GENDER DAN KESEHATAN MENTAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

Proses Keperawatan pada Remaja dan Dewasa. mira asmirajanti

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

Gangguan Kepribadian. Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow, yang

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis seorang

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran (Kemenkes RI, 2014). Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengalami situasi konflik emosi dimana ketika antara apa yang diharapkan tidak

Mekanisme Pertahanan Fungsi Mekanisme Pertahanan Klasifikasi Mekanisme Pertahanan Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Matang(Mature)

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah tenaga kerja hampir terjadi di seluruh kota kota besar di

2016 ISU FEMINITAS DAN MASKULINITAS DALAM ORIENTASI PERAN GENDER SISWA MINORITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seperti kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politik. Pergeseran peran tersebut terjadi karena

DIRI PRIBADI. Tentang Diri MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh. mengkomunikasikan tentang Diri Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

Bagi sebagian orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah. melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup

LEBIH DEKAT & SEHAT DENGAN HYPNOTHERAPY *Oleh : Suci Riadi Prihantanto, CHt (Indigo Hypnosis & Hypnotherapy)

SELF & GENDER. Diana Septi Purnama.

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

1. Bab II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. seorang peserta didik adalah belajar. Menurut Gagne (Hariyanto, 2010), belajar

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

PERIODISASI MASA REMAJA DAN CIRI KHASNYA; PUBERTAS, REMAJA AWAL DAN REMAJA AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. didambakan tersebut menjadi hukum alam dalam diri tiap manusia. Akan tetapi,

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BULIMIA NERVOSA. 1. Frekuensi binge eating

Kepekaan Reaksi berduka Supresi emosi Penundaan Putus asa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. Pada perjalanan kehidupan, manusia berada dititik- titik yang berbeda dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan dan kelahiran anak adalah proses fisiologis, namun wanita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

Transkripsi:

GENDER DAN KESEHATAN MENTAL

Kesehatan mental: tidak hanya bicara penyakit, tapi masalah2 penyesuaian diri (dalam arti luas) dan upaya2 menjadi sehat mental Stres, konflik, frustasi Dukungan sosial Penyesuaian diri, pengembangan potensi Masalah2 kesmen yang lebih patologis penanganan/ intervensi Bagaimana dapat mengembangkan kehidupan yang lebih sehat dan membahagiakan

Perempuan lebih banyak datang ke pelayanan psikologis: Mengapa? Perempuan kurang sehat mental? Perempuan lebih banyak menghadapi masalah? Perempuan lebih peka pada situasi diri sendiri? Perempuan lebih bersedia share, tidak merasa terancam, mengakui menghadapi masalah? Laki-laki kurang peka pada situasi diri sendiri? Laki-laki tidak merasa nyaman untuk share, datang pada saat masalah terlanjur berdampak serius?

Gangguan/ Masalah Psikologis Lebih banyak tampil pada Perempuan: Depresi Gangguan cemas Somatisasi Kepribadian histrionik Kepribadian dependen Dependen Disfungsi seksual Fobia Gangguan makan Lebih banyak tampil pada Laki-laki: Alkoholisme dan obat Tingkah laku antisosial Transeksualisme Judi patologis Kepribadian paranoid Kepribadian antisosial Kepribadian kompulsif Gangguan eksplosifagresif

Diagnosis yang diberikan pada perempuan dan laki-laki cukup sering berbeda. Mengapa? Penjelasan biologis? Penjelasan belajar sosial? Penjelasan interaksi?

Penjelasan biologis: Perbedaan hormonal menyebabkan laki-laki cenderung lebih agresif? Tidak adanya kelekatan biologis dengan anak (dibanding dengan perempuan yang mengandung menyebabkan laki-laki cenderung kurang peduli pada orang lain secara umum) Karakter reproduksi perempuan cenderung menyebabkan perempuan lebih mudah depresi? (baby blue; depresi post-partum)

Penjelasan belajar sosial: Kebiasaan, peran, posisi, tuntutan yang diberikan pada laki dan perempuan berbeda, menyebabkan munculnya penghayatan dan masalah2 yang berbeda laki-laki dituntut tampil kuat ; menolak hal2 yang terkait dengan perasaan karena dinilai feminin, harus berkompetisi, sibuk menomorsatukan diri sendiri. perempuan dituntut mengutamakan hubungan, perasaan/ afeksi, menjadi pendukung, menomorsatukan kepentingan orang lain (keluarga: suami, anak)

Penjelasan interaksi: Mungkin ada alasan2 biologis yang mendasari kecenderungan perempuan lebih peduli dan mengutamakan kepentingan sendiri, tetapi yang lebih berpengaruh adalah pembelajaran sosial.

