Muhammad Evri Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dipresentasikan pada Workshop Evaluasi Program Insentif PKPP-RISTEK, 3 Oktober 2012
Terjadi peningkatan kebutuhan domestik (4.5 5 juta ton) dan ekspor CPO (Crude Palm Oil) dari tahun-ketahun (15 Juta ton). Implikasinya adalah terjadinya konversi kawasan hutan : 200 300 ribu ha/tahun (deforestasi, lahan gambut) Dalam dokumen MP3EI, koridor ekonomi 1 (Sumatera) menjadikan industri kelapa sawit sebagai andalan pertumbuhan ekonomi dengan ditetapkannya PTPN III unit Sei Mangke (Sumatera Utara) sebagai sentra hilirisasi Industri Kelapa Sawit. Ekspor CPO ke Eropa dan USA terganjal isu lingkungan terkait tuduhan sebagai sumber pelepasan (emisi) karbon ke atmosfir (proses penanaman dan proses industri). Uni Eropa dan USA melalui EU dan US directive mensyaratkan CPO yang diekspor ke negara-negara Eropa dan USA untuk bahan bakar nabati (biofuel) harus bisa saving karbon sebesar 35% bila dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar fosil. Diperlukan kajian kuantitatif carbon footprint (CF) untuk mendapatkan basis data dan hasil perhitungan CF sebagai bahan argumentasi dan negosiasi
Karbon adalah jumlah total dari dampak oleh seseorang, organisasi, atau produk ekologi sebagai jumlah karbon dioksida (CO 2 ) atau setara gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer. Carbon Footprint (jejak karbon) merupakan gambaran secara umum dari keseluruhan dampak emisi Gas Rumah Kaca, tidak hanya CO 2 dari proses produksi tetapi termasuk siklus pemakaian produknya. Pelepasan CO 2 mulai dari penggunaan lahan, penggunaan bahan bakar untuk transportasi bahkan konsumsi listrik seharihari. Pelacakan jejak karbon dapat dilakukan pada level : spesifik produk, manufaktur, perusahaan dan sektor usaha
Tujuan Membangun sistem penjejak karbon (carbon footprint) industri kelapa sawit, yang teremisikan dari beberapa proses (konversi lahan, budidaya/manufaktur, transportasi,/bangunan/fasum, penggunaan produk yang dihasilkan, energi yang dibeli/sewa, energi dari penggunaan produk yang dihasilkan, emisi yang dihindari Outcome Software penjejak karbon (carbon footprint) yang teremisikan melalui (a) konversi tutupan vegetasi sebelum ditanam kelapa sawit, (b) proses pemupukan, (c) transportasi pengangkutan kelapa sawit ke pabrik pengolahan, (d) proses pengolahan sawit menjadi CPO dan kernel (fosil fuel pabrik), (e) emisi dari proses combustion (pembakaran), (f) emisi dari limbah, (g) transportasi CPO ke user (fosil fuel)
C fp = e l + e ec + e p + e td + e u e sca e ccs e ccr - e es C fp : adalah Carbon foot print atau total emisi dari penggunaan CPO untuk bahan bakar nabati (biofuel) A = Emisi konversi lahan e l : emisi karbon dari perubahan cadangan karbon karena konversi lahan B = Emisi pengelolaan perkebunan e ec : emisi dari ekstraksi atau kultivasi bahan mentah e sca : simpanan emisi dari akumulasi karbon tanah melalui peningkatan pengelolaan pertanian C = Emisi Pemrosesan Pasca Panen e p : emisi dari pemrosesan e td : emisi dari transport dan distribusi e u : emisi dari bahan bakar yang digunakan e ccs : simpanan emisi dari penangkapan karbon dan simpanan geologi e ccr : simpanan emisi dari penangkapan karbon dan perpindahan, dan e ee : simpanan emisi dari excess electricity from cogeneration
Sinergi Koordinasi Mengadakan serial diskusi dan koordinasi dengan mitra PTPN III dan juga universitas (Tarumanagara, USU) untuk mengetahui ketersediaan parameter dan data sekunder terkait dengan carbon debt dan perancangan metodologi, serta perhitungan Mengadakan serial diskusi dengan Dewan Minyak Sawit Nasional (DMSI), Komisi Minyak Sawit Nasional (KMSI) dan Gabungan Pengusaha Perkebunan Indonesia (GPPI) terkait dengan situasi bisnis CPO Indonesia dan model carbon footprint dari sisi transportasi dari produsen sampai konsumen Indikator Keberhasilan Terbangunnya kerjasama dengan institusi lain untuk menginisiasi peningkatan performa produk yang sudah dibangun dengan sentuhan metode dan teknologi yang lebih baik (improved) Terbangunnya metode (teknik) pemutakhiran produk yang ada untuk dilanjutkan pada periode berikutnya Memberikan rekomendasi signifikansi pemanfaatan sistem ini (carbon footprint) untuk diaplikasikan pada industri kelapa sawit untuk advokasi teknologi terhadap peningkatan ekspor
Kerangka dan strategi pemanfaatan Hasil rancangan dalam perangkat lunak sistem penjejakan karbon (carbon footprint) akan disosialisasikan kepada stakeholder (pemerintah, pelaku usaha, akademis) melalui forum pertemuan, diskusi, pelatihan dan seminar untuk digunakan dalam advokasi terhadap kelapa sawit Indonesia terhadap isu lingkungan dan emisi karbon Hasil Rancangan sistem penjejakan karbon (Carbon Footprint) berupa software ini dapat digunakan sebagai referensi bagi industri kelapa sawit nasional yang terkait dengan usaha pengurangan karbon dan pemanfaatan biofuel sebagai produk dari CPO (Kelapa Sawit) Indikator keberhasilan pemanfaatan Digunakannya perangkat lunak ini secara nasional dalam tataran implementasi (industri kelapa sawit) Publikasi (ilmiah, populer ilmiah)
Kegiatan tahun ini (pertama) merupakan porsi dari kegiatan komprehensif dari kajian Carbon Footprint, dengan mengasilkan suatu sistem berupa produk software untuk memudahkan perhitungan dan analisis terkait penjejakan karbon dalam skala industri Ke depan, bersama dengan mitra (institusi) akan meningkatkan kemampuan produk tersebut dengan mengintegrasikan informasi secara otomatis untuk mendapatkan nilai net emisi karbon dalam skala industri (hutang atau saving karbon)
Palm Oil Conference Palm Oil Conference Survey lapang, Sei Mangkei Palm Oil Conference PKS Sei Mangkei Poster Instiper Yogyakarta