BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran industri Strategis di Indonesia dimulai sejak ditetapkannya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tahun 1983, merupakan tonggak awal cita-cita bangsa Indonesia membangun

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA PEMASARAN MELALUI FINANCIAL METRICS (Studi Kasus Untuk Produk CN-235 di PT. Dirgantara Indonesia)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1989 TENTANG BADAN PENGELOLA INDUSTRI STRATEGIS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. baik itu persaingan nasional, regional, maupun internasional. Tahun 2014, indeks

Penyertaan Modal Negara (PMN) Industri Strategis

BAB 2 DATA DAN ANALISA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

mempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Tidak dipungkiri lagi, bahwa pasar persaingan dalam negri dipenuhi oleh

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. BUMN sebagai badan usaha milik pemerintah banyak bergerak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

PETA LOKASI KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN TRANSPORTASI DALAM RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN

TINJAUAN PT. DIRGANTARA INDONESIA (Persero)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap kemajuan, Indonesia merupakan negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam setiap perusahaan. Dimana dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang berpusat kepada pelanggan atau customer centricity menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menjual barang/jasa dengan harga yang lebih tinggi dari harga pokoknya.

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri merupakan unsur pokok dalam melaksanakan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. PT. Samudera Indonesia adalah sebuah perusahaan nasional yang bergerak di

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi

Daftar BUMN Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi, perkembangan dan peranan sektor jasa makin

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STUDI KINERJA INDUSTRI PARIWISATA Pertumbuhan Wisatawan, Perhotelan, Perjalanan Wisata, dan Transportasi

BABBI PENDAHULUAN. 1.1 LatarBBelakangBMasalah

BAB I PENDAHULUAN. setiap pulau di Indonesia yaitu sepanjang km yang menjadikan Indonesia menempati

*47240 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 22 TAHUN 1997 (22/1997)

BAB I PENDAHULUAN. pada prosesnya itu sendiri membutuhkan berbagai macam media pendukung agar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, Dan Perkembangan Usaha. wadah apa perusahaan didirikan. Ini berhubungan dengan produksi yang

I. PENDAHULUAN. yang sangat banyak yaitu kurang lebih 210 juta, dengan total wilayahnya

Cara Pemesanan: Spesifikasi: Customer Support: Harga : Rp

BAB I PENDAHULUAN. lagi potensi wisata yang dimilikinya sangat menarik bagi turis domestik maupun

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR NOVEMBER 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 146 TAHUN 2000 TENTANG

Pemenuhan Alutsista dan Kemandirian Industri Pertahanan. Tubagus Hasanuddin (Wakil Ketua Komisi I DPR RI)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Bambang Hariadi, 2002:17)

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

yang ada dalam perusahaan. Perubahan tersebut bersifat global dan hanya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan kebutuhan mereka. Negara kita adalah salah satu dari Negara-negara di

BAB I PENDAHULUAN. Jasa transportasi merupakan salah satu bidang usaha yang memegang

BAB I PENDAHULUAN. laba semaksimal mungkin, menjaga kelangsungan hidup perusahaan, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. baik angkutan penerbangan berjadwal serta pesawat charter. jasa angkutan udara serta dapat berperan membangun untuk pergerakan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat antar perusahaan,

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH SEPTEMBER 2008

BADAN PUSAT STATISTIK

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Menurut Hurriyati (2005, p.49) : untuk bauran pemasaran jasa mengacu

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya bisnis yang bergerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN 1-1

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi hasil-hasil kegiatan yang telah dilaksanakan oleh masing-masing pusat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka dari satu tempat ke tempat yang lain sesuai dengan tujuan masing-masing

Neraca Perdagangan Beberapa Negara (juta US$),

PAPARAN PUBLIK PT INDONESIA TRANSPORT & INFRASTRUCTURE TBK. JAKARTA, 26 APRIL 2018

BAB I PENDAHULUAN. kecocokan untuk pemakaian (fitness for use). Definisi lain yang lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JUNI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN DESEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. PT. Angkasa Pura II (Persero) adalah salah satu badan usaha milik negara

