Hubungan Antara Laju Endapan Sedimen dan Struktur Komunitas Lamun (Studi Kasus Di Perairan Sebauk)

dokumen-dokumen yang mirip
ADI FEBRIADI. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega-

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahasa Gorontalo yaitu Atiolo yang diartikan dalam bahasa Indonesia yakni

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

KOMPOSISI BUTIRAN PASIR SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU

KOMPARASI STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI BANTAYAN KOTA DUMAGUETE FILIPINA DAN DI TANJUNG MERAH KOTA BITUNG INDONESIA

BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA BERAKIT KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu

Studi Struktur Komunitas dan Pola Sebaran Padang Lamun di Perairan Senggarang Kecil

Korelasi Kelimpahan Ikan Baronang (Siganus Spp) Dengan Ekosistem Padang Lamun Di Perairan Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu

Komposisi Jenis, Kerapatan Dan Tingkat Kemerataan Lamun Di Desa Otiola Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

3. METODOLOGI PENELITAN

Jenis dan Biomassa Lamun (Seagrass) Di Perairan Pulau Belakang Padang Kecamatan Belakang Padang Kota Batam Kepulauan Riau.

3. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPADATAN DAN BIOMASSA LAMUN Thalassia hemprichii PADA BERBAGAI RASIO C:N:P SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Oleh : Indra Ambalika Syari C

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

Andi zulfikar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

Struktur Komunitas Padang Lamun. Perairan Teluk Siantan. Kabupaten Kepulauan Anambas

SEBARAN DAN BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA MALANG RAPAT DAN TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU RUTH DIAN LASTRY ULI SIMAMORA

Kata Kunci : Tipe Substrat, Laju Pertumbuhan lamun, Enhalus acoroides

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3. Peta lokasi penelitian

III. METODE PENELITIAN

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI PERAIRAN PULAU NIKOI

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BIOMASSA DAUN Thalassia hemprichii PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PERAIRAN DESA SEBONG PEREH, BINTAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil pengamatan parameter fisik dan kimia di keempat lokasi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Biomassa Padang Lamun di Perairan Desa Teluk Bakau Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau

Fluktuasi Biomassa Lamun di Pulau Barranglompo Makassar

3. METODE PENELITIAN

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN PERAIRAN PANTAI GORAH DESA BUSUNG KECAMATAN SERI KUALA LOBAM KABUPATEN BINTAN

STRUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUN DI PERAIRAN PULAU DUYUNG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Struktur Vegetasi Lamun di Perairan Pulau Saronde, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE API-API

Keanekaragaman Lamun di Perairan Sekitar Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

Analisis Kelompok dan Tutupan Lamun di Wilayah TRISMADES Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau

Biomass Of Sea grass At Selat Mie Village Coastal Water, Moro District, Karimun Regency, Riau Archipelago ABSTRACT

KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 200 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN DAN PEDOMAN PENENTUAN STATUS PADANG LAMUN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 2. Peta lokasi pengamatan.

ANALISIS KUALITAS SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU. oleh: Hardi Sandro Situmeang 1) dan Rifardi 2) Abstrak

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN PERAIRAN PULAU LOS KOTA TANJUNGPINANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya. Zona 1 merupakan

Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan Kampung Bugis, Bintan Utara.

4. HASIL PEMBAHASAN. Sta Latitude Longitude Spesies Keterangan

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN EKOLOGIS EKOSISTEM SUMBERDAYA LAMUN DAN BIOTA LAUT ASOSIASINYA DI PULAU PRAMUKA, TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU (TNKpS)

DAFTAR PUSTAKA. 1. BAKOSURTANAL, Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut Buku Tahunan. Bogor.