Gender dan Kesehatan Mental; Penjelasan Belajar Sosial Internalisasi Konsepsi Sosial Jenis kelamin = fakta biologis Gender = Fakta Sosial - Fisiologis (interpretasi & konstruksi) - Kromosom - Traits / karakter pribadi - Hormonal - Peran & posisi - Reproduktif - Nilai - Absolut alat reproduksi Maskulinitas Feminitas (ciri primer & sekunder) Mitos : Mitos: - Relatif otot2 ada yg > kuat - hero - suci vs kotor kandungan lemak - dorongan seks - necessary tinggi badan - subjek

Internalisasi Konsepsi Sosial Implikasi terhadap kemunculan / karakteristik masalah psikologis lelaki-perempuan Implikasi terhadap isu kesehatan mental lebih lanjut? Implikasi dalam penanganan psikologis Bias gender Menawarkan solusi peran tradisional Standar ganda Konsepsi yang meyakini mitos2 dan stereotip yang merugikan tentang perempuan dan laki2

Depresi Aspek emosional mood rendah, apati Aspek kognitif evaluasi diri rendah, gambaran negatif tentang diri, hidup, masa depan Aspek motivasional motivasi rendah Aspek tingkah laku hilang minat, gangguan tidur, kelelahan intens

Depresi (lanjutan) Belajar sosial: situasi sosial dan peranperan berbeda; learned helplessness (Martin Seligman) Ketidakmampuan mengemukakan kekecewaan, kemarahan ke luar kemarahan ke dalam

Penggunaan obat/ alkohol Jauh lebih banyak laki2 menggunakan obat/ alkohol (5 laki: 1 perempuan), sering dalam setting sosial data menunjukkan mulai lebih banyak perempuan pengguna obat sering terkait dengan perilaku seks bebas/ tidak bertanggung jawab Pada perempuan ada hubungan antara depresi dengan penggunaan obat penenang/ tidur; sering dalam setting pribadi

Gangguan makan Anoreksia, bulimia hampir selalu perempuan (90 95%) lebih sering pada kalangan menengah atas Obesitas banyak pada perempuan, tetapi pada laki2 juga ada

Anoreksia nervosa: over-control of eating for weight reduction Ada distorsi persepsi tubuh. Dampak: tubuh terus mengurus tetapi subyek tidak mempersepsi demikian; amenorrhea, hilangnya menstruasi, menipisnya rambut, kulit mengering, bersisik, kesulitan buang air, lanugi (tumbuhnya bulu2 di badan, mungkin reaksi tubuh untuk tetap hangat ketika tidak ada lagi kalori masuk) kematian.

Bulimia Bentuk lain anoreksia. Subyek makan banyak, lalu sebelum kalori dicerna tubuh, makanan dimuntahkan. Penjelasan teoritis belum konklusif/ memuaskan Gangguan fungsi biologis? Psikoanalisis: kemuakan pada seks (oral) atau regresi (untuk menolak seks) Belajar sosial: tuntutan tubuh ideal perempuan

Kecenderungan gangguan/ masalah psikologis Perempuan Depresi Gangguan cemas Somatisasi kepribadian histrionik Kepribadian dependen Disfungsi seksual Fobia Gangguan makan Femininitas eksesif Internalisasi masalah (intrapunitive) Menyalahkan diri Menilai diri tidak kompeten Tidak mampu mengambil keputusan Tergantung, tak mandiri Internalisasi kemarahan Pusat kesadaran diri: sebagai obyek Obsesi pada tubuh bodily self rendah, pengobyekan diri Terjerat sebagai korban dalam hubungan personal: idealisasi dan denial

Kecenderungan gangguan/ masalah psikologis (lanjutan) Laki-laki Alkoholisme dan obat Tingkah laku antisosial Transeksualisme judi patologis Kepribadian paranoid Kepribadian antisosial Kepribadian kompulsif Gangguan eksplosif-agresif Maskulinitas eksesif Eksternalisasi masalah (extrapunitive) Mekanisme defens proyeksi Bentul2 pelarian Penggunaan agresi fisik Eksternalisasi emosi negatif pelemparan kesalahan pada pihak lain Pusat kesadaran diri: sebagai subyek Obsesi pada harga diri, ego, posisi pemenang Kekerasan antar lelaki Kekerasan terhadap perempuan Penolakan/ perendahan emosi

Konsepsi Kesehatan Mental Sepanjang sejarah psikologi, kita melihat ada 3 konsepsi kesehatan mental: Tradisional (skala F M), yang dinilai positif dan sehat mental adalah bila laki-laki lebih menampilkan maskulinitas dan perempuan menampilkan femininitas. Keyakinan ini mendasari pengembangan skala F M

Konsepsi Kesehatan Mental (lanjutan) Meski demikian keyakinan ini problematis, karena penelitian Broverman menunjukkan bahwa tuntutan femininitas pada perempuan menyebabkan banyak masalah pada perempuan Di satu sisi yang dianggap sehat mental bagi manusia ternyata sama dengan yang dianggap sehat mental/ dituntut bagi laki-laki, misalnya kemandirian, kemampuan mengambil keputusan, aktif.