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai tujuan yang akan dicapai, baik berupa laba yang

BAB I PENDAHULUAN. menuju lokasi yang sangat jauh. Khususnya transportasi udara saat ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kuat secara ekonomi saja tidak cukup bagi sebuah negara

7 Pesawat Indonesia (Tempur/Komersial) di Era Modern

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, kecepatan dan ketepatan dalam melakukan sesuatu hal yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menjanjikan terutama di Pulau Bali. Karena Pulau Bali di kenal

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kelahiran industri Strategis di Indonesia dimulai sejak ditetapkannya Keputusan Presiden nomor 59 tahun 1983 yang merupakan tonggak awal cita-cita bangsa Indonesia membangun industri strategis yang bernaung di dalam suatu wadah yang disebut Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS) yang mandiri dan mampu mendukung sektor pertahanan. Melalui Keppres tersebut, telah ditetapkan industri pertahanan bidang kedirgantaraan yang ditangani PT. Dirgantara Indonesia (PT. DI), bidang kemaritiman (PT. PAL), bidang persenjataan dan munisi (PT. Pindad) dan bidang bahan peledak (PT. Dahana). Keempat industri tersebut merupakan bagian dari 10 industri strategis yang antara lain PT. KAI (kereta api), PT. INTI (telekomunikasi), PT. Krakatau Steel (baja), PT. Boma Bisma Indra (kontainer dan peralatan ekspor), PT. Barata (mesin diesel) dan PT. LEN (elektronika) PT. Pindad (Persero) saat ini mampu memproduksi senjata ringan, senjata berat, munisi kaliber kecil, munisi kaliber besar, munisi khusus dan kendaraan tempur. PT. PAL Indonesia (Persero) telah mampu memproduksi Korvet, kapal patroli, landing platform dockship, Tanker, kapal pencegah bencana laut dan dok pemeliharaan kapal perang. PT. DI (Persero) memproduksi pesawat transport sayap tetap, helikopter, pesawat patroli maritim, pesawat pengintai, simulator pesawat terbang maritim, pemeliharaan dan modifikasi pesawat. Sementara PT.

2 LEN Industri (Persero) telah berhasil memproduksi sistem kendali untuk peralatan militer, sistem deteksi: radar dan sonar, pasok daya militer independen serta peralatan komunikasi militer. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan karena wilayahnya yang meliputi ribuan pulau. Kondisi geografis wilayah nusantara tersebut menunjukan betapa pentingnya industri strategis yang mampu beroperasi menjaga pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia di darat, laut maupun Udara. Sehingga tugas strategis ini menjadi sangat penting bagi PT. DI sebagai produsen pesawat terbang yang mampu menghubungkan dari satu pulau ke pulau lain dengan waktu yang reltif singkat dan efektif. PT. DI terus menyusun strategi melalui restrukturisasi bisnis yang mencakup penjualan produksinya ke luar negeri. Hal ini dilakukan oleh PT. DI melalui restrukturisasi bisnis yang dilakukan dengan mengukuhkan visi dan misi, serta menetapkan fokus bisnis ke dalam bisnis inti (core) pesawat terbang dan bisnis plasma (non-core). Bisnis inti dari PT. DI adalah memproduksi pesawat terbang yang meliputi lini usaha CN-235, N250, NC-212, dan helikopter. CN-235 merupakan produk unggulan PT. DI yang bekerja sama dengan Airbus Military (dulu CASA Spanyol) dan sudah mulai masuk pasar tahun 1986. Disamping dioperasikan untuk kepentingan misi-misi militer juga untuk sipil, CN- 235 adalah pesawat angkut jarak sedang dengan dua mesin turbo-prop sebagai pesawat terbang regional dan angkut militer. Sekitar 15 negara telah menggunakan pesawat CN-235. Di antaranya Amerika Serikat, Prancis, Spanyol, Malaysia, Thailand, Turki, Brunei Darussalam, Pakistan, dan Arab Saudi,