Zarfen, Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH

STUDI TRANSPOR SEDIMEN LITHOGENEUS DI PERAIRAN MUARA SUNGAI DUMAI PROVINSI RIAU. Oleh

STRUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUN PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA DI PERAIRAN DESA BERAKIT KABUPATEN BINTAN

III. METODE PENELITIAN

PRODUKTIVITAS BIOMASSA VEGETASI LAMUN DIPERAIRAN DESA PENGUDANG KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPELAUAN RIAU

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN PANTAI SAKERA KECAMATAN BINTAN UTARA KABUPATEN BINTAN

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

KARAKTERISTIK FAKTOR HABITAT MANGROVE REHABILITASI DI TELUK SEPI DESA BUWUN MAS KECAMATAN SEKOTONG KABUPATEN LOMBOK BARAT

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian

STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA) SERTA ASOSIASINYA PADA EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI ULEE - LHEUE, BANDA ACEH, NAD

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Prosedur Penelitian dan Parameter Pengamatan

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

ANALISIS LAJU SEDIMENTASI DI DAERAH PADANG LAMUN DENGAN TINGKAT KERAPATAN BERBEDA DI PULAU PANJANG, JEPARA

Gambar 11. Pembagian Zona UTM Wilayah Indonesia (Sumber: kampungminers.blogspot.com)

KONDISI PADANG LAMUN PULAU SERANGAN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/286337/PN/11826

STUDI TUTUPAN DAN KERAPATAN LAMUN DI DESA SITARDAS KECAMATAN BADIRI KABUPATEN TAPANULI TENGAH SKRIPSI AMOS CHRISTOPER MELIALA

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

3. METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penelitian dan pengambilan sampel di Pulau Pramuka

Distribusi Muatan Padatan Tersuspensi (MPT) di Padang Lamun di Perairan Teluk Awur dan Pantai Prawean Jepara

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

2.2. Struktur Komunitas

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

Transkripsi:

Hubungan Antara Laju Endapan Sedimen dan Struktur Komunitas Lamun (Studi Kasus Di Perairan Sebauk) Rosiden¹, Arief Pratomo.ST, M.Si², Falmi Yandri. S.Pi, M.Si² Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang 1) Rosiden_sea@yahoo.com 2) Dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan ABSTRAK Diduga sedimentasi akibat erosi pada lahan bekas pertambangan bauksit di Perairan Sebauk telah berdampak pada struktur komunitas lamun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara laju endapan sedimen dan struktur komunitas lamun. Metode yang digunakan adalah plot transek untuk mengukur struktur komunitas lamun. Variabel yang diamati meliputi frekuensi, kerapatan, tutupan, indeks nilai penting. Dan Sedimen trap mengukur laju endapan sedimen. Analisis data menggunakan korelasi dan regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukan hubungan korelasi negative terdapat pada Frekuensi ( r = -0,500), Kerapatan ( r = - 0,755), Tutupan ( r = - 0,706 ), indeks nilai penting Thalasia hemprichii ( r = - 0,047 ) dan Halophila ovalis ( r = -0,357), korelasi positif terdapat pada indeks nilai penting Enhalus acoroides ( r = 0,333). Uji lanjut regresi linier sederhana terjadi pada kerapatan dan tutupan lamun dimana setiap kenaikkan 0,1gm/cm 2 /hari mengurangi kerapatan lamun 144 tegakan, dan tutupan lamun 96,5 tutupan. Kata kunci : Hubungan Antara Laju Endapan Sedimen dan Struktur Komunitas Lamun (Studi Kasus Di Perairan Sebauk) ABSTRACT Supposedly sedimentation due to erosion of the bauxite mined land in the waters Sebauk have an impact on the community structure of seagrass. The purpose of this research was to know the correlation between the rate of sediment deposition and seagrass community structure. The method used is a plot transects for measuring the community structure of seagrass. Observed variables include the frequency, density, cover, Importance Value Index. And Sediment traps, measure the rate of sediment deposition. Data analysis using correlation and simple linear regression. The results showed negative correlation found on Frequency (r = -0.500), density (r = - 0.755), cover (r = -0.706), Importance Value Index Thalasia hemprichii (r = -0.047) and Halophila ovalis (r = -0.357), positive correlation found in Importance Value Index Enhalus acoroides (r = 0.333). Further test of simple linear regression occurs in density and seagrass cover, where each increase 0,1gm / cm 2 / day reduce the density of seagrass 144 stands, and cover 96.5 seagrass cover. Keywords : Relationship Between Sediment Deposition rate and Seagrass Community Structure (Case Study Waterway Sebauk) 1

