BAB 8 PENUTUP. Manfaat Investasi terhadap Ekonomi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 INDIKASI KEKUATAN, KELEMANAHAN, ANCAMAN, DAN PELUANG

BAB 7 KONRIBUSI MANFAAT EKONOMI SOSIAL DAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG PENANAMAN MODAL

BAB 3 VISI DAN MISI RUPM KABUPATEN PANDEGLANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 6 KEBIJAKAN DAN STRATEGI

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. nasional, sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan yang lebih baik guna

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

RANCANGAN PERATURAN WALI KOTA BANDUNG NOMOR TAHUN 2017 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL TAHUN

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

BAB 4 ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 18 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal langsung baik melalui penanaman modal asing maupun

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dampak penerapan Tax Holiday (pembebasan pajak) pada penanaman modal asing di

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) LKIP 2016 BAB I PENDAHULUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

Rencana Umum Penanaman Modal Aceh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 5 TAHUN 2017 RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 068 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN/ATAU KEMUDAHAN KEPADA MASYARAKAT DAN/ATAU PENANAM MODAL

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR^ TAHUN 2017 TENTANG

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. semua sektor perekonomian selalu membutuhkan jasa perbankan. Perbankan merupakan salah satu institusi keuangan yang mempunyai

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Bab II. Rumusan dan Advokasi Arah Kebijakan Pertanian

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

alah satu dinamika pembangunan suatu wilayah diindikasikan dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Oleh karena

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL

Strategi Pemberdayaan Lembaga Keuangan Rakyat BPR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

Transkripsi:

BAB 8 PENUTUP Penanaman Modal adalah kegiatan pengusaha dalam menanamkan modalnya untuk melakukan aktivitas ekonomi produktif di Kabupaten Pandeglang yang dapat dilakukan oleh pengusaha baik yang berasal dari luar negeri (PMA), dalam negeri (PMDN, UMKMK) dan lainnya. Motif utama penanam modal adalah profit seeking, sedangkan motif pemerintah kabupaten Pandeglang mengizinkan penanaman modal beraktivitas ekonomi produktif adalah benefit seeking. Upaya untuk mempertemukan kedua motif ini diwaktu dan tempat yang sama secara bersamaan tentunya bukan merupakan hal yang mudah, sebab ukuran dari profit seeking dapat diukur dengan cepat dan mudah, secara matematis, sedangkan ukuran benefit seeking hanya bisa diukur dari impact/dampak dari berlangsungnya investasi. Artinya, manfaat investasi hanya bisa diukur dari dampak berlangsungnya aktivitas investasi dalam jangka waktu yang lama. Pada dasarnya manfaat investasi dapat di mitigasi jauh sebelum investor datang jika pemerintah Kabupaten Pandeglang melakukan valuasi ekonomi, sosial, dan lingkungan dari berbagai potensi investasi, bahkan materi valuasi tersebut dapat dijadikan Pemerintah Kabupaten Pandeglang sebagai materi negosiasi atau bargaining. Manfaat Investasi terhadap Ekonomi Secara umum manfaat investasi terhadap dinamika perekonomian lokal dapat asumsikan yaitu berkontribusinya investasi terhadap perputaran uang produktif perbankan, untuk membantu perbankan menunaikan kewajibannya membayar bunga bank terhadap nasabah, manfaat lainnya adalah meningkatnya Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) regional, hal ini disebabkan adanya aktivitas produksi regional (PDRB). Selain itu adanya aktivitas membayar jasa rumah tangga atas sarana produksi yang digunakan investor sebagai bahan baku atau sarana produksi dalam pola sewa, gaji, upah, bunga, laba, deviden, dll. Dampak rasional lainnya adalah, adanya aktivitas transaski pembayaran pajak oleh perusahaan/investor kepada pemerintah sebagai bentuk kewajiban regulatif investior, selain itu dampak positif lainnya adalah adanya aktivitas transkasi penjualan hasil produksi industri yang berpotensi melibatkan banyak lembaga dan kelembagaan yang berpotensi menimbulkan economic multiplier effect. Naskah Akademik - RUPM Kabupaten Pandeglang8-1

