I. BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun.

CH 3 -O-CH 3. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis. Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M.

diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar minyak yang ketersediaannya semakin

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

Dalam pemilihan kapasitas rancangan pabrik DME memerlukan beberapa pertimbangan yang harus dilakukan, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan energi merupakan persoalan yang terus berkembang di

PRARANCANGAN PABRIK DIMETIL ETER DARI METANOL KAPASITAS TON/TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

Prarancangan Pabrik Metanol dari Low Rank Coal Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol Dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan I- 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sementara produksi energi khususnya bahan bakar minyak yang berasal dari

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

PRARENCANA PABRIK PRARENCANA PABRIK DIMETHYL ETHER (DME) DARI GAS ALAM DENGAN PROSES SINTESA LANGSUNG KAPASITAS TON/TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kegiatan perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan potensial/ Potential Reserve. Cadangan Terbukti/ Proven Reserve. Tahun/ Year. Total

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

2.1 MANUSIA DAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

Prarancangan Pabrik Asam Asetat dengan Proses Monsanto Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Produksi gasbio menggunakan Limbah Sayuran

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

BAB I PENDAHULUAN. Produksi Konsumsi Ekspor Impor Gambar 1.1 Grafik konsumsi dan produksi minyak di Indonesia (Kementrian ESDM, 2011) 1

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia karena hampir semua aktivitas kehidupan manusia sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. adalah tricresyl phosphate yang merupakan senyawa organik ( ester) dengan

Prarancangan Pabrik Gasoline dari Metanol dengan Fixed Bed MTG Process dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berusaha mendapatkan pemenuhan kebutuhan primer maupun sekundernya. Sumber

BAB I PENDAHULUAN. banyak mengimpor bahan baku atau produk industri kimia dari luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA PERBANDINGAN EMISI GAS BUANG BAHAN BAKAR LGV DENGAN PREMIUM PADA DAIHATSU GRAND MAX STANDAR

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat selama

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

Gasifikasi - Pirolisis Pembakaran

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. tahun 2010 hanya naik pada kisaran bph. Artinya terdapat angka

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi akan semakin meningkat bersamaan dengan. perkembangan teknologi dan pertumbuhan penduduk. Saat ini sebagian besar

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dengan semakin banyaknya pengguna kendaraan sebagai sarana transportasi,

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Perkloroetilen dari Propana dan Klorin Kapasitas ton/tahun BAB I

GAS ALAM. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Kimia Dalam Kehidupan Sehari_Hari Yang dibina oleh Bapak Muntholib S.Pd., M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. Amar Ma ruf D

BAB II PERANCANGAN PRODUK. : Sebagai bahan baku pembuatan ammonia, plastik,

Prarancangan Pabrik Metil Akrilat Dari Metanol Dan Asam Akrilat Dengan Proses Esterifikasi Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia yang terjadi

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

I. PENDAHULUAN. mengimpor minyak dari Timur Tengah (Antara News, 2011). Hal ini. mengakibatkan krisis energi yang sangat hebat.

BAB I PENDAHULUAN LAPORAN TESIS BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4.1. Perbandingan Kuantitas Produk Bio-oil, Gas dan Arang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Hampir setiap manusia memerlukan bahan. Sekarang ini masih banyak digunakan bakan bakar fosil atau bahan

Prarancangan pabrik isopropil asetat dari asam asetat dan propilen kapasitas ton / tahun

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN I-1

PT. SUKSES SEJAHTERA ENERGI

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau

TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS TON PER TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

I. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Energi merupakan sektor yang sangat penting dalam menunjang berbagai aspek di bidang ekonomi dan sosial. Seringkali energi digunakan sebagai tolok ukur kesejahteraan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara yang masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, terutama minyak bumi, tidak pernah lepas dari krisis energi. Hal ini tentunya dapat menimbulkan ancaman serius bagi kestabilan ekonomi dan sosial di Indonesia. Berbagai kebijakan telah dikeluarkan pemerintah dalam rangka memerangi krisis energi. Mulai dari konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) untuk keperluan rumah tangga pada tahun 2007, menaikkan harga bahan bakar minyak untuk menekan penggunaan yang berlebihan, hingga konversi BBM ke BBG untuk kendaraan bermotor yang baru-baru ini diuji-cobakan. Meskipun demikian, kebijakan-kebijakan tersebut dinilai masih kurang mampu menanggulangi krisis energi di Indonesia. Sebaliknya kebijakan-kebijakan tersebut menimbulkan permasalahan baru terkait krisis energi. Sebagaimana yang dilansir oleh Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), negara kita yang sebelumnya lebih banyak mengekspor daripada mengimpor LPG, sejak 2010 harus mengimpor LPG hingga hampir dua kali lipat dari tahun 2009 untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan industri, serta tidak mampu lagi mengekspor LPG [1]. Solusi untuk permasalahan ini sebenarnya sangatlah sederhana, yaitu dengan melakukan diversifikasi energi seperti yang tertuang dalam Peraturan Presiden RI Nomor 05 Tahun 2006 mengenai diversifikasi energi dengan mengembangkan energi alternatif. Sudah banyak wacana dan inovasi mengenai energi alternatif yang sekiranya bisa menggantikan bahan bakar seperti minyak bumi dan LPG. Namun masih belum ada realisasi yang pasti mengenai hal ini. Beberapa tahun terakhir ini, pemerintah mulai serius untuk merealisasikan energi alternatif pengganti LPG, yaitu Dimethyl Ether (DME). DME sudah banyak digunakan di negara-negara maju sebagai energi alternatif. Salah satunya adalah I-1

Jepang, di mana pertama kali pabrik DME didirikan pada tahun 2002 untuk menganggulangi krisis energi di Jepang. Mengikuti jejak diversifikasi energi yang dilakukan oleh negara-negara maju, Pertamina yang bekerja sama dengan PT Arrtue Mega Energie mendirikan pabrik DME di Cilegon, Banten dan Eretan, Jawa Barat yang beroperasi sejak 2012. Pertimbangan pemilihan DME sebagai energi alternatif pengganti LPG didasarkan pada sifat DME yang mirip dengan LPG. Gas yang seringkali digunakan sebagai propelan pengganti gas CFC pada aerosol ini ternyata lebih ramah lingkungan karena gas emisi yang dihasilkan (CO, CO2 dan NOX) lebih sedikit daripada LPG. DME juga memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermesin diesel karena memiliki bilangan cetane lebih tinggi (55 60) dibandingkan dengan solar yang hanya 40-55. Sifatnya yang tidak korosif dan mudah ditekan menjadikan DME sebagai bahan bakar yang ekonomis dari segi pengemasan. DME juga merupakan sumber energi yang terbarukan. Sintesanya tidak terbatas hanya dari gas alam, tetapi bisa juga dari metanol dan berbagai macam biomassa [2-4]. Keunggulan-keunggulan ini menjadikan DME sebagai energi alternatif yang sangat cocok untuk dimanfaatkan dan dikembangkan di Indonesia. Sejauh ini penggunaan DME masih sebatas sebagai campuran pada LPG. Penggunaan DME sepenuhnya membutuhkan modifikasi pada instrumentasi untuk penerapan sehari-hari yang tentunya tidak mudah dilakukan secara massal [2, 3]. Selain itu, produksi DME dalam negeri yang masih belum mampu mengcover kebutuhkan BBG, membuat DME masih belum bisa menggantikan LPG sepenuhnya. Hal inilah yang mendasari pendirian pabrik DME di Bontang, Kalimantan Timur. I.2. Sifat Sifat Bahan Baku dan Produk a. Metana Bahan baku utama yang digunakan untuk pembuatan DME adalah metana yang diperoleh dari gas alam. Pemilihan gas alam sebagai bahan baku didasari oleh proses pengolahannya yang mudah dan sederhana sehingga tidak membutuhkan banyak peralatan. Gas alam terdiri dari berbagai macam hidrokarbon seperti metana, etana, propana dan butana, serta gas-gas seperti nitrogen dan karbon dioksida, dengan kandungan metana yang terbesar yaitu mencapai 90%. Struktur dan karakteristik metana disajikan pada Gambar I.1 dan Tabel I.1. I-2

