TINJAUAN ATAS PSAK No. 19 (REVISI 2010) : ASET TAK BERWUJUD DENGAN PSAK No. 19 (REVISI 2000)

dokumen-dokumen yang mirip
PSAK 10 : ASET TIDAK BERWUJUD IAS 38 : Intangible Assets

ASET TETAP, PSAK 16 (REVISI 2011) ANALISIS PADA PT. BUMI SERPONG DAMAI TBK LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN TAHUN 2013

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA

AKUNTANSI ASET TAK BERWUJUD

PSAK 19 ASET TIDAK BERWUJUD (REV 2009)

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi tentang kinerja entitas di masa lalu, namun juga menyajikan informasi

BAGIAN X ASET TETAP, ASET TIDAK BERWUJUD, DAN ASET YANG DIAMBIL-ALIH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAGIAN IX ASET

a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik

BAB III METODE PENELITIAN

PSAK No. 19 (Revisi 2000) tentang Aktiva Tidak Berwujud telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 13 Oktober 2000.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

Materi: 13. INTANGIBLE ASSETS (Aset Tidak Berujud)

LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN. Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan.

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

Mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan Bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan mendatang:

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

LEBIH JAUH MENGENAI PSAK No. 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 PENDAPATAN

2. Ruang Lingkup 3. Bilamana dilakukan Reklasifikasi

Tinjauan Atas PSAK No.1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan dan Perbedaannya dengan PSAK No.1 (Revisi 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai

PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan

Dalam Ekonomi Hiperinflasi

Bab IV PEMBAHASAN. Sistematika pembahasan yang akan dilakukan terhadap objek penelitian adalah berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING LATAR BELAKANG

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 20 BIAYA RISET DAN PENGEMBANGAN

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya tujuan utama setiap perusahaan adalah untuk mencapai laba

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET TAK BERWUJUD

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM

BAB II LANDASAN TEORI. capaian dan biaya mempresentasi upaya. Konsep upaya dan hasil

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui:

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PSAK 24 IMBALAN KERJA. Oleh: Kelompok 4 Listya Nindita Dicky Andriyanto

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ED PSAK 71 INSTRUMEN KEUANGAN RINGKASAN PERUBAHAN

ASET TIDAK LANCAR YANG DIMILIKI UNTUK DIJUAL DAN OPERASI YANG DIHENTIKAN

STANDAR AKUNTANSI INDUSTRI BATUBARA

AKUNTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak atas Aktiva Tidak Berwujud

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi

ED PSAK 46. exposure draft

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

PSAK 30 SEWA (REVISI 2007) ISAK 8 Transaksi yang Mengandung Sewa. Ellyn Octavianty

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

LAMPIRAN XIV PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR : 29 TAHUN 2014 TANGGAL : 27 OKTOBER 2014

Accounting Standards Update

PSAK 16 ( ASET TETAP)

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI. Akuntansi yang mengatur tentang aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang

Standar Audit SA 540. Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan

Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan pada tanggal 30 September 2011 dan 31 Desember 2010 adalah sebagai berikut: Tahun 2011 Tahun 2010

AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

PSAK TERBARU. Dr. Dwi Martani. 1-2 Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) DAN PMK No. 79 TAHUN 2008 TENTANG ASET TETAP PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA

PT JAYA REAL PROPERTY TBK LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010 (Dalam Ribuan Rupiah) 31 Desember 2010

PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H)

BAB II LANDASAN TEORI

DRAF EKSPOSUR PSAK 73 SEWA

PSAK 16 (Revisi 2007) Taufik Hidayat SE,Ak,MM Universitas Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI

PT GARUDA METALINDO Tbk

SAK UMUM vs SAK ETAP. No Elemen PSAK SAK ETAP

BAB II LANDASAN TEORI. adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS

PSAK 25 (Revisi 2009) Perubahan Estimasi. Taufik Hidayat,.SE,.Ak,.MM Universitas Indonesia

PSAK 66 PENGATURAN BERSAMA

BAB II LANDASAN TEORITIS

Laporan Laba Rugi dan Informasi Terkait

PSAK 30 (REVISI 2007) ISAK 8 (REVISI 2007)

d1/march 28, sign: Catatan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan

Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing

PT STAR PETROCHEM Tbk DAN ENTITAS ANAK Laporan Keuangan Konsolidasian 30 September 2015 (Tidak Diaudit) dan 31 Desember 2014 (Diaudit) Serta Untuk

Buletin Teknis ini bukan bagian dari Standar Akuntansi Keuangan.

Penyajian Laporan Keuangan Koperasi RRKR Berdasarkan SAK ETAP

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 2. PENGAMPU Nugraeni

Transkripsi:

TINJAUAN ATAS PSAK No. 19 (REVISI 2010) : ASET TAK BERWUJUD DENGAN PSAK No. 19 (REVISI 2000) Wahyuni Lestari Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti Email : yunihio@yahoo.com ABSTRACT During the last two decades economic has progressively moved into knowledge based, fast changing and technology in which investments in human resources, information technology, research and development, and advertising have become essential in order to maintain the firm s competitive position and ensure its future viability. This literature review intend to study the difference between PSAK No. 19 (revised 2010 ): Intangible Assets and PSAK No. 19 (revised 2000). The source of this writing is come from related SAK (Financial Accounting Standard), intermediate accounting book base on IFRS (International Financial Reporting Standards) and other Intermediate Accounting : IFRS Edition volume 1 book. The major differences are the terms used, the scope, the meaning of the terms used, recognition and measurement, acquired separately, acquired as a part of business combination, exchange of intangible assets, measurement after recognition, useful life, amortization period and amortization method, residual value, intangible assets with an indefinite useful life, retirement and disposal, recognition, intangible assets with revaluation model after initial recognition.. Key words : the difference between PSAK No. 19 (revised 2010 ): Intangible Assets and PSAK No. 19 (revised 2000) ABSTRAK Selama dua dekade terakhir perekonomian bergerak secara agresif menuju basis pengetahuan, perubahan cepat dan teknologi di mana investasi di dalam sumber daya manusia, teknologi informasi, penelitian dan pengembangan serta iklan menjadi begitu penting dalam rangka untuk mempertahankan daya saing dan untuk memastikan kelangsungan hidup perusahaan. Tinjauan literatur ini bermaksud untuk mempelajari perbedaan antara PSAK No. 19 (revisi 2010) : Aset Tak Berwujud dengan PSAK No. 19 (revisi 2000). Sumber penulisan berasal dari SAK (Standar Akuntansi Keuangan) terkait, buku akuntansi keuangan berdasarkan SAK berbasis IFRS (International Financial Reporting Standards) serta buku Intermediate Accounting : IFRS Edition volume 1. Beberapa perbedaan antara PSAK No. 19 (revisi 2010) dan PSAK No. 19 (revisi 2000) tentang Aset Tak Berwujud mencakup perbedaan beberapa istilah yang digunakan, perbedaan dalam ruang lingkup, perbedaan dalam pengertian istilah yang digunakan, perbedaan dalam pengakuan dan pengukuran, perbedaan dalam perolehan terpisah, perbedaan dalam perolehan sebagai bagian dari kombinasi bisnis, perbedaan dalam pertukaran aset, perbedaan dalam pengukuran setelah pengakuan, perbedaan dalam umur manfaat, perbedaan dalam periode amortisasi dan metode amortisasi, perbedaan dalam nilai residu, perbedaan dalam aset tak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas, perbedaan dalam penghentian dan pelepasan, perbedaan dalam pengungkapan serta perbedaan dalam aset tak berwujud yang menggunakan model revaluasi setelah pengakuan awal. Kata Kunci : perbedaan antara PSAK No. 19 (revisi 2010) dan PSAK No. 19 (revisi 2000) PENDAHULUAN Latar Belakang Selama dua dekade terakhir perekonomian bergerak secara agresif menuju basis pengetahuan, perubahan cepat dan teknologi di mana investasi di dalam sumber daya manusia, teknologi informasi, penelitian dan pengembangan serta iklan menjadi begitu penting dalam rangka untuk mempertahankan daya saing dan untuk memastikan kelangsungan hidup perusahaan. Sumber dari nilai ekonomi dan kekayaan tidak lagi merupakan hasil dari produksi barang, tetapi dari menciptakan dan memanipulasi aset tak berwujud (Goldfinger, 1977). Apa sebenarnya yang dimaksud dengan aset tak berwujud? Aset tak berwujud adalah aset non moneter yang dapat diidentifikasi, yang tidak memiliki substansi fisik. Nilai dari aset tak berwujud berasal dari hak atau keistimewaan yang diperoleh entitas dari memiliki aset tersebut. Berikut adalah beberapa contoh dari aset tak berwujud : paten, hak cipta, merek produk, piranti lunak komputer, waralaba, goodwill. Beberapa jenis aset tak berwujud 115

