinya siswa dapat menyebutkan kata tetapi tidak mengetahui arti. Hal ini terjadi karena biasanya guru mengajar hanya dengan ceramah sehingga siswa cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan guru. Kedua, salah tafsir, pemahaman yang berbeda antara siswa dengan gurunya. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa

14 menggunakan media pembelajaran yang lain, misalnya gambar, bagan, model, power point dan sebagainya. Ketiga, perhatian tidak berpusat, hal ini dapat terjadi karena banyak hal seperti gangguan fisik atau ada hal lain yang lebih menarik mempengaruhi konsentrasi dan perhatian Selain memiliki nilai-nilai praktis media juga memiliki banyak kegunaan, seperti mengatasi sifat pasif dari para pembelajar. Salah satu dari kegunaan tersebut antara lain : 1.Menimbulkan kegairahan belajar. 2.Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan. 3.Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya. (Sadiman. et al. 2008:17-18) Inti dari fungsi media pembelajaran dalam proses belajar adalah sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). 2.1.3 Jenis dan Karakteristik Media 2.1.3.1 Jenis Media Dampak perkembangan Iptek terhadap proses pembelajaran adalah diperkayanya sumber dan media pembelajaran, seperti buku teks, modul, overhead transparancy, film, video, televisi, slide, hypertext, web, dan sebagainya. Guru profesional dituntut mampu memilih dan menggunakan berbagai jenis media pembelajaran yang ada di sekitarnya.

15 Terdapat banyak pengklasifikasian jenis media. Salah satu penggolongan jenis media adalah yang diungkapkan oleh Briggs dalam Sadiman. et al. (2008:23), yakni : 13 macam media yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu: objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film rangkai, film bingkai, film televisi dan gambar. Briggs lebih menekankan jenis media menurut stimulus yang ditimbulkan oleh media tersebut. Ada juga pendapat berbeda yang dikemukakan oleh Rudy Bretz dalam Sadiman (2008:20), yang membedakan media dalam tiga jenis yaitu suara, visual dan gerak. Media visual dibedakan menjadi gambar, garis dan simbol. Pendapat Bretz juga sering digunakan oleh praktisi pendidikan di Indonesia. Dilihat dari segi perkembangan teknologi, jenis media pembelajaran dapat dibagi menjadi dua kategori besar yaitu : 1) Media tradisional a) media visual diam yang diproyeksikan, media yang termasuk dalam kelompok ini adalah ; proyeksi opaque (tak tembus pandang), proyeksi overhead, slide, dan film strips. b) visual yang tak diproyeksikan yaitu; gambar, poster, foto, charts, grafik, diagram, pameran, papan info dan papan-bulu. c) Audio; rekaman piringan, pita kaset, reel, cartridge. d) Penyajian multimedia; slide plus suara (tape), multi-image. e) Visual dinamis yang diproyeksikan; film, televisi, dan video.

16 f) Cetak; buku teks, modul, teks terprogram, workbook, majalah ilmiah, berkala dan lembaran lepas (hand-out). g) Permainan; teka-teki, simulasi dan permainan papan. h) Realia; model, contoh (sepecimen) dan manipulatif. 2) Media teknologi mutakhir a) Media berbasis telekomunikasi ; teleconference dan kuliah jarak jauh b) Media berbasis microprosesor ; permainan komputer, sistem tutor intelijen, interaktif, computer-assisted instruction, hypermedia dan compact (video) disc. Seels & Glasgow (Arsyad, 2007:33) Beragam pengklasifikasian yang dikemukakan oleh para ahli merupakan usaha pengelompokan media yang berdasar pada kesamaan ciri dan karakteristiknya. 2.1.3.2 Karakteristik Media Berdasarkan pemahaman atas klasifikasi media pembelajaran akan mempermudah para guru atau pengajar lainnya dalam melakukan pemilihan media yang tepat pada waktu merencanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pemilihan media yang disesuaikan dengan tujuan, materi, serta kemampuan dan karakteristik pembelajar, akan sangat menunjang efisiensi dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran. Karakteristik jenis media yang lazim dipakai dalam proses belajar mengajar di Indonesia menurut Sadiman dibagi menjadi tiga yaitu media grafis, media audio dan media proyeksi diam.

