BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SUMATERA UTARA



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I : INFORMASI UMUM... 1 BAB II : VISI, MISI DAN TUJUAN BAB III : STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB V : KOMITMEN PENCAPAIAN KINERJA...

Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi D.I. Yogyakarta

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

REVISI Rencana Strategis (RENSTRA) Latar Belakang

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN 1.1 Kondisi Umum 1.2 Potensi dan Permasalahan

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI LAMPUNG

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

LAP-86/PW14/6/17 3 APRIL 2017 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Rencana Strategis Tahun

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

Suplemen Rencana Strategis

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

LAPORAN AKUNTAB BILITAS KINERJA TAHUN 2012

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

Product Diffrences. Market Diffrences

Tabel RE.1. Capaian Sasaran Strategis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara. Ringkasan Eksekutif

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : KEP- 486 /K/SU/2009 TENTANG RENCANA KEGIATAN BPKP TAHUN 2009

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

Independensi Integritas Profesionalisme

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

RENCANA STRATEGIS PERWAKILAN PROVINSI LAMPUNG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

Independensi Integritas Profesionalisme

Governance) diperlukan adanya pengawasan yang andal melalui sinergitas

Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan RENCANA STRATEGIS TAHUN (REVISI)

KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

LAPORAN KINERJA BPKP untuk Indonesia

PERWAKILAN BPKP PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA ( LAKIP ) 2015

INFORMASI KINERJA. No Tujuan Capaian Kinerja

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA.

PERWAKILAN BPKP PROVINSI PAPUA RENCANA STRATEGIS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPKP TAHUN 2013

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

1. Meningkatnya Kualitas 1 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, 95% Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga, dan 95% Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

LAPORAN KINERJA PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Papua Barat. Ringkasan Eksekutif


BAB I P E N D A H U L U A N

LAPORAN HASIL PENGAWASAN ATAS KUALITAS AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA/DAERAH DI WILAYAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2014

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Rencana Strategis

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKJ) TAHUN 2015 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, dipandang perlu menetapkan Pedoman Pengawasan Intern dengan Peraturan Me

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN) tahun , program reformasi birokrasi dan tata kelola

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance) yang mengarah pada

BAB 3 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Sejarah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

KATA PENGANTAR. Kepala Badan Pengawasan, Dr. H.M. SYARIFUDDIN, SH., MH.

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang didasarkan pada prinsip-prinsip good governance (Bappenas,

Gambaran singkat Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara periode tahun dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB III OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang langsung bertanggungjawab kepada Presiden dalam melaksanakan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tabel 2.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat

PEDOMAN TEKNIS PEMANTAUAN PENINGKATAN KAPABILITAS APIP

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

Perwakilan Provinsi Lampung KATA PENGANTAR

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

DAFTAR ISI. Ringkasan Eksekutif...

Transkripsi:

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SUMATERA UTARA RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010-2014 NOMOR : S-6023/PW02/1/2010 TANGGAL : 3 DESEMBER 2010

KATA PENGANTAR Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) merupakan salah satu amanat Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Renstra K/L merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan dari Kementerian/Lembaga dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Renstra K/L merupakan bagian dari perencanaan nasional, sehingga harus sinkron dan mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan mendukung pencapaian program-program prioritas Pemerintah. Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2014 disusun dengan merujuk pada Rencana Strategis BPKP Pusat yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 2014 yang telah ditetapkan dengan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010. Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara periode 2010-20142014 mengalami perubahan yang signifikan dan diselaraskan dengan restrukrurisasi program Kementerian/Lembaga (K/L) yang dilakukan oleh Bappenas. Restrukturisasi program tersebut merupakan pembenahan nomenklatur dan substansi stansi program untuk masingmasing K/L guna menjamin adanya kohensi dan sinkronisasi antara Renstra- KL dengan program-program dalam RPJMN tahun 2010-2014. Terkait dengan hal tersebut, telah diterbitkan Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Nomor 5 tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) 2010-20142014 yang antara lain menyebutkan bahwa pencapaian indikator hasil (outcome) merupakan tanggung jawab unit Eselon I, dalam hal ini unit kedeputian dan unit-unit pusat, sedangkan pencapaian indikator keluaran (output) menjadi tanggung jawab unit Eselon II, terutama unit perwakilan. Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara berisi visi, misi, dan tujuan strategis yang sesuai dengan mandat baru BPKP seperti tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Berdasarkan PP Nomor 60 Tahun 2008 tersebut, BPKP mengemban mandat sebagai Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang memiliki tugas melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu dan pembinaan penyelenggaraan SPIP. Kegiatan pembinaan penyelenggaraan SPIP merupakan salah satu kegiatan prioritas bidang hukum dan aparatur dalam RPJMN 2010-20142014 yang diamanatkan kepada BPKP sebagai penanggung jawab keberhasilannya. i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...... iii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I BAB II BAB III BAB IV INFORMASI UMUM... 1 LATAR BEL KONDISI UM POTENSI DA SISTEMATIK VISI, MISI, DAN TUJUAN... 17 VISI...... 17 MISI...... 22 TUJUAN... STRATEGI DAN KEBIJAKAN... 33 PROGRAM INDIKATOR PENANGGU... i... iv... v LAKANG... 1 MUM... 2 AN PERMASALAHAN... 6 KA PENYAJIAN... 15... 29 DAN KEGIATAN... 33 KINERJA... 37 UNGGUNG JAWAB KEGIATAN...... 38 KOMITMEN PENCAPAIAN KINERJA... 40 LAMPIRAN: 1. TARGET PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2010-2014; 2. ALOKASI PENDANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2010- -2014. iii