Gambar I. 1. Struktur molekul metana Tabel I. 1. Karakteristik metana [5] Rumus Molekul Karakteristik Keterangan CH4 Bentuk Fisik Berat molekul (g/gmol) Densitas (g/ml) Titik lebur ( o C) Titik didih ( o C) Gas, flammable, tidak berwarna, tidak berbau. 16,04 0,00067 (21,1 o C, 1 atm) -182,6-161,4 b. Synthesis Gas (syngas) Synthesis gas (syngas) merupakan sebutan untuk campuran gas karbon monoksida (CO) dan hidrogen (H2), serta sedikit kandungan karbon dioksida (CO2). Syngas dapat dikonversi dari berbagai sumber seperti gas alam, batubara dan berbagai macam biomassa yang mengandung senyawa hidrokarbon. Dalam aplikasinya di dunia industri syngas seringkali digunakan sebagai bahan baku untuk sintesa amonia dan metanol. 1. Karbon Monoksida (CO) Struktur molekul karbon moniksida dan karakteristik molekulnya disajikan pada Gambar I.2. dan Tabel I.2. Gambar I. 2. Struktur molekul karbon monoksida Tabel I. 2. Karakteristik karbon monoksida [5] Rumus Molekul Karakteristik Keterangan CO Bentuk Fisik Berat molekul (g/gmol) Densitas (g/ml) Titik lebur ( o C) Titik didih ( o C) Solubilitas dalam air (v/v) Gas, tidak berwarna, tidak berbau, beracun 28,01 0,968(pada 20 o C, 1 atm) -207-192 0,035 (pada 0 o C, 1 atm) I-3

2. Hidrogen (H2) Struktur molekul hidrogen dan karakteristik molekulnya disajikan pada Gambar I.3. dan Tabel I.3. Gambar I. 3. Struktur molekul hidrogen Tabel I. 3. Karakteristik hidrogen [5] Rumus Molekul Karakteristik Keterangan Bentuk Fisik H2 Berat molekul (g/gmol) Densitas (g/ml) Titik lebur ( o C) Titik didih ( o C) Solubilitas dalam air (v/v) Gas, tidak berwarna dan berbau 2,02 0,06948 (pada 20 o C, 1 atm) -259,1-252,7 0,021 (pada 0 o C, 1 atm) c. Dimethyl Ether (DME) DME merupakan gas yang tidak berwarna pada kondisi lingkungan dan mudah dicairkan pada tekanan yang relatif rendah.. Karakteristik fisik dan kimia DME yang sangat mirip dengan LPG membuatnya potensial untuk dikembangkan sebagai energi alternatif pengganti LPG. DME juga unggul sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan karena emisi gas beracun yang dihasilkannya jauh lebih rendah dari LPG serta tidak menimbulkan jelaga. Penggunaan DME sebagai sumber energi alternatif telah diterapkan dan dikembangkan diberbagai negara seperti Jepang, China, Mesir, India, Korea,Uzbekistan dan Vietnam [3, 4]. Struktur molekul DME dan karakteristik molekulnya disajikan pada Gambar I.4. dan Tabel I.4. Gambar I. 4. Struktur molekul DME I-4

Tabel I. 4. Karakteristik DME [5] Rumus Molekul Karakteristik Keterangan C2H6O Bentuk Fisik Berat molekul (g/gmol) Densitas (g/ml) Titik didih ( o C) Titik beku ( o C) Tidak berwarna 46,07 0,670-25,1-138,5 I.3. Kegunaan dan Keunggulan Produk Seperti yang dilansir oleh International DME Association (IDA) Fact Sheet No.1 tahun 2010, berikut ini adalah berbagai keunggulan DME jika dibandingkan dengan LPG, a. DME memiliki sifat yang hampir sama dengan LPG Tabel I. 5. Perbandingan sifat kimia antara DME dan LPG [3] Sifat Kimia Satuan DME LPG Tekanan Uap kpa 530 520 Densitas cairan kg/m 3 667 540 Kalor MJ/kg 28,8 46 Bottel Fill % 85 80 Mass/Bottle Unit Vol kg/m 3 567 432 Energy/Bottle Unit Vol GJ/m 3 16,3 19,9 b. DME lebih ekonomis Harga DME relatif stabil karena tidak terpengaruh oleh inflasi harga minyak dunia, maupun kenaikan harga propana dan butana. DME dapat disintesa dari berbagai macam bahan baku seperti gas alam, batubara, metanol dan berbagai macam biomassa seperti sampah organik dan limbah pertanian. Hal ini tentunya mampu mengurangi ketergantungan energi dari impor minyak dan LPG. Proses sintesanya yang mudah (hanya terdiri dari dua tahap utama untuk sintesa langsung) sehingga tidak membutuhkan modal yang terlalu besar untuk penyediaan infrastruktur. Sifat DME yang tidak korosif dan mudah ditekan membuat pengemasannya lebih sederhana. c. DME lebih ramah lingkungan I-5