Manfaat ekonomi seperti perputaran uang produktif perbankan, Laju Pertumbuhan Ekonomi, pembayaran jasa rumah tangga sebagai sarana produksi yang bersumber dari rumah tangga, transaksi pembayaran pajak, multiplier effect economic dari transkasi penjualan produk investasi sangat mungkin terealisasi terhadap jika investasi yang dilakukan adalah investasi yang sehat, yaitu investasi yang tidak bersifat economic backwash effect, tidak memproduksi barang dan jasa yang menyerap tenaga kerja banyak. Manfaat Investasi terhadap Dinamika Sosial Secara umum, manfaat sosial dari aktivitas penanaman modal akan dapat dirasakan dalam jangka waktu yang tidak singkat. Manfaat yang dapat dirasakan antara lain, jumlah serapan tenaga kerja (berkurangnya pengangguran), multiplier effect ekonomi disekitar lokasi produksi (peningkatan pendapatan). Manfaat sosial dari aktivitas penanaman modal yang diharapkan adalah meningkatnya mobilitas barang, jasa, dan manusia yang mungkin lintas sektor, lintas wilayah, sehingga menimbulkan kehidupan sosial masyarakat yang terlibat akan menjadi lebih dinamis. Manfaat Investasi terhadap Dayadukung dan Dayatampung Lingkungan Secara umum, kesadaran terhadap pentingnya daya dukung dan daya tampung lingkungan di Indonesia, Banten dan Kabupaten Pandeglang, masih relatif rendah jika di bandingkan dengan negara maju. Dimana di negara maju, daya dukung dan daya tampung lingkungan dinilai dari aspek ekologisnya, sedangkan di negara berkembang, daya dukung dan daya tampung lingkungan ditempatkan sebagai sebagai sumberdaya ekonomi (economic resources), sehingga akan sulit dalam proses pemanfaatan dan pengendaliannya. Hal ini berdampak kepada cara memperlakuan daya tampung dan daya dukung lingkungan itu sendiri. Dayadukung dan dayatampung lingkungan akan mulai dirasakan bermanfaat oleh masyarakat jika preasure terhadap kondisi dayadukung dan dayatampung tersebut sudah mengganggu dinamika ekonomi masyarakat. Saat ini, isu terkait lingkungan sudah menjadi isu global yang akan mempengaruhi cara bagaimana perusahaan berproduksi, bahkan isu lingkungan sudah menjadi isu strategis dan menjadi prasyarat memasuki pasar global. Manfaat dari kondisi seperti ini adalah, meningkatnya kepedulian masyarakat dan para pelaku usaha dalam melakukan proses produksi yang ramah lingkungan, meningkatnya Naskah Akademik - RUPM Kabupaten Pandeglang8-2

partisipasi media yang transparan yang dapat mengadvokasi publik dalam mendukung daya dukung dan daya tambung lingkungan, serta meningkatnya aktivitas baik bermotif ekonomi produktif atau tidak, namun bertujuan mendukung keberdaan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Secara umum, Kabupaten Pandeglang memiliki 3 (tiga)alternatif pendekatan untuk meningkatkan aktivitas penanaman modalnya, ketiga alternatif tersebut adalah; Pendekatan Demand (Permintaan) Dalam hal ini Kabupaten Pandeglang akan dilihat dari kekuatan sumberdaya yang dimilikinya, yaitu sumberdaya ekonomi, atau dapat dikatagorikan sebagai sumberdaya alam, pola ruang, sumberdaya sektoral (primer dan sekunder). Sumberdaya ini merupakan tujuan utama investor menanamkan modalnya dengan pola mengelola. Sumberdaya ini akan sangat bernilai jika memiliki potensi pengelolaan jangka panjang. Namun, keberdaan sumberdaya ekonomi ini, akan menuntut ketersediaan sarana dan prasarana (infrsatruktur) yang layak dan memadai. Berdasarkan aspek demand, dapat diketahui bahwa ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah Kabupaten Pandeglang, yaitu; a) Kabupaten Pandeglang memiliki sumberdaya ekonomi yang menarik untuk investasi yang bersifat jangka panjang hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor primer yang cukup tinggi terhadap struktur perekonomian Kabupaten Pandeglang secara umum. b) Status dan kewenangan sarana dan prasarana infrastruktur Kabupaten Pandeglang yang banyak dimiliki oleh pemerintah Pusat, Provinsi, dan kabupaten, menimbulkan potensi ketergantungan yang tinggi proses penyediannya Untuk meningkatkan investasi dari pendekatan demand, maka yang harus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pandeglang adalah berusaha keras untuk menata potensi sumberdaya alamnya terutama sektor primernya. Hal ini membutuhkan effort yang besar, mengingat potensi sumberdaya alam belum teridentifikasi cukup dan layak dari aspek kualitas saja, namun juga harus layak dari aspek kuantitas yang tidak bisa disiapkan begitu saja oleh pemerintah Kabupaten Pandeglang. Aspek Supply (Penawaran) Dalam hal ini Kabupaten Pandeglang akan dilihat dari kekuatan sosial yang dimilikinya, yaitu sumberdaya manusia yang didalamnya termasuk dinamika sosial dan ekonomi. Sumberdaya ini merupakan tujuan investasi bagi investor yang akan melakukan usahanya dengan pola membangun. Dimana umumnya pola seperti ini akan membutuhkan ruang yang cukup luas (proporsional), untuk mengimport paket produksi dari luar Kabupaten Naskah Akademik - RUPM Kabupaten Pandeglang8-3