PENDAHULUAN Perairan Sebauk tepatnya di Desa Tanjung Sebauk Kelurahan Senggarang Kecamatan Tanjungpinang Kota Provinsi Kepulauan Riau. Perairan ini memiliki sebaran vegetasi lamun yang cukup luas. Selain itu adanya penggundulan lahan atas bekas kegiatan pertambangan bauksit, akibatnya pada saat hujan tiba terjadi erosi dan akan menyebabkan kekeruhan di perairan yang disebabkan partikel tersuspensi. Kondisi ini dapat mengganggu kehidupan lamun. Sebaran sedimentasi terjadi di Perairan Sebauk akan mempengaruhi proses fotosintesis lamun baik sedimen yang menempel di daun lamun maupun yang tersuspensi Lamun membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi untuk melaksanakan proses fotosintesis. Kekeruhan yang disebabkan partikel tersuspensi di perairan, bekas pertambangan bauksit yang masuk ke Perairan Sebauk akan menyebabkan kekeruhan yang mempengaruhi proses fotosintesis lamun dan akumulasi sedimen akan menyebabkan terjadinya penimbunan yang akan berdampak bagi pertumbuhan lamun akibatnya tingkat struktur komunitas lamun di Perairan Sebauk juga akan terganggu baik frekuensi, kerapatan, tutupan, dan indeks nilai penting. Diperkirakan besar laju sedimen dan kondisi lamun tidak merata disepanjang Perairan Sebauk, apakah ada hubungan antara laju endapan sedimen dan struktur komunitas lamun disepanjang Perairan Sebauk? 1. H 1 = Terdapat hubungan antara laju endapan sedimen dan struktur komunitas lamun (kerapatan, tutupan, frekuensi dan indeks nilaipenting) di Perairan Sebauk 2. H 2 = Tidak terdapat hubungan antara laju endapan sedimen dan struktur komunitas lamun (kerapatan, tutupan, frekuensi dan indeks nilai penting) di Perairan Sebauk. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang laju endapan sedimen terhadap struktur komunitas padang lamun dan kondisi kualitas perairan yang ada di Perairan Sebauk, sehingga dapat digunakan sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan dan sumber informasi bagi insstansi terkait dan pihak yang berkepentingan untuk sumber daya perairan di Sebauk TINJAUAN PUSTAKA Lamun (seagrasses) merupakan satusatunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang memiliki rhizoma, daun dan akar sejati yang hidup terendam didalam laut dan umumnya membentuk padang lamun yang luas didasar laut yang masih dapat dijangkau oleh cahaya matahari yang memadai bagi pertumbuhanya Hutomo& Kiswara, (1988) dalam Asriyana dan Yuliana, (2012) Lamun hidup di perairan yang dangkal dan jernih dengan sirkulasi air yang baik. Air yang bersirkulasi diperlukan untuk menghantarkan zat-zat hara dan oksigen serta mengangkut hasil metabolisme lamun keluar daerah pdang lamun. Lamun adalah tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) dari kelas Angiospermae. Terdapat 4 Famili lamun yang diketahui diseluruh perairan di dunia, 2 diantaranya terdapat di perairan Indonesia, yaitu Hydrocharitaceae dan Potamogetonaceae, di Indonesia tercatat ada 12 jenis lamun, 6 jenis dari Suku Hydrocharitaceae, dan 6 jenis dari familiy Potamogetonaceae Romimohtarto dan Juwana, (2007). Sedimen berasal dari bahasa latin yaitu sedimentum yang artinya pengendapan, sedangkan sedimentasi adalah ilmu yang mempelajari proses pembentukan sedimen. Berdasarkan proses dan mekanisme pembentukannya sedimen dapat dibedakan 2

