BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Lokasi Peneitian Kecamatan Taopa adalah salah satu daerah yang terletak di kabupaten Parigi Moutong provinsi Sulawesi Tengah. Terbentuknya kecamatan Taopa pada tanggal 17 Mei 2006 dengan luas wilayah 243,26 km 2, dan 7 Desa yang terdir dari Desa Tompo, Desa Tuladenggi Sibatang, Desa Taopa, Desa Palapi, Desa Nunurantai, Desa Karya Agung dan desa Taopa Utara. Jumlah penduduk keseluruhan 12.745 juta jiwa dengan 6477 Laki-laki, 6268 Perempuan, 103 Rasio jenis kelamin dan 2981 RT. Kecamatan Taopa memiliki penghasilan dari Perkebunan, Pertanian, Perdagangan, Pertambangan dan nelayan. 1.2 Deskripsi Hasil Penelitian 1.2.1 Kenakalan Remaja dalam Perspektif Kriminologi Kenakalan remaja merupakan sikap yang tidak sewajarnya terjadi dengan kata lain adalah sikap yang menyalahi aturan-aturan dalam kehidupan sosial masyarakat termasuk aturan agama. Mengenai hal ini, penelitian yang dilakukan peneliti di Kecamatan Taopa Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah sesuai dengan observasi dan wawancara serta dokumentasi ditemukan data yang relevan dengan teori yang digunakan yaitu teori Sarwono (2011:253) menjelaskan bahwa: Secara keseluruhan, semua tingkah laku
yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku dalam masyarakat (norma agama, etika, peraturan sekolah dan keluarga) dapat disebut sebagai perilaku menyimpang. Namun, jika penyimpangan itu terjadi terhadap norma-norma hukum pidana barulah disebut kenakalan. Pada penelitian ini, indikator yang digunakan adalah norma agama, etika, peraturan sekolah, dan peraturan keluarga. Berdasarkan data observasi di temukan hal-hal yang tentunya berkaitan dengan peneltian yaitu sikap remaja di Kec. Taopa benar-benar menyimpang dari aturan pidana yang dikategorikan dalam kenakalan remaja. Mereka menyalahi aturan sekolah dengan merusak fasilitas sekolah, tawuran antar remaja, dan suka mengkonsumsi minuman keras. Selanjutnya, peneliti memaparkan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan melalui wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur pada tgl 22 Juni sampai 27 Juni 2012 dengan menggunakan 20 pertanyaan beserta alterntif jawaban kepada 20 orang informan yang terdiri dari remaja dengan menggunakan indikator dari kenakalan remaja yaitu penyimpangan terhadap beberapa ketentuan yakni norma agama, etika, peraturan sekolah, dan peraturan keluarga yang juga sudah merupakan tindak yang melanggar norma-norma hukum pidana. Maka hasil yang ditemukan adalah sebagai berikut. Hasil wawancara peneliti dengan Zain selaku anggota KNPI di kecamatan Taopa sebagai berikut. Tindakan sebagian besar remaja di Kec. Taopa ini sudah termasuk dalam kategori remaja nakal yang sudah melakukan tindakan-tindakan
kriminal atau tindakan-tindakan yang tentunya merugikan diri sendiri dan orang lain serta merusak masa depan remaja. (Wawancara, Tgl 22 Juni 2012). Selain itu, melalui wawancara dengan Rahmat selaku anggota KNPI Kec. Taopa sebagai berikut. Sikap ataupun tindakan remaja di Kec. Taopa ini sudah menyimpang dari sikap yang selayaknya. Maksudnya, mereka sering melakukan tindakantindakan yang di larang oleh agama dan juga melanggar aturan hukum. Tindakan tersebut di antaranya yaitu sering ada perkelahian antar remaja bahkan sampai membunuh, balapan di jalanan, menodong pengguna jalan yang lain, bahkan yang lebih parahnya ada yang melakukan tindakan pemerkosaan. Semua itu terjadi awalnya dari mengkonsumsi minuman keras. (Wawancara, Tgl 23 Juni 2012). Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa tindakan remaja di Kec. Taopa merupakan tindakan kenakalan yang dikategorikan dalam tindakan kriminal dalam prespektif kriminologi dan juga merupakan tindakan yang telah melanggar aturan dalam hukum pidana yang patut untut dikenai sanksi pidana. Selain itu, sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan Husain selaku ketua remaja mesjid di Kec. Taopa yang mengatakan sebagai berikut. Bentuk-bentuk kenakalan remaja di Kec. Taopa ini yaitu mengkonsumsi minuman keras, mengkonsumsi Narkoba, gemar menonton video porno, bahkan tawuran antar remaja. Selain itu, berjudi dan mencuri juga merupakan bentuk kenakalan remaja yang sering terjadi. (Wawancara, Tgl 24 Juni 2012). Hal tersebut dapat dideskripsikan bahwa tindakan remaja di Kec. Taopa sudah menyimpang dari aturan hukum pidana yang juga dikategorikan sebagai tindakan kriminal. Sebab, tindakan-tindakan yang diutarakan oleh informan merupakan tindakan kriminal dalam prespektif kriminologi.
