ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT BERDASARKAN KATEGORI PASIEN DI IRNA PENYAKIT DALAM RSU TUGUREJO SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
TESIS Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S 2 MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. Oleh : Agus Harjono Boediman E4A000002

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi yang salah satunya ditandai dengan adanya pasar bebas untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu penanganan emergency, tidak. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh petugas

BAB I PENDAHULUAN. Rekam Medis mempunyai peranan penting dalam proses pelayanan di rumah

BAB I PENDAHULUAN. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era global berdampak pada tingginya kompetisi dalam sektor kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III. METODyE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

PERBEDAAN TIME MOTION STUDY ANTARA RUANG AL-KAUTSAR DAN AL-FAJR PADA PASIEN MODERAT CARE DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

TESIS Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S 2. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti akan

BAB I PENDAHULUAN. baik yang bersifat bedah maupun non bedah.(aditama,2002:6) sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan kode etik profesi keperawatan

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. profesional sesuai kebutuhan masyarakat (Wuryanto, 2010). swaktu diperlukan untuk berangkat dan pulang kerja.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan sebagai organisasi yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat, baik kuratif maupun preventif, rumah sakit juga

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai industri jasa kesehatan pada dasarnya bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional/global. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif mencakup aspek promotif,

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan masyarakat. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) termaktub dalam UUD 1945 (Depkes RI, 1993).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain (Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

2. STRUKTUR ORGANISASI RSUD INDRASARI RENGAT, KAB.INDRAGIRI HULU

Perhitungan Jumlah Tenaga Perawat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah sumber daya manusia (Depkes, 2002). penunjang lainnya. Diantara tenaga tersebut, 40% diantaranya adalah

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN DOKTER DALAM PENULISAN RESEP SESUAI DENGAN FORMULARIUM RUMAH SAKIT UMUM R.A.

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa perawat merupakan back bone untuk mencapai targettarget

BAB 1 PENDAHULUAN. rawat jalan dan gawat darurat (Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan upaya kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Dari 22 RSU di

BAB I PENDAHULUAN. terdapat kasus dengan berbagai tingkat kegawatan yang harus segera mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan non profit, yaitu unit usaha yang bertujuan tidak untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, lebih sadar akan hak dan hukum, serta menuntut dan semakin kritis

BAB I PENDAHULUAN. besar menentukan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan sebagai

BAB 1 PENDAHALUAN. sumber daya manusia yang kualitasnya sangat berperan dalam menunjang

BAB III METODE PENELITIAN. Indikator URI BOR LOS TOI BTO GDR NDR. Gambar 3.1 Kerangka Konsep

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pusat latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial.

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup tinggi diantara rumah sakit baik rumah sakit swasta maupun pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

Penilaian pelayanan di RSUD AM Parikesit menggunakan indikator pelayanan kesehatan, adapun data indikator pelayanan dari tahun yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan. penelitian dan manfaat penelitian.

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengutamakan pelaksanaannya melalui upaya penyembuhan pasien, rehabilitasi dan pencegahan gangguan kesehatan. Rumah sakit berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nursalam, Manajemen Keperawatan, Ed 3, Salemba Medika, Jakarta, Hal : 295

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. dan Undang-undang No. 36 tahun 2010 tentang kesehatan, membawa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu. pelayanan kesehatan demi kepuasan masyarakat yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. American Hospital Association mendefinisikan rumah sakit. sebagai sebagai organisasi yang didalamnya terdiri atas tenaga

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan pusat penelitian medik, dan dapat berguna sebagai alat. kesehatan di rumah sakit untuk perencanaan masa depan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan (1, 2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB I PENDAHULUAN. yang paling dominan adalah sumber daya manusia (DepKes RI 2002).

