BAB I PENDAHULUAN. menghilangkan nikah yang mengandung banyak kemashlahatan yang. dianjurkan, maka perceraian hukumnya makruh. 1

dokumen-dokumen yang mirip
DASAR PERTIMBANGAN HAKIM PENGADILAN AGAMA MALANG DALAM MENETAPKAN GUGATAN REKONVENSI MENGENAI HARTA GONO GINI DAN HADHANAH

BAB I PENDAHULUAN. hartanya kepada para ahli warisnya. Hal ini tidak bisa dipungkiri atau diingkari oleh

BAB IV. A. Analisis hukum formil terhadap putusan perkara no. sebagai tempat untuk mencari keadilan bagi masyarakat pencari keadilan.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

BAB VI ANALISIS DATA. PELAKSANAAN EKSEKUSI HARTA BERSAMA DALAM PERKARA PERDATA NO 0444/Pdt.G/2012/PA.Tnk

BAB IV. dalam perkara nomor : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda mengenai penolakan gugatan

BAB I PENDAHULUAN. perceraian, tetapi bukan berarti Agama Islam menyukai terjadinya perceraian dari

pengadilan menganggap bahwa yang bersangkutan sudah meninggal.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah makhluk sosial yang harus diakui keberadaanya, dalam membentuk keluarga, masyarakat dan negara. Anak juga merupakan

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM MENOLAK GUGATAN REKONVENSI DALAM. PUTUSAN No: 1798 / Pdt.G/2003/PA.Sby

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. 1 Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pasal 1917 BW dijelaskan bahwa pada dasarnya suatu putusan itu

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM NO. 1359/PDT. G/2013/PA. MLG DENGAN ALASAN GUGATAN OBSCUUR LIBEL DALAM PERKARA CERAI GUGAT

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

Perkara Tingkat Pertama Cerai Gugat. Langkah-langkah yang harus dilakukan Penggugat (Istri) atau kuasanya :

LEGEM PUTUSAN NOMOR:71/ Pdt.G/ 2013/ PA.Sda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. masalah Penyelesaian Pembagian Sepertiga Harta Bersama yang

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN MAJELIS HAKIM ATAS PENCABUTAN AKTA KESEPAKATAN DI BAWAH TANGAN YANG DIBUAT

Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di

BAB I PENDAHULUAN. kekal yang di jalankan berdasarkan tuntutan agama. 1. berbeda. Pernikahan juga menuntut adanya penyesuaian antara dua keluarga.

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP BAGIAN ISTRI LEBIH BESAR DALAM PEMBAGIAN HARTA BERSAMA DI PENGADILAN AGAMA GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan ibadah kepada-nya, tetapi sekaligus menimbulkan akibat Hukum ke

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Akibat Hukum Pengabaian Nafkah Terhadap Istri. Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974.

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB I PENDAHULUAN. istri dan anak-anaknya, ini didasarkan pada Surat Al-Baqarah ayat 233. Yang

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

HAK ASUH ANAK DALAM PERCERAIAN

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

1 Pasal 105 Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam 2 Salinan Putusan nomor 0791/ Pdt.G/2014/PA.Kab.Mlg, h. 4.

KEDUDUKAN HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN MENURUT FIQIH DAN HUKUM POSITIF INDONESIA SERTA PRAKTEK PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERCERAIAN DAN EKSEKUSI

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB IV CERAI TALAK DALAM PERSPEKTIF YURIDIS. DALAM PUTUSAN PERKARA NO. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs PENGADILAN AGAMA GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 786/PDT.G/2010/PA.MLG PERIHAL KUMULASI PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DAN IS BAT NIKAH

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 1 Tahun Dalam Pasal 1 Undang-undang ini menyebutkan :

BAB I PENDAHULUAN. menjadi khalifah Allah di bumi, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur an surat

Setiap orang yang melaksanakan perkawinan mempunyai tujuan untuk. pada akhirnya perkawinan tersebut harus berakhir dengan perceraian.

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia terus berupaya meningkatkan dan melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN PERJANJIAN PRANIKAH PASCA PERKAWINAN (Studi Kasus di Desa Mojopilang Kabupaten Mojokerto)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA MALANG NO. 1934/Pdt.G/2012/PA.Mlg.