DAFTAR TABEL TABEL 1.1. EKSPEKTASI STAKEHOLDERS DAN KONTRIBUSI BPKP TABEL 1.2. ANALISISS KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG, DAN AN TABEL 3.1. INDIKATO TABEL 3.2. PENANGG P PERWAKILAN 5 NCAMAN... 8 OR KINERJA UTAMA BPKP... 36 GUNG JAWAB KEGIATAN... 38 iv

DAFTAR GAMBAR GAMBAR 1.1. SISTEM GAMBAR 2.1. STRUKT MATIKA PENYAJIAN... 16 TUR RENSTRA BPKP 2010-2014... 17 v

BAB I I INFORMASI UMUM LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra KL) merupakan salah satu amanat Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Renstra KL merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan dari Kementerian/Lembaga dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Renstra KL merupakan bagian dari perencanaan nasional, sehingga harus sinkron dan mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan mendukung pencapaian program-program prioritas Pemerintah. Proses teknokratis penyusunan draft awal RPJMN 2010-1014 oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah dimulai awal tahun 2009 yang nantinya akan dilanjutkan dengan proses politik untuk disesuaikan dengan visi, misi dan program prioritas (platform) Presiden terpilih. Dalam proses teknokratis tersebut Bappenas sudah mulai melibatkan Kementerian/Lembaga agar tercapai keselarasan elarasan antara usulan programprogram Kementerian/Lembaga dengan draft RPJMN 2010-2014. Bappenas juga melakukan restrukturisasi program-program Kementerian/Lembaga dan mengatur penyusunan Renstra KL untuk menjamin koherensi dengan program-program nasional yang menjadi prioritas pemerintah. Renstra Perwakilan BPKP merupakan turunan dari Renstra BPKP periode 2010-2014 2014 yang mengalami perubahan signifikan diselaraskan dengan restrukturisasi program yang dilakukan oleh Bappenas dan adanya mandat baru BPKP seiring dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada tanggal 28 Agustus 2008. Mandat baru yang diemban BPKP adalah sebagai APIP yang memiliki tugas melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu dan pembinaan SPIP untuk seluruh instansi pemerintah. Peran pembina SPIP terkait erat dengan peran pengawasan intern, karena dengan penguatan SPIP maka pengendalian pelaksanaan kegiatan pemerintahan menjadi semakin terjaga dari penyimpangan dan penyalahgunaan. Mandat baru tersebut ditindaklanjuti dengan reposisi dan revitalisasi BPKP sebagaimana dinyatakan oleh Kepala BPKP dalam Rapat Kerja BPKP pada bulan Desember 2008. BPKP harus dapat menunjukkan paradigma barunya melalui unjuk kerja yang optimal sebagai Auditor Presiden sehingga 1

peran BPKP semakin nyata dalam membantu pemerintah menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Strategi penguatan (reposisi) BPKP ke depan adalah: 1. Product Differences: Kekuatan BPKP tergantung pada kualitas produk yang dihasilkan. Kualitas produk BPKP harus bersifat strategis, makro, nasional (lintas sektoral) yang merupakan jiwa pasal 49 ayat (2) PP Nomor 60 Tahun 2008. Tugas BPKP bersifat spesifik yaitu melakukan pengawasan atas pengelolaan keuangan negara oleh para pengguna anggaran agar tercapai tujuan akuntabilitas Presiden yang menjalankan amanah rakyat. 2. Market Differences: Agar produk BPKP menjadi bernilai, maka harus dikenali dengan baik siapa market nya BPKP. BPKP memiliki pasar pengawasan yang jelas, yaitu Presiden sebagai shareholders utama dan stakeholders birokrasi yang lain yang terdiri dari legislatif, yudikatif, organisasi pendidikan, dan organisasi profesi. Banyak pihak yang sudah terbantu oleh kinerja BPKP dan membutuhkan BPKP. 3. Methodology Differences: Dengan new BPKP perlu terus dikembangkan metodologi pengawasan yang kontemporer, spesifik, dan membawa manfaat misalnya program evaluations, policy analysis, forensic audit, performance audit, internal control audit. Terbitnya PP Nomor 60 Tahun 2008 menjadi pemicu perlunya perubahan visi dan misi BPKP, karena cakupan penugasan BPKP menjadi semakin luas meliputi pengawasan akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan SPIP. Perubahan visi juga didorong oleh perubahan paradigma baru BPKP yang lebih mengedepankan aspek pencegahan, dengan lebih menekankan membangun sistem yang mampu mencegah kecurangan/penyimpangan atau memudahkan mendeteksi adanya kecurangan/penyimpangan. Dua peran utama yang dapat dilakukan BPKP adalah peran assurance dan consulting.. Perumusan visi, misi, program dan kegiatan BPKP periode 2010-20142014 disusun dengan terlebih dahulu melihat capaian kinerja BPKP selama periode Renstra sebelumnya, mengidentifikasi harapan dan kebutuhan stakeholders BPKP serta analisis permasalahan, potensi, kelemahan, peluang, dan tantangan dalam periode 5 tahun mendatang. KONDISI UMUM 1. Capaian Renstra 2005-2009 Selama periode renstra sebelumnya, Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara telah menunjukkan kinerja yang baik khususnya dalam rangka meningkatkan tata kelola pemerintahan dan menciptakan iklim 2