Hasil wawancara terstruktur juga dijabarkan melalui daftar tabel sebagai berikut. 1. Norma Agama Tabel. 2 Tabulasi Wawancara untuk Indikator Norma Agama No 1 2 3 4 5 Soal Apakah anda pernah melakukan taruhan dalam hal permainan seperti permainan kartu remi atau domino? Apakah anda pernah mengambil hak milik orang lain meskipun tanpa disengaja? Terkadang, alasan seseorang melakukan seks bebas karena terdesak keadaan atau tidak mampu mengendalikan diri, setujukah anda dengan tindakan tersebut? Apakah anda setuju dengan tindakan pemaksaan dalam hal menyalurkan hasrat seksual yang disebabkan karena obsesi menonton porno aksi? Bagaimana pendapat anda tentang menghilangkan nyawa seseorang dengan alasan membela diri atau dalam keadaan khilaf. Apakah anda mendukung tindakan tersebut? Option Persentase Total Ya Tidak Ya Tidak 11 9 20 55% 45% 15 5 20 75% 25% 15 5 20 75% 25% 9 11 20 45% 55% 15 5 20 75% 25% Berdasarkan tabel wawancara untuk indikator penyimpangan terhadap norma agama terdapat 5 pertanyaan. Untuk pertanyaan pertama telah diperoleh hasil bahwa sebagian besar remaja di Kecamatan Taopa pernah melakukan taruhan dalam permainan remi maupun domino, dengan kata lain judi yang dalam norma agama merupakan tindakan yang diharamkan dan jika dipandang dari sudut hukum judi melanggar hukum pidana yang diatur dalam KUHP Buku kedua Bab XIV tentang kejahatan terhadap kesusilaan
Pasal 303. Hal ini ditunjukkan dari 20 informan, 11 orang (55%) informan menjawab Ya dan hanya 9 orang (45%) yang menjawab tidak. Adapun pertanyaan kedua mengenai tindakan pengambilan hak milik orang lain yang disebut tindakan Pencurian diperoleh 15 orang (75%) informan menjawab Ya sedangkan yang menjawab Tidak hanya 5 orang (25%). Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar remaja Kecamatan Taopa pernah melakukan tindakan pencurian yang dalam norma agama dinilai merupakan tindakan yang dilarang. Pencurian merupakan tindakan kriminologi yang melanggar hukum pidana yang diatur dalam KUHP buku kedua Bab XXII Pasal 362. Pada pertanyaan ketiga yaitu tentang seks bebas diperoleh 15 orang informan (75%) yang menjawab Ya dan 5 orang (24%) saja yang menjawab Tidak. Hal tersebut membuktikan bahwa sebagian besar remaja di Kecamatan Taopa pernah melakukan seks bebas yang dalam norma agama merupakan perbuatan dosa dan juga melanggar hukum pidana yang diatur dalam KUHP buku kedua Bab XIV Kejahatan Terhadap Kesusilaan pasal 281 ayat 1. Adapun pada pertanyaan keempat tentang tindakan pemaksaan dalam hal menyalurkan hasrat seksual yang dimaksud dengan pemerkosaan, diperoleh 9 orang (45%) informan menjawab Ya dan 11 (55%) informan menjawab Tidak. Hasil presentase tersebut membuktikan bahwa remaja di Kecamatan Taopa pernah melakukan tindak pidana yaitu pemerkosaan meskipun hanya sebagian kecil. Tindakan tersebut dilarang dalam norma
agama dan dalam KUHP melanggar pasal 285 tentang kejahatan terhadap kesusilaan. Tingkat presentase pada pertanyaan kelima yaitu tentang menghilangkan nyawa seseorang yang berarti pembunuhan adalah 15 orang (75%) informan yang menjawab Ya dan 5 orang (75%) yang menjawab Tidak. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar remaja di Kecamatan Taopa pernah melakukan tindakan pembunuhan yang dilarang dalam norma agama dan melanggar hukum pidana yang diatur dalam pasal 338 buku kedua KUHP tentang kejahatan terhadap nyawa. 2. Norma Etika Tabel. 3 Tabulasi Wawancara untuk Indikator Norma Etika No 1 Soal Apakah anda pernah melakukan tindakan perkelahian Option Persentase Total Ya Tidak Ya Tidak 15 5 20 75% 25% 2 Saat berkumpul dengan teman-teman di tempat nongkrong misalnya di pinggiran jalan apakah anda tertarik mengganggu bahkan mengancam orang yang lalu lalang dengan alasan agar supaya disegani? 15 5 20 75% 25% 3 4 Apakah anda tertarik melihat gambargambar atau foto-foto yang menonjolkan aurat? Pernahkah anda mengedarkan isu atau gosip yang tidak baik tentang orang lain meskipun hanya sekedar iseng atau 11 9 20 55% 45% 12 8 20 60% 40%