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global.hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menuntut tiap organisasi profit dan non profit untuk saling berkompetisi

BAB I PENDAHULUAN. rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. terkendali biaya dan kualitasnya, seperti yang tercantum dalam Undang -

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. proses selama 4 tahun akhirnya pada tanggal 17 April 2008 RSUD Kota Depok

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan. tentang rumah sakit, fungsi rumah sakit adalah:

BAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai, produk yang dipakai sifatnya tidak berwujud (Intangible)

BAB I PENDAHULUAN. kiat keperawatan. Berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang

mikm-detail-tesis-perpustakaan-print-abstrak-152.html MIKM UNDIP Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan

BAB VI HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa pemberi pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

Transkripsi:

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT BERDASARKAN KATEGORI PASIEN DI IRNA PENYAKIT DALAM RSU TUGUREJO SEMARANG TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S2 Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit Oleh : HERI SUKARDI NIM : E4A002019 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2005

ABSTRAK Perawat merupakan tenaga penting dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit, mengingat pelayanan keperawatan diberikan selama 24 jam terus menerus, Pelayanan keperawatan yang bermutu, efektif dan efisien dapat tercapai bila didukung dengan jumlah perawat yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu perencanaan tenaga perawat terutama dalam menentukan jumlah kebutuhan tenaga perlu dilakukan dengan sebaik baiknya agar dapat diperoleh ketenagaan yang efektif dan efisien. Perhitungan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan Kategori pasien lebih efektif karena mempertimbangkan jam efektif perawat. Di RSUD Tugurejo Semarang belum pernah dilakukan tentang kebutuhan perawat berdasarkan kategori pasien selain itu beberapa ahli telah menetapkan formula untuk melakukan perhitungan sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat dan sesuai dengan kebutuhan sesungguhnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kebutuhan jumlah tenaga perawat berdasarkan kategori pasien di IRNA Penyakit Dalan RSU Tugurejo Semarang. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yang dilakukan secara belah melintang ( cross sectional ) untuk mendapatkan informasi tentang jumlah tenaga perawat berdasarkan tingkat ketergantungan pasien khususnya di IRNA Penyakit Dalam berdasarkan tingkat ketergantungan pasien terhadap perawat. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dengan menggunakan pedoman observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik perawat yang bekerja umumnya masih berusia muda rata rata dibawah 25 tahun ( 87,5 % dengan pendidikan mayoritas DIII Keperawatan ( 87,5 % ) tenaga didominasi oleh tenaga honorer dan lama bekerja rata rata kurang dari 3 tahun ( 81,25 % ) Pelayanan keperawatan dengan minimal care sebanyak 2,26 jam, parsial care sebanyak 4,15 jam dan total care sebanyak 5,75 jam. Beban kerja perawat 5,3 jam atau 63,75 % Berdasarkan waktu kerjanya untuk kegiatan keperawatan langsung memerlukan waktu 539 menit atau 37,43 %, kegiatan keperawatan tak langsung 379 menit atau 26,32 % dan kegiatan non keperawatan 522 menit 35,25 % dari total waktu 24 jam. Perhitungan jumlah tenaga perawat dengan minimal care dibutuhkan 11 orang, parsial care 20 orang dan total care 26 orang, menurut perhitungan Douglas dibutuhkan 24 orang perawat dan menurut PPNI dibutuhkan tenaga sebangak 30 orang perawat. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada saat ini terdapat selisih cukup banyak antara jumlah perawat yang ada yaitu 16 orang perawat dibandingkan dengan hasil perhitungan ketiga formula diatas, untuk ini penulis menyarankan agar RSU Tugurejo Semarang mengoptimalkan tenaga yang ada dan bilamana memungkinkan kekurangan tenaga perawat dapat diperhatikan. Kata Kunci : Perawat, Kebutuhan Tenaga Keperawatan, Analisis Kegiatan, jam Pelayanan keperawatan Kepustakaan : 26 buah, 1985 2004