menjadi sedimen tekstur klastik dan non klastik. Tekstur klastik adalah sedimen yang terbentuk dari hasil litifikasi materialmaterial hasil rombakan batuan yang lebih tua, sedangkan sedimen non klastik adalah sedimen yang terbentuk dari hasil aktivitas kimia dan biologi. Dari kedua macam mekanisme pembentukan batuan sedimen tersebut dikenal dengan tekstur klastik dan non klastik Univ. Gajah Mada dalam Rifardi, (2008). METODOLOGI PENELITIAN Penelitian hubungan antara laju endapan sedimen dan struktur komunitas padang lamun ini akan dilaksanakan di perairan Tanjung Sebauk, Kelurahan Senggarang Kecamatan Tanjungpinang Kota, Provinsi Kepulauan Riau, pada bulan November - Desember 2013. Metode Sedimen trap digunakan untuk mengukur laju endap sedimen. Gambar 4. Skema Transek. Arah Transek Plot Ukuran 1x1 m 2 Jarak Plot dan Transek Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini secara umum adalah mengukur kondisi perairan di lapangan. Metode transek dan petak contoh (Transect Plot) digunakan untuk pencuplikan contoh populasi suatu komunitas dengan pendekatan petak contoh yang berada pada garis yang ditarik melewati wilayah ekosistem tersebut Kepmen LH, (2004). Penempatan Sedimen Trap/Plot dan Pengambilan Substrat Penempatan sedimen trap diletakkan pada tiap transek sebanyak 5 sediemen trap pada masing-masing stasiun dibagi 15 titik secara acak penempatan penambat sedimen sehingga 3 titik stasiun jumlahnya sebanyak 45 sedimen trap. Pengambilan sampel sedimen pada masing-masing stasiun dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan dengan selang waktu 7 hari. Sedimen yang tertampung dimasukan kedalam wadah yang telah diberi label nomor titik sampling dan waktu pengambilan. Penimbangan Berat Kering Sedimen Peralatan yang digunakan antara lain: Tabung pengendap, neraca analitik yang berkapasitas 200 gr dengan ketelitian 0,1 mg dan telah di kalibrasi pada saat 3

