BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERBANDINGAN METODE POTENSIOMETRI MENGGUNAKAN BIOSENSOR UREA DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UNTUK PENENTUAN UREA

BAB 10 JURUSAN FISIKA Main Menu. exit

TOPIK BAHASAN: ENZIM TUJUAN PEMBELAJARAN:

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME

Laboratorium Analitik, Universitas Hasanuddin Kampus UNHAS Tamalanrea, Makassar, *

FLOW INJECTION POTENTIOMETRY MENGGUNAKAN MODIFIED GRAPHITE-EPOXY-COBALT ELECTRODE UNTUK ANALISIS FOSFAT SKRIPSI. Oleh. Nila Andriani NIM

LAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Pengembangan instrumen berbasis konduktivitas untuk mendeteksi cemaran pangan dalam produk pertanian

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS KLINIK PERCOBAAN IV PENETAPAN KADAR UREA NITROGEN

BAB I PENDAHULUAN. dalam memainkan peranan sebagai neurotransmiter yang dapat mempengaruhi

ANALISIS KINERJA ELEKTRODA KAWAT TERLAPIS POLIPIROL-ASPARTAT SEBAGAI SENSOR ASPARTAT SECARA POTENSIOMETRI ABSTRAK

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.

Bab I Pendahuluan I.1 Deskripsi Topik Penelitian dan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah permasalahan besar yang harus dihadapi pada

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME DAN INFORMASI GENETIK PERCOBAAN 2 UJI AKTIVITAS SUKSINAT DEHIDROGENASE

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia terdiri dari non protein nitrogen dan

4 Hasil dan Pembahasan

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

ENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu

ENZIM. Ir. Niken Astuti, MP. Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, UMB YOGYA

PENYUSUN : 1. Eka Yuli Astuti ( ) 2. Lia Ariesta Ifron ( ) PEMBIMBING : Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.Eng

BAB IV METABOLISME. Proses pembentukan atau penguraian zat di dalam sel yang disertai dengan adanya perubahan energi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. memerlukan waktu inkubasi selama jam. bahkan pembentukan ABTS. -

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam hati dan otot rangka (Kee Joyce LeFever, 2007).

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

LAPORAN PRAKTIKUM Metabolisme Glukosa, Urea dan Trigliserida (Teknik Spektrofotometri)

Reaksi BIOKIMIA PADA UJI BAKTERIOLOGI. No UJI BIOKIMIA KETERENGAN. 1. Uji fermentasi karbohidrat

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

FLOW INJECTION POTENTIOMETRY MENGGUNAKAN COBALT WORKING ELECTRODE UNTUK MENDETEKSI FOSFAT SKRIPSI. Oleh. Putri Fajar Rianasari NIM

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Majalah kesehatan FKUB volume 1 nomer 2, Juni 2014

4 Hasil dan Pembahasan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda

2 Tinjauan Pustaka. Gambar 2.1 Siklus nitrogen di lingkungan hidrosfer

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA

II. Pertumbuhan dan aktivitas makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.3

Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, TRIGLISERIDA, DAN UREA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2

1/6/2012 TEKNOLOGI IMOBILISASI ENZIM

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

Optimalisasi dan Karakterisasi Elektroda Selektif Ion Ni(II) Tipe Kawat TerlapisBerbasis D2EHPA untuk Analisis Kadar Logam Ni(II)

Mekanisme Proses Pencernaan Protein dalam Tubuh Manusia

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk

Kimia Analitik Lanjut dan Instrumentasi (M. Situmorang) Halaman i

Penentuan parameter kualitas air secara kimiawi. oleh: Yulfiperius

Metodologi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding

Macam macam mikroba pada biogas

PERFORMANSI ANALITIK SENSOR UREA TERIMMOBILISASI REAGEN DIASETIL MONOKSIM (DAM) DAN TIOSEMIKARBAZIDA (TSC) SECARA ADSORPSI PADA PLAT SILIKA GEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia berasal dari non protein nitrogen

Molekul, Vol. 10. No. 2. November 2015:

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi negara-negara di dunia semakin meningkat. Hal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

organel yang tersebar dalam sitosol organisme

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan melalui atom O (Barrer, 1982). Klasifikasi zeolit dapat didasarkan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL

FISIOLOGI TUMBUHAN MKK 414/3 SKS (2-1)

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt

REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

PERCOBAAN VII PENGARUH ph TERHADAP KEAKTIFAN SUATU ENZIM : RR. DYAH RORO ARIWULAN NIM : H

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengertian Mitokondria

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Dosen Pembimbingh: Gaguk Resbiantoro. Dr. Melania Suweni muntini

LAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Urea adalah senyawa kimia yang dapat terbentuk secara biologis dalam tubuh makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan (Khairi, 2003). Dalam tubuh manusia pembentukan urea terjadi sebagai produk akhir dari metabolisme protein yang menghasilkan urea. Senyawa ini digunakan dalam pembentukan asam-asam amino sebagai unsur-unsur protein yang berguna bagi tubuh. Kadar urea pada tubuh manusia memiliki batas yang telah ditetapkan yaitu 1,8 4,0 mg/l pada darah (Khairi, 2005). Asam amino, yang dihasilkan dari pencernaan protein makanan, diserap melalui sel epitel usus dan masuk ke dalam darah. Berbagai sel mengambil asam amino ini yang kemudian masuk menjadi simpanan di dalam sel. Asam amino tersebut digunakan untuk membentuk protein dan senyawa lain yang mengandung nitrogen, atau dioksidasi untuk menghasilkan energi. Hati adalah tempat utama oksidasi asam amino. Sebelum rangka karbon pada asam amino dioksidasi, nitrogen terlebih dahulu harus dikeluarkan. Nitrogen asam amino membentuk amonia, yang bersifat toksik bagi tubuh. Di hati, amonia dan gugus amonia dari asam amino diubah menjadi urea, yang bersifat nontoksik, larut dalam air, dan mudah dikeluarkan melalui urin. Perubahan nitrogen asam amino menjadi urea terutama berlangsung di hati. Urea terbentuk dalam siklus urea dari NH + 4, CO 2 dan ATP bereaksi menghasilkan karbamoil fosfat, yang akan bereaksi dengan ornitin untuk membentuk sitrulin. Aspartat kemudian bereaksi dengan sitrulin membentuk argininosuksinat, yang membebaskan fumarat dan membentuk arginin. Akhirnya arginin diuraikan oleh arginase untuk membebaskan urea dan membentuk kembali ornitin (Marks, dkk. 2000). Untuk kepentingan diagnosis dalam bidang kesehatan, dilakukan penentuan kadar urea pada serum atau urin. Pada umumnya penentuan urea dilakukan dengan biosensor dengan enzim. Penentuan ini dapat dilakukan dengan metode 1

2 spektrofotometri dan juga secara elektrokimia yang disebut dengan biosensor.pengembangan biosensor saat ini merupakan salah satu penelitian yang sedang berkembang dalam berbagai bidang, salah satunya dibidang kimia analitik. Sensor adalah perangkat yang menggabungkan elemen pengakuan dengan transduser sinyal. Sensor kimia dapat didefenisikan sebagai alat untuk mengubah bentuk informasi kimia antara suatu konsentrasi kimia kedalam bentuk signal. Perangkat sensor kimia adalah sebuah alat yang mengubah informasi kimia mulai dari konsentrasi komponen menjadi sinyal analitik. Dalam bidang kimia, sensor dikembangkan secara elektrokimia, dimana elektroda digunakan sebagai elemen transduksi, mewakili turunan penting dari sensor kimia (Wahab dan Nafie, 2014). Biosensor pertama kali diperkenalkan ditahun 1962 oleh Clark dan Lyons, yang telah mengimobilisasi enzim glukosa oksidase (GOD) dengan membran semipermeabel dialisis pada permukaan elektroda oksigen dengan tujuan untuk menghitung langsung konsentrasi sampel secara amperometri. Mereka memaparkan bagaimana membuat sensor elektrokimia (ph, polarografi, potensiometri, atau konduktometri) lebih baik dengan menggunakan enzim pada tranduser sebagai membran yang diselipkan. Perangkat biosensor terdiri dari Bioreseptor yaitu komponen biologis yang terimobilisasi (contohnya enzim, DNA) dan transduser yang mengubah sinyal kimia hasil dari interaksi analit dengan bioreseptor kedalam suatu alat elektronik (contohnya potensiostat) (Koyun, dkk, 2010). Secara spektrofotometri, kadar urea ditentukan dengan metode kolorimetri menggunakan spektrofotmeter. Pengukurannya didasarkan pada reaksi enzimatik urease yang spesifik teradap urea dengan dietilmonoksim. Reaksi ini menghasilkan larutan kuning dan ditentukan absorbansinya (Khairi, 2003). Sedangkan secara elektrokimia (potensiometri) penentuan urea dilakukan berdasarkan reaksi antara urea dengan urease membentuk ammonium hidroksida. Urease diimobilisasi/diikat pada permukaan kawat logam dan digunakan juga elektroda referensi dimana keduanya adalah untuk menentukan potensial dari reaksi. Prinsip deteksinya adalah hidrolisis urea menggunakan katalis urease

