SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI NAMA DAN JENIS BATU. Naskah Publikasi

dokumen-dokumen yang mirip
REKAMAN DATA LAPANGAN

STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU

Ciri Litologi

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI

Geologi Teknik. Ilmu Geologi, Teknik Geologi,

Proses metamorfosis meliputi : - Rekristalisasi. - Reorientasi - pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya.

Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf

Petrogenesa Batuan Beku

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mineral Dalam Batuan Batuan Beku

Siklus Batuan. Bowen s Reaction Series

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

Proses Pembentukan dan Jenis Batuan

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Tes 1. Bahan : Geologi -1

hiasan rumah). Batuan beku korok

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

Bab III Geologi Daerah Penelitian

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada.

CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks

BATUAN BEKU IGNEOUS ROCKS

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Solusi. Latihan 1. Bahan : Geologi -1

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Latihan 1. Bahan : Geologi -1

ACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN

Gambar 2.1 Siklus batuan, tanda panah hitam merupakan siklus lengkap, tanda panah putih merupakan siklus yang dapat terputus.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

BAB II TATANAN GEOLOGI

Sistem Pakar untuk Pemilihan Obat Non Resep Dokter. Naskah Publikasi

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

LEMBAR DESKRIPSI PETROGRAFI

PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN

Tekstur dan Struktur Pada Batuan Sedimen

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II PETROLOGI BATUAN BEKU EKSTRUSI A. PENGERTIAN BATUAN BEKU EKSTRUSIF

Gambar 2.1 Lapis Perkerasan Jalan

proses ubahan akibat perubahan Tekanan (P), Temperatur (T) atau keduanya (P dan T).

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang dipakai adalah skala Wentworth

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

BAB III Perolehan dan Analisis Data

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK PERTOLONGAN PERTAMA MENDIAGNOSA DEMAM Shela Shelina Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok 164

What is a rocks? A rock is a naturally formed aggregate composed of one or more mineral

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi

Sekumpulan mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 2.22 Fasies batuan ubahan dalam kaitannya dengan temperatur, tekananm dan kedalaman (Norman, 1985)

Raden Ario Wicaksono/

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan

Bahan 1. Problem set 6 lembar 2. Skala Wentwort 3. Beberapa Batuan Sedimen Non Karbonat

Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer) 2 Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer)

Berdasarkan susunan kimianya, mineral dibagi menjadi 11 golongan antara lain :

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan praktikum mineral optik hanya mendeskripsikan mineralnya saja.

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

SISTEM INFORMASI APOTEK FARAH FARMA DI TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA. Naskah Publikasi. diajukan oleh Yulianto

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

MINERAL DAN BATUAN. Yuli Ifana Sari

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

DAFTAR PUSTAKA. Bemmelen, R.W., van, 1949, The Geology of Indonesia, Vol. I-A, Gov. Printed

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

TAKARIR. data atau informasi dan transformasi data yang bergerak dari pemasukan data hingga ke keluaran. Database

Foto 3.21 Singkapan Batupasir Sisipan Batulempung Karbonan pada Lokasi GD-4 di Daerah Gandasoli

ALBUM PETROGRAFI BATUAN METAMORF MARMER

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Jl. HM Jhoni No 70 Medan, Indonesia 1 ABSTRAK. Kata Kunci: Kecerdasan Buatan, Sistem Pakar, Forward Chaining, Batuan alam.

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

Soal Materi Pembekalan Student Geoscience Olympiad Tahap I Lustrum 9 HMTG FT UGM 18 Mei 2007 Waktu : 120 menit

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 12 BATUAN DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH

Tekstur dan Struktur Batuan Beku Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah petrografi

Struktur batuan beku ekstrusif. a. Masif. b. Columnar joint (kekar kolom)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Diferensiasi magma pembagian kelas-kelas magma sesuai dengan komposisi kimiawinya yang terjadi pada saat magma mulai membeku.

PENELITIAN BATUAN ULTRABASA DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, PROVINSI MALUKU UTARA. Djadja Turdjaja, Martua Raja P, Ganjar Labaik

BATUAN BEKU. Disusun Oleh :

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

PANDUAN PRAKTIKUM P E T R O L O G I

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Ash, atau abu volkanik adalah material hasil letusan gunungapi (atau material piroklastik) dengan ukuran butir < 2mm.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Revisi SNI Daftar isi

KOMPUTERISASI SISTEM INFORMASI PRESENSI GURU DAN KARYAWAN PADA SMP NEGERI 1 PARAKAN TEMANGGUNG DENGAN MENGGUNAKAN BARCODE.