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perkawinan yang dimulai dengan adanya rasa saling cinta dan kasih sayang

BAB 1 PENDAHULUAN. menegakkan rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan berdasarkan

BAB IV MUTAH DALAM PERKARA CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA SURABAYA. A. Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Menggunakan atau Tidak

Bab 3 PEMBAGIAN HARTA BERSAMA SEBELUM PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. insan (yang berlainan jenis) untuk selama-lamanya sampai ajal menjemput,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia mempunyai naluri untuk bisa hidup

P U T U S A N. Nomor:0089/Pdt.G/2008/PA.Wno DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Pengadilan Agama Wonosari yang memeriksa dan mengadili

BAB IV ANALISIS TIDAK DITERIMANYA KUMULASI GUGATAN PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA KABUPATEN KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. sah, penyerahan diri istri kepada suami, dan memungkinkan untuk terjadinya

Lex Administratum, Vol. V/No. 5/Jul/2017. Kata kunci: Penyelesaian sengketa, harta bersama, agunan, perceraian.

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP HAK ASUH ANAK DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG

Salinan P E N E T A P A N

1 Kompilasi Hukum Islam, Instruksi Presiden No. 154 Tahun Kompilasi Hukum Islam. Instruksi Presiden No. 154 Tahun 1991.

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1

BAB I PENDAHULUAN. Perceraian dalam istilah ahli Fiqih disebut talak atau furqah. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. dengan ikatan yang lainnya. Ada banyak hal yang harus dilalui saat akan

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu

BAB I PENDAHULUAN. perkara perdata islam tertentu, bagi orang-orang islam di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh segi kehidupan manusia misalnya mudah menimbulkan emosi

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan perbuatan yang paling penting didalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Hukum acara di peradilan agama diatur oleh UU. No. 7 Tahun yang diubah oleh UU. No. 3 tahun 2006, sebagai pelaku kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2014/PTA Btn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

BAB V PENUTUP. kewajiban memberikan nafkah pemeliharaan anak tersebut. nafkah anak sebesar Rp setiap bulan.

BAB 5 PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. poligami yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta selama tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. atau sesuatu yang bisa dipahami, maka dengan demikian itu terjadilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

TENTANG DUDUK PERKARANYA

------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kelamin yang berlainan seorang laki laki dan seorang perempuan ada daya saling

I. PENDAHULUAN. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami

PUTUSAN. PEMOHON, umur 29 tahun, agama Islam, pekerjaan Tani Sawit, pendidikan SMP, PEMOHON; Melawan

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

P U T U S A N. Nomor : 37/Pdt.G/2009/PTA.Pdg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. adalah berhimpun atau wata, sedangkan menurut syara artinya adalah suatu

BAB IV. ANALISIS PELAKSANAAN PUTUSAN No. 0985/Pdt.G/2011/PA.Sm. TENTANG MUT AH DAN NAFKAH IDDAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perceraian itu sesungguhnya dibenci tanpa adanya hajat. Akan tetapi Nabi menyebutnya sebagai barang halal. Dikarenakan perceraian itu menghilangkan nikah yang mengandung banyak kemashlahatan yang dianjurkan, maka perceraian hukumnya makruh. 1 Al-Quran menggambarkan beberapa situasi dalam kehidupan suami istri yang menunjukkan adanya keretakan dalam rumah tangga yang dapat 1 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat (Cet. II; Jakarta: Amzah, 2011), h. 259. 1

