PENGGUNAAN DATA SATELIT OPTIK DAN SAR UNTUK PENDETEKSIAN LEMPENG DAN STRUKTUR GEOLOGI

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN HASIL PENELITIAN INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

EKPLORASI CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH HARUWAI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TABALONG, PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB II KEADAAN UMUM DAN KONDISI GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KEMAJUAN. Peneliti Utama: Atriyon Julzarika, S. T.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

GEOLOGI REGIONAL. Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949)

PEMANFAATAN INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (InSAR) UNTUK PEMODELAN 3D (DSM, DEM, DAN DTM)

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

Geologi dan Potensi Sumberdaya Batubara, Daerah Dambung Raya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

GEODESI FISIS Isna Uswatun Khasanah

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH AMPAH DAN SEKITARNYA KABUPATEN BARITO TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai

Struktur Geologi dan Sebaran Batubara daerah Bentian Besar, Kabupaten Kutai Barat, Propinsi Kalimantan Timur

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Orthometrik dengan GPS Heighting Kawasan Bandara Silvester Sari Sai

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH TABAK, KABUPATEN BARITO SELATAN PROVINSI KALIMATAN TENGAH

BAB II KEADAAN UMUM DAN KONDISI GEOLOGI

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS. 4.1 Nilai undulasi geoid dari koefisien geopotensial UTCSR

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab II Geologi Regional

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA : GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Bab III Geologi Daerah Penelitian

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

BAB II STRATIGRAFI REGIONAL

Jurnal Geodesi Undip April 2015

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI CEKUNGAN TARAKAN

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

ANALISIS KEKAR PADA BATUAN SEDIMEN KLASTIKA FORMASI CINAMBO DI SUNGAI CINAMBO SUMEDANG JAWA BARAT

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

POTENSI BAHAN GALIAN GRANIT DAERAH KABUPATEN TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Subsatuan Punggungan Homoklin

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

EKSPLORASI BITUMEN PADAT DENGAN OUT CROPS DRILLING DAERAH MALUTU DAN SEKITARNYA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN, PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Transkripsi:

Globe Volume 14 No. 2 Desember 2012 : 124-133 PENGGUNAAN DATA SATELIT OPTIK DAN SAR UNTUK PENDETEKSIAN LEMPENG DAN STRUKTUR GEOLOGI (The Use of Optical and SAR Satellite Data for Detecting Plate Tectonic and Geological Structure) oleh/by Atriyon Julzarika 1 dan Wiji 1 1 Kedeputian Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) email: verbhakov@yahoo.com Diterima (received): 3 Agustus 2012; Disetujui untuk dipublikasikan (accepted): 7 September 2012 ABSTRAK Sejauh ini pengukuran lempeng dan struktur geologi dilakukan melalui pengukuran lapangan. Namun perkembangan teknologi penginderaan jauh satelit dapat digunakan untuk mendeteksi lempeng dan struktur geologi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan pendeteksian lempeng dan struktur geologi yang efisien dan berbiaya rendah dengan menggunakan data satelit (optik dan SAR). Pendeteksian lempeng dan struktur geologi ini dilakukan dengan pendekatan geo-matematika (perataan). Penelitian ini menggunakan citra optik Grace dan Altimetri dan citra SAR yaitu ALOS Palsar, XSAR, dan SRTM. Citra Grace dan Altimetri digunakan untuk pembuatan model geoid yaitu Earth Gravitational Model (EGM) 2008) dan defleksi vertikal. Hasil defleksi vertikal (xi dan eta) inilah yang digunakan untuk pendeteksian lempeng. Data ALOS Palsar, XSAR, dan SRTM3 C digunakan untuk pembuatan height model dengan metode integrasi dari ketiga height model dari data tersebut sehingga dihasilkan height model yang akurat dan presisi. Koreksi bull eye s diterapkan pada height model untuk menghilangkan anomali tinggi dengan metode Height Error Maps (HEM), yang dilanjutkan dengan koreksi undulasi geoid terhadap EGM2008. Selanjutnya height model tersebut digunakan untuk mendeteksi struktur geologi berupa sesar dengan metode Dip and Strike. Hasil dari penelitian ini bisa digunakan sebagai alternatif dalam pembuatan peta pergerakan lempeng dan peta struktur geologi. Selain itu juga bisa diaplikasikan untuk transformasi koordinat astronomis ke koordinat geodetik dalam penentuan batas wilayah. Proses pendeteksian lempeng dan struktur geologi ini lebih efisien dan berbiaya rendah sehingga bisa diaplikasikan untuk berbagai kepentingan keteknikan dan non keteknikan. Kata Kunci: Lempeng, Struktur Geologi, Citra Satelit Optik, SAR, Efisien ABSTRACT So far, measurement of plate tectonic and geology structure has been done by field measurement. However, the advancement in satellite remote sensing technology enable it to be used for detecting the plate tectonic and geology structure. This research aims to detect plate tectonic and geology structure efficiently and low cost by using optical and SAR satellite data. The detection used a geo-mathematical approach (averaging). This research used optical image of Grace and Altimetry, and SAR imageries namely ALOS Palsar, XSAR, and SRTM. The Grace and Altimetry imageries used for building geoid model which is Earth Gravitational Model (EGM) 2008) and vertical deflection. The result of vertical deflection (xi 124