Transkripsi:

SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI NAMA DAN JENIS BATU Naskah Publikasi diajukan oleh MURSETO 05.11.0840 kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2009 1

NASKAH PUBLIKASI SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI NAMA DAN JENIS BATU disusun oleh Murseto 05.11.0840 Dosen Pembimbing Krisnawati, S.Si, MT NIK. 190302038 Tanggal, 18 Januari 2010 Ketua Jurusan Teknik Informatika Ir. Abas Ali Pangera, M. Kom. NIK. 190302010 2

EXPERT SYSTEM FOR IDENTIFICATION OF NAME AND TYPE STONE SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI NAMA DAN JENIS BATU Murseto Jurusan Teknik Informatika STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRACT Use of information systems with artificial intelligence, systems design and the program can substitute for human vital role in finding solutions, providing decision, clarifying, predicting, and other things that are identical with human intelligence, the existence of Petrology experts, not necessarily the one found directly to prolong the consultation time to learn the results of the research will be undertaken, with the expert system that can help shorten the time to find out the result sought by the expert system of rocks. Expert System Application petrology is a software that will be used to diagnose various types of rocks, based on inputs provided by the user. From these inputs the system will make decisions by using rules that have been established. This software is developed by using Vb.Net programming language and MySQL database 5. Input user is given a choice of features that have been provided by the system. Output obtained by the user are the conclusions / results are taken based on the choice of symptoms which is input by the user. In this thesis, try to analyze the main points of discussion and the results are intended to provide a conclusion / outcome of these expert systems. In addition, also to develop a data base and type of rock batyuan to leverage data already stored in a database in order to provide better value for users. Keyword: information System, petrology, input user, output 3

1. Pendahuluan Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi, terutama dalam bidang Artificial Intelegence (AI) yang kini telah melahirkan bidang diantaranya dikenal dengan sebutan Expert System atau Sistem Pakar. Dengan ditemukannya bidang tersebut maka dapat menjadi sebuah tolak ukur bahwa peranan komputer dapat menggantikan posisi ahli dalam suatu bidang dengan memanfaatkan pengetahuan ahli tersebut untuk menyelesaikan masalah dalam ruang lingkup yang telah ditentukan. Sistem berbasisi komputer dengan Artificial Intelegence (AI) sangat diperlukan dalam kehidupan manusia, yang mana mempunyai tujuan untuk mengadopsi kemampuan yang mirip dengan manusia dalam bernalar atau berfikir. Penggunaan sistem informasi dengan kecerdasan buatan, mesin atau sistem di desain dan di program untuk dapat menggantikan peran vital manusia dalam mencari solusi, memberikan keputusan, mengklarifikasi, memprediksi, dan hal- hal lainnya yang identik dengan kecerdasan manusia. Dengan demikian dapat memberikan kemudahan dalam penyelesaian pekerjaan atau masalah, karena dalam beberapa aspek peran manusia dapat digantikan oleh komputer. Tujuannya adalah agar kualitas kehidupan manusia dapat semakin ditingkatkan karena pekerjaan-pekerjaan yang tidak efisien, memakan waktu, melelahkan, atau berbahaya dapat dialihkan untuk dikerjaan oleh mesin. 2. Landasan Teori 2.1 Kecerdasan Buatan Kecerdasan buatan merupakan bagian dari ilmu komputer yang digunakan untuk menciptakan perangkat lunak dan perangkat keras dengan tujuan untuk menghasilkan sesuatu seperti yang dihasilkan oleh manusia (Turban dan Frenzel, 1992,p3). Definisidefinisi tentang kecerdasan buatan antara lain : a. Luger dan Stubblefield Kecerdasan buatan adalah cabang dari ilmu komputer yang berkaitan dengan perilaku dari kecerdasan. b. Rich dan Knight Kecerdasan buatan adalah salah satu bagian dari ilmu komputer yang membuat komputer dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan manusia. 4