116 Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm. 115-128 dapat mempunyai bentuk fisik, seperti compact disc (yang di dalamnya terdapat piranti lunak komputer) atau dokumentasi legal (yang memuat lisensi atau paten). Dalam kondisi suatu aset terdapat elemen berwujud dan tak berwujud maka harus ditentukan apakah aset diperlakukan menurut PSAK No. 16 (revisi 2007) Aset Tetap atau PSAK No. 19 (revisi 2010) Aset Tak Berwujud. Hal yang perlu diperhatikan adalah elemen mana yang lebih signifikan. Karena sifatnya yang tak berwujud, akuntansi untuk aset tersebut tidaklah semudah akuntansi untuk aset berwujud. Pengakuan dan pengukuran aset tak berwujud sering kali menimbulkan permasalahan, yang diantaranya disebabkan karena banyak aset tak berwujud yang dihasilkan dari internal (bukan dibeli dari pihak eksternal) sehingga sulit untuk menentukan biaya historis yang akan digunakan sebagai dasar pengukuran nilai aset tak berwujud tersebut. Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah Apa dan di mana letak perbedaan antara PSAK No. 19 (revisi 2010) : Aset Tak Berwujud dengan PSAK No. 19 (revisi 2000). Tujuan Penulisan Tinjauan konseptual ini merupakan studi literatur. Sumber penulisan berasal dari SAK (Standar Akuntansi Keuangan) terkait, buku akuntansi keuangan berdasarkan SAK berbasis IFRS (International Financial Reporting Standards) serta buku Intermediate Accounting : IFRS Edition volume 1. KAJIAN PEMIKIRAN Sebagai wujud implementasi dari Konvergensi IFRS, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) telah mengesahkan PSAK No. 19 (revisi 2010) tentang Aset Tak Berwujud pada tanggal 19 Februari 2010. PSAK No. 19 (revisi 2010) menggantikan PSAK No. 19 (revisi 2000) tentang Aset Tidak Berwujud yang telah dikeluarkan pada tanggal 13 Oktober 2000. PSAK No. 19 (revisi 2010) : Aset Tak Berwujud mengadopsi seluruhnya pengaturan dalam IAS 38 Intangible Assets per 1 Januari 2009, kecuali : 1. IAS 38 paragraf 41 (a) menjadi PSAK No. 19 (revisi 2010) paragraf 40 (a) dengan menambahkan penjelasan mengenai relief from loyalty agar lebih jelas. 2. IAS 38 paragraf 44 yang menjadi PSAK No. 19 (revisi 2010) paragraf 43 dengan menghilangkan acuan kepada IAS 20 Accounting for Government Grants and Disclosure of Government Assistance karena IAS 20 tidak diadopsi bersamaan dengan adopsi IAS 38. Terdapat beberapa perbedaan dalam PSAK No. 19 (revisi 2010) : Aset Tak Berwujud, beberapa perbedaan tersebut adalah sebagai berikut : Pertama, terdapat perbedaan beberapa istilah yang digunakan dalam PSAK No. 19 (revisi 2010) : Aset Tak Berwujud. Beberapa istilah tersebut diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Istilah Aktiva pada PSAK No. 19 (revisi 2000) diubah menjadi aset pada PSAK No. 19 (revisi 2010) 2. Istilah perusahaan pada PSAK No. 19 (revisi 2000) diubah menjadi entitas pada PSAK No. 19 (revisi 2010) 3. Istilah riset pada PSAK No. 19 (revisi 2000) diubah menjadi penelitian pada PSAK No. 19 (revisi 2010) 4. Istilah masa manfaat pada PSAK No. 19 (revisi 2000) diubah menjadi umur manfaat pada PSAK No. 19 (revisi 2010) 5. Istilah nilai sisa pada PSAK No. 19 (revisi 2000) diubah menjadi nilai residu pada PSAK No. 19 (revisi 2010) 6. Istilah nilai yang dapat didepresiasi pada PSAK No. 19 (revisi 2000) diubah menjadi jumlah tersusutkan pada PSAK No. 19 (revisi 2010) 7. Istilah nilai wajar pada PSAK No. 19 (revisi 2000) diubah menjadi nilai spesifik entitas pada PSAK No. 19 (revisi 2010) 8. Istilah recoverable amount pada PSAK No. 19 (revisi 2000) diubah menjadi jumlah terpulihkan pada PSAK No. 19 (revisi 2010)