Penggunaan Data Satelit Optik dan SAR untuk Pendeteksian Lempeng... (Julzarika, A. dan Wiji) and eta) then used for detecting the plate. Meanwhile, the ALOS Palsar, XSAR, dan SRTM3 C imageries were used for building a height mode by integrated those three height models. The result was a high accuracy and precision of height model. A bull eye s correction using Height Error Maps (HEM) method was applied to remove the height anomaly. The process continues by correction of geoid undulating of the EGM2008. The integrated height model then used for detecting the plate and geology structure i.e. fault using dip and strike method. The research result shows that this method can be alternative for mapping plate movement and geology structure. Besides that, it can also be applied for transforming astronomical coordinate into geodetic coordinate in an area boundary delimitation. In sum, the plate and geology structure process developed is considered efficient and low cost, so that it can be applied for several technical and non-technical purposes. Kata Kunci: Plate Tectonic, Geology Structure, Optical Satellite Imagery, SAR, Efficient PENDAHULUAN ` Latar Belakang Teknik Geodesi Geomatika merupakan bagian dari matematika terapan yang memiliki fungsi dalam pengukuran bumi dan antariksa, yang meliputi kondisi dalam dan permukaan bumi. Salah satunya adalah pengukuran lempeng dan struktur geologi. Selama ini pengukuran lempeng dan struktur geologi dilakukan melalui pengukuran lapangan. Sekarang sudah ada teknologi dari satelit Penginderaan Jauh (inderaja) untuk mendeteksi lempeng dan struktur geologi, yang dilakukan dengan pendekatan secara geomatematika (perataan). Citra satelit yang digunakan berupa optik dan Synthetic Aperture Radar (SAR). Pada penelitian ini menggunakan citra optik Grace dan Altimetri, sedangkan data SAR yang digunakan adalah ALOS Palsar, XSAR, dan SRTM. Metode interferometri digunakan untuk pembuatan height model (Li, et al., 2005) Geologi struktur adalah studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan permukaannya yang datar ataupun terlipat, beserta susunan internalnya (Davis and Reynolds, 1996). Struktur geologi mencakup bentuk permukaan yang juga dibahas pada studi geomorfologi, metamorfisme dan geologi rekayasa. Bentuk-bentuk alamiah pada batuan (beku, sedimen dan malihan) yang diakibatkan oleh adanya gaya-gaya tektonik lempeng struktur geologi pada batuan ditentukan oleh sifat fisik batuan (kekerasan, berat jenis, kepadatan), gayagaya kompresi, gaya-gaya stress dan strain. Kekuatan tektonik dan orogenik yang membentuk struktur geologi itu berupa stress (tegangan). Berdasarkan keseragaman kekuatannya, stress dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: 1. Uniform Stress (Confining Stress) yaitu tegangan yang menekan atau menarik dengan kekuatan yang sama dari atau ke segala arah. 2. Differential Stress yaitu tegangan yang menekan atau menarik dari atau ke satu arah saja dan bisa juga dari atau ke segala arah, tetapi salah satu arah kekuatannya ada yang lebih dominan. Pengenalan struktur geologi secara tidak langsung dapat dilakukan melalui cara-cara berikut ini : a. Pemetaan geologi dengan mengukur strike dan dip. b. Interprestasi peta topografi, yaitu dari penampakan gejala penelusuran sungai, penelusuran morfologi dan garis kontur serta pola garis konturnya. c. Foto udara. d. Pemboran. e. Geofisika, yang didasarkan pada sifat-sifat yang dimiliki oleh batuan. Bentuk-bentuk geometri yang terdapat pada kulit bumi yang terbentuk oleh pengaruh gaya-gaya endogen, baik 125