3 untuk menghasilkan ion amonium, hidroksida dan karbondioksida. Reaksi enzimasi tersebut menghasilkan ion yang berasal dari hasil reaksi substrat, kemudian dapat dideteksi dengan elektroda secara potensiometri (Situmorang, 2010). Persamaan reaksi enzimasi tersebut adalah sebagai berikut: Didalam pengembangan biosensor urea secara potensiometri, hal yang menjadi parameter utama adalah bagaimana teknik imobilisasi urease yang baik pada elektroda agar diperoleh waktu respon yang cepat dan sensitivitas yang tinggi terhadap urea. Dengan itu biosensor tersebut akan mampu menentukan urea pada sampel biologis dengan optimum (Gupta, dkk, 2010). Enzim terimobilisasi merupakan enzim yang dilekatkan pada permukaan suatu bahan tidak larut dengan menggunakan suatu matriks atau membran. Enzim terimobilisasi ini akan lebih tahan terhadap perubahan ph dan suhu. Karena telah dilekatkan, sistem imobilisasi ini akan membuat enzim tetap berada pada tempat tertentu (Wikipedia, 2015). Secara elektrokimia, potensiometri misalnya imobilisasi enzim pada elektroda ini bertujuan agar elektroda yang dibuat dapat digunakan berulang kali dan enzim urease yang digunakan tetap berada disekitar elektroda kerja. Imobilisasi enzim urease yang relevan pada suatu permukaan elektroda merupakan salah satu langkah penting. Kualitas ataupun kemampuan biosensor yang dibuat dengan imobilisasi enzim ini sangat dipengaruhi oleh teknik imobilisasi dan pemilihan matriks yang digunakan (Fauziah, 2012). Terdapat beberapa metode imobilisasi yang telah diketahui baik digunakan. Beberapa metode tersebut adalah metode adsorpsi, cross linking, entrapment, microencapsulation, dan covalen attachment. Metode-metode tersebut adalah metode terbaik yang sudah digunakan dalam pengembangan biosensor saat ini (Koyun, dkk, 2012). Beberapa penelitian sebelumnya telah menggunakan beberapa jenis material pendukung (matriks) untuk imobilisasi urease pada permukaan suatu elektroda.

4 Begun Fauziah (2012) dalam penelitiannya Optimasi Biosensor Urea dengan mengimobilisasi urease menggunakan membran Polianilin (PAn). Imobilisasi Urease dalam matrik PAn ini memiliki waktu respon biosensor 20 menit dengan stabilitasnya sampai 7 hari. Sensitivitas yang dihasilkan yaitu 0,0445. Mulyasuryani, A dkk (2010) menggunakan membran kitosan sebagai matriks untuk mengimobilisasi urease dan dengan menggunakan H 3 O + sebagai eketroda tranduser. Dalam penenlitian itu diperoleh faktor nernst pada uji respon biosensor secara potensiometri 28,47 mv/decade, waktu respon 280 sekon (4 menit 40 sekon) dan range konsentrasi sekitar 0,1 hingga 6,0 ppm. Urease tersebut diimobilisasi pada membran kitosan yang telah dilarutkan dengan asam asetat dengan ph 4. Selain menggunakan membran kitosan dan PAn, beberapa penelitian sebelumnya juga menggunakan polimer PVC dan Glutaraldehid sebagai matriks untuk imobilisasi urease. Khairi (2003) melaporkan penggunaan PVC sebagai matriks untuk mengimobilisasi urease secara entrapmen pada kawat tembaga (tranduser), diperoleh sensitivitas 47,8 mv/dekade dengan waktu respon 135 sekon dan stabilitasnya 14 hari. Hasil ini lebih baik daripada menggunakan membran kitosan seperti yg dilaporkan oleh Mulyasuryani, A, dkk. Penelitian tersebut dilakukan dengan metode potensiometri secara selektif ion. Selain PVC dan Glutaraldehida yang telah banyak diteliti sebagai matriks, polimer PVA juga telah digunakan sebagai matriks pada pengembangan biosensor. Menurut Jha, dkk (2007) telah menggunakan PVA sebagai matriks untuk imobilisasi urease untuk menentukan kadar urea darah blood urea nitogen (BUN). Sensor tersebut bekerja pada 1-1000 mm urea dan waktu respon 120 sekon. biosensor tersebut menunjukkan korelasi yang baik dengan reagen metode BUN komersial yang menggunakan analiser kimiawi klinis. PVA adalah salah satu polimer yang berfungsi sebagai perekat yang baik tetapi masih jarang digunakan/diteliti sebagai matriks untuk imobilisasi urease pada pengembangan biosensor urea. PVA larut dalam air, sehingga harus dilakukan iradiasi pada proses imobilisasi. Jha, dkk (2007) melakukan iradiasi dengan ᵧ-rays (sinar