digunakan, cawan porselin, pelat pemanas, Oven dengan kemampuan temperatur150 c. Dan lain-lain SNI,(1995). Pengeringan benda uji semalaman (sekitar 12 sampai 16 jam) telah cukup. SNI, (03-1965- 1990).dilakukan di Laboratorium Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pengolahan Data Ekosistem Lamun Kondisi ekosistem lamun dengan cara menganalisa komposisi jenis lamun mengacu pada Kepmen LH, (2004).Untuk struktur komunitas lamun menggunakann rumus. Fachrul, (2007). Frekuensi Jenis Fi = Pi P Dengan: Fi = Frekuensi jenis ke i Pi = Jumlah petak sampel tempat ditemukan jenis ke i P = Jumlah total petak sampel yang diamati Frekuensi Relatif FR = Fi F x 100% Dengan : FR = Frekuensi Relatif Fi = Frekuensi jenis ke-i F = Jumlah frekuensi untuk seluruh jenis Kerapatan Jenis Ki = ni A Ki = Kerapatan jenis ke-i Ni = Jumlah total individu dari jenis ke-i A = Luas area total pengambilan sampel (m²) Kerapatan Relatif KR = ni n x 100% KR = Kerapatan Relatif ni = Jumlah individu ke-i n = Jumlah individu seluruh jenis Penutupan Jenis Luas total penutupan ke i P = Luas total pengambilan sampel Penutupan Relatif Penutupan jenis ke i PR = x 100% Penutupan seluruh jenis Indeks Nilai Penting INP = FR + KR + PR INP = Indeks Nilai Penting FR = Frekuensi Relatif KR = Kerapatan Relatif PR = penutupanrelatif Pengolahan Data Laju Endapan Sedimen Laju Sedimentasi untuk mengetahui laju endapan sedimentasi dihitung dengan menggunakan rumus Lanuru dan Fitri, (2005) dalam Bakri, (2012). Sebagai berikut: Ls = m L /t L = πr2 Dimana : Ls = Laju Sedimentasi (gm/cm 2 /hari) m = Berat atau bobot sedimen yang tertambat/berat kering (gm) t = Jangka waktu Sedimen dipasang (hari) L = Luas penambat sedimen (cm 2 ) r = Jari-jari penambat sedimen (cm) Analisis Kualitas Perairan Pengukuran kualitas perairan dilakukan secara insitu di perairan yang meliputti kondisi fisika dan kimia perairan seperti: ph pagi siang sore, pasut mengacu pada shidros TNI AL, (2013). Kedalaman pada saat pasang tertinggi dan surut terendah, Kecepatan Arus, Kekeruhan, pada saat peralihan pasang tertinggi dan surut terendah, Salinitas, Suhu pagi siang dan sore. Sebanyak tiga kali pengulanagan. Dan pada saat surut untuk sampel substrat. Pengukuran dilakukan pada 17-19 Desember 2013. Analisa Butir Sedimen ( Substrat ) Identifikasi diameter jenis-jenis partikel sedimen dapat dilakukan dengan cara ayakan bertingkat menggunakan ukuran mata ayakan (meshes) yang sesuai. 4

Pengayakan Cara Kering (Dry Sieving). Setelah partikel diklompokan menurut kelas diameter, kemudian dapat dilakukan penimbangan terhadap masing-masing kelas diameter, selanjutnya dihitung angka persen berat (%weight). Sampel sedimen yang tertinggal pada setiap ukuran saringan ditimbang masing - masing beratnya sehingga diperoleh distribusi berat sedimen berdasarkan rentang ukuran kerapatan jaring saringan Sheppard, (1954) Poerbandono dan Djunasjah, (2005). Perhitungan persentase berat sedimen dapat diketahui dari masing-masing fraksi sedimen tersebut dengan menggunakan persamaan. beratfraksi i Persen Berat = x 100% berat total Dimana, berat fraksi i = Berat tiap-tiap fraksi ukuran butir (gr) Penentuan ukuran butir rata-rata dapat diketahui dari masing-masing sampel sedimen tersebut dengan menggunakan persamaan: d= persen berat fraksi x ukuran butir fraksi /100 Dimana: d = Nilai ukuran butir rata-rata (mm) Analisa Hubungan Antara Laju Endapan sedimen dan Struktur Komunitas Lamun Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran dilapangan ditabulasikan kedalam bentuk tabel dan dibahas secara deskriptif. Di gunakan analisis statistik dengan software (SPSS) versi 21 dan Microsoft Excel. Laju sedimen terakumulasi diuji dengan korelasi nilai alfa 5% dengan probabilitas 0,5 dan uji lanjut regresi linier sederhana dengan tingkatkepercayaan 95% untuk melihat hubungan antara laju endapan sedimen dan struktur komunitas lamun di Perairan Sebauk Korelasi dan regresi linier sederhana Supranto,J., (1987). A. Hubungan Antara Laju Endapan dan Kerapatan jenis B. Hubungan Antara Laju Endapan dan Frekuensi jenis C. Hubungan Antara Laju Endapan dan Penutupan jenis D. Hubungan antara Laju Endap Sedimen dan INP/Jenis Hasil disajikan secara kualitatif dan kuantitatif dalam bentuk table dan gambar. Dengan model statistik hubungan X dan Y dikatakan positif apabila kenaikan (penurunan) X pada umumnya diikuti oleh kenaikan (penurunan) Y. Sebaliknya dikatakan negatif kalau kenaikan (penurunan) X pada umumnya diikuti oleh penurunan (kenaikan) Y. Dimana : X = Laju endap sedimen Y = Struktur komunitas lamun (Kerapatan, Tutupan, Frekuensi, Indeks Nilai Penting/Jenis). Korelasi: Koefesien korelasi = -1 r 1 r = Koefesien penetuan (coefficient of determination) n i=1 x i yi = Jumlah total xy n i=1 x²i = Jumlah total x² n i=1 v²i = Jumlah total y² Bila terdapat hubungan korelasi yang kuat ( ± 0,5 ) di lakukan analisa lanjut Regresi Linier Sederhana Regresi linier sedehana: Y = a ± bx Dimana : a = Y pintasan, ( nilai y bila X ) = 0 b = Kemiringan dari garis regresi (kenaikan atau penurunan yˑ untuk setiap perubahan satu satuan X) atau koefesien regresi, mengukur besarnya pengaruh X terhadap Y kalau X naik satu unit X = Laju endap sedimen (gm/cm 2 /hari) Y = Struktur komunitas lamun (Kerapatan, Tutupan, Frekuensi, Indeks Nilai Penting / Jenis). 5