17 Karakteristik media grafis termasuk pada jenis media visual. Media visual merupakan media yang menggunakan simbol berbentuk visual dalam penyampaian pesannya. Menurut Djamarah dan Zain (2002:140) Media visual adalah jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran yang dapat diamati oleh indera penglihatan atau dapat dilihat, dipandang, diperhatikan, disimak dengan cara diproyeksikan maupun tidak diproyeksikan. Adapun media grafis memiliki jenis media grafis diantaranya gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart, garfik, kartun, poster dan lain sebagainya. Gambar atau foto merupakan media yang menggunakan visual foto, foto dan gambar tersebut dapat diambil dengan menggunakan media kamera. Sedangkan sketsa merupakan gambar yang sederhana, atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa detail (Sadiman. et al. 2008:33). Diagram merupakan media yang menyajikan objek secara garis besar dengan menggunakan garis-garis dan symbol, grafik dan diagram sama-sama menggunakan media garis, grafik biasanya digunakan untuk menampilkan suatu persentase. Sementara itu, kartun merupakan media yang komunikatif karena menggunakan symbol yang menarik dalam penyampaian pesannya, kartun yang dimaksud dapat seperti tokoh-tokoh Walt Disney maupun tokoh rekaan yang lainnya. Poster memiliki banyak kesamaan dengan kartun tapi biasanya poster mencantumkan pesan yang lebih kompleks dalam tampilannya. Media audio, merupakan jenis media yang berkaitan dengan suara. Penyajiannya berupa pesan yang dapat ditangkap oleh indera pendengaran. Contoh media audio adalah radio, alat perekam, music player (MP3 dan MP4),

18 kaset, MIDI (Musical Instrument Digital Interface), piringan hitam, DVD dan lainnya. Tentu saja setiap media ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing seperti contohnya: radio walaupun memiliki harga yang cukup terjangkau tapi bukan merupakan media yang bersifat dua arah, merupakan alat manual dan bila terdapat kesalahan teknis pada sistem suara maka otomatis tidak dapat digunakan berbeda dengan televisi yang masih dapat dilihat gambarnya. Selanjutnya penjabaran teori akan memfokuskan pada jenis media gambar atau lazim juga disebut media visual karena berkaitan dengan penelitian ini. 2.2 Media Visual Karakteristik media grafis (visual) dapat dilihat berdasarkan ciri-cirinya, kelebihan yang dimilikinya, kelemahannya, unsur-unsur desain dan kriteria pembuatannya, dan jenis-jenisnya. Ciri-cirinya, media grafis termasuk: media dua dimensi sehingga hanya dapat dilihat dari bagian depannya saja dan hanya dapat diterima melalui indra penglihatan. Kelebihan yang dimiliki media grafis adalah bentuknya sederhana, ekonomis, bahan mudah diperoleh, dapat menyampaikan rangkuman, mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, tanpa memerlukan peralatan khusus dan mudah penempatannya, sedikit memerlukan informasi tambahan, dapat membandingkan suatu perubahan, dapat divariasi antara media satu dengan yang lainnya. Kelemahan media grafis adalah: tidak dapat menjangkau kelompok besar, hanya menekankan persepsi indra penglihatan saja, tidak menampilkan unsur audio dan motion. Unsur-unsur media grafis sering disebut sebagai unsur-

19 unsur visual, terdiri dari titik, garis, bidang, bentuk, ruang, warna, dan tekstur. Untuk media bagan karena berhubungan dengan prisip kerja media yang digunakan dalam penelitian ini maka secara khusus akan dibahas lebih detail. 2.3 Bagan Bagan sering terdapat dalam buku-buku pelajaran dan materi lainnya. Bagan harus mempunyai tujuan pembelajaran yang ditentukan dengan jelas. Untuk mengetahui dengan lebih jelas mengenai bagan, berikut adalah pemaparan mengenai bagan yang dikemukakan oleh Sadiman. et al. (2008:35) Seperti halnya media grafis yang lain, bagan atau chart termasuk media visual. Fungsinya yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan. Jika ingin mengungkapkan beberapa gagasan atau konsep, sebaiknya dibuat beberapa bagan sederhana. Informasi pembelajaran dan pesan-pesan isi pelajaran dikomunikasikan melalui saluran visual, dan materi verbal hanya diadakan untuk mendukung pesan visual. Berikut disajikan beberapa macam bagan: 1) Bagan organisasi berguna untuk menunjukkan hubungan atau rantai perintah/komando dalam suatu organisasi seperti perusahaan, organisasi sosial, lembaga pemerintahan. Biasanya bagan ini menggambarkan tata hubungan antara karyawan atau bagian-bagian organisasi itu. 2) Sedangkan bagan alir (flowchart) adalah berbentuk bagan proses yang menunjukkan suatu ururtan, prosedur, atau aliran proses. Bagan alir sering digambar secara horizontal dan menampilkan bagaimana kegiatan yang