5 gamma). Iradiasi PVA ini juga dapat dilakukan dengan microwave dengan daya 8-15 W. Pemilihan matriks ini sangat penting karena berhubungan dengan stabilitas. Matriks dapat berupa polimer atau gel. Untuk menghasilkan matriks dengan keterulangan pemakaian yang tinggi, maka sangat baik menggunakan polimer melalui teknik elektropolimerisasi karena akan menghasilkan lapisan yang homogen dan merata. Elektroda yang digunakan sebagai tranduser berbeda-beda tetapi memiliki fungsi yang sama. Elektroda ammonia, elektroda oksigen, dan elektoda logam yang meliputi tembaga, antimoni, iridium, wolfram (tungsten), dan PAn semikonduktor. Elektroda tersebut telah digunakan untuk pengembangan biosensor pestisida, glukosa, kolesterol dan urea (Emr dan Yacynych, 1995). Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengembangkan lebih lanjut biosensor urea melalui imobilisasi urease dengan matriks polimer PVA (polyvinil alcohol), dan elektroda Wolfram dipilih sebagai transduser. Imobilisasi urease dengan PVA dilekatkan pada pada permukaan Wolfram. Dengan penggunaan matriks dan elektroda tersebut diharapkan dapat mengembangkan biosensor urea yang lebih baik untuk penentuan urea. Peneliti mengangkat judul Immobilisasi Enzim Urease Untuk Pembuatan Sensor Kimia Dalam Penentuan Urea untuk penelitian ini. 1.2. Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada: 1. Teknik immobilisasi enzim urease untuk pembuatan biosensor urea dalam deteksi potensiometri pada elektroda wolfram menggunakan matriks polimer polivinil alkohol (PVA) 2. Kondisi optimum elektroda wolfram yang telah diimmobilisai enzim urease sebagai biosensor pada analisis urea secara potensiometri meliputi jenis larutan buffer, ph larutan buffer, konsentrasi larutan buffer, larutan elektrolit dan senyawa pengganggu. 3. Uji aktivitas enzim meliputi sensitivitas, waktu respon dan jangkauan pengukuran.

6 1.3. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana teknik yang baik untuk mengimmobilisasi enzim urease di dalam matriks polimer polivinil alkohol (PVA) pada kawat wolfram untuk membuat biosensor urea dalam deteksi potensiometri. 2. Bagaimana kondisi optimum elektroda wolfram yang telah diimmobilisai enzim urease sebagai biosensor pada analisis urea secara potensiometri meliputi jenis larutan buffer, ph larutan buffer, konsentrasi larutan buffer, larutan elektrolit dan senyawa pengganggu. 3. Bagaimana menguji aktivitas enzim yang meliputi sensitivitas, waktu respon dan jangkauan pengukuran. 1.4.Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan teknik yang baik untuk mengimmobilisasi enzim di dalam matriks polimer polivinil alkohol (PVA) pada kawat wolfram untuk membuat biosensor urea dalam deteksi potensiometri. 2. Menentukan kondisi optimum elektroda wolfram yang telah diimmobilisai enzim urease sebagai biosensor pada analisis urea secara potensiometri meliputi jenis larutan buffer, ph larutan buffer, konsentrasi larutan buffer, larutan elektrolit dan senyawa pengganggu. 3. Menentukan sensitivitas, waktu respon dan jangkauan pengukuran. 1.5.Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui teknik yang baik untuk mengimmobilisasi enzim urease di dalam matriks polimer polivinil alkohol (PVA) pada kawat wolfram untuk membuat biosensor urea dalam deteksi potensiometri. 2. Mengetahui Kondisi optimum elektroda wolfram yang telah diimmobilisai enzim urease sebagai biosensor pada analisis urea secara potensiometri meliputi jenis larutan buffer, ph larutan buffer, konsentrasi larutan buffer, larutan elektrolit dan senyawa pengganggu. 3. Mengetahui aktivitas enzim yang meliputi sensitivitas, waktu respon dan jangkauan pengukuran.