Globe Volume 14 No. 2 Desember 2012 : 124-133 berupa tekanan maupun tarikan. Para ahli geologi menyebutnya Struktur Geologi, dan dikenal dengan kekar, sesar, serta lipatan (Ragan, 2009). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses suatu pembentukan struktur geologi dari batuan yaitu sifat elastisitas batuan, resistivity, plastisitas dan viskositas, juga faktorfaktor lain seperti pori-pori batuan dan tekstur batuan. Suatu struktur geologi dapat terbentuk akibat suatu gaya-gaya yang terjadi, yaitu tensi (gaya tarik), kompresi (gaya tekan), kopel (gaya ganda) dan torsi (gaya putar). Gaya berupa kompresi dapat menghasilkan struktur berupa perlipatan, pensesaran dan penunjaman. Sedangkan gaya berupa tensi menghasilkan struktur berupa patahan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk pendeteksian lempeng dan struktur geologi menggunakan data citra satelit (optik dan SAR) yang efisien dan berbiaya rendah. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah wilayah Indonesia pada umumnya dan di Kab. Tabalong dan Kab. Paser. Kab. Tabalong (Kalimantan Selatan) dan Kab. Paser (Kalimantan Timur), wilayah khusus untuk studi ketinggian, struktur dan formasi geologi. Geoid dengan metode geometrik, sedangkan undulasi Geoid geometrik diperoleh dari hitungan tinggi geometrik (elipsoid) dan hitungan tinggi orthometrik. Penghitungan undulasi secara absolut dapat dilihat pada Persamaan 1. Undulasi yaitu nilai jarak antara Geoid dengan elipsoid referensi yang diukur sepanjang normal elipsoid. Undulasi Geoid atau tinggi Geoid adalah jarak dari elipsoid referensi dengan permukaan Geoid yang diukur sepanjang normal elipsoid. Metode penentuan undulasi, ada 2 macam yaitu metode gravimetrik dan metode geometrik. Secara garis besar diagram alir penelitian tersaji pada Gambar 2. N = h H.. (1) dimana : H = tinggi orthometrik h = tinggi normal N = undulasi Undulasi Geoid geometrik dapat dihitung bila pada satu titik yang sama diketahui tinggi geometrik dan tinggi orthometriknya. Nilai undulasi Geoid geometri dapat dihitung dengan dua metode yaitu metode absolut dan metode relatif (Vanicek, 1976). Metode absolut merupakan penghitungan undulasi hanya pada satu titik. Sedangkan metode relatif merupakan penghitungan undulasi secara relatif antar titik (dn). Persamaan penghitungan undulasi secara relatif dapat diturunkan dari Persamaan 2 dan direduksi menjadi Persamaan 3. Motode Penelitian Satelit Grace dan Altimetri digunakan untuk pembuatan model gaya berat bumi dan defleksi vertikal. Metode penelitian yang digunakan adalah gravimetrik relatif. Dasar perhitungan yang dipakai didalam penelitian ini adalah hubungan antara Geoid, Ellipsoid dan Undulasi yang tersaji pada Gambar 1. Penentuan undulasi dimana : N = undulasi geoid h = tinggi geometrik H = tinggi orthometrik...(2)...(3) 126

Penggunaan Data Satelit Optik dan SAR untuk Pendeteksian Lempeng... (Julzarika, A. dan Wiji) Gambar 1. Hubungan Geoid, ellipsoid dan undulasi Grace, Altimetri X SAR SRTM C Gravimetrik relatif Interferometri Interferometri Kriging Koreksi free air Height model Integrasi Height model Height model EGM2008 Koreksi bull eye s Deteksi lempeng Koreksi undulasi geoid Deteksi struktur geologi Batas lempeng Struktur geologi Gambar 2. Diagram Alir Penelitian 127