20 berbeda-beda, adonan atau prosedur muncul sebagai suatu kegiatan menyeluruh. Adapun salah satu jenis dari bagan adalah hidden chart yang dapat menyajikan suatu pesan secara bertahap. Berikut dikemukakan oleh Sadiman. et al. (2006:15): Bagan tertutup (hiden chart) disebut juga strip charts. Pesan yang akan dikomunikasikan mula-mula dituangkan ke dalam satu chart misalnya saja pesan tersebut berupa jenis chart. Setiap jenis kemudian ditutup dengan potongan kertas yang mudah untuk dilepas. Potongan kertas selain murah juga menarik perhatian. Pada saat penyajian satu per satu tutup itu dibuka. Bagan memungkinkan penyajian pesan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan pembelajar. Cara ini dilakukan sebagai upaya agar media terlihat lebih menarik dalam penyampaian pesan sehingga tujuan pembelajaran yang dimaksud dapat tercapai. Jadi bagan merupakan penyajian ide-ide atau konsep-konsep secara visual yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan; 2.4 Pengertian Perangkat Lunak (Software) Peningkatan produktivitas dapat dicapai melalui penggunaan teknologi. Perkembangan teknologi telah mengubah masyarakat bahkan kini dengan tumbuh dan berkembangnya teknologi sangat sulit untuk memisahkan kehidupan keseharian masyarakat dengan teknologi. Berkembangnya masyarakat berpendidikan yang berbasis teknologi menuntut perkembangan teknologi informasi baik itu komputerisasi dalam bentuk perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Berikut adalah definisi perangkat lunak yang merupakan pengertian secara umum.

21 Arti harfiah software menurut kamus Password (1994:571) Computer programs, as opposed to the machines themselves. Pengertiannya adalah bahwa perangkat lunak merupakan program komputer yang berbeda dengan perangkat keras (hardware) dari komputer itu sendiri. Maka terdapat dua pembagian dalam perangkat komputer yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Contoh perangkat lunak adalah isi pesan yang disimpan dalam transparansi OHP, kaset audio, kaset video, film slide. Contoh perangkat keras adalah proyektor overhead, proyektor film, video tape recorder, proyektor slide, proyektor filmstrip. Definisi di atas merupakan pengertian secara luas. Sedangkan pengertian perangkat lunak yang lebih khusus dan dikutip dari buku bertema pendidikan agar terlihat kesesuaiannya tercantum sebagai berikut: Software adalah isi program yang mengandung pesan seperti informasi yang terdapat pada transparansi atau buku dan bahan-bahan cetakan lainnya, cerita yang terkandung dalam film atau materi yang disuguhkan dalam bentuk bagan, grafik, diagram dan sebagainya (Abdulhak dan Sanjaya, 1995:5). Bila ditelaah terlihat bahwa definisi ini memiliki kesesuaian dengan pengertian di dalam kamus Password yang telah di bahas pada poin di atas. Jadi Istilah hardware dan software tidak hanya dipakai dalam dunia komputer, tetapi juga untuk semua jenis media pembelajaran. Perangkat lunak adalah isi pesan yang disimpan dalam material, sedangkan perangkat keras adalah peralatan yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang telah dituangkan ke dalam material untuk dikirim kepada audiens.

22 2.5 Media Flash Adobe Flash (dahulu bernama Macromedia Flash) adalah salah satu perangkat lunak komputer. Macromedia Flash merupakan aplikasi yang digunakan untuk melakukan desain dan membangun perangkat presentasi, publikasi, atau aplikasi lainnya yang membutuhkan ketersediaan sarana interaksi dengan penggunanya. Proyek yang dibangun dengan Flash bisa terdiri atas teks, gambar, animasi sederhana, video, atau efek-efek khusus lainnya. Berikut Riwayat produk Flash : FutureSplash Animator (10 April 1996) Flash 1 (Desember 1996) Flash 2 (Juni 1997) Flash 3 (31 Mei 1998) Flash 4 (15 Juni 1999) Flash 5 (24 Agustus 2000) - ActionScript 1.0 Flash MX (versi 6) (15 Maret 2002) Flash MX 2004 (versi 7) (9 September 2003) - ActionScript 2.0 Flash MX Professional 2004 (versi 7) (9 September 2003) Flash Basic 8 (13 September 2005) Flash Professional 8 (13 September 2005) Flash CS3 Professional (sebagai versi 9,16 April 2007) - ActionScript 3.0 Flash CS4 Professional (sebagai versi 10, 15 Oktober 2008)

23 http://id.wikipedia.org/wiki/adobe_flash Aplikasi ini diproduksi oleh Macromedia Corporation, sebuah perusahaan pengembang perangkat lunak dalam bidang animasi, pengembangan sistem web dan multimedia. Flash dikembangkan sejak tahun 1996, dan pada awalnya hanyalah merupakan program animasi sederhana GIF Animation, tetapi sekarang sudah berkembang menjadi aplikasi raksasa yang digunakan oleh hampir semua orang yang menekuni bidang desain dan animasi berbasis komputer. Sampai saat ini, Macromedia Flash merupakan aplikasi interaktif dengan berbagai kelebihan. Beberapa faktor yang mendukung kepopuleran Flash sebagai sebuah aplikasi untuk keperluan desain dan animasi antara lain adalah memiliki format grafis berbasis vektor, kapasitas file hasil yang kecil, memiliki kemampuan tinggi dalam mengatur interaktivitas program, memiliki kelengkapan fasilitas dalam melakukan desain, dan sebagainya. Macromedia Flash telah dikembangkan dalam beberapa versi. Setelah sampai pada versi Flash 6, muncul teknologi Flash 7 yang dikenal dengan nama Macromedia MX dan yang terakhir sampai saat penulisan ini adalah Flash versi 10. 2.6 Berbicara Keterampilan berbahasa dalam hal ini dibagi menjadi empat segi yaitu: Keterampilan menyimak Keterampilan berbicara Keterampilan membaca