menggoda? 5 Apakah menurut anda porno aksi itu dapat dikategorikan sebagai salah satu cara menuai sensasi? 11 9 20 55% 45% Berdasarkan tabel wawancara pada penyimpangan terhadap norma etika terdapat 5 pertanyaan. Pada pertanyaan pertama tentang tindakan perkelahian 15 orang (75%) informan menjawab ya dan 5 orang (25%) informan yang menjawab tidak dari 20 orang informan. Hal ini menunjukkan sebagian besar remaja di Kecamatan Taopa pernah melakukan tindakan perkelahian yang melanggar norma etika dan juga merupakan tindakan kriminal yang diatur dalam KUHP buku kedua tentang Penganiayaan pasal 358. Adapun pertanyaan kedua mengenai tindakan mengganggu dan mengancam orang lain dalam arti Penodongan diperoleh sebanyak 15 orang (75%) informan menjawab Ya sedangkan yang menjawab Tidak hanya sebanyak 5 orang (25%). Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar remaja Kecamatan Taopa pernah melakukan tindakan penodongan yang melanggar norma etika dan juga merupakan tindakan kriminal yang melanggar aturan dalam KUHP buku kedua Pasal 368 Bab XXIII tentang Pemerasan dan Pengancaman. Pada pertanyaan ketiga tentang gambar-gambar atau foto-foto yang menonjolkan aurat dalam arti porno grafi diperoleh tingkat presentase yang menunjukkan sebagian besar remaja di Kecamatan Taopa menyukai porno
grafi yaitu 11 orang (55%) yang menjawab Ya dan 9 orang (45%) yang menjawab Tidak. Porno grafi merupakan tindakan yang melanggar etika dan termasuk pelanggaran hukum pidana yang diatur dalam KUHP Bab XIV pasal 282 ayat 1 tentang kejahatan terhadap kesusilaan. Tingkat presentase pada pertanyaan keempat tentang mengedarkan isu atau gosip yang tidak baik tentang orang lain atau pencemaran nama baik adalah 12 orang (60%) informan menjawab Ya dan 8 orang (40%) informan menjawab Tidak. Lebih besarnya jumlah informan yang menjawab ya tersebut menunjukkan sebagian besar remaja Kecamatan Taopa pernah melakukan tindakan pencemaran nama baik yang termasuk tindak kriminal dan melanggar etika serta peraturan dalam pasal 310 ayat 1 KUHP tentang penghinaan. Adapun pada pertanyaan kelima menunjukkan bahwa remaja di Kecamatan Taopa sebagian besar menyukai porno aksi dengan perolehan data dari 20 informan, 11 orang (55%) menjawab Ya dan 9 orang (45%) menjawab Tidak. Porno aksi merupakan tindakan kriminal yang melanggar aturan dalam KUHP bab XIV pasal 281 ayat 1. 3. Peraturan Sekolah Tabel. 4 Tabulasi Wawancara untuk Indikator Peraturan Sekolah No 1 Soal Jika sedang frustasi apakah anda pernah mengkonsumsi obat-obat penenang Option Persentase Total Ya Tidak Ya Tidak 18 2 20 90% 10%
2 Apakah anda pernah menyaksikan tayangan porno aksi (video porno)? 7 13 20 35% 65% 3 Apakah anda pernah terlibat dalam tawuran antar sekolah atau antar genk dengan alasan misalnya membela diri atau tak ingin dikalahkan? 15 5 20 75% 25% 4 Apakah anda pernah dan mengemudikan kenderaan bermotor dengan kecepatan di atas maksimal di jalan umum? 13 7 20 65% 35% 5 Pernahkah anda terlibat dalam tindakan pengrusakan fasilitas sekolah dengan alasan penolakan tehadap aturan dan kebijakan sekolah? 13 7 20 65% 35% Tabel wawancara untuk penyimpangan terhadap peraturan sekolah yang sudah merupakan tindakan kriminal terdapat 5 pertanyaan dengan masing-masing tingkat presentasenya adalah: Pertanyaan pertama tentang mengkonsumsi obat-obat penenang atau yang dimaksud dengan Narkoba dari 20 informan diperoleh 18 orang (90%) yang menjawab Ya dan hanya 2 orang (10%) yang menjawab Tidak, maka hal itu menunjukkan remaja di Kecamatan Taopa sebagian besar mengkonsumsi Narkoba. Hal tersebut merupakan tindak kriminal yang melanggar etika dan UU no. 35 tahun 2009 Pasal 116 tentang Narkotika. Adapun pada pertanyaan kedua tentang menyaksikan tayangan video porno, tingkat presentase yang diperoleh hanya sebagian kecil yang pernah menyaksikan video porno yaitu dari 20 orang informan hanya 7 orang (35%)