HASIL DAN PEMBASAHAN Parameter Fisika dan Kimia Tabel.5..Parameter.Kualitas.Perairan Disetiap Stasiun Penelitian Menurut Van Duin et al., (2001) dalam Ira, (2011). Bahwa partikel pasir dapat mengendap pada 21 kecepatan < 0,20 m/s, sedangkan partikel kerikil mengendap pada kecepatan yang lebih tinggi yaitu < 1 m/s, lanau dan lempung hanya akan mengendap jika kecepatan arus sangat rendah. Dari hasil pengukuran kecepatan arus di Perairan Sebauk kisaran kecepatan arus lambat, kisaran arus rata-rata 0,10-0,14 m/s akan menyebabkan terjadinya akumulasi partikel halus hal ini sesui dengan hasil jenis substrat yang didapat dari ketiga stasiun di Perairan Sebauk yaitu substrat pasir berlumpur. Komposisi Jenis Lamun 1. Berdasarkan hasil analisa data komposisi jenis lamun terdapat tiga jenis lamun di Perairan Sebauk diantaranya Enhalus acoroides, Thalassia Himprichii dan Halophila Ovalis dari hasil identifikasi jenis lamun pada ketiga stasiun 2. frekuensi jenis pada setasiun I transek I (1,09), transek II (1,45) transek III (1,36). Pada stasiun II transek I (1,09) transek II (1,18) transek III (1,27) dan pada stasiun III transek I (1,73) transek II (2) transek III (1,82) 3. kerapatan jenis lamun pada stasiun I transek I kerapatan jenis (19,27) transek II (25,91) transek III (24,73). Pada stasiun II transek I (19,73) transek II (19,91) transek III (20,27) dan pada stasiun III didapat hasil perhitungan kerapatan transek I (64,82) transek II (54,09) transek III (48,45) 4. tutupan jenis lamun pada stasiun I transek I (23,64) transek II (26,36) transek III (27,73). Pada stsiun II transek I (29,09) transek II (26,82) transek III (29,55) dan pada stasiun III transek I (49,55) transek II (60,45) transek III (55,00) 5. INP jenis lamun Enhalus Acoroides pada stasiun I transek I (181,22) transek II (187,54) transek III (189,51). Pada stsiun II transek I (280,07) transek II (260,48) transek III (251,21) dan pada stasiun III transek I (142,62) transek II (152,60) transek III (147,06) Laju Endapan Sedimen hasil analisa perhitungan berat konstan laju endapan sedimen 1. Setasiun I transek I (0,037) transek II (0,043) transek III (0,037gm/cm 2 /hari) 2. Stasiun II transek I (0,033) transek II (0,035) transek III (0,039gm/cm 2 /hari) 3. Stasiun III transek I (0,026) transek II (0,030) transek III (0,034gm/cm 2 /hari) Anwar, (2001) dalam Rifardi,(2010).Menjelaskan bahwa besarnya aliran permukaan yang terjadi pada musim penghujan dan berkurangnya luas kawasan hutan serta semakin luasnya bagian peremukaan tanah daerah aliran sungai yang terbuka menyebabkan erosi permukaan menjadi semakin besar sehingga angkutan sedimen aliran permukaan bertambah besar pula. 1. Hubungan antara Laju Endapan Sedimen dan Struktur Komunitas Lamun Analisa hubungan laju endapan sedimen dan frekuensi jenis korelasi nilai r = -0,500 analisa menunjukan lamun Enhalus acoroides memiliki nilai tertinggi untuk nilai frekuensi jenisnya, ini menunjukan daya adaptasi Enhalus acoroides terhadap pengaruh laju endapan sedimen cukup baik 6

