Muhammad Evri. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

dokumen-dokumen yang mirip
LINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

F1.82 KAJIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAN OPTIMASI INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI INDONESIA SEBAGAI SUMBER ENERGI TERBARUKAN YANG BERKELANJUTAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri.

BAB 1. PENDAHULUAN. peningkatan pesat setiap tahunnya, pada tahun 1967 produksi Crude Palm Oil

1 UNIVERSITAS INDONESIA Rancangan strategi..., R. Agung Wijono, FT UI, 2010.

Harga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

Gambar 1.1. Perkembangan Konsumsi Minyak Nabati Dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lembar Fakta Kurva Biaya Pengurangan Emisi GRK (Gas Rumah Kaca) Indonesia

[ BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI 2012

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KAJIAN TEKNOLOGI UNGGULAN KELAPA SAWIT BERBASIS OUTCOME BASED EVALUATION DI KALIMANTAN

PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. TANYA JAWAB PUBLIC EXPOSE Senin, 14 Mei Bagaimana target produksi dan penjualan Perseroan pada tahun 2018?

PIDATO UTAMA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

Optimalisasi Pemanfaatan Biodiesel untuk Sektor Transportasi- OEI 2013

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Disamping itu ada pula para ahli yang berpendapat bahwa kelapa sawit terbentuk pada saat

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perkebunan memegang peranan penting dalam meningkatkan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2012, sumbangan sektor

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Gambar 1 Produksi dan ekspor CPO tahun 2011 (Malaysian Palm Oil Board (MPOB))

PENDAHULUAN. ini pertumbuhannya sangat signifikan. Sejak tahun 2006 indonesia telah. Tabel 1.1 Volume dan Nilai Expor Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Persyaratan ISPO Untuk Bahan Baku Energi Terbarukan (Bioenergi)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. sangat diunggulkan, baik di pasar dalam negeri maupun di pasar ekspor. Kelapa

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC)

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

2012, No BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL)

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

BAB I PENDAHULUAN. pada 2020 dan berdasarkan data forecasting World Bank diperlukan lahan seluas

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Namun demikian cadangan BBM tersebut dari waktu ke waktu menurun. semakin hari cadangan semakin menipis (Yunizurwan, 2007).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Biomassa dan Karbon Biomassa Atas Permukaan di Kebun Panai Jaya, PTPN IV Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekitar 60 Pg karbon mengalir antara ekosistem daratan dan atmosfir setiap

PRODUKTIVITAS SUMBER PERTUMBUHAN MINYAK SAWIT YANG BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

Disampaikan pada Annual Forum EEP Indonesia 2012 di Provinsi Riau Pekanbaru, Oktober 2012

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

Workshop Low Carbon City

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae).

Tinjauan Pasar Minyak Goreng

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

Rancangan Umum Pengembangan Bioenergi Berbasis Kehutanan : Sebuah Inisiasi

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN LIMBAH SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DI PROVINSI JAMBI DR. EVI FRIMAWATY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Governance (2006) untuk mewujudkan tata kelola yang baik, perusahaan harus

M.Ikhlas Khasana ( ) Mengetahui berbagai dampak kebijakan persawitan nasional saat ini. Pendahuluan. ekspor. produksi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Muhammad Evri Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dipresentasikan pada Workshop Evaluasi Program Insentif PKPP-RISTEK, 3 Oktober 2012

Terjadi peningkatan kebutuhan domestik (4.5 5 juta ton) dan ekspor CPO (Crude Palm Oil) dari tahun-ketahun (15 Juta ton). Implikasinya adalah terjadinya konversi kawasan hutan : 200 300 ribu ha/tahun (deforestasi, lahan gambut) Dalam dokumen MP3EI, koridor ekonomi 1 (Sumatera) menjadikan industri kelapa sawit sebagai andalan pertumbuhan ekonomi dengan ditetapkannya PTPN III unit Sei Mangke (Sumatera Utara) sebagai sentra hilirisasi Industri Kelapa Sawit. Ekspor CPO ke Eropa dan USA terganjal isu lingkungan terkait tuduhan sebagai sumber pelepasan (emisi) karbon ke atmosfir (proses penanaman dan proses industri). Uni Eropa dan USA melalui EU dan US directive mensyaratkan CPO yang diekspor ke negara-negara Eropa dan USA untuk bahan bakar nabati (biofuel) harus bisa saving karbon sebesar 35% bila dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar fosil. Diperlukan kajian kuantitatif carbon footprint (CF) untuk mendapatkan basis data dan hasil perhitungan CF sebagai bahan argumentasi dan negosiasi