menjawab Ya dan 13 orang (65%) yang menjawab Tidak. Meskipun hanya sebagian kecil tetapi telah menunjukkan bahwa remaja di Kecamatan Taopa pernah menyaksikan video porno yang melanggar aturan sekolah dan merupakan pelanggaran dalam KUHP Buku kedua Bab XIV dan Buku ketiga Bab VI tentang Pelanggaran Kesusilaan Pasal 533. Pada pertanyaan ketiga tentang tawuran menunjukkan sebanyak 15 orang (75%) informan menjawab Ya dan 5 orang (25%) menjawab Tidak. Hasil dari tingkat presentase tersebut menunjukkan sebagian besar remaja di Kecamatan Taopa pernah melakukan tawuran yang merupakan tindakan melanggar aturan sekolah dan melanggar aturan pidana pasal 358 Bab XX KUHP. Adapun pertanyaan keempat diperoleh jawaban dari 13 orang (65%) menjawab Ya dan 7 orang (35%) menjawab Tidak tentang tindakan mengemudikan kenderaan bermotor dengan kecepatan diatas maksimal dalam arti ugal-ugalan atau balapan liar. Tingkat presentase menunjukkan sebagian besar remaja di Kecamatan Taopa melanggar aturan sekolah. Hal tersebut melanggar aturan sekolah dan juga merupakan tindak kriminal yang melanggar aturan UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Tingkat presentase untuk peratanyaan kelima tentang tindakan pengrusakkan fasilitas sekolah menunjukkan sebagian besar remaja di Kecamatan Taopa melanggar aturan sekolah dengan melakukan tindakan kriminal tersebut dengan dibuktikan 13 orang (65%) informan menjawab
Ya dan 7 orang (35%) yang menjawab Tidak. merusak fasilitas sekolah berarti termasuk merusak fasilitas negara dan melanggar aturan pidana dalam KUHP pasal 406 bab XXVI tentang menghancurkan dan merusakkan barang. 4. Peraturan Keluarga Tabel. 5 Tabulasi Wawancara untuk Indikator Peraturan Keluarga No 1 2 3 4 5 6 7 Soal Saat emosi atau sedang marah disebabkan ada keinginan anda yang tidak dipenuhi oleh orang tua, apakah anda pernah melakukan tindakan kasar seperti memukul? Jika terjadi konflik dalam rumah tangga, seharusnya orang tua tidak memperlihatkan tindak kekerasan kepada anak. Apakah hal tersebut bisa menghindarkan anak dari sikap seperti yang dimaksudkan di soal no.1? Umumnya, banyak remaja menjadi gemar melakukan tindakan-tindakan yang awalnya hanya coba-coba menjadi kebiasaan seperti ugal-ugalan disebabkan keluarga yang berantakan atau broken home, jika anda mengalami hal tersebut apakah anda setuju? Apakah dengan terbinanya kualitas hubungan yang baik antara anak dan orang tua juga merupakan salah satu solusi agar tidak terjadi kenakalan remaja? Pernahkah anda menerima ajakan teman untuk mencoba mencicipi minuman keras? Apakah perbedaan budaya di lingkungan yang baru bisa menjadi salah satu faktor kenakalan remaja? Ketika anda dalam keadaan sangat terpaksa, anda ditawari untuk melakukan perdagangan obat-obat terlarang dengan jaminan Option Persentase Total Ya Tidak Ya Tidak 7 13 20 35% 65% 20 0 20 100% 0% 7 13 20 35% 65% 20 0 20 100% 0% 13 7 20 65% 35% 20 0 20 100% 0% 6 14 20 30% 70%
8 9 10 11 12 13 14 15 keuntungannya dapat memenuhi kebutuhan anda saat, apakah anda akan menerima tawaran tersebut? Apakah tingkat kemiskinan dan kekerasan dalam lingkungan keluarga bisa menyebabkan terjadinya hal yang disebutkan pada soal no.7? Apakah dengan memberikan sosialisasi mengenai nilai-nilai moral dan sosial kepada anak merupakan salah satu solusi untuk menghindarkan anak dari kenakalan? Apakah anda pernah berbohong kepada orang tua, baik disengaja maupun tidak disengaja? Apakah dengan menerapkan pengawasan serta sikap disiplin terhadap anak termasuk solusi agar anak terbiasa dan bisa mengendalikan sifat nakal? Apakah terhambatnya kemajuan suatu wilayah merupakan salah satu dampak negatif dari kenakalan