3 sehingga total sudah ada 315 pesawat yang dibuat. Negara yang paling banyak menggunakan adalah Turki dengan 70 unit. Kebanyakan pesawat-pesawat tersebut dipakai untuk transportasi militer seperti membawa barang dan orang. Beberapa unit pesawat CN-235 jenis militer yang sudah digunakan di beberapa negara, diantaranya adalah: Tabel 1.1 Negara Pengguna Pesawat CN-235 No User CN-235 Nama Negara Unit 1 Angkatan Udara Republik Indonesia 9 Unit 2 Tentara Udara Brumei Darusalam 1 unit 3 Tentara Udara Diraja Malaysia 8 Unit 4 Angkatan Udara Korea Selatan 8 Unit 5 Kepolisian Korea Selatan 8 Unit 6 Angkatan Udara Pakistan 4 Unit 7 Angkatan Udara Uni Emirat Arab 7 Unit 8 Angkatan Udara Burkina 1 Unit 9 Angkatan Udara Senegal 2 Unit 10 Departemen Pertanian Thailand 2 Unit 11 Merpati Nusantara Republik Indonesia 15 Unit 12 Angkatan Laut Republik Indonesia 3 Unit Sumber : www.aksesdunia.com Selain jenis militer, PT. DI juga memproduksi CN-235 untuk jenis VVIP, sebab 3 negara telah menggunakan CN-235 buatan perusahaan yang dulunya bernama Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN) menjadi pesawat kepresidenan. Ketiganya adalah Malaysia, Korea Selatan, dan Pakistan. Ketiga negara tersebut membeli CN-235 karena luas daerahnya yang kecil. Sehingga tidak perlu pesawat besar untuk pergi dari satu tempat ke tempat lain. Lama terbang pesawat tersebut sekitar 8-9 jam dan dapat mendarat di bandara yang mempunyai landasan hanya 1.200 meter. Negara Indonesia terdiri dari pulaupulau yang tersebar dari sabang sampai merauke sehingga akan sangat

4 memerlukan jenis pesawat yang mampu menjangkau sampai ke daerah terpencil dan mampu mendarat di landasan pendek. Pesawat pesaing sejenis CN-235 adalah Antonov An-140, Ilyushin Il-114, ATR 72, Bombardier Dash-8, dan Fokker-50. Di antara pesaing ini, CN-235 dikenal sebagai pesawat yang lebih unggul. Berikut merupakan daftar pesaing pesawat CN-235 yang rata-rata masih aktif dalam memproduksi pesawatnya untuk wilayah tertentu sesuai dengan negara asal produsen pesawat tersebut: Tabel 1.2 Daftar Pesaing CN-235 NO Nama Pesawat Jenis Pesawat Negara Asal 1 DORNIER DO 328 Jerman 2 SAAB SAAB 340 Swedia 3 ANTONOV AN 26 & AN 24 Rusia 4 ATR ATR 42 Perancis & Italia 5 DHC DHC 8 Canada 6 Embraer EMB 120 Brazil 7 Foker F 27 Amsterdam 8 Jetstream J 41 British 9 Short Brothera SD 330 Amerika Sumber: Data PT. DI Selain bersaing dalam hal memproduksi pesawat dan juga penguasaan wilayah dalam memasarkan pesawat jenis turbo prob tersebut, PT. DI juga dihadapkan dalam segi persaingan harga. Negara produsen penghasil pesawat tersebut akan sangat gencar memasarkan pesawat hasil produksinya dengan harga yang sangat terjangkau oleh konsumen. Dalam persaingan harga tersebut maka PT. DI memiliki tugas yang cukup berat dalam menentukan harga 1 unit pesawat dan membuat strategi pemasaran yang akan dilakukan sehingga konsumen akan lebih memilih produk PT. DI dibandingkan dengan yang lainnya. Beriku adalah