24 Keterampilan menulis Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan ketiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Berbicara adalah aspek utama dari empat keterampilan berbahasa yang dibahas dalam penelitian ini. 2.6.1 Pengertian Berbicara Berbicara menurut Poerwadarminta adalah (2001:148) berkata; bercakap; berbahasa. Sedangkan dengan melihat keterkaitan antara berbicara dengan komunikasi peneliti merasa perlu untuk menyampaikan hakikat komunikasi (Effendi, 2003:29) yakni Proses pernyataan antar manusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai penyalurnya. Dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan proses dalam berkomunikasi secara verbal. Selajutnya berbicara menurut kamus linguistik (Kridalaksana, 2001:30) adalah perbuatan menghasilkan bahasa untuk berkomunikasi. Telah jelas kesesuaian antara berbicara dengan berkomunikasi yaitu berbicara merupakan salah satu cara atau upaya untuk berkomunikasi. Dikemukakan pula pengertian dari communication orale yang terdapat dalam http://www.communicationorale.com, yakni : Bien communiqué à l oral, c est faire passer des messages à l oral d un langage choisi, en utilisant une voix bien placé, en jouant de ses emotions, en utilisant intelligemment son corps pour que son public, respecté et pri en compte, accepte le message émis et y adhère. Kutipan di atas menjelaskan bahwa berkomunikasi yang baik adalah menyampaikan pesan dengan diksi yang baik, volume suara yang tepat dengan

25 menyertakan ekspresi juga gestur dengan tujuan agar lawan bicara menerima pesan dengan baik. Berbicara merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa. Adapun definisi di atas merupakan indikator berbicara yang dimaksud dalam judul yang akan diteliti. 2.6.2 Tahap-tahap Kemampuan Berbicara Secara Bebas Setiap keterampilan erat pula berhubungan dengan proses. Tugas pengajaran bahasa asing yang berorientasi pada kemampuan komunikatif ialah mengembangkan kemampuan siswa untuk dapat berkomunikasi dalam bahasa asing. Latihan latihan yang dilihat dari segi, bentuk, isi, dan metodenya harus diarahkan kepengetahuan berbicara bebas. Menurut Hardjono (1988:35) tahaptahap berbicara menuju berbicara bebas dibagi ke dalam tiga tahap yaitu : tahap berbicara tanpa variasi, tahap berbicara bervariasi terpimpin, tahap berbicara bebas. Pada tahap berbicara tanpa variasi ini ada 2 macam reproduksi: 1) Berbicara reseptif-produktif atau imitatif (tahap menirukan) Dalam tahap imitatif siswa langsung menirukan apa yang didengar, Menirukan kata-kata, ungkapan-ungkapan atau kalimat-kalimat. Maksudnya ialah untuk membiasakan para siswa menangkap secara akustik bunyi-bunyi yang asing dan untuk melatih ucapan. Penguasaan ucapan, ritmus, dan intonasi merupakan suatu keharusan untuk melanjutkan ke tahap-tahap selanjutnya. 2) Berbicara reproduktif

26 Dalam tahap reproduktif siswa mengucapkan kembali dialog teks pendek, syair yang dihafalkan. Perbedaan dengan tahap imitatif adalah bahwa dalam tahap reproduktif antara penangkapan dan reproduksi ada jangka waktu untuk mempersiapkan diri atau menghafalkan. Yang dimaksud dengan berbahasa bervariasi terpimpin ialah taraf pengembangan berbahasa lisan dengan bermacam-macam latihan berbicara. Dalam latihan ini siswa belajar berbicara dalam bahasa asing dengan pertolongan guru, misalnya yang berupa kata-kata kunci, istilah-istilah yang memberi arah. Dengan demikian siswa masih dipimpin dalam cara mengungkapkan diri, yang dilihat dari segi bahasa maupun isi ungkapan. Disini siswa masih terikat dan berorientasi pada pertolongan verbal atau visual yang diberikan guru. Tahap berbicara bebas, dalam latihan mengembangkan tahap berbicara bebas, jenis-jenis bantuan verbal maupun visual harus diredusir sampai seminimal mungkin atau dihilangkan sama sekali. 2.6.3 Berbicara Sebagai Salah Satu Aspek yang Diujikan dalam Tes Delf Niveau A2. Tes DELF (Diplômes d Études La Langue Française) adalah suatu bentuk evaluasi pembelajaran bahasa perancis berjenjang yang diakui oleh seluruh dunia. DELF terdiri dari beberapa niveau/tingkatan, tingkat dasar atau untuk pemula adalah A1 dan A2, kemudian tingkat mandiri B1 dan B2, untuk pembelajar tingkat berpengalaman adalah C1 dan C2.

