STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA STUDY ON HOUSEHOLD HAZARDOUS WASTE MANAGEMENT AT WONOKROMO DISTRICT SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN GAYUNGAN SURABAYA STUDY ON HOUSEHOLD HAZARDOUS WASTE MANAGEMENT IN GAYUNGAN DISTRICT, SURABAYA

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN KECAMATAN SUKOLILO, SURABAYA STUDY ON HOUSEHOLD HAZARDOUS WASTE MANAGEMENT IN SUKOLILO DISTRICT, SURABAYA

STUDI PE GELOLAA SAMPAH B3 PERMUKIMA DI KECAMATA JAMBA GA, SURABAYA STUDY O HOUSHOLD HAZARDOUS WASTE MA AGEME T I JAMBA GA DISTRICT, SURABAYA

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH B3 RUMAH TANGGA DI KECAMATAN TANDES KOTA SURABAYA

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

Pengaruh Stasiun Peralihan Antara Terhadap Pengelolaan Sampah Permukiman di Kecamatan Tambaksari, Surabaya

Kajian Timbulan Sampah Domestik di Kelurahan Sukamenak Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung

TUGAS AKHIR PENGELOLAAN LIMBAH B3 BENGKEL RESMI KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI SURABAYA PUSAT IA NATUL MUKHLISHOH

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA

PERENCANAAN SISTEM PEWADAHAN DAN PENGUMPULAN SAMPAH DI PERMUKIMAN PENDUDUK DESA SUMBERGEDANG, KECAMATAN PANDAAN, PASURUAN

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL )

Scientific Conference IX Environmental Technology

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH DI KECAMATAN BUBUTAN SURABAYA

PROPOSAL PROYEK AKHIR. Yayuk Tri Wahyuni NRP Dosen Pembimbing Endang Sri Sukaptini, ST. MT

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU (STUDI KASUS RW 5, 6, 7, dan 8 KELURAHAN TANJUNG MAS, KECAMATAN SEMARANG UTARA, KOTA SEMARANG)

Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009

Perencanaan Material Recovery Facility Di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

PENGELOLAAN LIMBAH B3 BENGKEL KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT DI KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH DI TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU LAHUNDAPE KECAMATAN KENDARI BARAT KOTA KENDARI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Wawancara : belum ada upaya penurunan jumlah timbulan limbah padat B3. Limbah medis masih tercampur dengan limbah non medis

EVALUASI SISTEM PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANDA RAYA, JAYA BARU DAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH

PENGARUH STASIUN PERALIHAN ANTARA TERHADAP PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KECAMATAN TAMBAKSARI, SURABAYA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BAB 6 Kesimpulan dan Saran

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa

III. METODOLOGI PENELITIAN

STUDI EMISI KARBON DARI SAMPAH PEMUKIMAN DENGAN PENDEKATAN METODE US-EPA DAN IPCC DI KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA PUSAT

PERENCANAAN TEKNIS OPERASIONAL PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KECAMATAN JATIASIH, KOTA BEKASI

PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN PURA BESAKIH, KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM DENGAN SISTEM TPST (TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU)

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS)

KATA PENGANTAR. bertujuan untuk mewujudkan perbaikan kualitas fungsi lingkungan hidup yang berkelanjutan,

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN TIMBULAN SAMPAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SENDANGMULYO KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

SONNY SAPUTRA PEMBIMBING Ir Didik Bambang S.MT

BUPATI POLEWALI MANDAR

PERAN KELUARGA DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA PALANGKA RAYA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERENCANAAN PEWADAHAN DAN PENGUMPULAN SAMPAH KELURAHAN GAYUNGAN SURABAYA

Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011

KAJIAN PENGADAAN DAN PENERAPAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) DI TPA km.14 KOTA PALANGKA RAYA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh

BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

PERANCANGAN TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA (TPS) LIMBAH B3 (STUDI KASUS : BENGKEL MAINTENANCE PT. VARIA USAHA)

Keputusan Kepala Bapedal No. 2 Tahun 1995 Tentang : Dokumen Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY KECAMATAN ARJASA, KABUPATEN JEMBER MATERIAL RECOVERY FACILITY DESIGN FOR ARJASA DISTRICT, JEMBER REGENCY

POLA PENYEBARAN LIMBAH PADAT DAN B3 DARI FASILITAS KESEHATAN DI SURABAYA SELATAN. Rizka Firdausi Pertiwi L/O/G/O

PENGELOLAAN SAMPAH GEDUNG GEOSTECH

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN ASET DI KABUPATEN KARAWANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin

PENANGANAN SAMPAH B3 RUMAH TANGGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II DESKRIPSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO Sejarah Singkat Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa

PEMANTAUAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 DI PROVINSI BANTEN

OLEH : SIGIT NUGROHO H.P

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MAUMERE

Aryadita Minanda Budi Wiratmaka Eppy Nurul C Handini Citraswari Harini Merdekawati Neo Husien N Rahmawati Tri Rohani

EVALUASI DAN OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA SUNGAI ANDOK KOTA PADANG PANJANG

EVALUASI KAPASITAS LAHAN TPA LADANG LAWEH DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU PENERAPAN SISTEM CONTROLLED LANDFILL

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

I. PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. baterai, lampu neon (fluorescent), insektisida, korek api gas, cat semprot (aerosol),

KAJIAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN MATARAM

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerintah No 18 tahun 1999).

KAJIAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT B3 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PERKANTORAN

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

PERATURAN DAERAH KOTA BAU-BAU NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAU-BAU,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEREDUKSI SAMPAH DI KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO, SURABAYA TIMUR

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

STUDI TERHADAP TIMBULAN SAMPAH PLASTIK MULTILAYER SERTA UPAYA REDUKSI YANG DAPAT DITERAPKAN DI KECAMATAN JAMBANGAN SURABAYA

BAB III METODE PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sampah sebagai material sisa aktivitas manusia maupun proses alam

KONDISI SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH DI WILAYAH PESISIR PUGER KABUPATEN JEMBER

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH DI KECAMATAN BUBUTAN, KOTA SURABAYA STUDY OF SOLID WASTE MANAGEMENT AT BUBUTAN DISTRICT, SURABAYA CITY

Pengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas. Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH B3

Transkripsi:

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA STUDY ON HOUSEHOLD HAZARDOUS WASTE MANAGEMENT AT WONOKROMO DISTRICT SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ dan YULINAH TRIHADININGRUM Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya email: licha.stu@gmail.com Abstrak Jumlah penduduk di Kecamatan Wonokromo (181.170) mempengaruhi jumlah timbulan sampah di kecamatan tersebut. Sampah yang dihasilkan belum dipisahkan dari komponen sampah B3. Hal inilah yang mendasari penggunaan Kecamatan Wonokromo sebagai wilayah studi tugas akhir ini. Tujuan penelitian ini adalah mengukur timbulan sampah B3 dan komposisinya, serta menentukan sistem pengelolaannya. Metode pelaksanaan pengambilan dan pengukuran contoh timbulan sampah berdasarkan SNI 19-3964-1995. Jumlah timbulan sampah B3 di Kecamatan Wonokromo adalah 88,62 kg/hari. Hasil studi merekomendasikan agar (i) kapasitas wadah sampah B3 untuk rumah tangga adalah 30 L,(ii) pengangkutan sampah B3 dari sumber ke TPS menggunakan motor boks, dan (iii) pengumpulan sampah B3 di TPS menggunakan kontainerberdasarkan karakteristik sampah B3nya dengan kapasitas masing-masing 4 m 3. Kata kunci: Kecamatan Wonokromo, sampah B3, pengelolaan sampah B3. Abstract The population of Wonokromo District (181,170) affects the solid waste generation. Until now the solid waste in this district has not been separated from the hazardous components by the community. Therefore, Wonokromo 1

District was selected as a study area for conducting this research, which was focused on the determination of hazardous waste generation and composition, and it s management system. Measurements of solid waste generation and composition were done according to SNI 19-3964-1995 methods. The generation rate of HHW was 88.62 kg/day. This study recommended that: (i) household hazardous solid waste components should be placed in a 30 L container (ii) collection of the HHW to the transfer station should use a particular motor cycle, with a particular design, (iii) the flammable, corrosive, and toxic waste components should placed in different containers of 4 m 3 capacity. Keywords: Wonokromo District, household hazardous waste, solid waste management. 1. Pendahuluan Kehadiran sampah B3 RT di dalam timbulan sampah kota relatif masih kecil, namun perlu diupayakan penanganan yang komprehensif. Jelasnya adalah sampah tersebut memiliki karakteristik yang sangat berbahaya seperti beracun, korosif, mudah terbakar, mudah meledak, dan karsinogenik yang pada akhirnya menjadi ancaman bagi warga dan lingkungan di sekitar tempat pembuangan akhir sampah. Bagi masyarakat wajib memisahkan sampah B3-RT di rumah-rumah, ke dalam suatu wadah terpisah. Pada tugas akhir ini akan dibahas pengelolaan sampah B3 permukiman, dimana pengelolaannya tidak berbeda jauh dengan pengelolaan sampah biasa tetapi harus ada perlakuan yang lebih khusus. Wilayah studi untuk tugas akhir ini adalah Kecamatan Wonokromo karena di kecamatan tersebut belum ada pola pengelolaan sampah B3. Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut di atas maka dapat dirumuskan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu: 1. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap sampah B3. 2. Menghitung timbulan sampah B3 permukiman di Kecamatan Wonokromo Surabaya. 2