pencegahan KKN sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-20092009 bab 14. Secara ringkas, langkahlangkah yang telah dilaksanakan dalam tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 adalah sebagai berikut: a. Pengawasan intern atas kegiatan yang bersifat lintas sektoral; b. Pengawasan intern atas kegiatan kebendaharaan umum negara (BUN); c. Pengawasan intern atas kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden; d. Melakukan audit investigatif atas kasus-kasus yang berindikasi terjadinya kerugian keuangan negara dan memberikan bantuan perhitungan kerugian keuangan negara kepada instansi penyidik; e. Melakukan sosialisasi, asistensi dan bimbingan teknis dalam rangka pembenahan manajemen pemerintah dan BUMN/D; f. Melakukan kajian-kajian terkait dengan isu-isu aktual yang bersifat strategis, berdampak luas dan menjadi sorotan publik dalam rangka memberi masukan untuk pengambilan kebijakan pemerintah. Pengawasan lintas sektoral yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP antara lain Audit Kinerja Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP), Audit kinerja Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan/GERHAN, Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Supervisi dan Monitoring Pengadaan Benih Bantuan Petani, Program yang dibiayai dari Dana Dekonsentrasi pada Departemen Sosial dan Perpustakaan Nasional, serta program-program di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional. Pengawasan atas kegiatan kebendaharaan umum negara meliputi audit atas proyek yang dibiayai dari pinjaman/hibah luar negeri, monitoring atas realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK), dan audit kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pengawasan kegiatan lain berdasarkan penugasan Presiden dilakukan terhadap beberapa permasalahan yang menjadi atensi Presiden. Kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain kajian atas kebijakan ketahanan pangan, percepatan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa serta audit/evaluasi kinerja Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) Jumlah keseluruhan temuan hasil pengawasan periode tahun 2005-2009 yang berasal dari audit keuangan, audit operasional, audit kinerja dan audit investigasi non tindak pidana korupsi (non TPK) adalah sebanyak 2.519. kejadian senilai Rp.66.055.324.046,80 dan telah ditindaklanjuti sebanyak 1.785 kejadian senilai Rp.37.191.390.366,65. Selain hal tersebut, dalam rangka mendukung pengelolaan pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance), BPKP menerapkan strategi pemberantasan korupsi melalui upaya preemtif/edukatif, preventif, dan represif. Hasil-hasil yang telah dicapai sejak tahun 2005 s.d. 2009 berupa sosialisasi program anti-korupsi kepada 12 fokus group. Sedangkan upaya represif dilaksanakan melalui kegiatan audit investigatif dan penghitungan kerugian keuangan negara dengan nilai kerugian mencapai 3