27 Production orale générale merupakan salah satu aspek yang diujikan dalam DELF niveau A2, disamping itu terdapat pula compréhension générale des écrits (menulis), compréhension générale d orale (menyimak) dan interaction orale générale (berdialog). Pengujian Production orale générale khusunya A2 menggunakan tema-tema dan subjek sederhana yang sekiranya terdapat dilingkungan sekitar sehari-hari. Nous l avons dit, l oral est éphérmère. Pourtant, l enseignant passe son temps à évaluer. Les principales situations d évaluatiaon de la production orale peuvent etre classés par niveaux taxonomiques. 1. Évaluation de taches langarière et communicatives, de la plus simple à la plus complexe. - Produire les répliques de l un des personnages dans un dialogue simulé sur un thème donne (le «je» simulé) - Présenter son point de vue sur un sujet simple. (Tagliante, 2005:65) Dari kutipan di atas dapat kita ketahui bahwa evaluasi dari berbicara adalah evaluasi yang tidak baku. Kemudian bentuk evaluasipun berjenjang dari yang paling sederhana menuju yang paling kompleks. Salah satu contohnya adalah berbicara tentang seseorang dalam satu dialog sesuai tema yang diberikan atau juga mempresentasikan sudut pandang kita mengenai suatu tema sederhana. 2.6.4 Production Orale dalam L evaluation et Le Cadre Europeen Commun DELF Niveau A2 Dalam latihan berbicara, berbagai bentuk dan cara dapat digunakan, disesuaikan dengan tingkat penguasaan kemampuan berbahasa yang telah dimiliki oleh pembelajar sehingga tingkat kesulitan yang dibuatpun beragam. Pembuatan media Les Pommes Rouges (pour la communication orale) diharapkan dapat

28 membantu dalam latihan pembelajaran DELF niveau A2. Adapun karakteristik kemampuan yang hendak dicapai untuk niveau A2 adalah : En production orale général, il peut Comprendre assez pour pouvoir répondre à des besoins concrets à condition que la diction soit claire et le débit lent. Comprendre des expressions et des mots porteurs de sens relatifs à des domaines de priorité immédiate (par exemple, information personnelle et familiale de base, achats, géographie locale, emploi). (Tagliante, 2005 :127) Disebutkan dalam kutipan di atas bahwa dalam berbicara secara umum diharapkan agar pembelajar cukup paham untuk dapat menjawab kebutuhankebutuhan nyata dengan diksi yang jelas dan pengucapan yang lambat. Selain itu juga dapat mengerti ungkapan-ungkapan dan kata-kata yang bermakna relatif dengan kebutuhan sedang, seperti informasi dasar tentang diri pribadi dan keluarga, informasi cara pembelian, informasi geografi lokal dan informasi cara penggunaan). Sedangkan jenis aktivitas yang dapat digunakan pada niveau A2 adalah parler de sa vie quotidienne yaitu berbicara tentang kehidupan sehari-hari. Berbicara tentang kehidupan sehari-hari ini meliputi kegiatan yang kita lakukan sejak pagi hingga malam hari, kegiatan di sekolah maupun kegiatan di dalam ruang, aktivitas ketika liburan, kegemaran dan lain sebagainya. Gambaran evaluasi dalam production oral A2 adalah Peut décrire ou présenter simplement des gens, des conditions de vie, des activité quotidienne, ce qu on aime ou pas, par de courtes séries d expressions ou de phrases non articulées (Tagliante,2005 :136). Gambaran evaluasi ini adalah dapat menceritakan atau memperkenalkan seseorang, suatu kondisi hidup, aktivitas-

29 aktivitas sehari-hari, hal yang kita sukai dan yang tidak kita sukai melalui ungkapan-ungkapan pendek atau frasa yang tidak diucapkan dengan jelas. Adapun jenis penalarannya adalah décrire atau menggambarkan/ memaparkan. Dalam prakteknya, para penguji DELF A2 akan memberikan suatu sujet/tema yang harus kita coba untuk memberi informasi secara maksimal mengenai tema yang diberikan. Dicantumkan dalam Tagliante (2005 :136) Sujet 1 Vous recevez une ami chez vous, dans votre pays. Présentez-lui votre ville. Sujet 2 : Décrivez votre quartier. L aimez-vous? Dites pourquoi etc. Terlihat dalam pengujian production orale pada niveau ini menggunakan soal yang harus dikembangkan menjadi pembicaraan. Tujuan umum dari penjabaran di atas adalah untuk merangsang berbicara dengan cara memberi stimulus untuk dibicarakan. Melalui kegiatan-kegiatan berbicara tersebut, siswa diharapkan dapat melatih dan mengembangkan keberanian serta keterampilan berbicara mereka. 2.7 Keterkaitan Les Pommes Rouges (Pour La Communication Orale) dengan Keterampilan Berbicara 2.7.1 Les Pommes Rouges (Pour La Communication Orale) Sebagai Media Software telah digolongkan ke dalam salah satu bentuk media adapun media dikhususkan pada perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Lebih khusus media Les Pommes Rouges (pour la communication orale) menggunakan media grafis dan gambar dalam tampilannya dengan tujuan