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatan derajat kesehatan masyarakat 1) Oleh karena itu rumah sakit di daerah dituntut untuk memperbaiki manajemen, mengembangkan sumber pembiayaan sendiri, agar dapat secara otonomi berupaya meningkatkan mutu pelayanan dan melakukan pemberdayaan terhadap semua potensi yang ada termasuk sumber daya manusia karena mutu pelayanan sangat tergantung pada kemampuan sumber daya manusia 2) Masyarakat menuntut rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan dengan konsep quality one step service artinya seluruh kebutuhan pelayanan kesehatan dan pelayanan yang berkaitan langsung harus dapat dilayanani oleh rumah sakit secara cepat, akurat, bermutu dan terjangkau. Tetapi untuk mewujudkan semua itu banyak hambatan yang dihadapi. Menurut Wasito (cit. Nurdjanah, 1999) krisis ekonomi beberapa tahun terakir ini sangat berpengaruh terhadap sektor pelayanan kesehatan sehingga menimbulkan pelayanan kesehatan menurun drastis, kinerja petugas berkurang sehingga kualitas pelayanan kesehatan cenderung menurun 3). Salah satu upaya penting untuk mengatasi masalah tersebut adalah kemampuan pimpinan rumah sakit untuk merencanakan kebutuhan sumber daya manusia secara tepat sesuai dengan fungsi pelayanan setiap unit, bagian dan instalasi rumah sakit. ( Ilyas, 2000 ). Anggaran belanja untuk pegawai memiliki proporsi yang paling banyak dari total keseluruhan anggaran belanja rumah sakit, bahkan Green ( cit. Ilyas, 2000 ) mengemukakan bahwa 75 % dari total alokasi anggaran digunakan untuk belanja pegawai. Oleh karena itu salah satu indikator keberhasilan rumah sakit yang efektif dan efisien adalah

tersedianya jumlah sumber daya manusia yang cukup dengan kualitas yang tinggi profesional sesuai dengan fungsi dan tugas setiap pegawai. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, begitu pentingnya pelayanan di rumah sakit, bahkan Huber (cit. Nurdjanah, 1999) melaporkan bahwa 70 % tenaga kesehatan di rumah sakit adalah perawat. Sedangkan Gillies (1994) memperkirakan bahwa sekitar 75 % tenaga keperawatan di rumah sakit adalah perawat, dan 60 70 % dari total anggaran digunakan untuk menggaji perawat. Oleh karena itu perencanaan tenaga perawat terutama dalam menentukan jumlah kebutuhan tenaga perawat perlu dikelola dengan sebaik baiknya agar diperoleh ketenagaan keperawatan yang efektif dan efisien. Kualitas asuhan keperawatan dapat mencapai hasil yang optimal apabila beban kerja dan sumber daya perawat yang ada memiliki proporsi yang seimbang 4). Saat ini mutu pelayanan keperawatan masih belum memuaskan dan masih dipengaruhi oleh berbagai masalah termasuk masalah perencanaan dan pengadaan tenaga perawat sebagai sub sistem dari sistem ketenagaan kesehatan secara nasional. Berdasarkan penelitian WHO ( 1997 ), beberapa negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia ditemukan fakta bahwa perawat yang bekerja di rumah sakit menjalani peningkatan beban kerja dan masih mengalami kekurangan jumlah perawat 5) Hal ini disebabkan karena peran perawat belum didefinisikan dengan baik, ketrampilan perawat masih kurang dan kebanyakan perawat dibebani dengan tugas tugas non keperawatan 5). Disisi lain pelayanan keperawatan adalah pelayanan yang diberikan perawat professional kepada pasien sesuai dengan kebutuhan pasien selama dirawat di rumah sakit, sehingga ada hubungan yang erat antara perawat dengan pasien sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan, pasien masuk rumah sakit bukan tanpa pertimbangan, dalam hal ini pasien masuk rumah sakit mempunyai harapan yang tinggi bahwa ia akan dirawat dengan baik dan dapat kembali