Tinjauan Atas PSAK No. 19 (Revisi 2010) : Aset Tak Berwujud Dengan PSAK No. 19 (Revisi 2000) 117 9. Istilah neraca pada PSAK No. 19 (revisi 2000) diubah menjadi laporan posisi keuangan pada PSAK No. 19 (revisi 2010) 10. Istilah periode amortisasi pada PSAK No. 19 (revisi 2000) diubah menjadi umur manfaat pada PSAK No. 19 (revisi 2010) 11. Istilah pemulihan kembali pada PSAK No. 19 (revisi 2000) diubah menjadi keterpulihan pada PSAK No. 19 (revisi 2010) 12. Istilah liabilitas pada PSAK No. 19 (revisi 2000) diubah menjadi utang pada PSAK No. 19 (revisi 2010) Kedua, terdapat perbedaan dalam ruang lingkup antara PSAK No. 19 (revisi 2010) dengan PSAK No. 19 (revisi 2000). Menurut PSAK No. 19 (revisi 2010), penyataan ini diterapkan dalam akuntansi untuk aset tak berwujud, kecuali : a. Aset tak berwujud yang diatur oleh PSAK lain; b. Aset keuangan sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 50 (revisi 2006) : Instrumen Keuangan : Penyajian dan Pengungkapan: c. Hak penambangan dan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka eksplorasi, pengembangan dan penambangan mineral, minyak, gas alam (sebagaimana diatur dalam PSAK 29 : Akuntansi Minyak dan Gas Bumi dan PSAK 33 : Akuntansi Pertambangan Umum) dan sumber daya lain yang tidak dapat diperbarui. Sedangkan menurut PSAK No. 19 (revisi 2000) pernyataan ini harus diterapkan oleh semua perusahaan dalam akuntansi aktiva tidak berwujud, kecuali : a. Aktiva tidak berwujud yang diatur oleh PSAK lainnya ; b. Aktiva Keuangan (seperti saham, obligasi dan derivatifnya) ; c. Hak pengembangan dan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka eksplorasi, pengembangan dan penambangan mineral, minyak dan gas alam (sebagaimana diatur dalam PSAK 29 : Akuntansi Minyak dan Gas bumi) dan sumber daya lainnya yang tidak dapat diperbaharui ; dan d. Aktiva tidak berwujud yang terjadi dari kontrak dengan pemegang polis. Ketiga, terdapat perbedaan pengertian dari istilah yang digunakan antara PSAK No. 19 (revisi 2010) dengan PSAK No. 19 (revisi 2000). No PSAK No 19 (revisi 2010) P S A K No 19 (revisi 2000) No PSAK No 19 (revisi 2010) PSAK No 19 (revisi 2000) 1 Aset tak berwujud adalah aset non moneter teridentifikasi tanpa wujud fisik. 2 Aset Moneter adalah kas yang dimiliki dan aset yang akan diterima dalam bentuk kas yang jumlahnya pasti atau dapat ditentukan. 3 Penelitian adalah penyelidikan asli dan terencana yang dilaksanakan dengan harapan memperoleh pembaruan pengetahuan dan pemahaman teknis atas ilmu yang baru 4 Amortisasi adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan aset tak berwujud selama umur manfaatnya. Tabel 1. PSAK Aktiva tidak berwujud adalah aktiva non moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya atau tujuan administratif. Aset Moneter adalah kas yang dimiliki dan aset yang akan diterima dalam bentuk kas yang jumlahnya pasti atau dapat ditentukan. Riset adalah penelitian orisinal dan terencana yang dilaksanakan dengan harapan memperoleh pembaruan pengetahuan dan pemahaman teknis atas ilmu yang baru. Amortisasi adalah alokasi sistematis dari nilai aktiva tidak berwujud yang dapat didepresiasi selama masa manfaat aktiva tersebut.

118 Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm. 115-128 Tabel 1. PSAK (Lanjutan) 5 Jumlah tersusutkan adalah biaya perolehan aset, atau jumlah lain yang merupakan pengganti biaya perolehan, dikurangi nilai residunya. 6 Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh aset pada saat perolehan atau konstruksi, atau jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain. 7 Nilai residu dari aset tak berwujud adalah jumlah estimasian yang dapat diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset, setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan aset, jika aset telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya. 8 Nilai spesifik entitas adalah nilai kini dari arus kas entitas yang diharapkan timbul dari penggunaan aset secara berkelanjutan dan dari pelepasan aset tersebut pada akhir umur manfaatnya atau yang diharapkan terjadi saat penyelesaian liabilitas. 9 Rugi penurunan nilai adalah suatu jumlah yang merupakan selisih lebih jumlah tercatat suatu aset atas jumlah terpulihkannya. 10 Jumlah tercatat aset adalah jumlah aset yang diakui dalam laporan posisi keuangan setelah dikurangi dengan akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai. Nilai yang dapat didepresiasi adalah biaya perolehan suatu aktiva, atau nilai lain yang fungsinya menggantikan biaya perolehan dalam laporan keuangan dikurangi nilai sisa. Biaya perolehan adalah jumlah uang kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar sumber daya yang dikeluarkan untuk mendapatkan aktiva pada saat perolehan atau saat diproduksi. Nilai sisa adalah jumlah bersih yang diperkirakan akan diperoleh perusahaan dari pelepasan aktiva pada akhir masa manfaatnya, setelah dikurangi perkiraan biaya pelepasan. Nilai wajar suatu aktiva adalah jumlah yang digunakan untuk mengukur aktiva yang dapat dipertukarkan atau utang yang diselesaikan melalui suatu transaksi yang wajar (arm s length transaction) yang melibatkan pihakpihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan yang memadai. Rugi penurunan nilai adalah jumlah yang diturunkan dari nilai tercatat hingga menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali dari aktiva (recoverable amount). Nilai tercatat aktiva adalah nilai aktiva yang disajikan dalam neraca sesudah dikurangi dengan akumulasi depresiasi atau amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai. 11 Tidak dijelaskan Pengeluaran setelah perolehan adalah pengeluaran yang dilakukan setelah aktiva tidak berwujud diperoleh atau diakui. Keempat, di dalam pengakuan dan pengukuran paragraf 20 PSAK No. 19 (revisi 2010) dijelaskan tentang sifat aset tak berwujud sebagai berikut sifat aset tak berwujud adalah sedemikian sehingga, dalam banyak kasus, tidak ada tambahan atau penggantian bagian dari aset tak berwujud tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, kebanyakan pengeluaran selanjutnya digunakan untuk menjaga manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari aset tak berwujud yang ada, sehingga pengeluaran tersebut tidak dapat memenuhi definisi aset tak berwujud dan kriteria pengakuan dalam Pernyataan ini. Selain itu, seringkali sulit untuk mengaitkan pengeluaran selanjutnya secara langsung terhadap aset tak berwujud tertentu namun lebih terkait dengan bisnis secara keseluruhan. Oleh sebab itu, jarang sekali terjadi pengeluaran selanjutnya (pengeluaran yang diakui setelah pengakuan awal aset tak berwujud yang diperoleh atau setelah penyelesaian aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal) diakui dalam jumlah tercatat suatu aset. Konsisten dengan paragraf 62, pengeluaran selanjutnya atas merek, kepala surat kabar (masterheads), judul publisitas, daftar pelanggan dan halhal yang memiliki kemiripan substansi (baik diakui secara eksternal atau diperoleh secara internal) selalu diakui dalam laporan laba rugi pada saat terjadinya. Hal ini disebabkan pengeluaran tersebut tidak dapat dipisahkan