Karbon adalah jumlah total dari dampak oleh seseorang, organisasi, atau produk ekologi sebagai jumlah karbon dioksida (CO 2 ) atau setara gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer. Carbon Footprint (jejak karbon) merupakan gambaran secara umum dari keseluruhan dampak emisi Gas Rumah Kaca, tidak hanya CO 2 dari proses produksi tetapi termasuk siklus pemakaian produknya. Pelepasan CO 2 mulai dari penggunaan lahan, penggunaan bahan bakar untuk transportasi bahkan konsumsi listrik seharihari. Pelacakan jejak karbon dapat dilakukan pada level : spesifik produk, manufaktur, perusahaan dan sektor usaha

Tujuan Membangun sistem penjejak karbon (carbon footprint) industri kelapa sawit, yang teremisikan dari beberapa proses (konversi lahan, budidaya/manufaktur, transportasi,/bangunan/fasum, penggunaan produk yang dihasilkan, energi yang dibeli/sewa, energi dari penggunaan produk yang dihasilkan, emisi yang dihindari Outcome Software penjejak karbon (carbon footprint) yang teremisikan melalui (a) konversi tutupan vegetasi sebelum ditanam kelapa sawit, (b) proses pemupukan, (c) transportasi pengangkutan kelapa sawit ke pabrik pengolahan, (d) proses pengolahan sawit menjadi CPO dan kernel (fosil fuel pabrik), (e) emisi dari proses combustion (pembakaran), (f) emisi dari limbah, (g) transportasi CPO ke user (fosil fuel)

C fp = e l + e ec + e p + e td + e u e sca e ccs e ccr - e es C fp : adalah Carbon foot print atau total emisi dari penggunaan CPO untuk bahan bakar nabati (biofuel) A = Emisi konversi lahan e l : emisi karbon dari perubahan cadangan karbon karena konversi lahan B = Emisi pengelolaan perkebunan e ec : emisi dari ekstraksi atau kultivasi bahan mentah e sca : simpanan emisi dari akumulasi karbon tanah melalui peningkatan pengelolaan pertanian C = Emisi Pemrosesan Pasca Panen e p : emisi dari pemrosesan e td : emisi dari transport dan distribusi e u : emisi dari bahan bakar yang digunakan e ccs : simpanan emisi dari penangkapan karbon dan simpanan geologi e ccr : simpanan emisi dari penangkapan karbon dan perpindahan, dan e ee : simpanan emisi dari excess electricity from cogeneration

Sinergi Koordinasi Mengadakan serial diskusi dan koordinasi dengan mitra PTPN III dan juga universitas (Tarumanagara, USU) untuk mengetahui ketersediaan parameter dan data sekunder terkait dengan carbon debt dan perancangan metodologi, serta perhitungan Mengadakan serial diskusi dengan Dewan Minyak Sawit Nasional (DMSI), Komisi Minyak Sawit Nasional (KMSI) dan Gabungan Pengusaha Perkebunan Indonesia (GPPI) terkait dengan situasi bisnis CPO Indonesia dan model carbon footprint dari sisi transportasi dari produsen sampai konsumen Indikator Keberhasilan Terbangunnya kerjasama dengan institusi lain untuk menginisiasi peningkatan performa produk yang sudah dibangun dengan sentuhan metode dan teknologi yang lebih baik (improved) Terbangunnya metode (teknik) pemutakhiran produk yang ada untuk dilanjutkan pada periode berikutnya Memberikan rekomendasi signifikansi pemanfaatan sistem ini (carbon footprint) untuk diaplikasikan pada industri kelapa sawit untuk advokasi teknologi terhadap peningkatan ekspor

Kerangka dan strategi pemanfaatan Hasil rancangan dalam perangkat lunak sistem penjejakan karbon (carbon footprint) akan disosialisasikan kepada stakeholder (pemerintah, pelaku usaha, akademis) melalui forum pertemuan, diskusi, pelatihan dan seminar untuk digunakan dalam advokasi terhadap kelapa sawit Indonesia terhadap isu lingkungan dan emisi karbon Hasil Rancangan sistem penjejakan karbon (Carbon Footprint) berupa software ini dapat digunakan sebagai referensi bagi industri kelapa sawit nasional yang terkait dengan usaha pengurangan karbon dan pemanfaatan biofuel sebagai produk dari CPO (Kelapa Sawit) Indikator keberhasilan pemanfaatan Digunakannya perangkat lunak ini secara nasional dalam tataran implementasi (industri kelapa sawit) Publikasi (ilmiah, populer ilmiah)

Kegiatan tahun ini (pertama) merupakan porsi dari kegiatan komprehensif dari kajian Carbon Footprint, dengan mengasilkan suatu sistem berupa produk software untuk memudahkan perhitungan dan analisis terkait penjejakan karbon dalam skala industri Ke depan, bersama dengan mitra (institusi) akan meningkatkan kemampuan produk tersebut dengan mengintegrasikan informasi secara otomatis untuk mendapatkan nilai net emisi karbon dalam skala industri (hutang atau saving karbon)

Palm Oil Conference Palm Oil Conference Survey lapang, Sei Mangkei Palm Oil Conference PKS Sei Mangkei Poster Instiper Yogyakarta