Rp.923.716.338.358,28.. Selain itu, BPKP juga telah berperan aktif membantu pengungkapan kasus-kasus yang berindikasi Korupsi dengan Pemberian Keterangan Ahli, baik kepada Penyidik maupun dalam Persidangan. Terkait dengan upaya meningkatkan tata kelola pemerintahan, Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara telah melakukan kegiatan sosialisasi dan asistensi/bimbingan teknis sistem akuntansi. Hasil yang dicapai antara lain semakin meningkatnya instansi pemerintah yang mampu menyusun laporan keuangan sesuai SAP. Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara juga telah melakukan pendampingan penerapan Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA) yang telah dikembangkan oleh BPKP Pusat dalam rangka mempercepat pemerintah daerah menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan daerah. Selanjutnya, dalam rangka pembinaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah, Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara berupaya meningkatkan kepedulian pentingnya SPIP dan penerapannya dengan melakukan sosialisasi di berbagai instansi dan Pemerintah Daerah. Untuk kepentingan penyelenggaraan SPIP di Perwakilan BPKP telah dibentuk Tim Satuan Tugas Penyelenggaraan SPIP, dan disusun Gand Disain SPIP Perwakilan BPKP. 2. Analisis Kebutuhan Stakeholders Efektivitas organisasi sangat berkorelasi dengan visi. Sehingga penerapan visi akan memberikan gambaran menyeluruh bagaimana peran dan fungsi organisasi dalam pencapaian kinerja. Oleh karena itu, Perwakilan BPKP menyadari bahwa efektivitas ini hanya akan terwujud dengan melakukan reposisi peran dan fungsi seiring dengan berbagai perubahan lingkungan strategis. Perubahan lingkungan strategis tersebut harus disikapi BPKP dengan kesadaran profesional yang responsif terhadap tuntutan stakehoder/shareholder. Dari penjaringan aspirasi secara langsung wawancara pada saat melakukan audit, sosialisasi, dan bimbingan teknis ke berbagai instansi/lembaga, diketahui harapan dan keinginan stakeholder/shareholder. Harapan tersebut mengemuka seiring dengan perubahan arah kebijakan pemerintah untuk melakukan reformasi total tata pemerintahan menuju good governance dan clean goverment. Untuk mewujudkan hal tersebut, prioritas diletakkan pada pembangunan aparatur negara melalui pelaksanaan reformasi birokrasi yang berdasarkan pada prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good public governance), yaitu suatu konsepsi tentang penyelenggaraan pemerintahan yang mengedepankan prinsip-prinsip antara lain keterbukaan dan transparansi, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi, responsivitas, menjunjung tinggi supremasi hukum, demokrasi, dan membuka partisipasi masyarakat. Prinsip-prinsip prinsip tata pemerintahan yang baik tersebut menuntut BPKP mempertajam strategi pengawasan yang berorientasi pada pemberian bantuan kepada pimpinan organisasi asi untuk meyakinkan bahwa manajemen 4

telah ditangani dalam struktur pengendalian intern yang andal. Andal karena harus mampu menjamin terselenggaranya good governance, mampu menjamin adanya pengamanan aset, pencatatan yang akurat, serta mampu secara dini mendeteksi dan mengelola risiko sehingga mampu mengarahkan seluruh kegiatan pada pencapaian tujuannya secara efektif dan efisien. Berkaitan dengan hal di atas, berbagai ekspektasi stakeholders dan kontribusi Perwakilan BPKP bagi stakeholder/shareholder dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1.1 Ekspektasi Stakeholders dan Kontribusi Perwakilan BPKP Ekspektasi Stakeholders 1. Gubernur/Walikota/Bupati Terbina dan terawasinya perusahaan daerah dan badan pengelola dana masyarakat yang mendapat fasilitas dari Pemerintah Daerah; Penguatan akuntabilitas Pemda; Terbangunnya kapasitas manajemen keuangan daerah. 2. Auditee/Pengguna (Instansi Pemerintah, BUMN/D): Terwujudnya nilai tambah; Terkelolanya BUMN yang mengacu pada praktik-praktik terbaik penerapan GCG; Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik. 3. Pemberi pinjaman/hibah/lender Informasi mengenai efisiensi dan efektivitas kegiatan pembangunan yang dibiayai dengan dana pinjaman/hibah dalam dan luar negeri. 4. Aparat Penegak Hukum (Polri, Jaksa, KPK) Adanya masukan bagi upaya pemberantasan KKN. 5. APIP lainnya Adanya pembinaan atas SDM dan sistem/metodologi pengawasan; Tenaga pengawas yang kompeten, profesional dan bersertifikat. Kontribusi Perwakilan BPKP Pelaksanaan pengawasan (audit, reviu, evaluasi); Pemberian masukan dan saran kepada gubernur selaku regulator; Pendampingan penyusunan LK, penerapan SIMDA. Pelaksanaan pengawasan (audit, reviu, evaluasi); Pembinaan dan pendampingan (asistensi dan konsultasi). Audit dukungan berupa Audit keuangan; Audit kinerja; Evaluasi kebijakan, Dalam rangka audit yang dilaksanakan oleh BPKP Pusat. Membantu pengungkapan kasus indikasi TPK (data awal, saksi ahli, perhitungan kerugian negara); Membantu pengembangan intrumen pencegahan KKN, peningkatan kesadaran anti-kkn, diseminasi langkah-langkah anti KKN. Pembinaan dan sertifikasi jabatan fungsional auditor. 5