Tinjauan Atas PSAK No. 19 (Revisi 2010) : Aset Tak Berwujud Dengan PSAK No. 19 (Revisi 2000) 119 dari pengeluaran untuk mengembangkan bisnis secara keseluruhan, sedangkan di dalam PSAK No. 19 (revisi 2000) sama sekali tidak dijelaskan tentang sifat aset tak berwujud tersebut. Kelima, di dalam Perolehan Terpisah paragraf 28 PSAK No. 19 (revisi 2010) dijelaskan tentang contoh dari biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah : a. Biaya imbalan kerja (seperti yang dijelaskan dalam PSAK 24 : Imbalan Kerja) yang timbul secara langsung ketika membawa aset dalam kondisi siap digunakan; b. Biaya profesional yang muncul secara langsung untuk membawa aset pada kondisi siap digunakan ; dan c. Biaya untuk menguji apakah aset tersebut dapat berfungsi dengan baik. Di dalam Perolehan Terpisah paragraf 29 PSAK No. 19 (revisi 2010) dijelaskan tentang contoh dari pengeluaran yang tidak termasuk biaya aset tak berwujud adalah : a. Biaya pengenalan produk atau jasa baru (termasuk biaya iklan dan kegiatan promosi) ; b. Biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi atau pelanggan baru (termasuk biaya pelatihan karyawan) ; dan c. Biaya administrasi dan biaya overhead umum lain. Sementara itu, kedua paragraf tersebut yaitu paragraf 28 dan 29 tidak dijelaskan sama sekali di dalam PSAK No. 19 (revisi 2000). Keenam, banyak terdapat pembahasan baru di dalam PSAK No. 19 (revisi 2010) mulai dari paragraf 33-43, sementara paragraf 33-43 tersebut tidak dibahas sama sekali di PSAK No. 19 (revisi 2000). Berikut adalah isi dari paragraf 33-43 yang baru dibahas di PSAK No. 19 (revisi 2010) : Perolehan sebagai Bagian dari Kombinasi Bisnis Sesuai dengan PSAK 22 (revisi 2010) : Kombinasi Bisnis, jika aset tak berwujud diperoleh dalam kombinasi bisnis, maka biaya perolehan aset tak berwujud adalah nilai wajar asset pada tanggal akuisisi. Nilai wajar dari aset tak berwujud akan mencerminkan ekspetasi probabilitas bahwa manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari aset tersebut diharapkan akan mengalir ke entitas. Dengan kata lain, entitas mengekspektasikan adanya arus masuk manfaat ekonomi, bahkan jika ada ketidakpastian mengenai waktu dan jumlah arus masuk tersebut. Oleh karena itu, kriteria pengakuan probabilitas di paragraf 21(a) dianggap selalu terpenuhi untuk aset tak berwujud yang diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis. Jika aset diperoleh melalui kombinasi bisnis dapat dipisahkan atau muncul dari hak kontraktual atau hak legal lain, maka tersedia informasi yang memadai untuk mengukur nilai aset secara andal. Dengan demikian kriteria pengukuran andal di paragraf 21 (b) dianggap selalu terpenuhi untuk aset tak berwujud yang diperoleh dalam kombinasi bisnis. Sesuai dengan Pernyataan ini dan PSAK 22 (revisi 2010) : Kombinasi Bisnis, pihak pengakuisisi mengakui pada tanggal akuisisi, aset tak berwujud pihak yang diakuisisi secara terpisah dari goodwill, terlepas apakah aset telah diakui atau tidak diakui oleh pihak yang diakuisisi sebelum kombinasi bisnis. Ini berarti pihak pengakuisisi mengakui aset yang terpisah dari goodwill jika terdapat proyek penelitian dan pengembangan yang sedang dilakukan oleh pihak yang diakuisisi pada saat diakuisisi jika proyek tersebut memenuhi definisi aset tak berwujud. Proyek penelitian dan pengembangan yang sedang berjalan dari pihak yang diakuisisi memenuhi kriteria aset tak berwujud jika : a. Memenuhi definisi aset ; dan b. Teridentifikasi, misalnya dapat dipisahkan atau timbul dari hak kontraktual atau hak legal lain. Mengukur Nilai Wajar Aset Tak Berwujud yang Diperoleh dalam Kombinasi Bisnis Jika aset tak berwujud dihasilkan dari kombinasi bisnis dapat dipisahkan atau muncul dari hak kontraktual atau hak legal lain, maka tersedia informasi yang memadai untuk mengukur nilai wajar aset secara andal. Jika pada saat mengukur nilai wajar aset tak berwujud terdapat berbagai kemungkinan atas hasil dengan probabilitas berbeda, maka ketidakpastian tersebut dimasukkan dalam

120 Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm. 115-128 perhitungan nilai wajar aset tak berwujud. Aset tak berwujud yang diperoleh dari kombinasi bisnis mungkin dapat dipisahkan, namun hanya bisa dipisahkan bersama dengan aset berwujud atau tidak berwujud terkait. Misalnya, judul publisitas majalah mungkin tidak dapat dijual secara terpisah dari database pelanggan majalah tersebut, atau merek dagang air mineral pegunungan mungkin berhubungan dengan mata air tertentu dan tidak dapat dijual terpisah dari mata airnya. Dalam kasus yang demikian, pihak pengakuisisi mengakui sekelompok aset sebagai aset tunggal yang terpisah dari goodwill jika nilai wajar dari setiap aset di dalam kelompok tersebut tidak dapat diukur secara andal. Sama halnya, kata merek dan nama merek sering digunakan sebagai persamaan dari merek dagang atau merek lain. Namun, dalam pengertian pemasaran secara umum kata merek dagang biasanya digunakan untuk mengacu pada sekelompok aset komplementer seperti merek dagang (atau merek jasa) dan hal tersebut berhubungan dengan merek dagang, formula, resep, dan keahlian teknologi. Jika nilai wajar dari setiap aset komplementer yang menyertai suatu merek tidak dapat diukur secara andal, maka pihak pengakuisisi mengakui sekelompok aset komplementer tersebut sebagai aset tunggal. Jika nilai wajar dari setiap aset komplementer dapat diukur secara andal, maka pihak pengakuisisi boleh mengakuinya sebagai aset tunggal jika setiap aset dalam kelompok tersebut memiliki umur manfaat yang sama. Kuotasi harga pasar di pasar aktif memberikan estimasi nilai wajar yang paling andal untuk aset tak berwujud (lihat juga paragraf 78). Harga pasar yang tepat biasanya adalah harga penawaran saat ini. Jika harga penawaran saat ini tidak tersedia, maka harga terkini dari transaksi serupa dapat menjadi dasar untuk mengestimasi nilai wajar aset sepanjang tidak terdapat perubahan keadaan ekonomi yang signifikan antara tanggal transaksi dan tanggal ketika nilai wajar aset diestimasi. Jika tidak terdapat pasar aktif untuk aset tak berwujud, maka nilai wajar dari aset tersebut adalah jumlah yang bersedia dibayar entitas untuk mendapatkan aset tersebut, pada tanggal akuisisi, dalam suatu transaksi wajar antara pihak yang berpengetahuan dan berkeinginan berdasarkan tersedianya informasi terbaik. Dalam menentukan nilai tersebut, entitas mempertimbangkan hasil dari transaksi terkini untuk aset serupa. Entitas yang secara rutin terlibat dalam jual beli aset tak berwujud mungkin telah mengembangkan teknik yang digunakan untuk mengestimasi nilai wajar aset tak berwujud secara langsung. Teknik ini dapat digunakan untuk pengukuran awal aset tak berwujud yang diperoleh dari kombinasi bisnis jika tujuannya adalah untuk mengestimasi nilai wajar dan jika teknik tersebut menggambarkan transaksi dan praktik industri terkini yang mana aset tersebut tercakup. Jika sesuai, teknik berikut termasuk: a. Menerapkan multiples (formula, model, rasio) yang mencerminkan transaksi pasar terkini terhadap indikator yang memicu profitabilitas aset (misalnya pendapatan, pangsa pasar, dan laba operasi) atau terhadap arus royalti yang dapat diperoleh dari melisensikan aset tak berwujud ke pihak lain dalam transaksi wajar (seperti dalam pendekatan relief from royalty metode dengan gagasan entitas induk sebagai pemilik merek, meminjamkan merek kepada entitas anak. Jumlah yang dibayarkan entitas anak kepada entitas induk dinyatakan sebagai tarif royalti) ; atau b. Mendiskonto estimasi arus kas neto masa depan dari aset. Pengeluaran Selanjutnya atas Proyek Penelitian dan Pengembangan yang Sedang Berjalan Pengeluaran penelitian dan pengembangan yang : a. Terkait dengan proyek penelitian dan pengembangan yang sedang berjalan yang diperoleh secara terpisah atau dalam kombinasi bisnis dan diakui sebagai aset tak berwujud ; dan b. Terjadi setelah akuisisi proyek tersebut Diperlakukan sesuai dengan paragraf 53-61.