30 membantu mahasiswa pada pembelajaran berbicara. Adapun salah satu jenis dari bagan adalah hidden chart yang dapat menyajikan suatu pesan secara bertahap. Media ini merupakan salah satu jenis dari chart tertutup tapi dirancang agar dapat digunakan secara modern bukan dengan cara manual dibuka-tutup yang terjadi pada hidden chart sehingga dirancang dengan berbagai kemudahan. Walaupun begitu inti dari media ini sama dengan bagan tertutup yaitu menyajikan pesan secara bertahap. Penyajian secara bertahap merupakan suatu cara untuk menyembunyikan pesan secara sementara dan pesan yang tersimpan dapat dirubah/diganti sesuai dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. Selain itu, perubahan yang dapat dilakukan juga bertujuan agar media tersebut tetap up to date. Sesuai dengan karakteristik media yang dikemukakan oleh Sadiman. et al. (2008:35): Sebagai media yang baik, bagan haruslah: 1) Dapat dimengerti anak; 2) Sederhana dan lugas, tidak rumit atau berbelit-belit. 3) Diganti pada waktu-waktu tertentu agar selain tetap termasa (up to date) juga tak kehilangan daya tarik. 2.7.2 Media Les Pommes Rouges (Pour La Communication Orale) Sebagai Media Pembelajaran Berbicara Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. Sadtono (1987 :79) menyatakan bahwa kemampuan lisan itu ibarat tanaman yang mudah mati. Bila kemampuan lisan itu belum mendalam, ia memerlukan latihan yang terus menerus. Setelah penjabaran definisi berbicara maka dibutuhkan kejelasan dari hubungan antara pembelajaran berbicara dengan media Les Pommes Rouges yang akan dijabarkan sebagai berikut. Terdapat

31 banyak teori-teori untuk kemampuan berbicara tapi dibawah ini hanya akan dibahas dua pendekatan saja yaitu pendekatan struktural dan fungsional. Dalam pendekatan struktural penguasaan bahasa dianggap dapat dicapai dengan pembentukan kebiasaan (habit formation), yang harus dimantapkan oleh guru dengan pengulangan dan manipulasi yang terkontrol. Cara belajar siswa bersifat reflektif dan ekoik, artinya siswa belajar dengan menirukan guru. Pelajaran-pelajaran dan bahan-bahannya dipusatkan pada guru. Pendekatan fungsional berbeda dengan pendekatan struktural. Prinsip yang dipakai dalam pendekatan fungsional adalah kenyataan bahwa tujuan utama berbahasa adalah komunikasi yang mempunyai arti, maksud dan tujuan. Kita berbicara karena ingin menyampaikan informasi atau pikiran kita. (Hardjono, 1988:83) Bertolak dari dua definisi di atas maka untuk pembahasan selanjutnya akan difokuskan pada pendekatan fungsional kerena pendekatan ini sesuai dengan dasar teorinya yang mana tujuan dari berbicara adalah menyampaikan informasi atau buah pikiran kita. Strategi mengajar yang dipakai dalam pendekatan fungsional ini didasarkan pada teknik-teknik belajar atas dasar pengalaman dan penemuan ( discovery ),dan tidak pada penyajian guru. Tugas-tugas kelompok atau pasangan dibuat oleh guru di ambil dari buku teks. (Hardjono, 1988:84) Media yang akan diujikan dalam penelitian ini merupakan salah satu discovery yang dapat membantu guru/pengajar untuk melaksanakan latihan dalam pembelajaran berbicara di dalam kelas bahkan memenuhi salah satu metode mengembangkan tahap-tahap kemampuan berbicara secara bebas yaitu tahap berbicara bervariasi terpimpin. Hardjono (1988:35-36) memaparkan yang dimaksud dengan berbahasa bervarisi terpimpin ialah taraf pengembangan berbahasa lisan dengan bermacam-macam latihan berbicara. Tentu saja pada latihan ini mahasiswa belajar berbicara dengan pertolongan guru, pertolongan