5 daftar persaingan harga setiap unit pesawat yang sekelas dengan CN-235 yang di produksi oleh PT. DI Tabel 1.3 Daftar Harga Pesaing CN-235 Periode 2010-2012 NO Nama Pesawat Jenis Pesawat Harga 1 DORNIER DO 328 8 Jt USD 2 ATR ATR 42 17 Jt USD 3 DHC DHC 8 15,5Jt USD 4 CN CN-235 20 jt USD Sumber: Data PT. DI Di bidang penguasaan teknologi pesawat terbang, Indonesia telah terkenal sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memproduksi dan mengembangkan pesawat sendiri. Walaupun di bidang pemasaran produksi pesawatnya sendiri harus diakui masih kalah bila dibandingkan dengan Brazil, yang mengembangkan EMBRAER dan memasarkannya ke seluruh dunia. Hal tersebut dapat diketahui berdasarkan nilai kontrak penjualan untuk pesawat CN- 235 untuk beberapa tahun kebelakang adalah sebagai berikut: Tabel 1.4 Nilai Kontrak CN-235 Periode 2003-2012 No Jenis Pesawat Nilai Kontrak 1 CN M22 B41-Cn235-220 military transport seri 43 138,029,799,502 2 CN M22 B41-Cn235-220 military transport seri 52 19,145,150,577 3 CN M22 B41-Cn235-220 military transport seri 53 31,871,510,290 4 CN M22 B41-Cn235-220 military transport seri 54 49,420,747,872 5 CN M22-B45-Cn235-220 military vip seri 21 35,080,532,799 6 CN M22-B45-Cn235-220 military vip seri 55 42,897,057,998 7 CN M22 B46-Cn235-220 mpa seri 40 22,296,308,550 8 CN.M11.B58-Cn235-110 Maritime surveilance aircraft Seri 56 7,841,453,158 9 CN.M11.B58-Cn235-110 Maritime surveilance aircraft Seri 57 10,805,292,881 Dilanjutkan

6 Lanjutan 10 CN.M11.B58-Cn235-110 Maritime surveilance aircraft Seri 58 54,369,120,839 11 CN.M11.B58-Cn235-110 Maritime surveilance aircraft Seri 59 23,480,362,750 12 CN M22 B46-Cn235-220 mpa seri 60 19,999,568,750 13 CN M22 B46-Cn235-220 mpa seri 61 19,999,568,750 14 CN M22 B46-Cn235-220 mpa seri 62 19,999,568,750 Sumber: Data PT. DI Jumlah total unit yang terjual dan periode terselesaiaknnya hingga delivery pada customer dari nilai kontrak yang telah terlampir tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 1.5 Jumlah Per-Unit CN-235 Periode Tahun 2003-2011 No Jenis Pesawat Jumlah Tahun 1 CN M22 B41-Cn235-220 military transport seri 43 1 2003-2004 2 CN M22 B41-Cn235-220 military transport seri 52 1 2003-2005 3 CN M22 B41-Cn235-220 military transport seri 53 1 2003-2005 4 CN M22 B41-Cn235-220 military transport seri 54 1 2003-2005 5 CN M22-B45-Cn235-220 military vip seri 21 1 2003-2005 6 CN M22-B45-Cn235-220 military vip seri 55 1 2003-2006 7 CN M22 B46-Cn235-220 mpa seri 40 1 2003-2007 8 CN.M11.B58-Cn235-110 Maritime surveilance aircraft Seri 56 1 2009-2011 9 CN.M11.B58-Cn235-110 Maritime surveilance aircraft Seri 57 1 2009-2011 10 CN.M11.B58-Cn235-110 Maritime surveilance aircraft Seri 58 1 2009-2011 11 CN.M11.B58-Cn235-110 Maritime surveilance aircraft Seri 59 1 2009-sekarang 12 CN M22 B46-Cn235-220 mpa seri 60 1 2011-sekarang 13 CN M22 B46-Cn235-220 mpa seri 61 1 2011-sekarang 14 CN M22 B46-Cn235-220 mpa seri 62 1 2011-sekarang Sumber: Data PT. DI Bagi suatu perusahaan yang cukup besar jumlah total nilai kontrak dalam penjulan yang sudah disebutkan belum cukup untuk menopang laju bisnis perusahaan jika dibandingkan dengan target pendapatan penjualan yang diperkirakan 2 Triliun setiap tahunnya. Walaupun terbagi menjadi beberapa unit