Ekspektasi Stakeholders 6. BPK Dapat dimanfaatkannya hasil pengawasan BPKP/APIP lainnya sebagai dasar pelaksanaan pemeriksaan BPK; Terselenggaranya sistem pengendalian intern yang dapat membantu kelancaran pemeriksaan BPK; Ditindaklanjutinya temuan BPK. 7. DPRD, LSM, masyarakat Adanya informasi mengenai kinerja/akuntabilitas pemerintah; Informasi efisiensi dan efektivitas anggaran dan pelaksanaan program pemerintah; Diperhatikan dan ditindaklanjutinya isu-isu yang menjadi concern bersama. Kontribusi Perwakilan BPKP Fasilitasi pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK terhadap pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara. Memberi masukan bagi optimalisasi fungsi DPRD di bidang pengawasan, penyusunan anggaran, dan pembuatan undang-undang; Memberi fokus pada hal-hal yang menjadi perhatian DPRD dan masyarakat dalam kegiatan pengawasannya; Memberikan informasi hasil pengawasan berdasarkan prosedur dan aturan yang berlaku. POTENSI DAN PERMASALAHAN 1. Permasalahan Sejumlah langkah pembenahan telah dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provisi Sumatera Utara dan beberapa hasil signifikan juga telah diperoleh. Namun, mengingat kompleksitas permasalahan yang dihadapi dalam manajemen pemerintahan, ternyata masih terdapat permasalahan dalam akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, tata kelola pemerintahan dan pemberantasan KKN, antara lain: 1) Masih banyaknya laporan keuangan Pemerintah Daerah yang belum memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP); 2) Masih lemahnya penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good public governance) di instansi pemerintah; 3) Belum semua Pemerintah Daerah membuat dan menerapkan standar pelayanan minimal (SPM); 4) Kelemahan dalam pengelolaan n dana perimbangan khususnya Dana Alokasi Khusus (DAK); 5) Kurangnya transparansi dan akuntabilitas BUMN/BUMD dalam melakukan kerja sama dengan pihak swasta nasional maupun asing, yang berpotensi merugikan bagi negara; 6) Masih banyaknya praktek korupsi, kolusi dan nepotisme baik dari jumlah kasus yang terjadi maupun jumlah kerugian negara yang ditimbulkan. Permasalahan tersebut antara lain disebabkan: 6

1) Masih lemahnya pemahaman dan penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) di lingkungan Pemerintah Daerah, termasuk masih lemahnya sistem pengelolaan dan pencatatan aset negara; 2) Belum memadainya kompetensi SDM pengelola keuangan negara khususnya di bidang akuntansi; 3) Belum tertatanya sistem pengawasan nasional dan mekanisme check & balance antara pengawasan internal pemerintah dengan pengawasan eksternal pemerintah; 4) Belum terbangunnya sistem akuntabilitas Presiden yang komprehensif, sebagai akuntabilitas tunggal yang mengintegrasikan informasi seluruh capaian kementerian/lembaga termasuk pemerintah daerah; 5) Belum efektif dan efisiennya pengawasan/pemeriksaan yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP); 6) Belum optimalnya kinerja SDM aparatur karena belum meratanya kompetensi aparatur dan belum memadainya remunerasi dan kesejahteraannya. Selain itu sistem pembinaan SDM aparatur belum berbasis pada kinerja (merit system). Kelemahan-kelemahan tersebut akan menjadi fokus prioritas Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utrara untuk dibenahi/diatasi dalam masa lima tahun mendatang. 2. Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan Pencapaian misi disadari akan sangat bergantung pada keberadaan faktor-faktor kunci keberhasilan. Faktor-faktor ini dirumuskan dari hasil analisis lingkungan eksternal dan internal baik yang menguntungkan maupun merugikan bagi BPKP. Analisis lingkungan tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats). a. Analisis SWOT Identifikasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), kesempatan (opportunities) opportunities), dan ancaman (threats) Perwakilan BPKP adalah sebagaimana tertuang dalam tabel 1.2 di bawah ini: 7