32 tersebut dapat berupa kata-kata kunci dan istilah-istilah yang hanya bertujuan memberi arah. Sehingga mereka masih dipimpin dalam cara mengungkapkan diri, yang dilihat dari segi bahasa maupun isi ungkapan. Disini pembelajaran masih terikat dan berorientasi pada pertolongan verbal atau visual yang diberikan guru. Kualitas dan kuantitas pertolongan ini tergantung dari taraf perkembangan mahasiswa dalam mengungkapkan diri secara lisan. Dengan makin mengurangi pertolongan verbal maupun visual mereka dibimbing ke arah kemampuan mengkonsep dan mengutarakan apa yang ingin dikemukakan secara mandiri Latihan dalam tahap berbicara bervariasi terpimpin dapat dilakukan dengan pertolongan guru yang memberikan bantuan berupa kata-kata kunci, istilah-istilah yang memberi arah demikian juga yang terdapat dalam Les Pommes Rouges pertolongan dari guru dapat berupa tema-tema, pernyataan atau pertanyaan dan sejumlah kata kunci untuk kemudian mahasiswa mengembangkannya dalam bentuk paparan, cerita atau monolog. Pengembangan peningkatan kemampuan berbicara secara bebas bisa berhasil, jika titik tolak tidak berupa satu dialog atau monolog, melainkan satu tema atau situasi. Sebagai bantuan hanya diberikan katakata kunci, pembagian paragraf, pertanyaan-pertanyaan atau bentukbentuk lain yang memberi petunjuk mengenai konteks. (Hardjono,1988:36) Selanjutnya merupakan bentuk tema yang dicantumkan didalam buah apel pada media tersebut. Tema yang dipilih merupakan wewenang guru tapi tentu saja dengan mengacu pada tujuan pembelajaran. Pemaparan lain yang dikemukakan oleh Hardjono (1988:86) :

33 Tema pertama adalah hubungan personal dalam keluarga dan antara teman. Tema kedua adalah hubungan sosial dan aktivitas dalam masyarakat. Tema ketiga adalah kahidupan kebudayaan, khususnya adatistiadat dan tradisi, tema keempat adalah lingkungan alamiah, sains, teknologi, dsb. Pelajaran dalam pendekatan fungsional ini ada yang berkisar pada empat buah tema utama yang dapat ditafsirkan bersama-sama, tergantung kepada umur dan tingkat penguasaan bahasa asing. Keempat tema tersebut diambil untuk mewakili masyarakat dan lingkungannya, yang dijadikan unit-unit aktivitas dan lingkungan. Senada dengan paparan dari Hardjono mengemukakan (1988:86) Keempat tema yang dijabarkan tersebut merupakan empat buah tema yang dapat ditafsirkan bermacam-macam, tergantung pada umur dan tingkat penguasaan bahasa asing. Sementara itu latihan yang dibuat harus sesuai dengan kriteria latihan diantaranya yang tercantum dalam poin keempat dan kelima yang dikemukakan oleh Sadtono (1987:34) tema latihan harus makin lama makin ditingkatkan kesukarannya maka aktivitas berpikir dan berbahasa juga makin ditingkatkan. Begitupun dengan ruang lingkup tema makin lama sebaiknya makin diperluas. Seperti pertama tema menyangkut kehidupan sehari-hari, kemudian mengenai kejadian aktual dan kejadian-kejadian dikalangan masyarakat luas. Semakin lama mahasiswa tidak lagi dituntut kemampuan mengungkapakan diri mengenai isi tema, melainkan mengenai pendapatnya atau tanggapannya mengenai isi tema. Tema yang diambil selain mempertimbangkan dua faktor yang disebutkan di atas yaitu umur dan tingkat penguasaan bahasa asing juga

34 memperhatikan fungsi bahasa salah satunya adalah fungsi personal. Fungsi personal merupakan fungsi yang erat kaitannya dengan level DELF A2 karena pada tingkat ini kemampuan yang dibutuhkan masih berkisar pada menggambarkan ataupun menceritakan hal-hal sederhana dalam kehidupan seharihari. Sedangkan untuk fungsi-fungsi yang lain seperti fungsi intrapersonal, direktif, referensial dan imajinatif memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. Hardjono (1988:87) menyatakan bahwa fungsi personal adalah kemampuan pembicara untuk menyatakan dirinya (pikiran maupun perasaannya) yang dialami oleh manusia (cinta, kegembiraan, kekuasaan, kemarahan, etc). Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai sarana komunikasi. Hal tersebut terjadi karena sebagai makhluk sosial, manusia selalu berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud interaksi. Tujuan dari latihan yang dibuat adalah melatih mahasiswa dalam pembelajaran berbicara setingkat DELF A2 dan mempersiapkan mereka agar dapat berbicara bebas tanpa persiapan terlebih dahulu. Tentu saja ini membutuhkan suatu proses yang tidak instan. Hardjono (1988:34-35) memaparkan : Latihan-latihan yang semacam ini yang ditujukan untuk menambah aktivitas, intensitas dan kreativitas berpikir dan berbicara ialah semua latihan yang memungkinkan para siswa ikut serta atau terlibat dalam suatu aktivitas yang membangkitkan suatu kebutuhan pada diri siswa untuk mengungkapkan diri secara lisan, sehingga siswa akan berbicara secara bebas tanpa persiapan terlebih dahulu. Latihan dibuat untuk pembelajaran berbicara dengan mengolah aktivitas- aktivitas secara intensif dan bertujuan meningkatkan kreativitas pembelajar dalam berbicara.