Konsepsi Kesehatan Mental (lanjutan) Di sisi lain, perempuan dituntut untuk tampil feminin, yang menyebabkannya mengalami double bind, kebingungan perempuan: Menjadi perempuan yang bukan manusia utuh, atau memenuhi standar manusia tapi bukan sepenuhnya perempuan??

Konsepsi Kesehatan Mental (lanjutan) Maskulin yang maskulin dilihat lebih positif, lebih memungkinkan individu sehat mental karena perempuan lebih berciri feminin (mis. tergantung, pasif) menjadi lebih sulit bagi perempuan untuk sehat mental. Androgin manusia yang tampil dengan ciri-ciri maskulin dan feminin positif adalah manusia yang lebih utuh dan lebih sehat mental Konsep androgin ini dikembangkan oleh Sandra Bem

Bias Gender dalam Intervensi Psikologis Penelitian menunjukkan adanya seksisme atau bias yang merugikan dalam intervensi psikologis yang diberikan oleh psikiater, psikolog, konselor.

Bias gender tampil dalam solusi peran gender tradisional yang diberikan konselor: Bias dalam ekspektansi dan devaluasi perempuan (misalnya fenomena yang sama dilabel berbeda. Minat besar untuk menghabiskan waktu bekerja mungkin dinilai positif pada pria bertanggung jawab, berwawasan ke depan, mengaktualisasi diri. Sementara hal yang sama mungkin dinilai negatif pada perempuan ambisius, bentuk pelarian (belum dpt pacar/ anak, dsb). Penggunaan konsep2 bias (mis dalam perkawinan perempuan harusnya lebih banyak melayani, wajar bila suami ingin tetap dilayani istri walau istri bekerja, wajar bila suami yang selingkuh) Sikap pada klien yang mengobyekkan mis terapis melakukan bujukan/ gurauan seksual pada klien.

Intervensi Psikologis Tidak Bias Gender Membuka kemungkinan peran gender yang luwes pada perempuan dan laki-laki Menyadarkan (pria) tentang kerugian2 konsepsi eksesif maskulinitas bagi keutuhan pribadi (mis sulitnya menjalin kedekatan dengan anak, sulit mengakui perasaan diri sendiri) Klien menemukan yang terbaik bagi dirinya tanpa dipaksa mengikuti konstruksi sosial tentang peran-peran, posisi laki2/perempuan (yang stereotipik, dianggap alamiah) Ada upaya2 memfasilitasi pemahaman akan kesetaraan.

Ciri psikolog/ konselor yang tidak bias gender: Menyadari nilai2nya sendiri sekaligus memahami nilainya bisa berbeda dengan klien Tidak ada rumusan tingkah laku yang wajib bagi perempuan atau bagi laki2 Peran gender yang berbeda (perempuan lebih banyak menghasilkan uang, laki-laki atentif pada anak) tidak dilabel patologis Perempuan dan laki2 diharapkan mandiri dan asertif, juga mampu mengekspresikan emosi dan peduli pada orang lain.

Intervensi Psikologi Feministik Menyadari ketidakseimbangan kekuasaan (alasan2 sosial-struktural) antara laki2 dan perempuan, yang menyebabkan perempuan menghadapi masalah2 khusus Jadi, alasan seringkali sosial, bukan hanya personal; eksternal bukan hanya internal Tetapi, alasan sosial tersebut tidak menyebabkan perempuan kehilangan tanggung jawab pribadi atau keputusan yang telah diambilnya

Intervensi Psikologi Feministik (lanjutan) Mengupayakan relasi setara konselor-klien kemarahan dicoba dibuka, diakui, dikelola secara baik untuk memungkinkan penyelesaian masalah2 terkait Pengembangan konsep diri positif lepas dari stereotif tradisional (mitos, tuntutan) tentang perempuan (mis bila kehilangan keperawanan, telah kehilangan nilai sebagai perempuan)

Intervensi Psikologi Feministik (lanjutan) Kemandirian ekonomi dan psikologis dinilai penting untuk penguatan psikologis perempuan Hubungan persahabatan, cinta dan keluarga seyogyanya diwarnai kesetaraan posisi Membantu perempuan berhubungan sosial secara efektif, menerima diri, mampu membangun kekuatan personal maupun sosial