remaja? Apakah meningkatnya rasa ketidaknyamanan masyarakat terutama orang tua juga merupakan salah satu dampak negatif dari kenakalan remaja? Apakah kenakalan remaja bisa mempengaruhi menurunnya budaya atau adat suatu daerah? Apakah tingkah laku remaja yang berdomisili di daerah tertentu dapat mempengaruhi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut? 20 0 20 100% 0% 20 0 20 100% 0% 16 4 20 80% 20% 15 5 20 75% 25% 18 2 20 90% 10% 16 4 20 80% 20% 13 7 20 65% 35% 13 7 20 65% 35% Tabel wawancara untuk penyimpangan terhadap peraturan keluarga, pada pertanyaan pertama tentang tindak kekerasan dalam artian memukul terdapat 7 orang (35%) informan yang menjawab Ya dan 13 orang (65%) yang menjawab Tidak dari 20 orang informan. Hal ini membuktikan bahwa remaja di Kecamatan Taopa pernah melakukan tindakan kasar dalam rumah tangga. Meskipun tingkat presentasenya rendah tetapi hal tersebut telah melanggar aturan dalam keluarga dan termasuk tindak pidana yang melanggar
aturan dalam KUHP tentang Penganiyaan yang tertuang pada pasal 356. Oleh karena itu orang tua harus waspada jika terjadi konflik dalam rumah tangga seharusnya menghindari tindakan kasar terutama dihadapan anak. Adapun pada pertanyaan selanjutnya tentang tindakan mencoba-coba minuman keras diperoleh 7 orang (65%) informan memberi jawaban Ya dan 13 orang (35%) menjawab Tidak yang menunjukkan sebagian besar remaja Kecamatan Taopa telah menkonsumsi minuman keras. Hal tersebut juga didukung oleh faktor perbedaan budaya dalam lingkungan tempat tinggal dan melanggar aturan yang termasuk dalam UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Pada pertanyaan berikutnya, 6 orang (30% ) informan menjawab Ya dan 14 orang (70%) menjawab Tidak tentang tindakan melakukan perdagangan obat-obat terlarang. Hal tersebut telah melanggar aturan dalam keluarga dan juga diatur dalam UU no. 35 tahun 2009 Pasal 114 tentang Narkotika. Meskipun dalam jumlah sedikit tetapi telah menunjukkan remaja kecamatan taopa telah melanggar aturan tersebut. Terjadinya hal tersebut disebabkan oleh tingkat kemiskinan dan kekerasan dalam lingkungan keluarga, maka dengan memberikan sosialisasi nilai-nilai moral dan sosial bisa merupakan salah satu solusi untuk mengurangi tingkat kenakalan remaja. Pada pertanyaan selanjutnya tentang tindakan berbohong kepada orang tua yang artinya melanggar aturan dalam keluarga dari 20 informan, 16 orang (80%) informan menjawab Ya dan 4 orang (20%) informan menjawab Tidak. Hal tersebut membuktikan sebagian besar remaja
kecamatan taopa melanggar aturan dalam keluarga, solusinya adalah dengan menerapkan pengawasan serta sikap disiplin. Sebab tindak nakal tersebut nantinya akan menjadi salah satu penghambat kemajuan suatu daerah, serta mengakibatkan ketidaknyamanan masyarakat terutama orang tua. Kenakalan remaja juga bisa mempengaruhi menurunnya budaya atau adat istiadat suatu daerah dan mempengaruhi kemakmuran serta kesejahteraan masyarakat daerahnya. Tindakan berbohong juga bisa menjadi tindakan penipuan yang melanggar hukum pidana yang diatur dalam KUHP Buku kedua Bab XXV tentang Perbuatan Curang Pasal 378. 1.2.2 Dampak dari Kenakalan Remaja di Kecamatan Taopa Kab. Parigi Moutong Sulawesi Tengah Berdasarkan wawancara dengan Husain selaku sekretaris KNPI Kec. Taopa sebagai berikut. Tindakan kenakalan remaja yang dilakukan oleh remaja di Kec. Taopa ini selalu meresahkan warga dan menghambat aktifitas warga yang akibatnya juga berdampak buruk terhadap kemajuan daerah. Sebab, tindakan tawuran remaja yang sering terjadi membuat warga masyarakat ragu untuk berangkat kerja karena takut menjadi korban tawuran. Selain itu remaja yang suka mabuk-mabukkan lalu berteriak-teriak pada malam hari tentunya mengganggu warga yang sedang istrahat, sementara besoknya mereka harus bekerja. (Wawancara, Tgl 25 Juni 2012). Hasil wawancara tersebut sangat memberikan keterangan dan dideskripsikan sebagai dampak dari kenakalan remaja di Kecamatan Taopa Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah. Selain itu, berdasarkan wawancara terstruktur pada pertanyaan No. 12 yaitu terhambatnya kemajuan