c. Ensiklopedia Britannica Kecerdasan buatan sebagai cabang dari ilmu komputer yang dalam representasi pengetahuan lebih banyak menggunakan bentuk simbol-simbol dari pada bilangan, dan memproses informasi berdasarkan metode heuristik atau dengan berdasarkankan sejumlah aturan. 2.2 System Pakar Sistem pakar menurut Turban dan Frenzel (1992, p24) adalah suatu sistem yang diusahakan agar dapat mengadopsi pengetahuan manusia ke dalam komputer, agar komputer tersebut dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukakan oleh para pakar. Sistem pakar yang baik dirancang untuk dapat menyelesaikan suatu permaslahan tertentu dengan meniru prinsip kerja dari para pakar. Dengan sistem ini, user akan mampu menyelesaikan masalah yang cukup rumit yang sebenarnya hanya dapat diselesaikan dengan bantuan para pakar. Bagi para pakar sendiri, sistem ini juga akan membantu aktivitasnya sebagai seorang asisten yang sangat berpengalaman. Beberapa definisi tentang sistem pakar, antara lain : a. Menurut Giarratano dan Riley (1998,p2) Sistem pakar adalah suatu sistem komputer yang bisa menyamai atau meniru kemampuan dari seorang pakar. b. Jackson (1992,p2) Sistem pakar adalah program komputer yang mewakili dan menelusuri pengetahuan dari beberapa subyek spesial untuk memecahkan masalah atau memberi nasihat. c. Rich and Knight (1991, p574) Sistem pakar adalah suatu sistem yang memiliki tujuan untuk menyelesaikan masalah yang biasa dilakukan oleh seorang pakar. 2.3 Batuan Batuan merupakan bentukan alam yang terpadu, disususn oleh dua macam mineral atau lebih, tidak termasuk tanah. Batuan bisa mengandung satu atau lebih beberapa mineral. Sebagai contoh ada yang disebut sebagai monomineral rocks (batuan yang hanya mengandung satu jenis mineral), misalnya marmer, yang hanya mengandung kalsit dalam bentuk granular, kuarsit, yang hanya mengandung mineral kuarsa. Di samping itu di alam ini paling banyak dijumpai batuan yang disebut polymineral rocks (batuan yang mengandung lebih dari satu jenis mineral), seperti granit atau monzonit kuarsa yang mengandung mineral kuarsa, fiedspar, dan biotit. 5

2.3.1 Mineral Penyusun Batuan Mineral utama merupakan mineral primer yang sangat berpengaruh di dalam penentuan penamaan batuan. Berdasarkan pengelompokan yang dibuat oleh Bowen, susunan kristalisi mineral utama disajikan dalam bentuk deret reaksi Bowen, pembentukannya dimulai dari mineral olivine, piroksen, amfibol, biotit, ortoklas, muskovit, kuarsa. Mineral sekunder merupakan mineral-mineral yang dibentuk kemudian setelah mineral utama seperti mineral klorit. Mineral aksesori merupakan mineral tambahan yang didapatkan semua batuan, contoh mineral magnetit (Fe 2 O 4 ), zircon (ZrSiO 4 ). Klasifikasi mineral berdasarkan kekerasnnya disebut mineral skala Mohs. 2.3.2 Pengelompokan Jenis Batuan Pengelompokan batuan di bumi terdiri tiga macam batuan, yakni : Batuan Endapan (sedimen), Batuan Beku, Batuan Malihan (metamorf). a. Batuan Sedimen, dibentuk oleh butir-butir batuan lain yang lapuk karena erosi atau kikisan. Ukuran butir dipengaruhi jarak dan alur lintasan angin atau air yang membawanya. Batuan ini berlapis dan umumnya mengandung fosil. Batuan sedimen yang paling penting di indonesia berumur tersier dikarenakan minyak bumi terdapat pada batuan tersebut. Batuan endapan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu : Endpan Klastika, Endapan Kimia, Endapan Biogenesis. Contoh batuan sedimen : Batu lanau, Batu pasir, Breksi, Batu Ttravertin, Batuan karbonat, Dolostone. b. Batuan Beku, terbentuk karena pembekuan magma baik di dalam maupun di permukaan bumi. Pembekuannya lambat sehingga menghasilkan bentuk yang kasar pada kristal mineralnya, contoh batuan beku dasit. c. Batuan Malihan (metamorf), terbentuk dari batuan lain yang berubah karena pengaruh tekanan dan temperatur yang tinggi. Tekanan tinggi menimbulkan terjadinya mineral pipih yang tegak lurus dengan arah tekanan. Temperatur menyebabkan terjadinya bentuk mineral yang berukuran snagat halus. Batuan malihan juga dapat terbentuk oleh lingkungan kimiawi, contoh batu sabak. 6