Tabel 1.2 Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Dan Ancaman Kekuatan (Strengths - S) 1. SDM pengawasan yang kompeten, berpengalaman, berintegritas, inovatif, adaptif, dan terpercaya; 2. Core competency unggulan di bidang pengawasan; 3. Memiliki mandat: lingkup penugasan yang bersifat makro dan strategik; pembinaan penyelenggaraan SPIP; penyedia laporan pengawasan yang berskala nasional ke Presiden; pembinaan penyelenggaraan JFA. 4. Dukungan dan komitmen yang cukup kuat dari top executive BPKP; 5. Peran BPKP yang bertanggung-jawab langsung ke Presiden; 6. Memiliki produk-produk unggulan yang dibutuhkan stakeholders (GCG, KPI, PE, FCP, SAKD, MR); 7. Memiliki sistem informasi dan infrastruktur TIK yang cukup mumpuni. Peluang (Opportunities - O) 1. Adanya dukungan yang jelas dari Presiden, termasuk beberapa stakeholders; 2. Akan terbitnya Peraturan Presiden sebagai pelaksanaan lebih lanjut dari PP Nomor 60 Tahun 2008; 3. Tingginya komitmen pemerintah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang bersih, tertib, dan bertanggung jawab (clean government and good governance); 4. Meningkatnya permintaan jasa pengawasan (assurance) dan asistensi (consulting) dari instansi pemerintah; 5. Adanya kepercayaan atas profesionalisme Perwakilan BPKP; 6. Banyaknya satker yang belum menerapkan tata kelola yang baik; 7. Munculnya peran-peran baru sehubungan dengan terbitnya PP Nomor 60 Tahun 2008; 8. Besarnya kepercayaan instansi penyidik kepada Perwakilan BPKP untuk melakukan audit investigasi atas kasus TPK. Kelemahan (Weaknesses - W) 1. Alokasi dan proses regenerasi SDM belum berjalan dengan baik; 2. Komposisi SDM belum ideal; 3. Auditor belum terspesialisasi menurut kebutuhan kinerja pengawasan; 4. Perencanaan pengawasan belum berbasis risiko; 5. Strategi pengawasan belum sepenuhnya memadai; 6. Implementasi sistem reward belum optimal; 7. Sistem promosi dan karier belum cukup mendorong motivasi kerja pegawai BPKP. Ancaman (Threats - T) 1. Masih adanya sebagian kelompok birokrasi yang belum memahami dan belum dapat menerima pentingnya peran BPKP yang baru sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008; 2. Masih munculnya dissinkronisasi peraturan-peraturan yang kurang mendukung peran BPKP; 3. Tingginya minat dan permintaan tenaga BPKP yang potensial dari instansi pemerintah di luar BPKP; 4. Munculnya alternatif penyedia jasa dari konsultan independen atau pihak lain yang produknya sejenis dengan produk BPKP; 5. Adanya potensi perubahan kebijakan nasional yang terkait dengan RPJMN 2010-20142014 yang perlu diantisipasi; 6. Adanya pengembangan jabatan fungsional Pengawas Penyelenggaraan Pemerintahan. 8

Berdasarkan hasil analisis SWOT dan perhitungan nilai urgensi, nilai dukungan (ND), dan nilai keterkaitan, posisi BPKP berada pada Kuadran I atau posisi SO (strength-opportunity)) yang berarti bahwa potensi/kekuatan BPKP lebih besar dibanding dengan kelemahannya, dan peluangnya lebih besar dibanding dengan ancamannya. Oleh karena itu, Perwakilan BPKP harus menerapkan strategi mengoptimalkan kekuatan untuk meraih peluang sebaik-baiknya. baiknya. Berbekal mandat yang dimiliki, kompetensi dan pengalaman SDM dalam memberikan jasa assurance dan consulting, dukungan sistem informasi yang memadai, dan kepercayaan stakeholders, Perwakilan BPKP diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi pemerintah, sehingga diharapkan dapat diwujudkan tata kepemerintahan yang baik dan bersih serta akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas di wilayah Provinsi Sumatera Utara. b. Faktor Kunci Keberhasilan Dengan memperhitungkan nilai dukungan, nilai urgensi dan nilai keterkaitan faktor-faktor internal dan eksternal, terdapat 7 faktor kunci keberhasilan BPKP sebagai berikut: 1) Komitmen Pemerintah Terhadap Tata Kepemerintahan yang Baik dan Bersih Tata kepemerintahan yang baik, bersih, dan bertanggung jawab terutama dicirikan dengan akuntabilitas publik, partisipasi publik, transparansi publik, kebijakan publik, dan kepastian atau kesamaan kedudukan di hadapan hukum. Arah yang diinginkan itu adalah bahwa semua kinerja kepemerintahan diharapkan dapat memuaskan persepsi publik melalui karya nyata dan berkelanjutan. Komitmen pemerintah untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik dan bersih dibuktikan dengan terbitnya berbagai perangkat hukum dan terbentuknya berbagai lembaga atau komisi ad hoc yang ditujukan untuk mewujudkan hal tersebut. Terbitnya paket UU keuangan negara (UU Nomor 17 Tahun 2003, UU Nomor 1 Tahun 2004 dan UU Nomor 15 Tahun 2004) menunjukkan upaya pemerintah membenahi pengelolaan keuangan negara. Salah satu perangkat peraturan yang penting dan merupakan turunan dari pasal 58 ayat (1) dan ayat (2) UU Nomor 1 Tahun 2004 adalah terbitnya PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). SPIP tersebut menyatakan bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota bertanggung jawab atas efektivitas penyelenggaraan SPI di lingkungan instansi masing-masing agar penyelenggaraan pemerintahan berjalan efektif, efisien, memenuhi prinsip-prinsip good governance dan terhindar dari tuntutan hukum administrasi, perdata, dan pidana. 2) SDM yang Kompeten dan Profesional SDM yang kompeten dan profesional merupakan faktor penentu keberhasilan organisasi karena SDM lah yang mengatur dan 9