Globe Volume 14 No. 2 Desember 2012 : 124-133 Penentuan undulasi Geoid dengan metode gravimetrik. Metode gravimetrik diperoleh dengan cara pengukuran gaya berat terestris atau pengukuran gaya berat dengan satelit gaya berat. Penentuan undulasi Geoid gravimetrik memerlukan data anomali gaya berat yang terdistribusi merata di seluruh permukaan bumi. Hal ini sangat sulit untuk direalisasikan secara nyata. Pada level ketelitian tertentu Geoid dapat diturunkan dari model koefisien geopotensial global yang didapat dari pengukuran gaya berat dengan satelit gaya berat. Potensial pada sebuah titik P dengan koordinat jari-jari geosentris r, lintang dan bujur geosentris masing-masing φ, λ dapat dipresentasikan sebagai Persamaan 4 (Heiskanen dan Moritz, 1967). Gangguan potensial (potensial disturbing) pada titik P didefinisikan sebagai perbedaan antara aktual potensial gaya berat bumi dan potensial normal dapat diformulasikan pada Persamaan 5 (Wellenhof and Moritz, 2006). Dari Persamaan 4 dan 5 maka didapatkan undulasi Geoid sebagai Persamaan 6 dan Persamaan 7. Nilai No biasanya diabaikan, terutama untuk perhitungan undulasi Geoid regional. Pengabaian ini berdasarkan asumsi bahwa GM=GMo dan Wo=Uo, atau kalaupun No= 0, kesalahan yang ditimbulkan hanyalah merupakan kesalahan bias yang dapat dieliminasi dengan merelatifkan hasil perhitungan undulasi Geoid ke sebuah titik referensi di daerah perhitungan, seperti diilustrasikan pada Gambar 4 (Khafid, 1999). (a) Gambar 3. Perhitungan undulasi, (a) undulasi absolut dan (b) undulasi relatif (b) Gambar 4. Hubungan geometrik antara Geoid dengan ellipsoid dengan pendekatan geopotensial 128

Penggunaan Data Satelit Optik dan SAR untuk Pendeteksian Lempeng... (Julzarika, A. dan Wiji)... (4) dimana : GM a r φ λ n,m Cnm, Snm Pnm = konstanta gravitasi bumi = setengah sumbu panjang elipsoid = jarak ke pusat bumi = koordinat lintang geosentris bola = koordinat bujur geosentris bola = derajat dan orde harmonik bola = koefisen geopotensial bola ternormalisasi penuh = fungsi legendre jenis pertama terasosiasi dan ternormalisasi penuh (5).... (6)..... (7) dimana : T r φ λ GM N o N p W U = potensial gangguan = jarak ke pusat bumi = koordinat lintang geosentris bola = koordinat bujur geosentris bola = konstanta gravitasi bumi = undulasi geoid pada titik awal = undulasi geoid pada titik akhir = geoid = elipsoid HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini berupa batas lempeng dan struktur geologi berupa kekar, sesar dan lipatan. Selain itu juga dihasilkan formasi geologi wilayah kajian, yaitu di Tabalong dan Paser. Gambar 5 merupakan tampilan pembuatan gaya berat bumi menggunakan citra Grace dan Altimetri, yang lebih dikenal dengan nama Earth Gravitational Model (EGM2008). Selain untuk pembuatan gaya berat bumi, satelit Grace dan Altimetri bisa juga digunakan untuk pembuatan defleksi vertikal. Defleksi vertikal memiliki dua komponen, yaitu xi (arah utara-selatan) seperti pada Gambar 6, dan eta (arah barat-timur) seperti pada Gambar 7. Kedua komponen ini bisa digunakan untuk pendeteksian lempeng. Pendeteksian lempeng (Gambar 8) dimulai dengan pendeteksian menggunakan komponen eta. Cara yang dilakukan adalah dengan mencari nilai minimum kemudian dilakukan pendeteksian arah utara selatan. Selanjutnya dilakukan pendeteksian komponen eta. Hal yang sama dengan xi juga dilakukan pada eta. Proses pertama yang dilakukan adalah dengan mencari nilai minimum, kemudian dilakukan pendeteksian arah barat-timur. 129

Globe Volume 14 No. 2 Desember 2012 : 124-133 Gambar 5. EGM2008 Gambar 6. Defleksi vertikal (xi) Gambar 7. Defleksi vertikal (eta) Gambar 8. Hasil Deteksi Lempeng 130