3. Analisis (Proses Penelitian) 3.1 Analsis Sistem Pakar Dalam mengembangkan sistem pakar ini diperlukan pengetahuan dan informasi yang diperoleh dari beberapa sumber, yaitu dari para pakar, serta buku tentang geologi yang berhubungan dengan batu yang ada. Seorang pakar adalah seseorang yang ahli dalam bidang tertentu dan mempunyai pengetahuan atau keahlian khusus yang tidak dikuasai dan dimiliki oleh kebanyakan orang lain sehingga dapat memecahkan permasalahan yang tidak dapat oleh kebanyakan orang atau dapat memcahkan masalah dengan cara yang lebih efisien (Giarratano dan Riley, 1998, p2). Oleh karena itu ruang lingkup pembahasan identifikasi nama batu tidak akan menyimpang dari pengetahuan dari para pakar. Dalam mengidentifikasi nama batuan, seorang ahli geologi (seorang pakar) harus memahami dengan baik bentuk dan ciri-ciri batuan tersebut, sehingga dapat menyimpulkan suatu kesimpulan yang akurat serta dapat menentukan nama dan kelompok batu tersebut. Tidak semua jenis batu dapat diketahui nama dan kelompoknya oleh sistem pakar, oleh karena itu sistem pakar ini digunakan sebagai alat bantu dalam mengidentifikasi nama dan kelompok jenis batu. 3.2 Analisis Batuan Atas dasar cara terbentuknya, batuan dibedakan menjadi tiga kelompok, yang mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. Karakteristik Batuan Beku 1) Sifat Fisik Pengamatan fisik yang perlu diamati adalah warnanya saja. Warna dapat mencerminkan proposisi kehadiran mineral terang (felsik) terhadap mineral berwarna gelap (mafik). Dari pengamatan warna ini, dapat memberikan penafsiran kepada tipe batuan asam, menengah, basa dan untrabasa. 2) Tekstur Pengamatan tekstur meliputi, tingkat kristalisasi, keseragaman kristal dan ukuran kristal yang masing-masing dpat dibedakan menjadi beberapa macam. a) Tingkat Kristalisasi Holokristalin, seluruhnya terdiri atas kristalin Holohyalin, seluruhnya terdiri atas gelas Hypohyalin, sebagian kristal dn sebagian gelas 7

b) Keseragaman Kristal Equigranular, mempunyai ukuran kristal yang relatif seragam. Sering dipisahkan menjadi idiomorfik granular (kristal berbentuk euhedral), hypidiomorfik granular (kristal berbentuk subhedral) dan allotriomorfik granular (kristal berbentuk anhedral). Inequigranular (porfiritik), mempunyai ukuran kristal yang tidak seragam. Kristal yang relatif besar disebut sebagai fenokris (kristal sulung), yang terbentuk lebih awal. Sedangkan kristal yang lebih halus disebut sebagai massa dasar. Afanitik, jika batuan kristalin mempunyai ukuran kristal yang sangat halus dan jenis mineralnya tidak dapat dibedakan dengan kaca pembesar. 3) Komposisi Mineral pada batuan beku dapat dikelompokkan menjadi mineral utama dan mineral asesori. Mineral utama merupakan mineral yang dipakai untuk menentukan nama batuan berdasarkan komposisi mineralogi, karena kehadirannya pada batuan melimpah. Contoh : ortoklas, plagioklas, kuarsa, piroksen dan olivin. Mineral asesori adalah mineral yang keberadaanya pada batuan tidak melimpah, namun sangat penting dalam penamaan batuan, misalnya biotit atau homblende pada granit biotit atau granit hornblende. Mineral yang sangat halus, misalnya pada batuan yang bertekstur afanitik, cukup disebutkan kelompok mineralnya saja, misalnya mineral felsik, intermediate atau mineral mafik. Contoh: riolit tersususn oleh mineral felsik. 4) Struktur Struktur pada batuan beku adalah kenampakan hubungan antara bagianbagian batuan yang berbeda. Struktur ini sangat penting di dalam menduga karakteriostik keteknikan, misalnya pada batuan beku yang berstruktur kekar tiang (columnar joint) akan mempunyai karakteristik keteknikan yang berbeda dengan batuan beku yang berstruktur kekar lembaran (sheeting joint). Kedua struktur ini hanya dapat diamati di lapangan. Macam- macam struktur yang sering dijumpai pada batuan beku adalah: Masif : bila batuan pejal tanpa retakan atau lubang gas Teretakkan : bila batuan mempunyai retakan (kekar tiang atau kekar lembaran) Versikuler : bila terdapat lubang gas. Skoriaan, jika lubang gas tidak saling berhubungan; Pumisan, jika lubang gas saling 8