Tinjauan Atas PSAK No. 19 (Revisi 2010) : Aset Tak Berwujud Dengan PSAK No. 19 (Revisi 2000) 121 Dalam menerapkan persyaratan paragraf 53-61 maka pengeluaran selanjutnya atas proyek penelitian dan pengembangan, baik proyek tersebut diperoleh terpisah atau dari kombinasi bisnis dan proyek tersebut diakui sebagai aset tak berwujud : a. Diakui sebagai beban pada saat terjadinya jika merupakan pengeluaran penelitian ; b. Diakui sebagai beban pada saat terjadinya jika merupakan pengeluaran pengembangan yang tidak memenuhi kriteria paragraf 56 ; dan c. Ditambahkan pada jumlah tercatat proyek penelitian atas proyek pengembangan dalam proses yang diperoleh jika biaya pengembangan tersebut memenuhi kriteria di paragraf 56. Akuisisi dengan Hibah Pemerintah Dalam beberapa kasus, asset tak berwujud dapat diperoleh secara cuma-cuma, atau dengan nilai nominal, melalui hibah pemerintah. Hal ini terjadi ketika pemerintah memindahkan atau mengalokasikan aset tak berwujud ke entitas seperti seperti hak untuk mendarat di bandar udara, hak beroperasi stasiun televisi atau radio, hak impor, hak kuota atau hak untuk mengakses sember terbatas lain. Entitas dapat memilih untuk mengakui baik aset tak berwujud maupun hibah pada awalnya dengan nilai wajar. Jika entitas memilih untuk tidak mengakui aset pada awalnya dengan nilai wajar, maka pada awalnya entitas mengakui dengan nilai nominal ditambah dengan segala pengeluaran yang dapat diatribusikan secara langsung dalam menyiapkan aset tersebut agar dapat digunakan sesuai dengan maksud penggunaannya. Ketujuh, terdapat perbedaan dalam hal pertukaran aset antara PSAK No. 19 (revisi 2010) dengan PSAK No. 19 (revisi 2000). Menurut PSAK No. 19 (revisi 2010), aset tak berwujud mungkin diperoleh dari pertukaran aset non moneter atau sekelompok aset moneter, atau kombinasi dari aset moneter dan aset non moneter. Pembahasan berikut hanya merujuk pada pertukaran aset non moneter dengan aset non moneter lain, namun dapat juga diterapkan pada semua pertukaran yang dijelaskan dalam kalimat sebelumnya. Biaya perolehan dari aset tak berwujud diukur dengan nilai wajar kecuali: a. Transaksi pertukaran tersebut tidak memiliki substansi komersial ; atau b. Nilai wajar dari aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara andal. Aset yang diperoleh diukur dengan cara seperti di atas bahkan jika entitas tidak dapat dengan segera menghentikan pengakuan aset yang diserahkan. Jika aset yang diperoleh tidak diukur dengan nilai wajar, maka biaya perolehannya diukur dengan jumlah tercatat aset yang diserahkan. Entitas menentukan apakah suatu transaksi pertukaran memiliki substansi komersial dengan mempertimbangkan sejauh mana arus kas masa depan diharapkan berubah sebagai akibat dari transaksi tersebut. Suatu transaksi pertukaran memiliki substansi komersial jika : a. Konfigurasi (contohnya risiko, waktu dan jumlah) arus kas dari aset yang diterima berbeda dari konfigurasi arus kas dari aset yang diserahkan ; atau b. Nilai spesifik entitas dari bagian operasi entitas yang dipengaruhi oleh transaksi berubah sebagai akibat dari pertukaran ; dan c. Selisih di (a) dan (b) adalah relatif signifikan terhadap nilai wajar dari aset yang dipertukarkan. Untuk tujuan menentukan apakah transaksi pertukaran memiliki substansi komersial, nilai spesifik entitas dari bagian operasi entitas yang dipengaruhi oleh transaksi mencerminkan arus kas setelah pajak. Hasil analisis ini dapat menjadi jelas tanpa entitas melakukan perhitungan lebih rinci. Paragraf 21 (b) menetapkan bahwa kondisi untuk mengakui aset tak berwujud adalah pada saat biaya perolehan aset tak berwujud adalah pada saat biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. Nilai wajar aset tak berwujud dapat diukur secara andal meskipun tidak ada transaksi pasar sejenis jika : a. Variabilitas rentang estimasi nilai wajar untuk aset tersebut adalah tidak signifikan ; atau

122 Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm. 115-128 b. Probabilitas dari berbagai estimasi dalam rentang tersebut dapat dinilai secara rasional dan digunakan dalam menentukan nilai wajar. Jika entitas dapat menentukan secara andal nilai wajar baik dari aset yang diterima atau aset yang diserahkan, maka nilai wajar dari aset yang diserahkan digunakan untuk mengukur biaya perolehan kecuali jika nilai wajar dari aset yang diterima lebih jelas terbuktikan. Sedangkan menurut PSAK No. 19 (revisi 2000) suatu aktiva tidak berwujud mungkin diperoleh melalui pertukaran atau tukar tambah dengan aktiva tidak berwujud yang tidak sejenis atau dengan aktiva lainnya. Biaya perolehan aktiva tidak berwujud tersebut diukur sebesar nilai wajar aktiva yang diterima, yang sama dengan nilai wajar aktiva yang diserahkan, setelah diperhitungan dengan jumlah uang tunai atau setara kas yang diserahkan. Suatu aktiva tidak berwujud mungkin diperoleh melalui pertukaran dengan aktiva sejenis yang memiliki kegunaan yang sama dalam lini usaha yang sama dan memiliki nilai wajar yang sama pula. Suatu aktiva tidak berwujud juga mungkin dijual dengan cara mempertukarkannya dengan kepemilikan ekuitas dalam aktiva yang sejenis. Dalam kedua kasus tersebut, karena proses perolehan pendapatan belum selesai, perusahaan tidak mengakui keuntungan atau kerugian. Dalam hal demikian, biaya perolehan aktiva baru tersebut sama dengan nilai tercatat aktiva yang diserahkan. Apabila nilai wajar aktiva yang diterima lebih rendah daripada nilai tercatat aktiva yang diserahkan, hal itu bisa merupakan bukti adanya penurunan nilai. Sehubungan dengan itu, perusahaan : a. Mengakui kerugian penurunan nilai atas aktiva yang diserahkan ; dan b. Mengakui aktiva baru berdasarkan nilai tercatat aktiva yang diserahkan setelah memperhitungkan penurunan nilai yang terjadi. Kedelapan, terdapat perbedaan dalam hal pengukuran setelah pengakuan antara PSAK No. 19 (revisi 2010) dengan PSAK No. 19 (revisi 2000). Menurut PSAK No. 19 (revisi 2010), entitas memilih model biaya di paragraf 74 atau model revaluasi di paragraf 75 sebagai kebijakan akuntansinya. Jika aset tak berwujud dicatat dengan menggunakan model revaluasi, maka semua aset lain dalam kelompok tersebut diperlakukan dengan menggunakan model yang sama, kecuali tidak ada pasar aktif untuk aset tersebut. Kelompok aset tak berwujud adalah pengelompokan aset dengan sifat dan penggunaan yang serupa dalam kegiatan operasi entitas. Aset dalam sekelompok aset tak berwujud direvaluasi pada waktu yang bersamaan untuk menghindari revaluasi aset secara selektif dan pelaporan jumlah dalam laporan keuangan yang menggambarkan perpaduan biaya perolehan dan nilai aset pada tanggal yang berbeda. Model Biaya Setelah pengakuan awal, aset tak berwujud dicatat pada biaya perolehannya dikurangi akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai. Model Revaluasi Setelah pengakuan awal, aset tak berwujud dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi amortisasi selanjutnya dan akumulasi rugi penurunan nilai aset selanjutnya. Untuk tujuan revaluasi berdasarkan Pernyataan ini, nilai wajar ditentukan dengan menggunakan referensi dari pasar aktif. Revaluasi dilakukan secara rutin sehingga pada tiap akhir periode pelaporan jumlah tercatat aset tak berwujud tersebut tidak memiliki perbedaan yang material dengan nilai wajarnya. Model revaluasi tidak memperbolehkan hal-hal sebagai berikut : a. Revaluasi aset tak berwujud yang sebelumnya belum pernah diakui sebagai aset ; atau b. Pengakuan awal aset tak berwujud pada jumlah tertentu selain biaya perolehannya. Model revaluasi digunakan setelah suatu aset telah diakui awalnya dengan metode biaya. Namun, jika hanya sebagian biaya dari aset tak berwujud diakui sebagai aset karena aset tersebut tidak memenuhi kriteria