2 berujung pada perceraian. Keretakan dan kemelut rumah tangga itu bermula dari tidak berjalannya aturan yang ditetapkan Allah bagi kehidupan suami istri dalam bentuk hak dan kewajiban yang mesti dipenuhi oleh kedua belah pihak. Allah menjelaskan beberapa usaha yang harus dilakukan menghadapi kemelut tersebut agar perceraian tidak sampai terjadi. Dengan begitu Allah mengantisipasi terjadinya perceraian dan menempatkan perceraian itu sebagai alternatif terakhir yang tidak mungkin dihindarkan. 2 Apabila kebersamaan suami istri memasuki rel yang timpang dan bergelombang, maka seorang suami dan istri akan sangat menghitung haknya masing-masing dan tidak rela apabila hak tersebut dilampaui, walaupun sedikit. Bahkan, bisa jadi timbul kecenderungan untuk menuntut hak yang melampaui haknya yang sebenarnya. Demikianlah yang terjadi ketika suami istri berada dalam pernikahan yang retak, masing-masing akan mengklaim perannya masing-masing untuk menuntut sebanyak mungkin harta yang akan dibawanya pergi bersama bubarnya kebersamaan. Inilah yang menyebabkan timbulnya perselisihan mengenai pembagian harta yang beriringan atau mengikuti perselisihan dalam perceraian. 3 2 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia (Cet II; Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007), h. 190. 3 Dedi Susanto, Kupas Tuntas Masalah Harta Gono-Gini (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2011), h. 4.

3 Hal ini sesuai dengan firman Allah surat Ali Imran ayat 14: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatangbinatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). 4 Apabila seorang suami mengajukan perceraian di pengadilan dan seorang istri menuntut harta gono-gini dan nafkah untuk anak-anaknya, maka seorang istri boleh mengajukan gugatan rekonvensi dalam persidangan. Hal ini sesuai dengan suatu kasus yang terjadi di Pengadilan Agama kota Malang yang mana seorang suami mencerai talak istrinya dan dia mengingkari kesepakatan yang dibuat bersama dengan istrinya. Kesepakatan tersebut mengenai nafkah terhadap anak yang akan diberikan setiap bulan. Selain itu suami juga melakukan pembagian harta gono gini yang ditanda tangani sendiri secara sepihak. Dalam hal ini seorang istri mempunyai hak untuk menuntut nafkah dan harta gono gini. Karena nafkah terhadap anak merupakan kewajiban seorang suami meskipun anak dalam asuhan si istri. Selain itu suami juga berkewajiban untuk membagi harta gono gini, karena harta tersebut 4 Q.S. Ali Imran (003): 14.

4 diperoleh selama pernikahan sekalipun si istri tidak ikut mencari nafkah. Akan tetapi yang terjadi sekarang ini, masyarakat masih banyak yang belum memahami tentang pembagian harta gono gini. Mereka hanya menuntut harta tersebut sesuai dengan keinginannya sendiri. Dalam hukum Islam, harta gono gini suami istri digolongkan pada syarikah abdan mufâwadah (perkongsian tenaga dan perkongsian tak terbatas). Hukumnya boleh menurut Mazhab Hanafi, Maliki, dan Hanbali, sedangkan Mazhab Syafi i tidak membolehkannya. Walaupun dalam fiqih Islam gono gini pada dasarnya tidak diatur secara jelas, namun keberadaan gono gini oleh sebagian ulama Indonesia cenderung dapat diterima. Hal ini disebabkan pada kenyataannya banyak suami istri dalam masyarakat Indonesia sama-sama membanting tulang berusaha mendapatkan nafkah hidup keluarga sehari-hari dan sekedar harta simpanan untuk masa tua mereka. 5 Hal yang menarik dalam penelitian ini yaitu terjadinya perceraian yang berujung pada pembagian harta gono gini yang diajukan oleh istri, meskipun diajukan dengan jalan rekonvensi. Peneliti tertarik untuk menggali tentang dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara gugatan rekonvensi tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan judul diatas maka timbul rumusan masalah sebagai berikut: 5 Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 1999), h. 389-390.

5 1. Bagaimana pandangan Hakim tentang proses pembuktian perkara cerai talak yang direkonvensi dengan nafkah gono gini dan hadhanah? 2. Bagaimana pandangan Hakim tentang landasan hukum yang di pergunakan oleh majelis hakim dalam mengabulkan gugatan rekonvensi gono gini dengan surat pernyataan sepihak? C. Tujuan Penelitian Melalui penelitian ini dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pandangan Hakim tentang proses pembuktian perkara cerai talak yang di rekonvensi dengan nafkah gono gini dan hadhanah? 2. Untuk mengetahui pandangan Hakim tentang landasan hukum yang di pergunakan dalam mengabulkan gugatan rekonvensi gono gini dengan surat pernyataan sepihak? D. Manfaat Penelitian 1 Manfaat teoritis a. Dengan diketemukannya keberlakukan hukum dari putusan menetapkan harta gono gini berdasarkan pernyataan sepihak dalam perkara cerai talak. b. Penelitian ini juga dapat menjadi pijakan awal dalam memahami dan mengembangkan ilmu tentang menetapkan harta gono gini. c. Permasalahan perkawinan di Malang sehingga dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan tersebut.