berhubungan; Aliran, jika ada kenampakan aliran pada orientasi lubang gas Amigdaloidal : bila lubang gas terisi oleh mineral sekunder b. Karakteristik Batuan Sedimen 1) Sifat Fisik Pengamatan fisik meliputi pengamatan warna dan derajat kompaksi. Warna batuan sedimen dapat mencerminkan komposisi dominan atau jenis semen penyusunnya, misalnya batuan sedimen yang berukuran pasir berwarna kuning atau kemerahan dapat diduga bahwa batuan tersebut disemen oleh material yang tersusun oleh oksida besi. 2) Tekstur Tekstur batuan sedimen adalah segala kenampakan yang berhubungan dengan butiran penyusunnya, seperti ukuran butir, bentuk butir, hubungan antar butir (kemas). Secara umum tekstur batuan sedimen dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu klastik dan non klastik. Pada tekstur klastik, yang diamati meliputi: Ukuran butir yang dapat dipisahkan berdasarkan skala Wentworth, seperti bongkah (>256 mm), berangkal (64. 256 mm), kerakal (4.64 mm), kerikil (2. 4 mm), pasir (0,063.2 mm), lanau (0,004.0,063 mm) dan lempung (<0,004 mm) Sortasi (pemilahan) dapat berupa sortasi baik, jika besar butiran penyusunnya relatif sama dan sortasi buruk, jika besar butiran penyusunnya tidak sama. Bentuk butiran dibedakan atas bentuk menyudut (angular) dan membundar (rounded) serta menyudut/membulat tanggung (subangular atau subrounded) Kemas dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kemas terbuka (matrix supported), jika butiran yang berukuran besar (fragmen)tidak saling bersentuhan atau mengambang dalam matrix. Kemas tertutup (class supported) jika butiran penyusunnya saling bersentuhan satu sama lain. Pada batuan sedimen yang berukuran >2 mm, masih dapat dideskripsi lebih detail mengenai fragmen (butiran yang lebih besar dari ukuran pasir). Matrix (butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan diendapkan bersamasama fragmen), semen (material halus yang menjadi pengikat antara matrik dan fragmen) semen dapat berupa silika, karbonat, sulfat, atau oksida besi. 9

Pada batuan yang bertekstur non-klastik umumnya memperlihatkan kenampakan mozaik dari kristal penyusunnya. Kristal penyusun biasanya terdiri dari satu macam mineral ( monomineralik), seperti gipsum, kalsit, dan anhidrit. Macam-macam tekstur non-klastik adalah : Amorf : berukuran lempung/koloid Oolitik : kristal berbentuk bulat yang berkumpul, ukurannya 0,25.2 mm Pisolitik : sama seperti oolitik, ukuran butir kristalnya > 2mm 3) Komposisi Pengamatan kompisisi pada batuan sedimen lebih kompleks daripada pada batuan beku, karena batuan sedimen dapat tersusun oleh fragmen batuan maupun mineral. Namun pada pengamatan komposisi yang ditekankan cukup pada pengamatan komposisi fragmen dan semen. Fragmen dapat berupa butiran mineral yang berukuran lebih dari 2 mm maupun batuan lain (beku, sedimen, metamorf). Semen biasanya tersusun oleh mineral-mineral berukuran halus, seperti lempung, gipsum, karbonat, oksida besi dan/ atau silika. Jenis semen ini akan berpengaruh terhadap karakterikstik keteknikan dari batuan sedimen. Batuan yang tersemen silika akan mempunyai karakteristik keteknikan yang lebih baik daripada batuan yang tersemen karbonat. Jenis semen ini bisa diperkirakan dengan menggunakan alat bantu, misalnya HCI untuk menentukan hadirnya material karbonat. Semen gipsum biasanya mempunyai warna hampir sama dengan karbonat, hanya tidak bereaksi dengan HCI. Semen oksida besi biasanya berwarna kuning atau merah. Sedangkan semen silika biasanya sangat keras. 4) Struktur Struktur pada batuan sedimen sangat penting baik untuk geologi maupun geologi teknik. Pada analisis geologi struktur ini dapat digunakan untuk menganalisis kondisi tektonik dari daerah dimana batuan sedimen tersebut dijumpai. Di samping itu pada bidang batas struktur sedimen secara keteknikan merupakan bidang lemah. Macam struktur sedimen yang dapat dijumpai, misalnya: Perlapisan atau laminasi sejajar, bentuk lapisan yang pada awalnya terbentuk secara horizontal. Posisi lapisan ini dapat berubah jika terkena proses tektonik, misalnya perlapisan miring atau terkena patahan. 10