Pandeglang. Investasi dengan pendekatan seperti ini berpotensi tidak akan bermanfaat signifikan bagi Kabupaten Pandeglang sebab memiliki potensi enclave dan backwash effect. Sehingga jika Kabupaten Pandeglang ingin melakukan investasi dengan pendekatan seperti ini, maka harus melalukan beberapa strategi seperti penyiapan sumberdaya manusia berikut dengan teknologinya. Berdasarkan aspek supply, dapat diketahui bahwa ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah Kabupaten Pandeglang, yaitu; a) Ketersediaan lahan untuk investasi yang cukup luas, artinya regulasi (penertiban pemanfaatan ruang) dan mekanisme pasarlah yang akan menentukan pemanfaatnya, b) Supply sumberdaya manusia dapat memicu terjadinya enclave sosial dan berpotensi menimbulkan konflik sosial dengan masyarakat sekitar aktivitas investasi. c) Clonning teknologi dapat memicu terjadinya backwash effect dan ekonomi biaya tinggi, yang pada akhirnya akan membuat nilai produk industri Kabupaten Pandeglang tidak kompetitif di pasar lokal, regional, nasional, maupun global. Aspek Service Area Dalam hal ini Kabupaten Pandeglang akan dilihat dari aspek geostrategis yang dimilikinya, yaitu sumberdaya alam (fixed resources) yang dimilikinya. Sumberdaya alam seperti ini dapat berupa DAS, Gunung, Air dan lokasi. Sumberdaya ini merupakan tujuan investasi bagi investor yang akan melakukan usahanya dengan pola memanfaatkan peluang dan potensi yang belum terfasilitasi. Umumnya pola investasi seperti ini tidak membutuhkan ruang yang cukup luas (proporsional) dan bahkan tidak membutuhkan sumberdaya alam yang eksploratif. Investasi dengan pendekatan seperti cukup bermanfaat bagi Kabupaten Pandeglang yang berupaya untuk melindungi dan mengoptimalkan nilai tambah basis sumberdaya alamnya. Sehingga jika Kabupaten Pandeglang ingin melakukan investasi dengan pendekatan seperti ini, maka harus melalukan beberapa strategi seperti penyiapan sumberdaya manusia berikut dengan teknologinya. Berdasarkan aspek service area, dapat diketahui bahwa ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah Kabupaten Pandeglang, yaitu; a) Investasi seperti ini sangat potensial ditempat di Kabupaten Pandeglang, mengingat tidak membutuhkan ruang yang besar dan tidak membutuhkan sumberdaya eksploratif. Naskah Akademik - RUPM Kabupaten Pandeglang8-4

b) Investasi seperti ini cenderung tidak mega investasi namun memiliki potensi kapasitas transaksi yang cukup besar, sehingga perlu di mitigasi dengan kebijakan yang aplikatif, c) Investasi seperti ini sangat potensial untuk menimbulkan backwas effect, sehingga perlu didukung regulasi untuk meminimalisasi dampaknya Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dipertimbangkan pilihan model investasi yang terbaik untuk dinamika perekonomian Kabupaten Pandeglang secara komprehensif. Kemudian pilihan model investasi tersebut, di korelasikan dengan 7 (tujuh) arah kebijakan penanaman modal nasional, provinsi, dan Kabupaten Pandeglang. Berikut adalah mitigasi faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan internal (kekuatan dan kelemahan) di setiap arah kebijakan penanaman modal RUPM Kabupaten Pandeglang tahun 2016-2036. Dalam rangka terbangunnya keterpaduan dan konsistensi arah perencanaan penanaman modal, maka RUPM Kabupaten Pandeglang ini sudah mensinergikan antara arah kebijakan RUPM Nasional dan RUPM Provinsi, dalam bentuk 7 (tujuh) arah kebijakan penanaman modal sebagaimana tertuang dalam Perpres Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana Umum Penanaman Modal, yaitu: 1) Perbaikan Iklim Penanaman Modal, 2) Persebaran Penanaman Modal, 3) Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi, 4) Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (Green Investment), 5) Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK), 6) Pemberian Fasilitas, Kemudahan dan/atau Insentif Penanaman Modal, dan 7) Promosi Penanaman Modal. Naskah Akademik - RUPM Kabupaten Pandeglang8-5