KEBIJAKAN AKUNTANSI PERSEDIAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII KEBIJAKAN AKUNTANSI PERSEDIAAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 12 AKUNTANSI PERSEDIAAN

AKUNTANSI PERSEDIAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 05 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 05 AKUNTANSI PERSEDIAAN

tedi last 04/17 Kebijakan Akuntansi Jurnal Standar Ilustrasi

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 05 AKUNTANSI PERSEDIAAN

MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL AKUNTANSI PERSEDIAAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH

AKUNTANSI PERSEDIAAN

LAMPIRAN IX PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR : 29 TAHUN 2014 TANGGAL : 27 OKTOBER 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 08 AKUNTANSI PERSEDIAAN

PSAP NO 05 AKUNTANSI PERSEDIAAN

BAB VIII AKUNTANSI PERSEDIAAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI PERSEDIAAN

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 07 AKUNTANSI PERSEDIAAN

BAB VIII AKUNTANSI PERSEDIAAN

BAB VII SISTEM AKUNTANSI PERSEDIAAN

BAB 10 AKUNTANSI PERSEDIAAN

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 102 TAHUN 2016

BAB II LANDASAN TEORI. keakuratan data dan penelitian yang dilakukan saat ini. Dalam penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014

Kebijakan Akuntansi Persediaan. Presented by Your Name

Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2015

Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung.

BUPATI JAYAPURA PROVINSI PAPUA

BAB X KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET LAINNYA

AKUNTANSI PERSEDIAAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 19 TAHUN 2014 BUPATI MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN, BELANJA DAN TRANSFER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEBIJAKAN AKUNTANSI INVESTASI

II. KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN DAN KEBIJAKAN AKUNTANSI AKUN. A. KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 10 TAHUN 2016

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK) DINAS PENDIDIKAN KAB TEMANGGUNG 2014 BAB I PENDAHULUAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI NO.09 AKUNTANSI ASET

BAB I PENDAHULUAN 1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 URAIAN REF ANGGARAN 2014

2. NERACA Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana sampai dengan 31 Desember 2016.

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH. RSUD Dr. MOEWARDI. Jl. Kol. Sutarto 132 Telp Fax Surakarta CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI KEWAJIBAN

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN KOTA MEDAN TAHUN ANGGARAN 2013 (dalam rupiah) NO.

LAPORAN KEUANGAN POKOK. PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NERACA AUDITED Per 31 Desember 2008 dan 2007

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

I. RINGKASAN. Tabel 1. Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan 2011

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Laporan Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian per 31 Desember 2012

Kata Pengantar. Binjai, 27 Februari 2017 Pengguna Anggaran. Ir. Dewi Anggeriani NIP

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG

-1- CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2013 dan 2012 dapat disajikan sebagai berikut:

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG PERSEDIAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN KEUANGAN POKOK. PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI N E R A C A Per 31 Desember Tahun 2009 dan Tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD

PEMERINTAH KOTA LUBUKLINGGAU NERACA Per 31 Desember 2008 dan 2007

Realisasi Belanja Negara pada TA 2014 adalah senilai Rp ,00 atau mencapai 90,41% dari alokasi anggaran senilai Rp ,00.

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR SKPD... Jalan... Telp...

BAB XV PENYAJIAN KEMBALI (RESTATEMENT) NERACA

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN KEUANGAN DINAS PENDAPATAN KABUPATEN BLITAR

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 03 NERACA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ( CALK )

KECAMATAN BAYAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN. Untuk Periode Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2016 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2014

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

LAPORAN KEUANGAN POKOK

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH

Transkripsi:

Lampiran III.7 Peraturan Bupati Bungo Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo KEBIJAKAN AKUNTANSI PERSEDIAAN I. PENDAHULUAN I.1. Tujuan 1. Tujuan kebijakan akuntansi persediaan adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi persediaan dan informasi relevan lainnya. 2. Akuntansi persediaan disusun untuk memenuhi tujuan akuntabilitas sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan untuk keperluan pengendalian bagi manajemen Pemerintah Kabupaten Bungo. I.2. Ruang Lingkup 1. Pernyataan kebijakan ini berlaku untuk entitas akuntansi/pelaporan Pemerintah Kabupaten Bungo yang memperoleh anggaran berdasarkan APBD, tidak termasuk perusahaan daerah. 2. Kebijakan ini diterapkan dalam persediaan dalam penyusunan Neraca. 3. Perlakuan akuntansi persediaan mencakup definisi, pengakuan, pengukuran, dan penyajian/pengungkapan. II. DEFINISI DAN KLASIFIKASI II.1. Definisi 1. Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah daerah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. 2. Persediaan juga mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas. II.1. Klasifikasi 1. Persediaan merupakan aset yang berupa: 1) Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan operasional pemerintah daerah, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor, barang takhabis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas. 2) Bahan....2 1

2) Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses produksi, misalnya bahan baku pembuatan alat-alat pertanian, bahan baku pembuatan benih. 3) Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, misalnya adalah alat-alat pertanian setengah jadi, benih yang belum cukup umur. 4) Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka kegiatan pemerintahan, misalnya adalah hewan dan bibit tanaman, untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat. 2. Persediaan dalam kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. 3. Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki proyek swakelola dan dibebankan ke suatu akun aset untuk konstruksi dalam pengerjaan tidak di masukkan sebagai persediaan. 4. Persediaan dapat terdiri dari: 1) Persediaan alat tulis kantor; 2) Persediaan alat listrik; 3) Persediaan material/bahan; 4) Persediaan benda pos; 5) Persediaan bahan bakar; 6) Persediaan bahan makanan pokok 5. Dalam hal Pemerintah Daerah menyimpan barang untuk tujuan cadangan strategis seperti cadangan energi (misalnya minyak) atau untuk tujuan berj agajaga seperti cadangan pangan (misalnya beras), barang-barang dimaksud diakui sebagai persediaan. 6. Barang bantuan sosial atau hibah yang dibeli/dibangun Pemerintah Daerah termasuk dalam kategori persediaan bila sampai dengan akhir tahun belum diserahkan kepada masyarakat atau pihak yang berhak. 7. Klasifikasi persediaan secara terinci diuraikan dalam Bagan Akun Standar (BAS). III. PENGAKUAN 1. Persediaan diakui : 1) pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah daerah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal, 2) pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah. 2. Pada akhir periode akuntansi catatan persediaan disesuaikan dengan hasil inventarisasi fisik (stock opname). 3. Pengakuan Beban Persediaan, terdiri dari dua pendekatan yakni : 2) pendekatan....3 2

2) Pendekatan aset, pengakuan beban persediaan diakui ketika persediaan telah dipakai atau dikonsumsi. Pendekatan aset digunakan untuk persediaanpersediaan yang maksud penggunaannya untuk selama satu periode akuntansi, atau untuk maksud berjaga-jaga. Contohnya antara lain adalah persediaan obat di rumah sakit, persediaan di sekretariat SKPD. 3) Pendekatan beban, setiap pembelian persediaan akan langsung dicatat sebagai beban persediaan. Pendekatan beban digunakan untuk persediaan-persediaan yang maksud penggunaannya untuk waktu yang segera/tidak dimaksudkan untuk sepanjang satu periode. Contohnya adalah persediaan untuk suatu kegiatan. 4. Selisih Persediaan 1) Sering kali terjadi selisih persediaan antara catatan persediaan menurut bendahara barang/pengurus barang atau catatan persediaan menurut fungsi akuntansi dengan hasil stock opname. Selisih persediaan dapat disebabkan karena persediaan hilang, usang, kadaluarsa, atau rusak. 2) Jika selisih persediaan dipertimbangkan sebagai suatu jumlah yang normal, maka selisih persediaan ini diperlakukan sebagai beban. 3) Jika selisih persediaan dipertimbangkan sebagai suatu jumlah yang abnormal, maka selisih persediaan ini diperlakukan sebagai kerugian daerah. IV. PENGUKURAN 1. Persediaan disajikan sebesar: 1) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan. 2) Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri. Harga pokok produksi persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan yang diproduksi dan biaya tida langsung yang dialokasikan secara sistematis. 3) Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi. Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai tukar aset atau penyelesaian kewajibanan tarpihak yang memahami dan berkeinginan melakukan transaksi wajar (arm length transaction). 2. Persediaan hewan dan tanaman yang dikembangbiakkan dinilai dengan menggunakan nilai wajar. Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar pihak yang memahami dan berkeinginan melakukan transaksi wajar. 3. Persediaan dinilai dengan menggunakan Metode Harga Pembelian Terakhir apabila setiap unit persediaan nilainya tidak material dan bermacam-macam jenis. 4. Persediaan dicatat dengan metode periodik. 1) Dalam metode....4 3