menggerakkan jalannya organisasi. SDM yang kompeten adalah SDM yang memiliki penguasaan teoritis, didukung dengan pengalaman, dan mendapat pengakuan keahlian spesifik berdasarkan standar yang berlaku umum dalam lingkungan keahlian tersebut. SDM yang profesional adalah SDM yang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang keahliannya. Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara memiliki SDM dengan keahlian dan pengalaman dalam bidang akuntansi, manajemen, audit, teknologi informasi sehingga akan sangat mendukung pelaksanaan tugas assurance dan consulting. Keahlian tersebut perlu terus-menerus diperbaharui dan ditingkatkan, baik melalui jalur pendidikan, pelatihan, maupun seminar/workshop agar dapat merespon perkembangan kebutuhan pengawasan yang terus berkembang. 3) Mandat BPKP Berdasarkan PP Nomor 60 Tahun 2008 Sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), BPKP memiliki mandat sebagai pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu dan pembina penyelenggaraan SPIP. Sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan an secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. undangan. Untuk memperkuat dan menunjang efektifitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern itu dilakukan pengawasan intern dan pembinaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern. Dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 tersebut, secara tegas dinyatakan beberapa mandat yang diberikan kepada BPKP sebagai berikut: a) Pasal 49 ayat (2): BPKP melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu yang meliputi: (1) Kegiatan yang bersifat lintas sektoral; (2) Kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara; dan (3) Kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden. b) Pasal 54 ayat (3): secara berkala BPKP menyusun dan menyampaikan ikhtisar laporan hasil pengawasan kepada Presiden dengan tembusan kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. c) Pasal 57 ayat (1): BPKP melakukan reviu atas LKPP (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat) sebelum disampaikan Menteri Keuangan kepada Presiden. 10

d) Pasal 59 ayat (2): BPKP melakukan pembinaan penyelenggaraan SPIP yang meliputi penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP, sosialisasi SPIP, pendidikan dan pelatihan SPIP, pembimbingan dan konsultansi SPIP, dan peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah. Cakupan tugas yang semakin luas berdasarkan mandat tersebut perlu dikelola dengan baik agar efektif. Mandat sebagai pembina SPIP merupakan tugas baru dengan tantangan tersendiri, khususnya dalam pengembangan desain dan implementasinya agar mudah dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh instansi pemerintah. 4) Komitmen Pimpinan BPKP Komitmen Pimpinan BPKP merupakan faktor penting dalam mengarahkan dan memberi semangat pencapaian visi, misi dan tujuan BPKP. Komitmen pimpinan yang kuat akan mampu membangun integritas organisasi, menggerakkan komitmen seluruh jajaran organisasi untuk melaksanakan tugas selaras dengan tujuan yang telah ditetapkan. Terkait dengan perubahan peran/mandat baru BPKP, pimpinan juga diharapkan mampu mengembangkan peran, menjaga proses transformasi, melakukan komunikasi, dan mengawal proses transformasi tersebut. 5) Strategi Pengawasan yang Tepat Dalam posisi sebagai Auditor Presiden, lingkup pengawasan yang menjadi perhatian Perwakilan BPKP adalah hal-hamakro, lintas sektoral dan berskala nasional. Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara mengemban amanah dan tanggung jawab yang besar karena dituntut mampu mendeteksi berbagai potensi ataupun simptom-simptom kelemahan maupun penyimpangan di bidang keuangan negara/daerah dan mampu memberikan rekomendasi yang dapat diterapkan (applicable) kepada Pemerintah khususnya di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Untuk itu diperlukan strategi pengawasan yang tepat, baik dari sisi pemilihan obyek pengawasan dengan menerapkan skala prioritas pengawasan maupun dari sisi metode pengawasan yang harus terus dikembangkan agar dapat memenuhi kebutuhan pemberian informasi yang relevan bermanfaat kepada Pemerintah atau stakeholders yang bersifat strategis, lainnya. 6) Perencanaan Pengawasan Berbasis Risiko Perencanaan pengawasan mencakup pemilihan obyek pengawasan beserta alokasi sumber daya a pengawasan (sumber daya manusia dan dana) agar tujuan pengawasan dapat dicapai. Mengingat keterbatasan sumber daya pengawasan, maka perencanaan pengawasan berbasis risiko menjadi salah satu solusi, yaitu perencanaan yang didasarkan atas penilaian risiko terhadap keseluruhan obyek pengawasan (audit universe), yang selanjutnya 11