wilayah dengan hasil 18 orang (90%) informan menjawab Ya dan 2 orang (10%) informan menjawab Tidak. Hal tersebut membuktikan bahwa terhambatnya kemajuan di Kecamatan Taopa adalah salah satu dampak negatif dari kenakalan remaja. Pada pertanyaan No. 13 juga merupakan bukti adanya dampak negatif dari kenakalan remaja di Kecamatan Taopa yaitu rasa ketidaknyamanan masyarakat terutama orang tua dengan 16 orang (80%) informan menjawab Ya dan 4 orang (20%) menjawab Tidak. Menurunnya budaya atau adat suatu daerah yang dijabarkan pada pertanyaan No. 14 juga merupakan dampak negatif kenakalan remaja yang juga terjadi di Kecamatan Taopa ditunjukkan 13 orang (65%) jawaban Ya dan 7 orang (35%) jawaban Tidak oleh informan. Pada pertanyaan terakhir pada tabel wawancara yaitu tentang tingkah laku remaja yang berdomisili dalam hal ini dimaksudkan bahwa tingkah laku remaja mempengaruhi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Jadi tingkah laku negatif atau kenakalan remaja bisa mempengaruhi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Taopa. Pada wawancara diperoleh 13 orang (65%) informan menjawab Ya dan 7 orang (35%) informan menjawab Tidak.
1.2.3 Solusi untuk Mengurangi Kenakalan Remaja di Kecamatan Taopa Kab. Parigi Moutong Sulawesi Tengah Kenakalan Remaja merupakan hal yang perlu untuk dicarikan solusi, dan untuk solusi dari kenakalan remaja terutama di Kecamatan Taopa berdasarkan wawancara dengan Azmi selaku anggota karang taruna remaja di Kec. Taopa sebagai berikut. Solusi untuk mengurangi kenakalan remaja di Kec. Taopa ini sebenarnya diperlukan sikap tegas dari orang tua untuk supaya menanamkan sikap disiplin kepada anak sejak dini sehingga masa remajanya sesuai dengan harapan. Selain itu, remaja harus diarahkan dan disosialisasikan tentang nilainilai moral. (Wawancara, Tgl 26 Juni 2012). Selanjutnya hasil wawancara dengan Suparto selaku anggota KNPI Kec. Taopa sebagai berikut. Solusi terbaik untuk mengurangi kenakalan remaja di Kec. Taopa ini selain ketegasan dari orang tua untuk bersikap disiplin yaitu aparat keamanan harus tegas memberikan sanksi pada remaja yang sudah bertindak nakal agar kelak tidak akan mengulangi tindak nakal dan itu akan jadi cambuk untuk remaja lainnya sehingga takut untuk melakukan tindakan nakal. (Wawancara, Tgl 26 Juni 2012). Solusi-solusi tersebut dikategorikan sebagai solusi untuk mengurangi kenakalan remaja di Kec. Taopa Kab. Parigi Moutong Sulawesi Tengah. Selain hasil wawancara di atas, dijabarkan pula hasil wawancara terstruktur pada pertanyaan No. 2 di peraturan keluarga yaitu jika terjadi konflik dalam rumah tangga seharusnya orang tua tidak memperlihatkan tindak kekerasan. Hal tersebut merupakan salah satu solusi untuk menghinadarkan anak dari kenakalan sehingga bisa menjadi panutan di masa remaja. Pada pertanyaan
tersebut dari 20 orang informan diperoleh 20 orang (100%) informan menjawab Ya dan tak ada yang seorangpun (0%) yang menjawab tidak Selanjutnya pada pertanyaan No. 4 yaitu terbinanya kualitas hubungan yang baik antara anak dan orang tua juga merupakan solusi agar tidak terjadi kenakalan remaja terutama di Kecamatan Taopa yang dibuktikan dengan perolehan hasil wawancara 20 orang (100%) menjawab Ya dari 20 informan. Untuk pertanyaan pada No. 9 tentang memberikan sosialisasi mengenai nilai-nilai moral dan sosial kepada anak dengan perolehan 20 orang (100%) informan menjawab Ya dan tak seorangpun (0%) informan menjawab Tidak. Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa memberikan sosialisasi tentang nilai-nilai moral dan sosial merupakan solusi untuk menghindarkan remaja dari kenakalan. Salah satu hal yang juga merupakan solusi untuk mengurangi kenakalan remaja adalah dengan menerapkan pengawasan serta sikap disiplin terhadap anak sehingga sampai usia remaja telah terbiasa dan dapat mengendalikan sifat nakal. Hal tersebut dibuktikan dengan 15 orang (75%) jawaban Ya dari informan dan 5 orang (25%) jawaban Tidak dari informan. Tingkat persentase tersebut diperoleh dari pertanyaan No. 11 masih pada tabel wawancara pada indikator aturan keluarga.