Gas emisi yang dihasilkan dari pembakaran campuran DME-LPG menunjukkan adanya penurunan emisi CO2 sebesar 30 80%, penurunan emisi NOX sebesar 5 15%, serta penurunan emisi CO dan HC jika dibandingkan dengan pembakaran LPG tanpa campuran DME. Hal ini tentunya dapat mengurangi kerusakan ozon lebih lanjut yng disebabkan oleh emisi NOX dan CO, serta mengurangi pemanasan global yang diakibatkan oleh gas CO2. d. DME lebih aman dan stabil Pengujian terhadap DME dan LPG pada kondisi penyimpanan normal membuktikan bahwa DME lebih stabil daripada LPG. Kemudahan DME untuk ditekan juga sangat memudahkan proses distribusi. I.4. Ketersediaan Bahan Baku dan Analisis Pasar Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan DME adalah gas alam yang berasal dari Bontang, Kalimantan Timur. Cadangan gas alam yang tersedia di Bontang mencapai 16,65 Trillions Square Cubic Feet (TSCF) yang membuatnya mendapat predikat sebagai cadangan gas alam terbesar ketiga di Indonesia setelah Laut Natuna dan Teluk Bintuni, Papua Barat, sesuai dengan data yang dilansir oleh Ditjen MIGAS pada 2012. Peta cadangan gas alam di Indonesia disajikan pada Gambar I.5. I-6

Gambar I. 5. Cadangan gas alam Indonesia [6] Komposisi gas alam Bontang tersaji pada Tabel I.6, Tabel I. 6. Komposisi gas alam bontang [7] Komponen % Metana 89,71 Etana 5,43 Propana 2,97 Butana 1,39 Nitrogen 0,50 CO2 0,00 Penentuan kapasitas produksi didasarkan pada kebutuhan LPG pada saat pabrik akan mulai beroperasi, yaitu pada tahun 2019. Tabel I.7 berikut ini menyajikan data suplai LPG dari tahun 2000 hingga 2012 seperti dilansir dalam Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2013 yang dipublikasikan oleh Kementrian ESDM, I-7

Tabel I. 7. Suplai LPG 2000 2012 [1] Tahun Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Impor (Ton) Kebutuhan (Ton) 2000 2.087.669 1.253.197 0 834.472 2001 2.187.677 1.423.928 0 763.749 2002 2.110.682 1.217.410 0 893.272 2003 1.927.318 1.033.672 111.178 1.004.824 2004 2.026.935 981.780 32.994 1.078.149 2005 1.827.814 1.015.366 22.166 834.614 2006 1.428.490 289.698 68.997 1.207.789 2007 1.409.430 268.511 137.760 1.278.679 2008 1.690.766 100.500 418.139 2.008.405 2009 2.125.218 88.463 917.171 2.953.926 2010 2.478.371 0 1.621.959 4.100.330 2011 2.285.439 0 1.991.774 4.277.213 2012 2.492.609 0 2.573.670 5.066.279 Dari data tersebut diperoleh grafik Kebutuhan LPG 2000 2012 pada Gambar I.6. Gambar I. 6. Kebutuhan LPG 2000-2012 Dengan melakukan regresi pada grafik tersebut diperoleh persamaan untuk menentukan kebutuhan LPG pada tahun 2019 sebagai berikut, Kebutuhan LPG = 50057*19 2 349482*19 + 1000000 = 12.430.419 ton Campuran DME pada LPG yang diterapkan = 20:80 Kebutuhan DME = 20% Kebutuhan LPG = 20% 12.430.419 ton = 2.486.084 ton I-8

Kebutuhan DME di atas sekiranya sudah dipenuhi sebagian oleh pabrik DME di Indonesia yang telah berdiri pada 2019. Berikut ini adalah daftar pabrik-pabrik DME di Indonesia [2]. 1. PT. Bumi Tangerang Gas Industri di Tangerang memproduksi DME berbahan baku metanol dengan kapasitas 3000 ton/tahun 2. Pertamina dan PT. Arrtue Mega Energie di Cilegon, Banten dan Eretan, Jawa Barat memproduksi DME berbahan baku metanol dari batubara low-grade dengan kapasitas 840.000 ton/tahun 3. Ferrostaal AG (perusahaan Jerman) berencana membangun pabrik DME berbahan baku LNG dari Tangguh LNG di Papua Barat dengan kapasitas 200.000 ton/tahun. Pabrik ini akan beroperasi pada 2016. Dari data di atas dapat diperkirakan kebutuhan DME yang sudah dipenuhi pada 2019 sebesar 1.043.000 ton. Kebutuhan yang belum terpenuhi adalah sebesar 1.443.084 ton. Maka dari itu pabrik kami akan memenuhi 0,5% dari kebutuhan DME yang belum tercover sebesar 7.215,42 ton 7.200 ton/tahun. I-9