35 2.7.3 Aspek Penilaian pada Keterampilan Berbicara Pada umunya evaluasi terhadap kemampuan berbicara memang tergolong sulit untuk dapat dikatakan objektif, karena tidak ada alat baku untuk mengukurnya. Penilaian keterampilan berbicara memang tergolong sulit. Tidak ada aturan yang baku mengenai bentuk penilaian berbicara ini, bahkan para ahli berpendapat bahwa tidak mungkin diciptakan aturan yang baku mengenai penilaian berbicara. Tagliante (2005:65-67) mencantumkan aspek penilaian yang dapat dijadikan acuan untuk penilaian berbicara atau dapat disebut dengan Les éléments constitutifs de l expression orale diantaranya : le fond, la forme, la prononciation et la ponderation. Le fond atau dasar penilaian terdiri dari tiga aspek yaitu aspek pertama les idées, la structure dan terakhir le langage. La forme adalah bagian kedua pada penilaian ini. La forme dibagi menjadi L attitude générale, la voix, le regard et la capacité à interagir. Bagian ketiga adalah la ponderation yang salah satunya adalah Le respect et la compréhension de la consigne. La structure, l organisation du message : dans un exposé, l introduction, le développement et naturellement la conclusion comptent. Pas sous une forme académique, mais la logique de déroulement de la pensée doit néanmoins etre présente (Tagliante, 2005 :66). Paparan tersebut menyatakan bahwa penilaian struktur bahasa atau tatabahasa adalah pada penjelasan, perkenalan, perkembangan pembicaraan dan kesimpulan. Penilaian bukan dengan bentuk penilaian akademis tapi penilaian secara logis.

36 Sementara itu diambil dari sumber yang sama, untuk penilaian kosakata adalah penilaian ketepatan, pemilihan kata atau penjelasan yang digunakan ketika pembelajar tidak memiliki padanan kata yang dimaksudkan Le langage : la justesse, la précision des mots ou l explication qui peut en etre donnée si l apprenant ne connait pas le mot exact, les exemples qui peuvent illuster son propos, tout cela compte. Le regard, les pauses, les silences : le regard maintient le contact, les pauses sont souvent significatives : << je m arrete pour que vous pretiez attention à ce que je viens de dire ou à ce que je vais dire>>. Kutipan di atas adalah penilaian ketiga yaitu cara kontak mata dan jeda yang digunakan secara signifikatif yaitu berhenti untuk mempersiapkan kata-kata selanjutnya yang akan diucapkan. Aspek penilaian keempat adalah Le respect et la compréhension de la consigne. Tagliante (2005-67) berpendapat bahwa perasaan menghargai saat proses tes dilaksanakan amat mempengaruhi pemahaman mereka. Pada penilaian aspek pelafalan, seorang ahli linguistik bernama Harris dalam Tagliante (2005-67) telah membuat format penilaian untuk pelafalan. Adapun itu sebagai berikut : ]

37 Tabel 2.1 La grille complète figures 5 points Peu de traces d accent étranger. 4 points Toujours intelligible, malgré un accent spécifique. 3 points Difficultés de prononciation qui exigent une attention soutenue et conduisent quelquefois au malentendu. 2 points Très difficile à comprendre à cause de sa prononciation. On doit souvent lui demander de se répéter. 1 point Difficultés de prononciation si graves que le discours est pratiquement inintelligible. Tabel tersebut peneliti gunakan pada penilaian pelafalan pada penelitian ini (dapat dilihat pada BAB III) sedangkan untuk penilaian aspek yang lain menggunakan pula format yang sama. Tabel yang tercantum dalam Tagliante memiliki persamaan dengan tabel yang tercantum dalam Sadtono (1987 :103), karena tabel Sadtono mencantumkan berbagai aspek secara lebih spesifik maka peneliti menggunakan tabel Sadtono untuk evaluasi pada penelitian ini. Adapun aspek penilaian yang peneliti gunakan terdiri dari : pemahaman, tatabahasa, kosakta, pelafalan dan kelancaran berbicara. Komponen evaluasi merupakan salah satu komponen yang penting dalam hasil akhir pembelajaran. Evaluasi ini akan memberikan gambaran mengenai kemampuan belajar mahasiswa. Evaluasi juga secara tidak langsung memberikan gambaran mengenai efektivitas media yang digunakan. Keterampilan berbicara

38 merupakan keterampilan yang kompleks sehingga dalam menilai membutuhkan banyak unsur yang harus diperhatikan.