Tinjauan Atas PSAK No. 19 (Revisi 2010) : Aset Tak Berwujud Dengan PSAK No. 19 (Revisi 2000) 123 pengakuan sampai pertengahan proses (lihat paragraf 64), maka model revaluasi dapat diterapkan untuk keseluruhan aset. Di samping itu, model revaluasi dapat diterapkan pada aset tak berwujud yang diperoleh melalui hibah pemerintah dan diakui pada jumlah nominal (lihat paragraf 43). Pasar aktif untuk aset tak berwujud sesuai dengan karakteristik di paragraf 08 biasanya tidak tersedia, meskipun hal tersebut mungkin saja terjadi. Misalnya, di beberapa jurisdiksi, mungkin saja terdapat pasar aktif untuk lisensi yang dapat dialihkan secara bebas, untuk izin operasi taksi, izin penangkapan ikan atau hak kuota produksi. Namun, pasar aktif dapat tidak ada untuk merek, kepala surat kabar, hak menayangkan musik dan film, paten atau merek dagang, karena setiap aset tersebut unik. Di samping itu, meskipun aset tak berwujud dapat dibeli dan dijual namun kontrak dinegosiasikan antara penjual dan pembeli, dan transaksi tersebut secara relatif jarang terjadi. Untuk alasan tersebut, harga yang dibayarkan untuk satu aset mungkin tidak memiliki bukti yang kuat sebagai nilai wajar aset yang lain. Lebih jauh lagi, harga aset sering kali tidak tersedia untuk diketahui publik. Frekuensi revaluasi bergantung pada volatilitas nilai wajar aset tak berwujud yang direvaluasi. Jika nilai wajar aset yang direvaluasi berbeda secara material dari jumlah tercatatnya, maka dibutuhkan adanya revaluasi lebih lanjut. Beberapa aset tak berwujud mungkin mengalami perubahan nilai wajar yang signifikan, sehingga dibutuhkan revaluasi tahunan. Revaluasi secara rutin tidak diperlukan untuk aset tak berwujud dengan perubahan nilai wajar yang tidak signifikan. Jika aset tak berwujud direvaluasi, maka akumulasi biaya amortisasi pada tanggal revaluasi : a. Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan jumlah tercatat bruto aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi menjadi sama dengan nilai revaluasiannya ; atau b. Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah neto setelah eliminasi disajikan kembali sesuai dengan nilai revaluasian aset tersebut. Jika suatu aset tak berwujud dalam sekelompok aset tak berwujud yang direvaluasi tidak dapat direvaluasi karena tidak terdapat pasar aktif untuk aset tak berwujud tersebut, maka aset tak berwujud tersebut dicatat pada harga perolehan dikurangi akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai. Jika nilai wajar aset tak berwujud yang direvaluasi tidak lagi dapat ditentukan dengan referensi pasar aktif, maka jumlah tercatat aset tak berwujud tersebut adalah nilai revaluasian pada tanggal terakhir kali revaluasi dilakukan dengan referensi nilai pasar aktif dikurangi akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai. Fakta bahwa tidak ada lagi pasar aktif untuk aset tak berwujud yang telah direvaluasi dapat menjadi indikator bahwa aset tak berwujud tersebut mengalami penurunan nilai dan harus diuji menurut PSAK 48 (revisi 2009) : Penurunan Nilai Aset. Jika nilai wajar aset tak berwujud tersebut dapat ditentukan dengen referensi pasar aktif pada tanggal pengukuran selanjutnya, maka model revaluasi diterapkan mulai tanggal tersebut. Jika jumlah tercatat aset tak berwujud mengalami peningkatan sebagai akibat revaluasi, maka peningkatan tersebut diakui sebagai pendapatan komprehensif lain dan diakumulasikan di ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun,peningkatan tersebut diakui dalam laporan laba rugi untuk membalik penurunan revaluasi aset yang diakui sebelumnya dalam laporan laba rugi. Jika jumlah tercatat aset tak berwujud mengalami penurunan sebagai akibat dari revaluasi, maka penurunan tersebut diakui dalam laporan laba rugi. Namun, penurunan tersebut diakui pada pendapatan komprehensif lain jika terdapat saldo kredit dalam surplus revaluasi atas aset tersebut. Pengakuan penurunan di pendapatan komprehensif lain mengurangi jumlah yang terakumulasi di ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Nilai kumulatif surplus revaluasi yang terdapat di ekuitas dapat ditransfer secara langsung ke saldo laba ketika surplus direalisasi. Surplus keseluruhan dapat direalisasi pada saat penghentian atau penghapusan aset. Namun,