Penggunaan Data Satelit Optik dan SAR untuk Pendeteksian Lempeng... (Julzarika, A. dan Wiji) Gambar 9. Batas Lempeng Gambar 10. Height Model Gambar 11. Struktur Geologi Gambar 12. Formasi Geologi Setelah itu dilakukan penggabungan kedua hasil dengan konsep penjumlahan vektor, maka diperoleh arah pergerakan lempeng. Sedangkan dengan penggabungan kedua hasil tersebut dengan rerata nilai batas maka akan diperoleh batas lempeng seperti tersaji pada Gambar 9. Dari pendeteksian tersebut akan diperoleh batas-batas lempeng tektonik, diantaranya lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Deteksi struktur geologi dapat dilakukan dengan menggunakan height model akurasi tinggi. Pembuatan height model menggunakan metode integrasi dengan data masukan height model dari SRTM C dan X SAR. Pada penelitian ini menggunakan height model integrasi dengan akurasi vertikal 3-5 m seperti pada Gambar 10. Kemudian dengan menggunakan metode dip and strike dengan pendekatan 131

Globe Volume 14 No. 2 Desember 2012 : 124-133 secara hitung perataan, maka diperoleh hasil pendeteksian struktur geologi. Struktur geologi seperti pada Gambar 11, lebih didominasi pada jenis sesar daripada kekar dan lipatan. Setelah dilakukan pendeteksian struktur geologi maka kemudian dilakukan pendeteksian formasi geologi. Cara pendeteksiannya memerlukan beberapa data, diantaranya informasi spasial penutup lahan, topografi (nilai tinggi, lereng, aspek) dan struktur geologi. Klasifikasi formasi geologi menggunakan konsep klasifikasi berbasis objek. Gambar 12, memperlihatkan struktur geologi pada lokasi penelitian. Setelah diperoleh hasil klasifikasi formasi, maka penamaannya disesuaikan dengan nama lempeng tektonik yang dideteksi. Lokasi penelitian adalah dua wilayah perbatasan antara Kalimantan Selatan dengan Kalimantan Timur. Hal ini disebabkan oleh batas potensi tambang, formasi, dan struktur geologi tidak bisa dipisahkan berdasarkan batas administrasi. Pada lokasi penelitian mempunyai formasi geologi, yang dijelaskan sebagai berikut: Formasi Tanjung Bagian bawah perselingan antara Batu Pasir, Serpih, Batu Lanau dan Konglomerat aneka bahan, sebagian bersifat gampingan. Komponen Konglomerat antara lain Kuarsa, Feldsfar, Granit, Sekis, Gabro dan Basal. Di dalam Batu Pasir Kuarsa dijumpai komponen Glaukonit. Bagian Atas, perselingan antara Batu Pasir Kuarsa bermika, Batu Lanau, Batu Gamping dan Batubara. Batu Lanau berfosil foram Plangton, antara lain: Globiferina Tripartite KOCH, Globigerina Ochitaensis HOWE & WALLACE, Globigerina spp. dan Globorotalia spp, yang menunjukkan umur Eosen Oligosen (P16 N3). Batu Gampingnya berforam besar, antara lain: Operculina sp, Discocyclina sp, dan Biplanispira, yang berumur Eosen Akhir (Tb). Formasi ini tidak selaras di atas batuan Mesozoikum, terlipat hampir dari utara ke selatan dengan kemiringan lapisan umumnya 20, serta mempunyai tebal sekitar 1.300 meter, serta tersebar di atas perbukitan. Formasi Berai Batu Gamping berlapis dengan Batu Lempung, Napal dan Batubara, sebagian tersilikakan dan mengandung Limolit. Batu Gamping berfosil foram besar antara lain Spiroclypeous sp, Lepidocyclina (Eulepidina), Ephipiodes JONES & CHAPMAN, Operculina sp, Spiroclypeous Tidoengenesis VAN DER VLERK, Heterostegina sp dan Amphisiegina sp, yang menunjukkan umur Oligosen tengah Oligosen Akhir (Td e). Selain itu juga ada berfosil foram Bentos. Formasi ini diendapkan di laut dangkal dengan tebal mencapai 1.250 meter, serta menempati morfologi perbukitan karst yang terjal. Formasi Montalat Batu Pasir Kuarsa Putih, berstruktur silang siur, sebagian Gampingan, bersisipan Batu Lanau/Serpih dan Batubara. Berfosil foram kecil, antara lain: Globigerina Venezuelana HEDBERG, Globigerina Tripartite KOCH, Globigerina Selli (BOR SETTI), Globigerina Praebulloides BLOW, Globigerina Angustiumbilicata BOLLI, Globigerina Officinalis Suboptima, Globigerina sp., Globigerina spp. Globorotalia Optima BOLLI, Globorotaliana BOLLI dan Cassigerinella Chipolensis (CUSHMAN & POTTON), yang berumur Oligosen (P19 N3). Formasi ini diendapkan di laut dangkal terbuka, dengan tebal mencapai 1.400 meter. Formasi ini menjemari dengan Formasi Berai dan selaras di atas Formasi Tanjung. Jenis perlipatan mirip dengan Formasi Tanjung tetapi lebih sedikit terbuka. Formasi Montalat menempati morfologi perbukitan. 132