7 bisnis tetapi setiap target yang ditentukan oleh masing-masing unit bisnis digunakan untuk menjamin bahwa tujuan pemasaran dan juga penjulan akan sejalan dengan target profit yang telah ditentukan. Oleh karenanya PT. DI harus mampu menyusun rencana sekaligus memahami bagaimana cara memenuhi target pendapatan untuk kelangsungan bisnis dimasa yang akan datang. Untuk bertahan terbang di industri yang seakan tiada henti diguncang oleh persaingan global, PT. DI harus mampu mengkalkulasikan jumlah unit produk yang harus dihasilkan, hal tersebut dilakukan untuk memperoleh pendapatan sekaligus meningkatkan profit penjualan. Tidak adanya pengukuran terhadap efektifitas dan efisiensi yang dilakukan di PT. DI membuat perusahaan ini seakan tidak memiliki pedoman dalam menjalankan setiap bisnisnya. Pengukuran tersebut dilakukan salah satunya untuk mengetahui sejauh mana kinerja yang sudah dilakukan selama ini dan hasilnya pun akan menjadi tolak ukur dan evaluasi bagi perusahaan untuk mengetahui dan memperbaiki setiap kekurangan yang menjadi dasar setiap acuan kegiatan bisnisnya. Kinerja pemasaran memiliki peran penting dalam setiap kegiatan bisnis yang dilakukan di PT. DI, pengukuran terhadap kinerja pemasran ini merupakan penilaian terhadap setiap strategi yang telah dilakukan oleh perusahaan dalam memasarkan produknya agar sampai di tangan konsumen yang membutuhkan. Strategi yang dilakukan dalam mengkomunikasikan produk CN-235 pada konsumen bertujuan agar dapat meningkatkan penjualan produksinya ke luar negeri sesuai dengan target yang telah dikalkulasikan. Peningkatan kinerja pemasaran dilakukan dengan mengukur keefektifan pemasaran perusahaan dalam

8 menjalankan strategi yang telah ditetapkan serta meminimalisasi setiap kendala yang dialami oleh perusahaan dalam hal ini contohnya seperti bagaiman ketepatan waktu pengiriman (delivery) pada customer, meminimalisasi setiap budget yang dikeluarkan untuk suatu produk sehingga dapat meningkatkan profit margin suatu produk. Aktivitas pemasaran dilakukan dengan berbagai cara dengan tujuan adalah konsumen mau memilih produk perusahaan dan memperoleh profit yang menguntungkan bagi perusahaan. Perusahaan harus menggunakan berbagai kriteria untuk mengukur kinerja pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan. Kebutuhan perusahaan yang terus meningkat terhadap analisa kinerja bisnis untuk menghasilkan informasi, saran dan rekomendasi dalam pengambilan keputusan, menjadikan sistem pengukuran kinerja sebagai salah satu prioritas utama perusahaan dalam beberapa tahun terakhir. Tetapi saat ini perusahaan masih mengalami kesulitan dalam menerapkan proses pengukuran dan pengelolaan kinerja yang tepat. Metode pengukuran kinerja yang diterapkan pada umumnya hanya menampilkan nilai dari suatu indikator kinerja bisnis, tetapi belum mampu menjawab mengapa hal tersebut dapat terjadi dan aksi apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkannya. Banyak cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengukur efektivitas pemasaran yang salah satunya adalah metrik pemasaran. Seperti yang disebutkan oleh Kotler (2009:117) bahwa: Dua pendekatan besar untuk mengukur produktivitas pemasaran adalah dengan: 1) Marketing Metrics untuk menilai pengaruh pemasaran dan 2) marketing mix untuk mengestimasi hubungan sebab akibat dan mengukur bagaimana kegiatan pemasaran mempengaruhi hasil.