124 Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm. 115-128 beberapa surplus dapat direalisasi sejalan dengan pemanfaatan aset oleh entitas ; dalam kasus yang demikian, nilai surplus yang diakui adalah selisih antara amortisasi berdasarkan jumlah tercatat revaluasian dan amortisasi yang telah diakui jika aset tersebut diakui dengan dasar biaya historisnya.pemindahan dari surplus revaluasi ke saldo laba tidak melalui laporan laba rugi. Sedangkan menurut PSAK No. 19 (revisi 2000), setelah pengakuan awal aktiva tidak berwujud dinilai sebesar biaya perolehannya dikurangi akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilainya. Kesembilan, terdapat perbedaan dalam hal umur manfaat antara PSAK No. 19 (revisi 2010) dengan PSAK No. 19 (revisi 2000). Menurut PSAK No. 19 (revisi 2010), entitas menilai apakah umur manfaat aset tak berwujud terbatas atau tidak terbatas dan, jika terbatas, jangka waktu atau jumlah produksi atau jumlah unit serupa yang dihasilkan selama umur manfaat. Aset tak berwujud dianggap oleh entitas memiliki umur manfaat tidak terbatas jika, berdasarkan analisis dari seluruh faktor relevan, tidak ada batas yang terlihat pada saat ini atas periode yang mana aset diharapkan menghasilkan arus kas neto untuk entitas. Akuntansi aset tak berwujud didasarkan pada umur manfaatnya. Aset tak berwujud dengan umur manfaat terbatas diamortisasi (lihat paragraf 97-106), dan aset tak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas tidak diamortisasi (lihat paragraf 107-110). Contoh ilustrasi yang melengkapi Pernyataan ini mengilustrasikan pengertian umur manfaat untuk aset tak berwujud yang berbeda dan perlakuan akuntansi selanjutnya atas aset berdasarkan penentuan umur manfaatnya. Terminologi tidak terbatas bukan berarti tidak terhingga. Umur manfaat aset tak berwujud hanya mencerminkan bahwa tingkat pengeluaran perawatan masa depan yang disyaratkan untuk merawat agar aset dapat berfungsi sesuai dengan standar kinerja yang dinilai pada saat dilakukannya estimasi umur manfaat aset tak berwujud tersebut, serta kemampuan dan maksud entitas untuk mencapai tingkat tersebut. Kesimpulan bahwa umur manfaat aset tak berwujud adalah tidak terbatas tidak bergantung pada rencana pengeluaran masa depan yang lebih dari yang disyaratkan untuk merawat aset pada standar kinerjanya. Umur manfaat aset tak berwujud yang timbul dari hak kontraktual atau hak legal lain tidak lebih lama dari masa hak kontraktual atau hak legal lain tersebut, tapi dapat lebih singkat bergantung pada periode kapan aset dapat digunakan entitas. Jika hak kontraktual atau hak legal lain memiliki batasan yang dapat diperbaharui, maka umur manfaat dari aset tak berwujud termasuk periode pembaruan hanya jika terdapat bukti yang mendukung pembaruan umur manfaat tidak menimbulkan biaya yang signifikan. Umur manfaat hak yang diperoleh kembali sebagai aset tak berwujud dalam kombinasi bisnis adalah sisa periode kontraktual hak tersebut diberikan dan tidak termasuk periode pembaruan. Sedangkan menurut PSAK No. 19 (revisi 2000),jumlah yang dapat diamortisasi dari aktiva tidak berwujud harus dialokasikan secara sistematis berdasarkan perkiraan terbaik dari masa manfaatnya. Pada umumnya masa manfaat suatu aktiva tidak berwujud tidak akan melebihi 20 tahun sejak tanggal aktiva siap digunakan. Amortisasi harus mulai dihitung saat aktiva siap untuk digunakan. Estimasi masa manfaat suatu aktiva tidak berwujud pada umumnya menjadi kurang andal sejalan dengan semakin panjangnya masa manfaat aktiva tersebut. Pernyataan ini menganut pandangan bahwa masa manfaat suatu aktiva tidak berwujud pada umumnya tidak akan melebihi 20 tahun. Dalam kasus yang jarang terjadi, timbul bukti yang meyakinkan bahwa masa manfaat aktiva tidak berwujud akan melebihi 20 tahun. Dalam hal ini, asumsi bahwa masa manfaat pada umumnya tidak melebihi 20 tahun tidak berlaku lagi, dan perusahaan : a. Mengamortisasi aktiva tidak berwujud sepanjang estimasi terbaik atas masa manfaatnya ; b. Mengestimasi nilai yang dapat diperoleh kembali dari aktiva tidak berwujud, paling tidak setahun sekali, dalam rangka mengidentifikasi rugi penurunan nilai (lihat paragraf 76) ; dan

Tinjauan Atas PSAK No. 19 (Revisi 2010) : Aset Tak Berwujud Dengan PSAK No. 19 (Revisi 2000) 125 c. Mengungkapkan alasan asumsi 20 tahun tidak berlaku lagi dan faktor-faktor utama dalam menentukan masa manfaat aktiva (lihat paragraf 88 (a)). Kesepuluh, terdapat perbedaan dalam hal periode amortisasi dan metode amortisasi antara PSAK No. 19 (revisi 2010) dengan PSAK No. 19 (revisi 2000). Menurut PSAK No. 19 (revisi 2010), jumlah tersusutkan aset tak berwujud dengan umur manfaat terbatas dialokasikan secara sistematis selama umur manfaatnya. Amortisasi dimulai ketika aset tersedia untuk digunakan, yakni ketika aset berada pada lokasi dan dalam konsidi untuk beroperasi sesuai dengan cara yang dimaksudkan oleh manajemen. Amortisasi dihentikan pada waktu mana yang lebih dulu antara ketika aset tersebut digolongkan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual (atau termasuk dalam kelompok aset lepasan yang dikelompokkan dalam aset yang dimiliki unuk dijual) sesuai dengan PSAK 58 (revisi 2009) : Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan dan tanggal ketika aset dihentikan pengakuannya. Metode amortisasi yang digunakan menggambarkan pola komsumsi entitas atas manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan. Jika pola tersebut tidak dapat ditentukan secara andal, maka digunakan metode garis lurus. Amortisasi yang dibebankan untuk setiap periode diakui dalam laporan laba rugi kecuali Pernyataan ini atau PSAK lain mengizinkan atau mensyaratkan amortisasi tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lain. Sedangkan menurut PSAK No. 19 (revisi 2000), metode amortisasi harus mencerminkan pola konsumsi manfaat ekonomis oleh perusahaan. Jika pola tersebut tidak dapat ditentukan secara andal, maka harus digunakan metode garis lurus. Biaya amortisasi setiap periode harus diakui sebagai beban kecuali PSAK lainnya mengizinkan atau mengharuskannya untuk dimasukkan ke dalam nilai tercatat aktiva lain. Kesebelas, terdapat penambahan dua paragraf dalam hal nilai residu di PSAK No. 19 (revisi 2010), yaitu estimasi nilai residu aset tak berwujud didasarkan pada jumlah terpulihkan dari pelepasan dengan menggunakan harga yang berlaku pada tanggal estimasi penjualan untuk aset tak berwujud serupa yang telah mencapai akhir umur manfaatnya dan telah beroperasi sesuai dengan kondisi serupa dengan aset tak berwujud yang akan digunakan. Nilai residu ditelaah setidaknya setiap akhir tahun laporan keuangan. Perubahan nilai residu aset diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK 25 (revisi 2009) : Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan. Nilai residu aset tak berwujud dapat meningkat ke suatu jumlah yang setara atau lebih besar dari jumlah tercatatnya. Jika hal tersebut terjadi, maka amortisasi yang dibebankan adalah nol kecuali dan hingga nilai residu selanjutnya berkurang menjadi lebih rendah dari jumlah tercatat aset tak berwujud tersebut. Kedua belas, terdapat penambahan empat paragraf dalam hal aset tak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas di PSAK No. 19 (revisi 2010), aset tak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas tidak diamortisasi. Sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009) : Penurunan Nilai Aset, entitas disyaratkan untuk menguji aset tak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas untuk penurunan nilai dengan membandingkan jumlah terpulihkan dengan jumlah tercatatnya a. Setiap tahun ; dan b. Kapan pun terdapat indikasi bahwa aset tak berwujud mengalami penurunan nilai. Umur manfaat aset tak berwujud yang tidak diamortisasi ditelaah setiap periode untuk menentukan apakah peristiwa dan kondisi dapat terus mendukung penilaian bahwa umur manfaat tetap tidak terbatas. Jika tidak, maka perubahan umur manfaat yang muncul dari tidak terbatas menjadi terbatas diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK 25 (revisi 2009) : Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan. Sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009) : Penurunan Nilai Aset, penilaian kembali umur manfaat aset tak berwujud dari tidak terbatas menjadi terbatas merupakan salah satu indikasi