Perlapisan silang-siur, perlapisan batuan saling potong-memotong. Perlapisan bergradasi (graded bedding), yang dicirikan oleh perubahan ukuran butiran pada satu bidang perlapisan. Masif, apabila tidak dijumpai lapisan atau laminasi. c. Karakteristik Batuan Metamorf 1) Sifat Fisik Pengamatan fisik pada batuan metamorf meliputi pengamatan warna batuan. Warna batuan dapat mencerminkan ukuran butiran. Warna yang gelap cenderung mempunyai ukuran yang halus yang tesusun oleh mineral-mineral mika yang berukuran halus. Warna yang terang biasanya tersusun oeh kuarsa atau karbonat. 2) Tekstur Pengamatan tekstur pada batuan metamorf relatif hampir sama dengan pada batuan beku, karena sama-sama terdiri atas kristal. Macam-macam pengamatan tekstur pada batuan metamorf adalah sebagai berikut : Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal: idioblast (jika mineral penyusunnya dominan berbentuk euhedra), hypidioblast (jika mineral penyusunnya berbentuk anhedra). Berdasarkan bentuk mineral, tekstur batuan metamorf dapat dibagi menjadi : lepidoblastik (terdiri dari mineral berbentuk tabular seperti mika), nematoblastik ( terdiri dari mineral berbentuk prismatik, seperti hornblende/amfibol), granoblastik (terdiri dari mineral yang berbentuk granular, anhedra, dengan batas-batas suture), dan porfiroblastik (terdiri dari mineral-mineral yang berukuran tidak seragam, beberapa mineral ditemukan berukuran lebih besar daripada yang lain) 3) Komposisi Komposisi mineral pada batuan metamorf hampir sama dengan pada batuan beku atau sedimen non-klatik. Perbedaanya jenis mineralnya lebih kompleks karena merupakan hasil rekristalisasi dari mineral-mineral pada batuan asalnya. Komposisi mineral pada batuan metamorf berfoliasi biasanya polimineralik, sedangkan pada non-foliasi monomineralik, kecuali hornfels. 4) Struktur Struktur pada batuan metamorf lebih penting daripada tekstur, karena merupakan dasar dari penamaan batuan metamorf. Struktur ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu struktur foliasi dan struktur non-foliasi. 11

Struktur foliasi adalah struktur paralel yang disebabkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusunnya. Umumnya tersusun oleh mineral-mineral pipih dan/atau prismatik, seperti mika, hornblende atau piroksen. Struktur foliasi dapat dibedakan menjadi Slaty cleavage (adanya bidang-bidang belah yang sangat rapat, teratur dan sejajar; batuannya disebut slate/batu sabak), Phyllitic (hampir sama dengan slaty cleavage, tetapi tingkatannya lebih tinggi daripada batu sabak, sudah terlihat adanya pemisahan mineral pipih dan mineral granular; batuannya disebut filit), Schistosic (adanya penjajaran mineral-mineral pipih yang menerus dan tidak terputus oleh mineral granular; batuannya disebut sekis), dan Gneissic (adanya penjajaran mineral-mineral granular yang berselingan dengan mineral-mineral prismatik, mineral pipih memiliki orientasi tidak menerus; batuannya disebut gneis). Struktur non-foliasi dicirikan oleh tidak adanya penjajaran mineral pipih atau prismatik. Struktur ini terdiri atas Hornfelsic (dibentuk oleh metamorfosa termal, dimana butiran mieralnya berukuran relatif seragam; batuannya disebut hornfels [tersusun oleh polimineralik], kuarsit [tersusun dominan oleh kuarsa], dan marmer [tersusun oleh kalsit] ), Cataclastic (terbentuk karena metamorfosa kataklastik, misalnya akibat patahan; nama batuannya adalah kataklasit), Mylonitic (mirip dengan kataklastik, tetapi mineral penyusunnya berukuran halus dan dapat dibelah seperti skis; nama batuannya disebut milonit), dan Pyllonitic (struktur ini mirip dengan milonitik, tetapi sudah mengalami rekristalisasi sehingga menunjukkan kilap sutera; nama batuannya gllonit). 3.3 Representasi Pengetahuan Untuk membantu pengembangkan prototipe sistem pakar ini, maka pengetahuan yang diperoleh dalam bentuk label keputusan selanjutnya direpresentasikan menjadi bentuk diagram pohon keputusan. Proses representasi pengetahuan dari bentuk tabel keputusan menjadi diagram pohon keputusan dilakukan dengan bantuan pakar. Hal ini dilakukan agar pohon keputusan yang dibentuk sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh ahli geologi. Ciri-ciri yang terdapat dalam tabel tidak semuanya digunakan dalam pohon keputusan, hanya ciri-ciri yang membedakan saja yang digunakan. Dengan adanya diagram pohon keputusan tersebut maka kita dapat menggunakannya dalam membentuk aturan-aturan dalam tahapan perancangan prototipe sistem pakar. 12