9 Metrik pemasaran yang digunakan perusahaan umumnya dikaitkan dengan profit yang dapat dicapai oleh perusahaan. Pemasar menerapkan beragam ukuran untuk menilai pengaruh pemasaran. Marketing Metrics adalah sejumlah ukuran yang membantu pemasar menghitung, membandingkan dan menterjemahkan kinerja pemasaran mereka. Marketing metrics dapat digunakana untuk menjustifikasi dan merancang program pemasaran dan untuk memutuskan alokasi keuangan. (Kotler, 2009:117). Pengukuran kinerja pemasaran merupakan istilah yang digunakan oleh para professional pemasaran untuk menggambarkan analisis dan peningkatan efisiensi dan efektifitas pemasaran. Hal tersebut dilakukan agar dapat focus pada keselarasan dari kegiatan pemasaran, strategi yang telah ditetapkan dan metrics yang sesuai dengan tujuan bisnis. Pengukuran ini melibatkan penciptaan kerangka metrics yang digunakan untuk memantau kinerja pemasaran dan kemudian mengembangkan dan memanfaatkan instrument pemasaran untuk mengelola kinerja pemasaran. Pengukuran kinerja pemasaran dengan menggunakan marketing metrics yang memungkinkan para professional pemasaran untuk menentukan hasil berdasarkan anggaran yang ditetapkan dan mendorong pertumbuhan suatu organisasi yang mengarah pada inovasi. Akibatnya, pemasar menggunakan marketing metrics sebagai pengukuran kinerja pemasaran sekaligus membuktikan nilai serta menunjukan kontribusi pemasaran untuk suatu organisasi Ferdinand (Dalam Andi, 2005:20) mengemukakan kinerja pemasaran merupakan faktor yang umum digunakan untuk mengukur dampak dari sebuah strategi perusahaan. Strategi perusahaan selalu diarahkan untuk menghasilkan

10 kinerja pemasaran seperti volume penjualan, porsi pasar dan tingkat pertumbuhan penjualan maupun kinerja keuangan. Disarankan pengukuran kinerja menggunakan aktivitas-aktivitas pemasaran yang menghasilkan kinerja yaitu unit yang terjual dan perputaran pelanggan (Ferdinand dalam Tri, 2005:17). Pertumbuhan penjualan merupakan konsep untuk mengukur prestasi pasar suatu produk. Pertumbuhan penjualan merupakan sumber pertumbuhan pangsa pasar. Pertumbuhan penjualan digunakan untuk semua peneliti sebagai salah satu variabel pembentuk kinerja pasar. Kinerja pasar merupakan bagian dari kinerja pemasaran (Mckee, et al, dalam Tri, 2005:17). Morgan dan Piercy (dalam Andi 2005:21) menyatakan bahwa strategi yang berkualitas dapat menimbulkan daya terima pelanggan terhadap tingkatan kualitas, perbaikan pasar dan kinerja. Berdasrkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan tersebut, maka penulis berniat untuk melakukan penelitan yang berjudul Analisis Pengukuran Kinerja Pemasaran untuk produk CN-235 melalui Marketing Metrics 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran strategi pemasaran dilakukan oleh PT. DI untuk produk CN-235 2. Bagaimana gambaran kinerja pemasaran PT. DI dengan menggunakan Financial Metrics.

11 3. Bagaimana gambaran kinerja pemasaran PT. DI berdasarkan implementasi strategi yang dilakukan untuk produk CN-235. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui strategi pemasaran yang telah dilakukan PT. DI untuk produk CN-235 2. Untuk Mengetahui gambaran kinerja pemasaran PT. DI dengan menggunakan Financial Metrics. 3. Untuk mengetahui gambaran kinerja pemasaran PT. DI berdasarkan implementasi strategi yang dilakukan untuk produk CN-235. 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis a. Pengembangan keilmuan yang akan menunjang ilmu manajemen khususnya manajemen pemasaran tentang bagaimana mengukur kinerja pemasaran dengan menggunakan Marketing Metrics khusunya Financial Metrics b. Dapat memberikan wawasan yang mengenai penerapan stategi pemasaran yang dilakukan di suatu perusahaan khususnya industri penerbangan.

12 2. Kegunaan Praktis PT. DI mampu mengukur bagaimana kinerja pemasarannya dengan menggunakan Marketing Metrics sebagai dasar acuan untuk mengevaluasi dalam menerapkan strategi pemasaran yang akan digunakan dalam upaya pemenuhan efektifitas kinerja yang sudah ditentukan.