6 2 Manfaat Praktis Bagi para praktisi munakahat, penelitian ini dapat menjadi bahan untuk memetakan keabsahan dalam melaksanakan putusan yang telah dijatuhkan Pengadilan Agama. Sehingga para praktisi dapat melakukan penyuluhan secara efektif dan efisien. E. Definisi Operasional 1. Hakim : Orang yang memiliki tugas mengadili, memutuskan perkara dengan memberikan vonis atau keputusan Pengadilan; seseorang yang memiliki tugas dan fungsi untuk mengadili serta mengatur administrasi Pengadilan. 6 2. Harta Gono gini : Harta yang diperoleh suami istri secara bersama di dalam perkawinan. 7 3. Cerai Thalak : Cerai yang dijatuhkan oleh pihak suami. 4. Hadhanah : Merawat dan mendidik seseorang yang belum mumayyiz atau yang kehilangan kecerdasannya, karena mereka tidak bisa memenuhi keperluannya sendiri. 8 5. Rekonvensi : Suatu perjanjian kembali. 9 Rekonvensi juga merupakan gugatan yang diajukan tergugat sebagai gugatan balasan terhadap gugatan yang diajukan penggugat kepadanya. 6 Dzulkifli Umar dan Utsman Handoyo, Kamus Hukum Dictonary of Law Complete Edition (t.t.: Quantum Media Press, 2010), h. 173. 7 Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 1992), h. 180. 8 Dzulkifli Umar dan Utsman Handoyo, Kamus Hukum, h. 163.

7 F. Sistematika Pembahasan Agar penulisan skripsi ini lebih mudah dan dipahami, maka sistematika pembahasan dalam skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yang mana pada setiap bab dibagi menjadi beberapa sub bab. Adapun bab-bab tersebut adalah sebagai berikut: BAB I Pendahuluan. Bab ini memuat beberapa elemen dasar penelitian ini, antara lain latar belakang yang memberikan landasan berpikir pentingnya penelitian ini, permasalahan yang menjadi fokus penelitian, tujuan penelitian yang dirangkaikan dengan manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. BAB II skripsi ini akan membahas tentang tinjauan pustaka yang dalam hal ini memuat tentang obyek yang akan diteliti mengenai keunikan penelitian dan pembahasan seputar harta gono gini. Dalam bab ini terdiri dari dua sub bab. Sub bab pertama berisi tentang penjelasan mengenai penelitian terdahulu yang mana sebagai perbandingan antara satu penelitian dengan penelitian lain. Sub bab yang kedua yaitu kerangka teori yang berisi tentang teori dan/atau konsep-konsep yuridis sebagai landasan teoritis untuk pengkajian dan analisis masalah. 10 BAB III penulis akan menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam penjelasan metode penelitian ini terdiri dari beberapa sub bab, yaitu jenis penelitian, pendekatan penelitian, lokasi penelitian, metode penentuan subyek, jenis dan sumber data, metode 9 Sudarsono, Kamus Hukum, h. 401. 10 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Malang: t.p., 2012), h. 27.

8 pengumpulan data serta metode pengolahan data. Kesemuanya itu akan dilakukan untuk mendapatkan suatu hasil penelitian yang baik dan benar. BAB IV penulis akan menguraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai penelitian tersebut. Bab ini merupakan inti dari penelitian karena pada bab ini akan menganalisis data-data baik melalui data primer maupun data sekunder untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan. 11 BAB V merupakan bab penutup. Bab ini merupakan bagian yang memuat dua hal dasar, yakni kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan uraian singkat tentang jawaban atas permasalahan yang disajikan dalam bentuk poin-poin tertentu. Adapun bagian saran merupakan kritikan yang membangun bagi peneliti agar kedepannya lebih baik lagi dan demi kesempurnaan penelitian tersebut. 11 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan, h. 30.