126 Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm. 115-128 kemungkinan aset mengalami penurunan nilai. Sebagai hasilnya, entitas menguji penurunan nilai aset dengan membandingkan jumlah terpulihkan sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009) : Penurunan Nilai Aset dengan jumlah tercatatnya, serta mengakui setiap kelebihan nilai tercatat atas jumlah terpulihkan sebagai rugi penurunan nilai. Ketiga belas, terdapat penambahan lima paragraf dalam hal penghentian dan pelepasan aset tak berwujud di PSAK No. 19 (revisi 2010), pelepasan aset tak berwujud dapat dilakukan dengan berbagai cara (misalnya, melalui penjualan, sewa pembiayaan, atau disumbangkan). Dalam menentukan tanggal pelepasan aset tersebut, entitas menerapkan kriteria dalam PSAK 23 (revisi 2010) ; Pendapatan untuk mengakui pendapatan dari penjualan barang. PSAK 30 (revisi 2007) : Sewa diterapkan untuk pelepasan dengan cara transaksi jual dan sewa balik. Jika sesuai dengan prinsip pengakuan di paragraf 21 entitas mengakui biaya penggantian sebagian dari aset tak berwujud ke dalam jumlah tercatat aset tak berwujudnya, maka entitas juga menghentikan pengakuan jumlah tercatat dari bagian yang diganti. Jika tidak praktis bagi entitas untuk menentukan nilai wajar bagian aset tak berwujud yang diganti tersebut, maka entitas dapat menggunakan biaya pengganti sebagai suatu indikasi berapa biaya perolehan dari bagian pengganti pada saat penggantian tersebut diperoleh atau dikembangkan secara internal. Pada kasus hak yang diperoleh kembali dalam kombinasi bisnis, jika selanjutnya hak diberikan kembali (dijual) ke pihak ketiga, maka jumlah tercatat jika ada digunakan dalam menentukan keuntungan atau kerugian saat pemberian kembali. Piutang imbalan pada pelepasan aset tak berwujud diakui awalnya dengan nilai wajarnya. Jika pembayaran untuk aset tak berwujud tersebut ditangguhkan, maka piutang imbalan awalnya diakui setara harga tunainya. Perbedaan antara jumlah nominal imbalan dengan harga tunai diakui sebagai pendapatan bunga sesuai dengan PSAK 23 (revisi 2010) : Pendapatan yang menggambarkan hasil efektif piutang imbalan tersebut. Amortisasi aset tak berwujud dengan umur manfaat terbatas tidak berakhir ketika aset tersebut tidak lagi digunakan, kecuali aset tersebut sudah disusutkan seluruhnya atau diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual (atau termasuk dalam kelompok aset lepasan yang diklasifikasikan sebagai aset dimiliki untuk dijual) sesuai dengan PSAK 58 (revisi 2009) : Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan. Keempat belas, terdapat penambahan dalam hal pengungkapan di PSAK No. 19 (revisi 2010) paragraf 119 e (ii) aset yang dikelompokkan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual atau termasuk dalam kelompok asset lepasan yang dikelompokkan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58 (revisi 2009) : Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan dan pelepasan lain ; Kelima belas, terdapat perbedaan dalam hal yang diungkapkan antara PSAK No. 19 (revisi 2010) paragraf 123 dengan PSAK No. 19 (revisi 2000) paragraf 88. Menurut PSAK No. 19 (revisi 2010) paragraf 123, entitas juga mengungkapkan : a. Untuk aset tak berwujud yang dinilai dengan umur manfaat tidak terbatas, jumlah tercatat aset dan alasan yang mendukung penilaian umur manfaat tidak terbatas tersebut. Dalam memberikan alasan, entitas menjelaskan faktor signifikan dalam menentukan aset yang memiliki umur manfaat tidak terbatas. b. Penjelasan, jumlah tercatat, dan sisa periode amortisasi dari setiap aset tak berwujud yang material terhadap laporan keuangan entitas. c. Untuk asset tak berwujud yang diperoleh melalui hibah pemerintah dan awalnya diakui pada nilai wajar (lihat paragraf 43) : Nilai wajar pada pengakuan awal atas aset tersebut ; Jumlah tercatatnya ; dan Aset tersebut diukur setelah pengakuan awal dengan model biaya atau model revaluasi.

Tinjauan Atas PSAK No. 19 (Revisi 2010) : Aset Tak Berwujud Dengan PSAK No. 19 (Revisi 2000) 127 d. Keberadaan dan jumlah tercatat aset tak berwujud yang kepemilikannya dibatasi dan jumlah tercatat aset tak berwujud yang menjadi jaminan untuk liabilitas. e. Nilai komitmen kontraktual untuk akuisisi aset tak berwujud. Sedangkan menurut PSAK No. 19 (revisi 2000) paragraf 88, laporan keuangan juga harus mengungkapkan : a. Alasan perusahaan tidak mengikuti asumsi umum, yaitu masa manfaat suatu aktiva tidak berwujud tidak akan melebihi 20 tahun sejak tanggal aktiva tersebut tersedia untuk digunakan jika suatu aktiva tidak berwujud diamortisasi selama lebih dari 20 tahun ; dalam memberikan alasan tersebut, perusahaan harus menjelaskan faktor-faktor penting dalam menentukan masa manfaat aktiva ; b. Penjelasan, nilai tercatat dan periode amortisasi yang tersisa dari setiap aktiva tidak berwujud yang material bagi laporan keuangan secara keseluruhan ; c. Keberadaan dan nilai tercatat aktiva tidak berwujud yang hak penggunaannya dibatasi dan nilai tercatat aktiva tidak berwujud yang ditentukan sebagai jaminan atas utang ; dan d. Jumlah komitmen untuk memperoleh aktiva tidak berwujud. Keenam belas, terdapat penambahan dua paragraf dalam hal pengungkapan aset tak berwujud yang menggunakan model revaluasi setelah pengakuan awal di PSAK No. 19 (revisi 2010), jika aset tak berwujud dicatat pada nilai revaluasian, maka entitas mengungkapkan halhal berikut : a. Berdasarkan kelompok aset tak berwujud; Tanggal efektif revaluasi ; Jumlah tercatat aset tak berwujud yang direvaluasi ; dan Jumlah tercatat yang akan diakui jika aset tak berwujud diukur dengan model biaya setelah pengakuan awal sesuai dengan paragraf 74 ; b. Jumlah surplus revaluasi aset tak berwujud pada awal dan akhir periode, mengindikasikan perubahan selama periode dan pembatasan apapun dalam pendistribusian saldo (surplus) kepada pemegang saham ; dan c. Metode dan asumsi signifikan dalam mengestimasi nilai wajar aset tersebut. Mungkin diperlukan untuk menggabungkan kelompok aset yang direvaluasi ke dalam kelompok yang lebih besar untuk keperluan pengungkapan. Namun, dalam kelompok aset tersebut tidak digabungkan jika hal tersebut menghasilkan kombinasi dari beberapa kelompok aset tak berwujud yang diukur berdasarkan model biaya dan model revaluasi. KESIMPULAN 1. 2. 3. 4. PSAK No. 19 (revisi 2010) : Aset Tak Berwujud mengadopsi seluruh pengaturan dalam IAS 38 Intangible Assets per 1 januari 2009, kecuali : IAS 38 paragraf 41 (a) menjadi PSAK 19 (revisi 2010) paragraf 40 (a) dengan menambahkan penjelasan mengenai relief from royalty agar lebih jelas. IAS 38 paragraf 44 yang menjadi PSAK 19 (revisi 2010) paragraf 43 dengan menghilangkan acuan kepada IAS 20 Accounting for Government Grants and Disclosure of Government assistance karena IAS 20 tidak diadopsi bersamaan dengan adopsi IAS 38. Beberapa perbedaan antara PSAK No. 19 (revisi 2010) dan PSAK No. 19 (revisi 2000) tentang Aset Tak Berwujud mencakup perbedaan beberapa istilah yang digunakan, perbedaan dalam ruang lingkup, perbedaan dalam pengertian istilah yang digunakan, perbedaan dalam pengakuan dan pengukuran, perbedaan dalam perolehan terpisah, perbedaan dalam perolehan sebagai bagian dari kombinasi bisnis, perbedaan dalam pertukaran aset, perbedaan dalam pengukuran setelah pengakuan, perbedaan dalam umur manfaat, perbedaan dalam periode amortisasi dan metode amortisasi, perbedaan dalam