1.3 Pembahasan Remaja merupakan tahapan usia dalam hidup makhluk di dunia terutama manusia yang pengertian dasarnya adalah masa muda atau pemuda. Menurut Sarwono (2011:13) bahwa salah satu ciri remaja di samping tandatanda seksualnya adalah perkembangan psikologis dan pada identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Masa remaja juga merupakan tahap pertumbuhan yang dilalui menuju ke jenjang usia dewasa. Menurut Spranger dalam Makmun (2007:131) menafsirkan bahwa: masa remaja itu sebagai suatu masa pertumbuhan dengan perubahan struktur kejiwaan yang fundamental ialah kesadaran akan aku, berangsur-angsur menjadi jelasnya tujuan hidup, pertumbuhan ke arah dan ke dalam berbagai lapangan hidup. Terdapat batasan usia remaja yang menurut Ombar. 2009. Pengertian remaja. http://www.ombar. Net//10/html. Akses 23/06/2010) bahwa Secara psikologis, remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa dan masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Pada masa ini, remaja banyak menghadapi hal-hal baru yang merupakan awal untuk menjadi panutannya di masa dewasa nanti dan seringkali hal-hal tersebut tidak sesuai dengan apa yang diinginkan dan diharapkan sehingga menimbulkan tindakan kenakalan. Ada beberapa masalah dan konsekuensi yang dihadapi remaja seperti yang dikemukakan oleh Sunarto dan Hartono (2008:70) diantaranya:
Berbagai norma dan nilai yang berlaku di dalam hidup masyarakat merupakan masalah tersendiri karena di pihak lain remaja merasa memiliki nilai dan norma yang dirasa lebih sesuai. Seringkali perbedaan norma yang berlaku dan norma yang dianutnya menimbulkan perilaku yang menyebabkan kenakalan. Kenakalan remaja merupakan tindakan yang menyimpang dari norma hukum pidana. Maka jika suatu tindakan sudah dikategorikan menyimpang dari hukum pidana berarti sudah tentu akan dikenai sanksi pidana dan termasuk juga dalam kategori tindak kriminal. Tindakan kriminal dalam kriminologi berarti tindakan kejahatan. Santoso dan Zulfa (2011:9) bahwa : Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan. Paul Mudigdo Mulyono dalam Santoso dan Zulfa (2011:12) mendefinisikan: Kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai masalah manusia. Seseorang khususnya remaja melakukan tindak kekerasan yang termasuk juga tindak kejahatan pastinya didasari oleh sebab tertentu seperti beberapa hal yang diperoleh dari data penelitian melalui wawancara dan berdasarkan teori-teori yang ada. Di antaranya adalah remaja bertindak nakal atau melakukan tindak kekerasan karena dorongan hasrat. Menurut Tedd Gurr dalam Repository. 2008. Teori Deprivasi relatif.http: //repository.upi.edu/ope rator/upload.com. Akses 02 Agustus 2012. Meyakini bahwa ketidakpuasan Deprivatif relatif akan melahirkan terjadinya berbagai aksi kekerasan massal,
