BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan didirikan dan dikelola untuk menghasilkan sesuatu atau sekelompok produk baik berupa barang maupun jasa. Produk itu dipasarkan dan dijual kepada pihak lain, baik individu, kelompok, atau organisasi yang memerlukan produk itu untuk memenuhi sebagian kebutuhannya. Produsen sebagai penghasil suatu produk, menjual hasil produk perusahaan dan menggunakan uang yang diterimanya untuk membeli bahan mentah atau bahan baku serta peralatan produksi untuk meningkatkan produksinya dan menjualnya dengan marjin keuntungan tertentu. Keuntungan yang diraih menjadikan perusahaan mencapai kemajuan yang didambakannya dalam dunia bisnis antara lain: (a) pembayaran dividen kepada para pemodal dan pemilik saham, (b) pemberian imbalan yang adil dan wajar kepada para karyawan perusahaan, (c) pemenuhan berbagai kewajiban sosialnya kepada masyarakat di lingkungan mana perusahaan beroperasi, (d) pembayaran pajak perusahaan kepada pemerintah, dan (e) melakukan investasi baru dan mengambil keputusan yang ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan perusahaan dimasa depan. Kemajuan zaman juga telah membawa masalah-masalah dan kesempatan-kesempatan baru yang kemudian menjadi sebab menariknya pengetahuan pemasaran bagi individu-individu, perusahaan-perusahaan, dan lembaga-lembaga. Kegiatan pemasaran pun berkembang dari kegiatan distribusi dan penjualan menjadi suatu falsafah untuk menghubungkan tiap
unit-unit produksi dengan pasarnya. Perusahaan-perusahaan besar dan kecil dimana-mana mulai memahami perbedaan antara penjualan dan pemasaran. Dapat dinyatakan secara aksiomatik bahwa manajemen pemasaran dan penjualan merupakan salah satu bidang fungsional yang perannya sangat strategik dalam kehidupan suatu perusahaan, bukan hanya dalam arti kemampuan mempertahankan eksistensi perusahaan bila dikaitkan dengan situasi persaingan yang dihadapi, melainkan jauh lebih penting lagi ialah pertumbuhan dalam arti kemampuan menguasai pangsa pasar yang lebih besar, kecekatan memanfaatkan berbagai peluang yang timbul dan ketangguhan menghadapi tantangan masa depan yang penuh dengan ketidakpastian. Assauri (1987 :50) menyatakan bahwa peranan pemasaran yang semakin penting menyebabkan penerimaan pemasaran dalam organisasi perusahaan semakin cepat dan bersifat menyeluruh. Pemasaran dianggap menentukan dapat tidaknya suatu perusahaan mencapai tujuannya, sehingga sering ditemukan pemasaran menentukan arah kegiatan usaha perusahaan. Dalam rangka ini terlihat adanya perkembangan yang maju dari pandangan pimpinan perusahaan besar dengan menekankan konsep pemasaran menyeluruh (total marketing concept) dimana semua orang dalam organisasi perusahaan adalah tenaga yang berorientasi pada pemasaran. Tidak ada seorang pun yang terdapat dalam organisasi perusahaan yang terlepas dari usaha untuk meningkatkan pemasaran dari produk perusahaan. Citra (image) dan loyalitas terhadap produk atau merek dari produk yang dihasilkan perusahaan harus dimulai dari mereka yang ada didalam organisasi 2
perusahaan. Apabila orang-orang dalam organisasi perusahaan tidak senang terhadap produk yang dihasilkan perusahaan, bagaimana mungkin masyarakat konsumen dapat puas dan senang dengan produk perusaan ini, dan bagaimana mungkin orang-orang yang ada dalam organisasi perusahaan ini berhasil meyakinkan masyarakat atau orang lain akan produk yang dihasilkan perusahaan. Banyak perusahaan memperkirakan akan sukses dengan membeli sebidang tanah, membangun pabrik melengkapinya dengan sumber daya manusia, kemudian menciptakan (barang dan jasa) dengan harga yang terjangkau, yang mereka percayai merupakan kebutuhan konsumen. Namun, seringkali mengalami kegagalan karena barang yang ditawarkan kurang menarik bagi konsumen. Kegagalan ini terjadi karena manajer perusahaan tersebut mendefenisikan bisnis sebagai upaya membuat produk bukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan memuaskan keinginan konsumen potensial. Dalam menjalankan perusahaan, (Assauri, 1987 :51) menyatakan bahwa pimpinan mempunyai orientasi untuk memungkinkan perusahaan dapat berhasil mencapai sasarannya. Suatu perusahaan akan gagal apabila orientasi pandangan pimpinannya dalam menjalankan usaha perusahaan tidak sesuai dengan situasi dan kondisi pemasaran produknya. Sebagai contoh, suatu perusahaan yang mengejar volume produksi yang sebesar-besarnya akan gagal, apabila konsumen dapat memilih produk lain sebagai saingannya yang dianggapnya dapat memenuhi keinginannya atas produk yang dibutuhkannya. Dalam hal inilah maka dalam pemasaran perlu diperhatikan adanya beberapa 3