1) Dalam metode periodik, fungsi akuntansi tidak langsung mengkinikan nilai persediaan ketika terjadi pemakaian. Jumlah persediaan akhir diketahui dengan melakukan perhitungan fisik (stock opname) pada akhir periode. Pada akhir periode inilah dibuat jurnal penyesuaian untuk mengkinikan nilai persediaan. Metode ini dapat digunakan untuk persediaan yang sifatnya sebagai pendukung kegiatan SKPD, contohnya adalah persediaan ATK di sekretariat SKPD. Dalam metode ini, pengukuran pemakaian persediaan dihitung berdasarkan inventarisasi fisik, yaitu dengan cara saldo awal persediaan ditambah pembelian atau perolehan persediaan dikurangi dengan saldo akhir persediaan dikalikan nilai per unit sesuai dengan metode penilaian yang digunakan. Khusus untuk jenis persediaan yang berkaitan dengan operasional utama di SKPD dan membutuhkan pengendalian yang kuat. Contohnya adalah persediaan obat-obatan di RSUD, persediaan pupuk di dinas pertanian, dan lain sebagainya. 2) Pencatatan persediaan dapat menggunakan metode Perpetual, dilakukan setiap ada persediaan yang masuk dan keluar, sehingga nilai/jumlah persediaan selalu ter-update. Metode perpetual digunakan untuk mencatat jenis persediaan yang berkaitan dengan operasional utama SKPD dan sifatnya continues serta membutuhkan kontrol yang besar, seperti obat-obatan di RSUD dan pupuk di Dinas Pertanian. 5. Penilaian persediaan menggunakan metode FIFO (First In First Out). Harga pokok dari barang-barang yang pertama kali dibeli akan menjadi harga barang yang digunakan/dijual pertama kali. Sehingga nilai persediaan akhir dihitung dimulai dari harga pembelian terakhir. 6. Barang persediaan yang memiliki nilai nominal (yang seringkali disebut sebagai benda berharga) yang dimaksudkan untuk dijual seperti karcis peron, dinilai sebesar biaya perolehan/pembuatan benda berharga, bukan sebesar nilai nominal karcis yang telah diporporasi. Jika jumlah persediaan benda berharga pada akhir periode pelaporan terdiri atas lebih dari 1 kali proses pembuatan atau perolehan maka nilai benda berharga yang disajikan dalam neraca dicatat sebesar harga pembuatan/perolehan terakhir. IV. BEBAN PERSEDIAAN 1. Beban persediaan dicatat sebesar pemakaian persediaan (use of goods). 2. Penghitungan beban persediaan dilakukan dalam rangka penyajian Laporan Operasional. 3. Dalam hal persediaan dicatat secara perpetual, maka pengukuran pemakaian persediaan dihitung berdasarkan catatan jumlah unit yang dipakai dikalikan nilai per unit sesuai metode FIFO (First In First Out). 4. Dalam hal... 5 4

4. Dalam hal persediaan dicatat secara periodik, maka pengukuran pemakaian persediaan dihitung berdasarkan inventarisasi fisik, yaitu dengan cara saldo awal persediaan ditambah pembelian atau perolehan persediaan dikurangi saldo akhir persediaan dikalikan nilai per unit sesuai metode FIFO (First In First Out). V. PENGUNGKAPAN 1. Dalam CaLK diungkapkan: 1) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan; 2) Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat; dan 3) Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak atau usang. 2. Dalam CaLK Pemerintah Daerah diungkapkan rincian persediaan yang ada di masing-masing SKPD dengan menggunakan format sebagai berikut: No. Persediaan per SKPD 31 Desember 20X1 31 Desember 20X0 1 2 3 4 Jumlah 1 Persediaan Bahan Habis Pakai 1) Dinas Pendidikan 2) Dinas Kesehatan 3) Dst... 2 Pesediaan Bahan Material 1) Dinas Pendidikan 2) Dinas Kesehatan 3) Dst... 3 Persediaan Barang Lainnya 1) Dinas Pendidikan 2) Dinas Kesehatan 3) Dst... 3. Dalam CaLK SKPD diungkapkan rincian persediaan disertai keterangan seperti persediaan yang tersebar di beberapa lokasi agar ditambahkan penjelasan terkait lokasi persediaan, misalnya persediaan obat pada Dinas Kesehatan yang tersebar di beberapa puskesmas, dengan menggunakan format sebagai berikut: No. Jenis Persediaan 31 Desember 20X1 31 Desember 20X0 1 2 3 4 5 Ket Jumlah VI. PENYAJIAN...6 5

VI. PENYAJIAN Persediaan disajikan sebagai bagian dari aset lancar. Berikut ini adalah contoh penyajian persediaan dalam Neraca Pemerintah Daerah. PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA NERACA PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam Rupiah) Uraian 20X1 20X0 Aset Aset Lancar Kas Di Kas Daerah Kas Di Bendahara Pengeluaran Kas Di Bendahara Penerimaan Investasi Jangka Pendek Piutang Pajak Piutang Retribusi Penyisihan Piutang Belanja Dibayar Dimuka Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi Piutang Lainnya Persediaan Jumlah Aset Lancar () () BUPATI BUNGO, dto H. SUDIRMAN ZAINI 6