menjadi dasar penentuan prioritas pengawasan. Beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan dalam penilaian risiko obyek pengawasan antara lain jumlah dana yang dikelola, kondisi pengendalian intern, aspek strategis kegiatan, dan dampak kegiatan yang dilakukan terhadap masyarakat. Perencanaan berbasis risiko ini dapat mengarahkan alokasi sumber daya secara efisien dan efektif. 7) Koordinasi dan Sinergi Pengawasan Kebijakan Sinergi Pengawasan an berperan penting dalam mengarahkan kegiatan pengawasan yang dilakukan berbagai aparat pengawasan agar dapat menghasilkan informasi hasil pengawasan yang berkualitas dan bermanfaat untuk pengambilan keputusan dan pembenahan manajemen pemerintahan. Aparat pengawasan yang ada pada berbagai level pemerintahan dapat dioptimalkan dengan adanya sinkronisasi arah kegiatan pengawasan dan koordinasi antar aparat pengawasan sehingga dapat dihasilkan sinergi pengawasan c. Nilai Luhur BPKP Dalam menjalankan mandatnya, Perwakilan BPKP senantiasa bertumpu pada nilai-nilai luhur. Nilai luhur adalah nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan diyakini sebagai sesuatu yang bersifat mulia yang peranannya sangat penting dalam merealisasikan misi-misi BPKP. Nilai-nilai BPKP ini dipilih ih dari berbagai nilai yang terpenting, yang urutan huruf awalnya dapat menjadi suatu kata kunci yang mengilhami seluruh staf Perwakilan BPKP yaitu PIONIR yang berarti pemrakarsa. Hal ini merupakan perwujudan dari keinginan untuk selalu berinovasi guna menghasilkan produk-produk yang berbeda dari produk para pengawas intern lainnya tetapi yang diyakini diterima karena dibutuhkan oleh para pemangku kepentingan. Selengkapnya, nilai PIONIR itu adalah bentukan dari enam nilai di bawah ini: P rofesional I ntegritas O rientasi pada pengguna N nurani dan akal sehat I ndependen R esponsibel Masing-masing makna dari keenam nilai tersebut adalah: 1) Profesional Profesionalitas menjadi kunci utama bagi keberhasilan pelaksanaan tugas Perwakilan BPKP, karena profesionalitas menjadi dasar bagi pengembangan citra BPKP untuk menjadi auditor atau aparat pengawas yang dapat dipercaya. 12

Perwakilan BPKP sebagai salah satu lembaga pengawasan di daerah, selain bekerja berdasarkan pada kaidah-kaidah dan standar- standar yang dibangun oleh komunitas profesi, juga bekerja berdasarkan pada kaidah-kaidah birokrasi. Kedua hal tersebut harus diakomodasikan secara seimbang, sehingga terdapat kesesuaian antara identitas anggota organisasi dengan identitas organisasi dan menjadi profesional birokrat. Profesionalitas melekat pada kegiatan pengawas intern pemerintah yang memahami ilmu pengawasan dan memiliki persyaratan kompetensi dan pengalaman untuk menerapkan ilmu tersebut dengan metodologi yang sistematis dan sikap kerja yang berintegritas, serta senantiasa berorientasi kepada penciptaan nilai tambah dalam pencapaian tujuan organisasi. Profesionalitas juga menuntut auditor untuk terus memburu teknologi audit terbaik yang senantiasa ditingkatkan keunggulannya, agar dapat mengimbangi dinamika perkembangan kebutuhan stakeholders yang beraneka ragam dan tuntutan kualitas yang standarnya meningkat dari waktu ke waktu. Dalam kaitan ini kebutuhan mendesak yang perlu dikembangkan adalah kapasitas untuk melakukan assessment terhadap penerapan good governance, evaluasi kebijakan publik, manajemen risiko, audit sosial, forensic auditing,, dan untuk meningkatkan kepedulian dan pemahaman stakeholders atas berbagai hal yang menjadi audit issues, serta kapasitas untuk memberikan saran dan masukan bagi keperluan perumusan perundang-undangan undangan dan kebijakan berskala nasional. 2) Integritas Integritas adalah nilai yang mengandung makna gabungan dari kejujuran, objektivitas, keberanian, konsistensi, dan konsekuensi. Nilai pengawasan, selain bergantung pada kompetensi pengawas, juga sangat dipengaruhi oleh integritas. Pengawas yang kompeten akan dapat menyalahgunakan ilmunya ketika tidak disertai dengan integritas. Integritas adalah kombinasi dari keteguhan sikap dalam mempertahankan prinsip dan etika profesionalisme, konsistensi dalam menjaga dedikasinya pada pelaksanaan tugas, dan kemampuan untuk memberikan pertanggungjawaban yang dilandasi dengan kejujuran, yang mencakup masalah etika dan spiritual, di samping mengedepankan nilai keteladanan dan nilai kejujuran. Oleh karena itu, integritas merupakan hal yang paling fundamental dan akan mempengaruhi keseluruhan perilaku individu dan kelompok dalam melaksanakan setiap kewajiban dan memberikan tanggungjawab atas tugas-tugas yang diembankan kepadanya. 3) Orientasi pada Pengguna Nilai ini sangat konsisten dengan arus besar perubahan manajemen pemerintahan saat ini. Dengan dipraktikkannya 13