orientasi usaha perusahaan untuk memungkinkan perusahaan tersebut dapat berhasil. Lebih lanjut (Assauri, 1987: 326-328) menjelaskan bahwa pelaksanaan kegiatan pemasaran perlu dikendalikan karena selalu ditemui adanya penyimpangan antara rencana atau target pemasaran dengan realisasi hasil atau prestasi dibidang pemasaran. Realisasi pemasaran tidak selalu sama dengan rencana atau target, dapat terjadi karena situasi dimana realisasi melebihi atau melampaui rencana atau target, dan sebaliknya situasi dimana realisasi berada dibawah rencana atau target. Keadaan seperti ini selalu dihadapi karena disebabkan oleh faktor ekstern dan faktor intern. Faktor ekstern terjadi karena keadaan yang tidak stabil atau hal yang acakan (random), seperti disebabkan adanya persaingan, campur tangan pemerintah dan lembaga konsumen, dan perubahan sosial budaya. Sedang faktor intern terjadi karena adanya peningkatan efisiensi dan perluasan organisasi. Disamping itu tidak tepatnya realisasi dengan rencana atau target, dapat terjadi karena kemungkinan: a) Implementasi strategi pemasaran yang benar sesuai dengan rencana, tetapi ada perubahan yang terjadi dalam lingkungan pemasaran sehingga perlu dicari apa sebabnya. b) Implementasi strategi pemasaran yang dilakukan tidak tepat sesuai dengan rencana, karena adanya kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan persepsi atau kemampuan orang-orang yang dalam perusahaan. Realisasi rencana atau target selalu dipengaruhi oleh berbagai peristiwa yang tidak menentu dan gangguan dari orang-orang yang terdapat 4
dalam perusahaan serta gangguan dari perusahaan lain. Telah disusunnya suatu rencana atau target pemasaran belum memberikan jaminan bahwa pelaksanaan kegiatan akan berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Adanya berbagai faktor pengganggu yang melatarbelakangi kinerja pemasaran baik secara internal maupun eksternal yang tidak sama kondisinya untuk masing-masing perusahaan yang berbeda menjadi dasar perlunya dilakukan pengukuran terhadap kinerja pemasaran. Sehingga pada keputusan yang lebih lanjut dapat merumuskan kebijakan pemasaran yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan untuk menghadapi persaingan yang semakin kompetitif. Indonesia sebagai negara agraris dengan proporsi usaha pertanian cukup besar mengakibatkan persaingan bidang agribisnis lebih kompetitif. Berdasarkan sensus pertanian 2013 tercatat jumlah usaha agribisnis berbentuk perusahaan sebanyak 5.486 unit, dan angka tersebut tidak termasuk usaha yang bukan perusahaan. Era perdagangan bebas yang mengakibatkan masuknya produk-produk impor juga menjadi salah satu penyebab persaingan lebih kompetitif. Sedangkan di sektor agribisnis perkebunan menurut Badan Pusat Statistik tahun 2012 tercatat sekitar 2.408 perusahaan agribisnis perkebunan beroperasi di Indonesia. Dari jumlah tersebut termasuk diantaranya perusahaan milik negara (BUMN) bidang usaha agribisnis perkebunan yang tidak terlepas dari situasi persaingan dan kemungkinan terjadinya penyimpangan rencana pemasaran. Keadaan ini mendorong untuk mengetahui kinerja pemasaran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang perkebunan 5
khususnya PT. Perkebunan Nusantara III sebab menurut rencana pada siaran pers 14 Mei 2012 oleh Kementerian Keuangan akan ditunjuk sebagai perusahaan induk pada Holding BUMN Perkebunan. Dengan alasan itu penting untuk mengetahui kinerja pemasaran PT. Perkebunan Nusantara III sebagai bentuk evaluasi untuk menilai kesesuaian serta hal-hal lainnya yang mungkin perlu ditingkatkan agar perusahaan menjadi semakin baik dan siap menjadi perusahaan induk pada Holding BUMN Perkebunan Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah mengkaji secara teori alasan yang menjadi landasan permasalahan perlunya dilakukan penelitian ini. Maka dengan demikian dapat dirumuskan ruang lingkup pembahasan penelitian ini hanya berfokus pada rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kemampuan pemasaran PT. Perkebunan Nusantara III? 2. Apakah strategi pemasaran PT. Perkebunan Nusantara III memiliki daya saing kompetitif? 3. Apakah pencapaian pemasaran PT. Perkebunan Nusantara III tercapai sesuai rencana? 1.3 Tujuan Penelitian Kepentingan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis permasalahan sebagai informasi yang akurat dengan mengungkapkan serta menjelaskan secara obyektif berdasarkan kenyataan melalui suatu metode penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Kemampuan pemasaran PT. Perkebunan Nusantara III. 6
2. Daya saing kompetitif strategi pemasaran PT. Perkebunan Nusantara III. 3. Pencapaian pemasaran PT. Perkebunan Nusantara III yang direncanakan. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan mengacu pada tujuan yang ingin diketahui dalam penelitian ini bagian terpenting dari pelaksanaannya adalah agar penelitian ini memberi manfaat yang antara lain: 1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk melaksanakan pemasaran perusahaan khususnya PT. Perkebunan Nusantara III. 2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi para praktisi perusahaan agribisnis perkebunan khususnya untuk pemasaran agribisnis perkebunan. 3. Sebagai bahan informasi dan referensi pada peneliti lainnya serta ilmu pengetahuan khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. 7