Andesit Basalt Granit Batu Gamping Konglomerat Dolomitee Marmer Sabak (Slate) Kuarsa a. Tabel Keputusan Nama Batu Ciri - Ciri 1 Abu-abu X X X X 2 Hitam-kehitaman X X X X X 3 Hijau-kehijauan X X 4 Putih X X X X 5 Pink X X 6 Orange X 7 Transparan X 8 Cokelat X 9 Berbutir halus X X X X 10 Porifiritik X 11 Vesikuler X 12 Aphanitic X 13 Porphyritic X 14 Phaneritic X 15 Granitic X 16 Holokristalin X 17 Kerikil X X 18 Subhedral X X 19 Euhedral X 20 Hexagonal X X 21 Lepidoblastik X 22 Granoblastik X 23 Anhedral X X 24 Rhombohedral X X 13

b. Pohon Keputusan Gambar Denah Pohon 1 Pada denah pohon satu ciri utama abu-abu (warna). Jika ciri batu yang ada adalah abu-abu (warna) maka terdapat empat kemungkinan yang ada yaitu, batu basalt, batu dolomite, batu andesit dan batu sabak. Jika tidak terdapat abu-abu (warna) tetapi terdapat ciri berbutir halus dan anhedral maka kemungkinan batu yang ada adalah batu andesit dan batu kuarsa jika tidak terdapat ciri porphyritic. Jika terdpat abu-abu (warna) dan butiran halus tetapi terdapat ciri porphyritic maka kemungkinan batu yang ada adalah batu basalt dan jika tidak terdapat porphyritic maka dibutuhkan informasi lain untuk menentukan nama batu. Gambar Denah Pohon 2 Pada denah pohon tiga ciri utamanya adalah hexagonal. Jika terdapat ciri batu tersebut maka kemungkinan batu yang ada adalah dolomite. Jika tidak terdapat ciri hexagonal tetapi terdapat abu-abu (warna), subhedral dan anhedral maka kemungkinan 14

batu yang ada adalah andesit. Jika tidak terdapat ciri subhedral tetapi terdapat ciri aphantic maka kemungkinan batu yang ada adalah basalt. Sedangkan jika tidak terdapat ciri aphantic maka kemungkinan batu yang ada adalah marmer. Jika tidak terdapat ciri abu-abu (warna) maka dibutuhkan informasi lain untuk menentukan nama batu. 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Implementasi dilakukan untuk menguji prototipe sistem pakar yang telah dikembangkan. Pada implementasi ini ada hal yang perlu dilakukan pengujian yaitu pada user interface (tampilan antamuka), knowledge base (basis pengetahuan). Pada prototipe ini terdapat dua layar utama yaitu form menu utama dan form menu admin. Form menu utama terdiri dari form data batuan, form data jenis, form data warna, form data struktur, form data granularitas, form data bentuk kristal dan form data aturan ciriciri. Spesifikasi sistem (hardware dan sofware) sangat perlu diperhatikan agar prototipe sistem pakar dpat berjalan dengan baik. Seiring dengan kemajuan teknologi komputer dan perkembangan informasi yang semakin pesat, maka dengan penggunaan teknologi informasi ini dapat membantu program sistem pakar menjadi lebih berkembang. Hardware dan sofware yang digunakan tidak harus selalu yang terbaru karena tidak semua harware dan sofware yang baru dan mahal selalu dapat menyelesaikan masalah. Sistem pakar akan lebih baik jika menggunakan sofware yang banyak dimengerti oleh orang lain, sehingga akan lebih mudah bagi user (pengguna) dalam menjalankan program. Sofware yang digunakan juga harus mendukung sistem keamanan (security) yang baik agar tidak dapat dimodifikasi oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Dengan spesifikasi sistem yang mudah diperoleh dan dimengerti tentu saja akan membuat user (pengguna) lebih tertarik. Setelah dilakukan implementasi maka didapatkan hasil evaluasi sistem dari tanggapan para pakar dan juga evaluasi dari kemampuan sistem pakar dalam mencari nama batu dan jenis batu. Pada implementasi tampilan antarmuka sudah baik karena sudah memiliki tampilan visual dan menarik sehingga user friendly pada pemakai, selain itu mudah dioperasikan dan fleksibel karena tidak rumit. Pada evaluasi keseluruhan tentang cara kerja sistem pakar dapat dikatakan bahwa sistem pakar untuk mengidentifikasi nama dan jenis batu ini sudah berhasil dengan baik. Karena pada pengujian terhadap beberapa contoh kasus mencari nama dan jenis batu, sistem pakar ini dapat memberikan hasil identifikasi. Hal ini membuktikan bahwa knowledge base pada sistem pakar ini dapat digunakan dalam mencari dan 15