sehingga masih dapat ditemukan disetiap stasiun pengamatan akan tetapi berdampak bagi jenis Thalassia himprichii dan Halophila ovalis dimana frekuensi jenis yang ditemukan tidak merata. Berdasarkan hasil korelasi hubungan laju endapan sedimen, kerapatan nilai r = - 0,755 dan tutupan lamun r =-0,706, mendekati sempurna (-1) analisa kerapatan dan tutupan lamun menunjukan lamun Enhalus acoroides memiliki tingkat kerapatan dan tutupan tinggi dimana pengaruh laju endapan sedimen tidak memberikan dampak langsung terhadap kelangsungan tingkat kerapatan dan tutupan lamun Enhalus acoroides. Gambar 18. Hubungan antara LajuEndapan Sedimen dan Kerapatan Lamun Berdasarkan hasil perhitungan regresi linier sederhana nilai R square 0,570 (100%-57%=43%) ini berarti 57% laju endapan sedimen mempengaruhi kerapatan lamun sedangkan 43% disebabkan oleh faktor lain. Hasil perhitungan menunjukan persamaan regresi linier hubungan antara laju endapan sediemen dan kerapatan lamun Y=127,533 2710.335x menyatakan setiap kenaikan 0,1gm/cm 2 /hari akan mengurangi kerapatan lamun sebesar 144 tegakan Gambar 19.Hubungan antara Laju Endapan Sedimen dan Tutupan Lamu Berdasarkan hasil perhitungan regresi linier sederhana menujukan nilai R square 0,499 (100%-0,499%=49.9%) ini berarti 49.9% laju endapan sedimen mempengaruhi nilai tutupan lamun sedangkan 50,1% disebabkan oleh faktor lain, untuk persamaan regresi linier sederhana hubungan antara laju endapan sediemen dan tutupan lamun didapat nilai Y=107,631-2040,840x= menyatakan bahwa setiap kenaiakan laju endapan sedimen 0,1gm/cm 2 /hari akan mengurangi jumlah tutupan lamun sebesar 96,5 tutupan lamun Dilihat dari korelasi laju endapan sedimen dan indeks nilai penting INP dimana semakin tinggi nilai suatu jenis semakin tinggi peranannya terhadap lingkungan terdapat dua pola hubungan positif dan negative, untuk hubungan INP Enhalus acoroides nilai r =0,333 sedangkan nilai INP jenis Thalassia himprichii nilai r = -0,047 hubungan sangat lemah hampir tidak terdapat hubungan, untuk INP jenis Halophila ovalis nilai r = -0,357 hubungan lemah dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa lamun jenis Enhalus acoroides memiliki daya adaptasi yang kuat terhadap pengaruh laju endapan sedimen (Akumulasi). 7