pulang dengan keadaan sembuh seperti sedia kala 6) Dengan tanpa dipungkiri lagi bahwa perawat merupakan kelompok terbesar di rumah sakit, sehingga baik buruknya pelayanan di rumah sakit adalah merupakan citra dari kelompok perawat sebagai jasa pemberian pelayanan keperawatan 6) Ruang rawat inap merupakan subsistem rumah sakit yang menjadi tempat asuhan keperawatan. Kegiatan asuhan keperawatan yang dilaksanakan tergantung dari kualitas dan kuantitas tenaga perawat yang bertugas selama 24 jam. RSU Tugurejo Semarang berdasarkan SK MenKes no: 1600/MENKES/SK/XI/2003 berubah menjadi kelas B non Pendidikan yang merupakan rumah sakit rujukan dengan status pengelolaannya adalah non swadana dan status kepemilikannya Pemerintah Daerah TK I Jawa Tengah dan satu satunya rumah sakit di Kota Semarang bagian barat. Saat ini memiliki 162 tempat tidur dengan jumlah tenaga kesehatan sebanyak 132 orang, 117 perawat dan 15 orang Bidan. Dari 117 orang perawat 92 orang ( 78,6 % ) bekerja unit rawat inap dan 25 orang ( 21,4 % ) di luar rawat inap ( rawat jalan ). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut ini. Tabel 1 Tingkat Pendidikan Tenaga perawat di RSU Tugurejo Semarang Tahun 2004 Jenis tenaga Jumlah tenaga (Orang ) % SPK 11 8,00 Bidan 7 5,10 AKPER 106 77,37 AKBID 8 5,83 Jumlah 132 100,00 Sumber : RSU Tugurejo Semarang, tahum 2004 Tabel tersebut menunjukkan bahwa tenaga perawat di RSU Tugurejo Semarang berjumlah 117 orang, jumlah tersebut 106 orang berpendidikan AKPER dan 11 orang berpendidikan SPK. Sejak berubah menjadi rumah sakit umum tahun 1999 yang pada awal mulanya rumah sakit Tugurejo Semarang adalah rumah sakit Kusta kunjungan pasien dari tahun mengalami kenaikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Efisiensi rumah sakit berdasarkan indikator BOR, LOS, TOI dan BTO pada tahun 2001 sampai dengan 2004 adalah sebagai berikut : Tabel 2 Efisiensi Pengelolaan RSU Tugurejo Semarang No INDIKATOR 2001 (%) 2002 (%) 2003 (%) 2004 (%) STANDART 1 BOR 55,41 60,04 68,41 75,49 60 80 % 2 LOS 4,14 4,74 4,91 4,65 4 6 Hari 3 TOI 4,47 2,32 1,93 1,88 1 3 4 BTO 3,19 6,70 6,20 5,61 3 1/3 4 1/6 Sumber : Medical Record RSU Tugurejo Semarang Dari data diatas tampak bahwa BOR rumah sakit dari tahun ketahun mengalami peningkatan. BOR menggambarkan tingkat rata rata penggunaan tempat tidur rumah sakit. Angka BOR idealnya yaitu 60 % 80 %. Secara umum BOR RSU Tugurejo Semarang cukup ideal, ini menunjukkan bahwa tempat tidur yang tersedia dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Tahun 2002 meningkat 4,63 % dari tahun 2001, tahun 2003 meningkat 8,37 % dari tahun 2002 dan tahun 2004 meningkat 7,08 %. LOS menggambarkan rata rata lamanya pasien dirawat di Rumah Sakit. Untuk RSU ratarata sekita 4 6 hari. Bila dibandingkan dengan nilai ideal sudah cukup karena LOS RSU Tugurejo Semarang rata rata 4,61 hari. TOI menggambarkan rata rata berapa hari satu tempat tidur tidak ditempati dari saat pasien meninggalkan tempat tidur sampai dengan terisinya kembali tempat tidur tersebut. Angka rata rata 1 3 hari. Bila dibandingkan dengan nilai idealnya RSU Tugurejo Semarang sudah sesuai karena TOI dari tahun ketahun mengalam penurunan. Hal ini menunjukkan kinerja yang semakin baik di RSU Tugurejo Semarang. BTO menggambarkan berapa kali dalam satu periode waktu ( biasanya bulan ) rata rata satu tempat tidur ditempati oleh pasien. Angka rata rata sekitar 3 1/3 4 1/6 kali. Bila dibandingkan dengan nilai ideal, maka BTO RSU Tugurejo Semarang sudah melebihi karena BTO RSU Tugurejo Semarang berkisar 4 6 kali. RSU Tugurejo Semarang dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat telah memiliki pelayanan rawat inap spesialisasi Penyakit Dalam, Bedah, Anak, Obstetri Ginekologi, ruang VIP dan ICU. Berdasarkan indikator efisiensi pelayanan rumah sakit, maka kinerja RSU Tugurejo tahun 2003 adalah sebagai berikut : Tabel 3 Data Pencapaian Kinerja Instalasi Rawat Inap RSU Tugurejo Semarang Tahun 2004 NO IRNA BOR LOS TOI BTO J. PASIEN 1. 2. 3. 4. Dalam Bedah Anak Kandungan 75,49 75,14 76,96 55,80 4,65 3,90 3,57 2,09 1,88 1,34 1,16 2,42 5,61 6,10 6,84 6,04 2167 1480 1949 1284 Rata rata 70,84 3,50 1,70 6,15 1720