mengidentifikasi nama dan jenis batuan. Hasil identifikasi pada sistem pakar ini direpresentasikan dalam bentuk kalimat (keterangan). Meskipun sistem pakar yang dirancang ini dapat digunakan pada beberapa kasus identifikasi yang telah diuji, namun sistem pakar ini masih perlu dikembangkan lagi, karena semakin lengkap sistem informasi dan pengetahuan yang didapatkan dari hasil knowledge acquisition untuk distrukturisasi dan dimasukkan ke dalam knowledge base sistem ini, maka akan semakin baik untuk digunakan dalam mengidentifikasi nama dan jenis batuan. 5. Kesimpulan Kesimpulan hasil rancangan dari penggunaan sistem pakar untuk mengidentifikasi batuan ini adalah : a. Prototipe sistem pakar ini telah diselesaikan mencakup berbagai aspek batuan. Rule-rule yang telah dibuat telah sesuai dengan sistem pakar, prototipe sistem pakar dirancang untuk berciri user friendly (dapat dengan mudah dioperasikan oleh user). b. Prototipe sistem pakar ini telah menggunakan decision tree dan decision table yang digunakan sebagai basis pengetahuan dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada user untuk mendapatkan hasil kemungkinan yang muncul dalam melakukan identifikasi. c. Masih terdapat hasil identifikasi dari sistem pakar ini yang memiliki analisis yang masih rendah. Hal ini disebabkan oleh dua hal yaitu perbedaan persepsi antara pertanyaan dan jawaban yang diajukan sistem pakar dengan kondisi ciri batuan yang dideskripsikan oleh user (pemakai) dan adanya kemungkinan perbedaan ciri-ciri batuan dari pemakai yang ada dari ciri-ciri batuan yang seharusnya. d. Sistem pakar untuk mengidentifikasi nama dan jenis batuan ini dapat digunakan oleh pakar geologi untuk digunakan sebagai alat bantu untuk mermberikan identifikasi banding. Selain itu sistem ini juga dapt digunakan bagi para mahasiswa geologi untuk mempermudah pemahaman tentang batuan, karena sistem pakar ini telah mengklasifikasikan batuan secara terstruktur berdasarkan informasi yang diperoleh dari studi pustaka dan para pakar 16

Daftar Pustaka Arbie, Manajemen Database dengan MySQL, Yogyakarta, Andi Offset, 2004. Anita. D dan Arhami M, Konsep Kecerdasan Buatan, Yogyakarta, Andi Offset, 2005. Arhami M, Konsep Dasar Sistem Pakar, Yogyakarta, Andi Offset, 2004. Budiarto, Ir. MT., dkk, MUSEUM GEOTEKNOLOGI MINERAL, yogyakrta, UPN VETERAN, 1997 Bunafit Nugroho, Database Relasional dengan MySQL, Yogyakarta, Andi Offset, 2004 Efraim Turban HM, Jay E. Aronson, Tiang Peng liang, decision support Systems dan Intelegent Systems. Yogyakarta, Andi Offset, 2005. Kusrini, S.Kom, Sistem Pakar Teori dan Aplikasi, Yogyakarta, Andi Offset, 2006. Prasetyo, Didik dwi. Belajar Sendiri Mengolah Database dengan Visual Basic.NET dan MySQL Server, Jakarta, PT Elex Media Komputindo, 2005 Setiawan Sandi, Artificial Intelegence, Yogyakarta, Andi Offset, 1993. Soesilo Joko, Ir, Sutanto, DEA, MT, Ir, Suhartono F, Msi, Ir, Panduan Praktikum Petrologi, UPN Yogyakarta. Supardi, Yuniardi. Ir. Microsoft Visual Basic 2005 untuk Segala Tingkat, Jakarta, PT Elex Media Komputindo, 2008 Sumber internet: http://id.wikipedia.org/wiki/petrologi 17