Terrados dkk. (1998), dalam Terrados dan Duarte (2003). Menyebutkan bahwa pelumpuran dan naiknya jumlah liat (clay) dalam air laut melebihi ambang tertentu, akan menurunkan secara tajam kekayaan spesies dan biomassa daun komunitas padang lamun. Sensitivitas jenisjenis lamun ini berbeda-beda terhadap gangguan tersebut, mulai dari Syringodium yang paling sensitif hingga Enhalus acoroides sebagai jenis yang paling tahan. Namun demikian Enhalus acoroides diketahui cukup terpengaruh oleh pelumpuran dengan berkurangnya pembungaan dan pembentukan buah pada air yang meningkat kekeruhannya. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa data komposisi jenis lamun terdapat tiga jenis lamun di Perairan Sebauk diantaranya Enhalus acoroides, Thalassia Himprichii dan Halophila Ovalis dari hasil identifikasi jenis lamun pada ketiga stasiun Hubungan antara laju endapan sedimen dan struktur komunitas lamun di Perairan Sebauk terdapat hubungan korelasi negative dan positif, korelasi negative kuat pada kerapatan dan tutupan lamun korelasi negative sedang pada frekuensi, untuk INP jenis Thalassia Himprichii negative sangat lemah hampir tidak terdapat hubungan antara laju endapan sedimen dan INP jenis Thalassia Himprichii dan korelasi untuk Halophila Ovalis negative lemah sedangkan yang berkorelasi positif hubungan terjadi pada Enhalus acoroides dan untuk regresi linier sederhana yang signifikan dengan tingkat kepercayaan 95% hubungan terjadi pada kerapatan dan tutupan lamun. Saran Guna memperoleh data yang lebih akurat terhadap laju endapan sedimen dan struktur komunitas lamun dari erosi bekas pertambangan bauksit perlu dilakukan penelitian lanjutan di daerah yang terdapat lamun dan dipengaruhi erosi bekas pertambangan bauksit untuk jangka waktu lebih lama dari penelitian sekarang ini dan di daerah yang berbeda untuk mendapatkan perbandingan hasil. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2014. Ancaman Kelestarian PadangLamun. Asriyana. dan Yuliana. 2012. Produksivitas Perairan. Penerbit PT Bumi Aksara. Bogor. Ferianita Fachrul, M. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta. Kordi, K, M. Gurfan, H. 2012. Ekosistem Lamun.Penerbit PT. Rineka Cipta,Jakata. Ira. 2011. Keterkaitan Padang Lamun Sebagai Pemerangkap dan Penghasil Bahan Organik dengan Struktur Makrozoobentos di Perairan Pulau Barang Lompo. IPB. Bogor. Kepmen LH, Nomor 51, 2004. Baku mutu air laut. Kepmen LH, Nomor 200, 2004. Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun. Rifardi. 2008. Tekstur Sedimen Sampling dan Analisis. Penerbit Unri Pres, Pekanbaru. Rifardi. 2010. Ekologi Sedimen Laut Modern. Penerbit Unri Pres, Pekanbaru. Romimohtarto, K, Juwana, S, 2007. Biologi laut:ilmu pengetahuan tentang biota laut: Djambatan, Jakarta. Santoso, S. 2013. SPSS 21 di Era Informasi. Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Shidros, 2013. Pasang Surut Selat Kijang. TNI AL. Standar Nasional Indonesia, 1990. (SNI) tentang Cara uji penentuan kadar air untuk tanah dan batuan adalah revisi dari SNI 03 1965 8

1990 Metode Pengujian Kadar Air Tanah. Standar Nasional Indonesia,1995. Metode Pengujian Kadar Sedimen Layang Secara Gravimetri dengan Pengendapan. Supranto. J,M.A. 1987. Statistik Teori Dan Aplikasi Edisi 5. Penerbit Erlangga : PT Glora Askara Pratama. 9