Sumber : Rekam Medik RSU Tugurejo Semarang tahun 2004 Dari data diatas tampak bahwa BOR di masing masing ruangan cukup tinggi, sedangkan jumlah kunjungan pasien yang paling tinggi adalah ruang penyakit dalam. Distribusi perawat ke masing masing ruang rawat inap ditunjukkan oleh tabel berikut ini : Tabel 4 Data Jumlah tempat tidur dan Perawat serta rasio TT/ Perawat di IRNA RSU Tugurejo Semarang bulan Desember 2004. NO IRNA Perawat TT Rasio Perawat/TT 1. 2. 3. 4. Dalam Bedah Anak Obsgyn Sumber : RSU Tugurejo Semarang, tahun 2004 16 14 14 15 32 30 26 19 1 : 2,0 1 : 2,1 1 : 1,8 1 : 1,3 Dari data diatas tampak bahwa IRNA Penyakit Dalam memiliki rasio perawat : tempat tidur urutan kedua yaitu sebesar 1 : 2,0. sedangkan urutan pertama pada ruang bedah. Tenaga perawat di ruang rawat inap RSU Tugurejo Semarang sangat dibutuhkan dan diperlukan keberadaannya, sedangkan tersedianya tenaga tersebut sangat terbatas sehubungan dengan kebijakan Zero growth PNS. Oleh sebab itu perencanaan kebutuhan tenaga perawat di RSU Tugurejo Semarang sangat diperlukan sehingga kebutuhan tenaga perawat dimasa mendatang semakin jelas. Metode perencanaan tenaga perawat guna meningkatan produktivitas dan mutu pelayanan keperawatan di RSU Tugurejo Semarang saat ini menggunakan Permenkes 262/VII/ 1979, akan tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan yang diharapkan, karena tenaga perawat yang ada di unit rawat inap baru 92 orang dengan jumlah tempat tidur 162, sedangkan berdasarkan Permenkes 262/VII/1979 3 4 : 2. yang artinya 3 atau 4 perawat untuk 2 tempat tidur jadi baru 66 % dari Permenkes teresebut, Hal ini disebabkan karena rekruitmennya ditetapkan dari Pemda Jawa Tengah dan rumah sakit hanya menerima ( droping ). tenaga tersebut. Mengingat RSU Tugurejo Semarang merupakan rumah sakit non swadana, maka dimungkinkan tenaga yang dibutuhkan dapat direncanakan untuk selanjutnya di usulkan kepada Pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Oleh sebab itu perlu disusun metode perencanaan tenaga perawat yang cocok terhadap kebutuhan rumah sakit dan kebutuhan pelanggan.