Penggunaan Data Satelit Optik dan SAR untuk Pendeteksian Lempeng... (Julzarika, A. dan Wiji) Formasi Warukin Batu Pasir kasar sedang, sebagian Konglomeratan, bersisipan Batu Lanau dan Serpih, setengah padat berlapis dan berstruktur perairan silang-siur dan lapisan bersusun. Struktur lipatan terbuka dengan kemiringan lapisan batuan sekitar 10. Formasi ini berumur Miosen Tengah Miosen Atas, dengan tebal bisa mencapai 500 meter, dan diendapkan di daerah transisi. Formasi Warukin berada selaras di atas Formasi Berai dan Montalat. Sesuai dengan sifat fisiknya formasi ini menempati daerah morfologi dataran menggelombang landai. Formasi Dahor Batu Pasir kurang padat sampai lepas, bersisipan Batu Lanau, Serpih, Lignit dan Limonit. Terendapkan dalam lingkungan peralihan dengan tebal mencapai 300 meter. Umurnya diduga Plio Plistosen, formasi ini tidak selaras di atas formasiformasi di bawahnya, dan umumnya berada pada morfologi dataran rendah yang kadang-kadang sulit dipisahkan dengan endapan permukaan. Formasi Pitap Batuan sedimen dan vulkanik yang terdiri bertingkat tak terpisahkan. Batuan sedimen dalam bentuk Batu Lanau abuabu tua, Batu Gamping kristalin abu-abu gelap, Batu Pasir halus abu-abu, Serpih merah dan Napalan Serpih, ketebalan antara 20 cm - 300 cm, sebagian dilipat. Batuan Andesit, Basal dan Amfibolit. Leleran Andesit dan bentuk Basalt abuabu, hijau, berubah menjadi mineral Lempung, Kalsit atau Klorit, berpiroksen dan Porfiritik. Pilotaksit bertekstur Basal dan Amigdaloid. Amfibolit retak lensa dalam bentuk Basalt, ketebalan mencapai 40 cm. Unit ini menempati daerah perbukitan yang tinggi, dan morfologi kasar. Ketebalan dapat mencapai 100 meter Kapur Akhir (KSP). KESIMPULAN Hasil dari penelitian ini bisa digunakan sebagai alternatif dalam pembuatan peta pergerakan lempeng dan peta struktur geologi. Selain itu juga bisa diaplikasikan untuk transformasi koordinat astronomis ke koordinat geodetik dalam penentuan batas wilayah. Data Grace, Altimetri, ALOS Palsar, X SAR bisa digunakan untuk pendeteksian lempeng dan struktur geologi. Dengan data tersebut juga bisa digunakan untuk deteksi struktur dan formasi geologi. Kesemuanya dapat diaplikasikan untuk berbagai kepentingan keteknikan dan non keteknikan dengan efisien dan berbiaya rendah. DAFTAR PUSTAKA Davis, G. and Reynolds, S. 1996. Structural Geology of Rocks and Regions. John Wiley & Sons, Inc. USA. Heiskanen, W. A., and Moritz, H. 1967, Physical Geodesy. W. H. Freeman and Company. San Fransisco and London. Khafid. 1999. Penentuan Tinggi Orthometrik dengan GPS Evaluasi Berbagai Macam Geoid di Wilayah Indonesia. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional. Cibinong. Bogor. Li, Z., Zhu, Q., and Gold, C. 2005. Digital Terrain Modeling Principles and Methodology. CRC Press. Florida. USA. Ragan, D. 2009. Structural Geology: An Introduction to Geometrical Techniques. Cambridge University. UK. Vaníček, P. 1976. Physical Geodesy. Department of Surveying Engineering, University of New Brunswick. Vanicek, P. & Krakiwsky, E. 1986. Geodesy, the concepts. North-Holland, Amsterdam, NY, Oxford, Tokyo. Wellenhof, B.H., and Moritz, H. 2006, Physical Geodesy. Second Edition. Sprienger Wien New York. New York. 133