karena semakin besar intensitas ketidakpuasan maka semakin besar pula dorongan untuk melakukan kekerasan. Hasil penelitian kenakalan remaja dalam prespektif kriminologi yang diperoleh dari data melalui tekhnik observasi pada awal penelitian yang dilanjutkan dengan wawancara terstruktur dengan 20 orang informan pada tgl 22-27 Juni 2012 menghasilkan kesimpulan pembahasan sebagai berikut. Pertama, perilaku remaja di Kecamatan Taopa Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah, menyimpang dari norma agama, norma etika, peraturan sekolah dan peraturan keluarga. Semua perilaku yang menyimpang tersebut juga melanggar aturan hukum pidana yaitu sikap kriminal sehingga dikategorikan sebagai kenakalan remaja yang didukung oleh teori Sarwono (2011:253) bahwa: Secara keseluruhan, semua tingkah laku yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku dalam masyarakat (norma agama, etika, peraturan sekolah dan keluarga) dapat disebut sebagai perilaku menyimpang. Namun, jika penyimpangan itu terjadi terhadap norma-norma hukum pidana barulah disebut kenakalan. Hal tersebut juga dibuktikan oleh tindakan kriminal remaja di Kecamatan Taopa Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah yaitu perjudian, pembunuhan, seks bebas, tawuran, balapan liar, mengkonsumsi minuman keras dan narkoba serta penipuan. Perilaku tersebut sesuai dengan yang telah dikemukakan oleh Jensen dalam Sarwono (2011:256) bahwa: kenakalan remaja dibagi menjadi empat jenis yaitu:
1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain. Seperti perkelahian, pemerkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain. 2. Kenakalan yang menimbulkan korban materi. Seperti perusakan, pencurian, perampokan, pemerasan. 3. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain. Seperti pelacuran, penyalahgunaan obat. 4. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah. Pada usia mereka, perilaku tersebut belum melanggar hukum dalam arti sesungguhnya. Akan tetapi, kalau kelak mereka dewasa pelanggaran status ini dapat mereka lakukan pada atasannya di kantor atau petugas hukum dalam masyarakat. Sehingga, sikap tersebut digolongkan menjadi kenakalan. Kedua, adapun dampak dari kenakalan remaja yang terjadi di Kecamatan taopa Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah yakni menjadikan ketidaknyamanan masyarakat terutama orang tua, mempengaruhi kesejahteraan masyarakat, dan menghambat kemajuan daerah serta menyebabkan menurunnya budaya atau adat di daerah tersebut. Setiap tingkah laku remaja yang berdomisili di daerah tersebut akan berpengaruh terhadap daerah itu sendiri. Sebab, remaja dan lingkungan adalah hal yang mustahil terpisah. Remaja sebagai anggota masyarakat dan lingkungan tempat tinggalnya akan saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Ketiga, Untuk dapat mengurangi kenakalan remaja khususnya di Kecamatan Taopa Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah, diperlukan peran penuh dari orang tua dalam keluarga dan menghindari tindak kasar yang nantinya bisa menjadi panutan anak untuk bertindak nakal dan berpengaruh sampai usia remaja. Sosialisasi mengenai nilai-nilai moral dan sosial kepada anak, serta menerapkan pengawasan dan sikap disiplin, dan membina hubungan yang baik antara anak dengan orang juga diperlukan sebagai solusinya. Selain solusi yang bersifat preventif tersebut, perlu juga solusi bersifat refresif untuk menegaskan kepada remaja yang telah melakukan tindakan kenakalan agar tidak lagi mengulangi tindakan kenakalan tersebut. Sesuai dengan tindakan kenakalan yang yang melanggar aturan mayarakat dan dikategorikan sebagai tindak pidana, maka solusi yang bersifat refresif adalah sanksi pidana yang sesuai dengan aturan-aturan dalam hukum pidana. Maka, solusi tersebut merupakan solusi yang sifatnya Preventif yang harus dilakukan untuk mengurangi dan mencegah agar tidak akan terjadi kenakalan. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti mendeskripsikan halhal di atas sebagai solusi untuk mengurangi kenakalan remaja. Sebab,menurut Indra. 2010. Kenakalan remaja. Http://Indra love boom.blogspot.com/p/artik el-remaja.html. Akses 21 Mei 2012 bahwa faktor-faktor kenakalan remaja di antaranya yakni kurangnya sosialisasi dari orang tua ke anak mengenai nilainilai moral dan sosial, kurangnya pengawasan dan disiplin yang diterapkan orang tua, rendahnya kualitas hubungan orang tua dan anak.