Ada berbagai cara penghitungan tenaga perawat di rumah sakit antara lain: Lokakarya Nasional Keperawatan ( 1983 ), Permenkes 262/ 1979, serta metode menurut Gillies ( 1994 ) 2) Metode Lokakarya Nasional Keperawatan menambah 25 % tenaga cadangan dalam perhitungan dirasakan tidak efisien sehingga metode ini tidak digunakan dalam penelitian ini. Permenkes 262 / Menkes / per / VII / 1979. menyebutkan bahwa kebutuhan tenaga perawat di rumah sakit adalah perbandingan jumlah tempat tidur dibandingkan dengan jumlah perawat sebagai berikut 7) Rumah Sakit kelas C : 1 perawat : 1 tempat tidur, Rumah Sakit kelas A B : 3 4 perawat : 2 tempat tidur Rumus tersebut tanpa diberikan dasar perhitungannya, sehingga tidak digunakan dalam penelitian ini. Metode yang lain adalah metode jam kerja efektif yang didasarkan pada tingkat ketergantungan pasien pada jam perawatan yang diperoleh dari seorang perawat dan data sensus harian pasien yang dikembangkan Gillies ( 1994 ) yang penulis gunakan untuk penelitian ini karena lebih mendekati kebutuhan. Menurut Douglas (1994) Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi 3 katagori. 5) yaitu : 1) minimal care memerlukan waktu 1 2 jam / 24 jam. 2) partial care memerlukan waktu 3 4 jam/24 jam. 3) Tota l care memerlukan waktu lebih dari 5 jam. Disamping tingkat ketergantungan pasien terhadap perawat, Penulis juga ingin meneliti berapa jam waktu yang digunakan untuk memberikan perawatan terhadap pasien baik itu minimal care, partial care maumun total care. Selama ini di rumah sakit Tugurejo Semarang belum pernah dilaksanakan tentang analisis kebutuhan tenaga perawat berdasarkan kategori pasien, oleh karena itu penelitian ini

dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang jumlah tenaga perawat berdasarkan kategori pasien rawat inap khususnya di IRNA Penyakit Dalam agar dapat dilakukan perencanaan tenaga perawat dan akirnya bisa meningkatkan mutu pelayanan. B. Perumusan masalah. RSU Tugurejo Semarang sampai saat ini belum mempunyai ketentuan yang baku tentang perhitungan kebutuhan tenaga perawat khususnya di unit rawat inap. Saat ini RSU Tugurejo Semarang memiliki 132 orang tenaga keperawatan yang terdiri dari 11 (8,0%) orang tenaga SPK, 7 (5,10 %) orang tenaga Bidan, 106 (77,37 %) tenaga AKPER, serta 8 (5,83 %) 0rang tenaga AKBID. Perhitungan jumlah perawat berdasarkan Permenkes 262 / Menkes / Per / VII / 1979 dengan 160 Tempat tidur seharusnya minimal 240 tenaga perawat. Adapun perhitungan kebutuhan tenaga perawat di unit rawat inap dengan menggunakan analis kegiatan dan BOR sebagai dasar perhitungan, perhitungan tersebut tidak akurat oleh karena itu akan dilakukan analisi kebutuhan tenaga perawat berdasarkan kategori pasien sebagai dasar perencanaan tenaga perawat dan meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit. Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Berapa kebutuhan tenaga perawat berdasarkan kategori pasien di IRNA Penyakit Dalam RSU Tugurejo Semarang. C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui kebutuhan jumlah tenaga perawat dan beban kerja berdasarkan kategori pasien di IRNA Penyakit Dalam RSU Tugurejo Semarang. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui karakteristik perawat di IRNA Penyakit Dalam RSU Tugurejo Semarang. b. Mengetahui klasifikasi pasien yang dirawat di IRNA Penyakit Dalam RSU Tugurejo Semarang. c. Mengetahui jam kegiatan perawat berdasarkan jenis kegiatan yang dilakukan,

meliputi kegiatan keperawatan langsung dan kegiatan keperawatan tak langsung d. Mengetahui beban kerja perawat di IRNA Penyakit Dalam RSU Tugurejo Semarang. e. Mengetahui jam pelayanan keperawatan berdasarkan kategori pasien di IRNA Penyakit Dalam RSU Tugurejo Semarang. f. Mengetahui kebutuhan jumlah tenaga perawat di IRNA Penyakit Dalam RSU Tugurejo Semarang. g. Mengetahui persepsi perawat dan Ka perawat tentang beban kerja perawat Ruang Lingkup 3. Ruang lingkup waktu Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Pebruari 2005 4. Ruang lingkup tempat Penelitian ini dilakukan di ruang perawatan penyakit dalam / ruang Mawar RSU Tugurejo Semarang. 5. Ruang lingkup materi Penelitian ini dibatasi pada hal yang berkaitan dengan kebutuhan tenaga Perawat di IRNA Penyakit Dalam RSU Tugurejo Semarang. Manfaat Penelitian 6. Bagi RSU Tugurejo Semarang, dapat memanfaatkan penelitian ini dalam menyusun rencana kebutuhan tenaga perawat dan rencana pengembangan pendidikan lanjutan sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. 7. Bagi peneliti, menambah wawasan dalam melakukan perencanaan kebutuhan tenaga perawat di rumah sakit.

8. Bagi MIKM hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian lebih lanjut tentang perhitungan kebutuhan perawat dan implementasinya di IRNA Penyakit Dalam RSU Tugurejo Semarang. Keaslian Penelitian Penelitian tentang kebutuhan tenaga perawat berdasarkan kategori pasien di IRNA Penyakit Dalam belum pernah dilakukan khususnya di RSU Tugurejo Semarang. Berdasarkan penelusuran kepustakaan terdapat penelitian yang hampir Serupa akan tetapi tak sama telah dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain: 1. Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Berdasarkan Beban Kerja Di Ruang Rawat Inap RSUD Purwodadi oleh Agustinar (1999). Penelitian bersifat deskriptif analitik yang dilakukan secara cross sectional untuk mencari dan mendapatkan informasi tentang perhitungan tenaga keperawatan berdasarkan beban kerja perawat. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan standart asuhan keperawatan di semua ruang rawat inap masih kurang dan kebutuhan tenaga masih kurang. Tingkat ketergantungan pasien memiliki perbandingan yang hampir sama antara tingkat ketergantungan ringan, sedang dan berat. 2. Agus Joko Purwanto ( tahun 2003 ) yang meneliti tentang kebutuhan tenaga perawat berdasarkan analisis pelaksanaan kegiatan perawat di Irna penyakit dalam RSUD Wates. Penelitian ini adalah studi kasus, bersifat deskriptif eksfloratif dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karateristik perawat yang bekerja umumnya masih berusia muda dengan pendidikan mayoritas AKPER tenaga didominasi oleh tenaga honorer. Perawat dalam menggunakan waktu kerjanya untuk kegiatan keperawatan tidak langsung memerlukan waktu lebih banyak

dibandingkan dengan kegiatan keperawatan langsung. Jumlah pasien yang dirawat paling banyak adalah kategori I ( self care ) kemudian disusul dengan kategori I ( partial care ) dan kategori III (total care). 3. Moch Hasyim ( 2002 ) yang meneliti tentang kebutuhan jumlah tenaga perawat berdasarkan beban kerja perawat, jenis penelitian observasional dengan pendekatan Cross Sectional, Populasi penelitiannya adalah seluruh waktu yang digunakan oleh perawat yang bertugas melaksanakan keperawatan. Hasil penelitiannya didapatkan hasil yang berbeda antara Formula PPNI, Formula Gillies, serta Formula Nina. Hasil Formula PPNI dibutuhkan jumlah tenaga perawat 42 perawat, Gillies 23 perawat dan Nina 36 perawat sehingga terdapat selisih yang banyak antara perawat yang ada dibandingkan dengan jumlah perawat hasil perhitungan ketiga Formula. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini dilakukan di RS Tugurejo Semarang dengan melakukan analisis terhadap kegiatan perawat di IRNA Penyakit Dalam kemudian dilakukan perhitungan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan kategori pasien. Subyek penelitian adalah pasien untuk mengetahui kategori pasien serta perawat untuk mengetahui berapa waktu yang diperlukan oleh perawat terhadap pasien self care, partial care maupun total care