3. Menghitung komposisi sampah B3 permukiman di Kecamatan Wonokromo Surabaya. 4. Mengetahui kondisi fasilitas pewadahan, pengumpulan, dan pengangkutan sampah permukiman di sumber dan di TPS di Kecamatan Wonokromo Surabaya. 5. Menentukan pola pengelolaan sampah B3 permukiman di Kecamatan Wonokromo Surabaya. Sampah B3 Menurut SNI 3242:2008, sampah domestik B3 adalah sampah yang berasal dari aktivitas rumah tangga, mengandung bahan dan atau bekas kemasan suatu jenis bahan berbahaya dan atau beracun, karena sifat atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan atau mencemarkan lingkungan hidup dan atau membahayakan kesehatan manusia. Karakteristik Sampah B3 Sampah B3 adalah sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) dan sampah yang mengandung limbah berbahaya dan beracun (B3). Karakteristik sampah B3 sama dengan karakteristik limbah B3. Untuk mengetahui karakteristik limbah B3 dapat dilakukan uji karakteristik. Menurut Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 Tentang: Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, uji karakteristik limbah B3 meliputi: 1. mudah meledak; 2. mudah terbakar; 3. bersifat reaktif; 3

4. beracun; 5. menyebabkan infeksi; dan 6. bersifat korosif. 2. Gambaran Umum Wilayah Studi Kecamatan Wonokromo termasuk wilayah Geografis Kota Surabaya yang merupakan bagian dari Wilayah Surabaya Selatan. Luas wilayah Kecamatan Wonokromo ± 6,70 km 2 terbagi menjadi 6 kelurahan yaitu: 1. Sawunggaling 2. Wonokromo 3. Jagir 4. Ngagelrejo 5. Ngagel 6. Darmo Batas wilayah Kecamatan Wonokromo antara lain: Sebelah utara : Kecamatan Tegalsari Sebelah timur : Kecamatan Gubeng Sebelah selatan : Kecamatan Wonocolo Sebelah barat : Kecamatan Dukuh Pakis 4

Kecamatan Wonokromo mempunyai jumlah penduduk yang cukup tinggi yang mempengaruhi jumlah timbulan sampah di kecamatan tersebut. Selama ini sampah yang dihasilkan belum dilakukan pemilahan dan pengelolaan sampah. Wadah sampah yang ada di Kelurahan Jagir dan Kelurahan Wonokromo terbuat dari ban bekas yang dicat tetapi ada juga wadah yang permanen yang terbuat dari beton. Wadah sampah di Kecamatan Wonokromo yang terbuat dari ban bekas. Pengangkutan sampah di Kecamatan Wonokromo menggunakan gerobak sampah dengan frekuensi pengambilan sampah dua hari sekali. TPS di Kelurahan Sawunggaling, Kelurahan Jagir, dan Kelurahan Wonokromo belum mempunyai fasilitas pengelolaan sampah dan hanya sebagai tempat pengumpulan sampah sementara yang selanjutnya akan ditimbun di TPA. Wilayah studi untuk pengambilan contoh timbulan sampah di Kecamatan Wonokromo meliputi 3 kelurahan, yaitu Kelurahan Jagir, Kelurahan Sawunggaling, dan Kelurahan Wonokromo. 3. Hasil dan Pembahasan Alat yang digunakan untuk mengukur densitas sampah berupa kotak kayu berukuran 20 cm 20 cm 100 cm dan berat 1,4 kg.. Metode pelaksanaan pengambilan dan pengukuran sampel timbulan sampah berdasarkan SNI 19-3964-1995 tentang metode pengambilan dan pengukuran sampel timbulan dan komposisi sampah perkotaan. Setelah diketahui densitasnya maka dapat dilakukan perhitungan volume sampah dengan rumus sebagai berikut: Berat Sampah (kg) Volume sampah (m3) = Densitas (kg/m 3 ) a. Kelurahan Jagir Timbulan sampah B3 di Kelurahan Jagir adalah 0,29 g/orang.hari atau 0,002 L/orang.hari. Komposisi sampah B3 di Kelurahan Jagir dapat dilihat pada Gambar 1. 5

Gambar 1 Komposisi Sampah B3 di Kelurahan Jagir b. Kelurahan Wonokromo Timbulan sampah B3 di Kelurahan Wonokromo adalah 0,34 g/orang.hari atau 0,003 L/orang.hari. Komposisi sampah B3 di Kelurahan Wonokromo dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Komposisi Sampah B3 di Kelurahan Wonokromo c. Kelurahan Sawunggaling Timbulan sampah B3 di Kelurahan Sawunggaling adalah 0,84 g/orang.hari atau 0,006 L/orang.hari. Komposisi sampah B3 di Kelurahan Sawunggaling dapat dilihat pada Gambar 3 6

660,49 L/hari. Gambar 3 Komposisi Sampah B3 di Kelurahan Sawunggaling. Jadi timbulan sampah B3 di Kecamatan WonokromoTahun 2010 adalah 88,62 kg/hari atau Pengolahan Data Hasil Kuesioner Kuesioner dibagikan kepada responden yang berada di permukiman Kecamatan Wonokromo khususnya kepada aparat pemerintah antara lain ketua RW dan RT yang ada di Kelurahan Jagir, Kelurahan Wonokromo, dan Kelurahan Sawunggaling sebanyak 20 responden dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang sampah B3. Hasil kuesioner dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 Frekuensi Penggunaan Produk yang Mengandung B3 7

Pada Gambar 4 pendapat aparat pemerintah tentang sampah B3 dapat diketahui bahwa sebanyak 85% responden sama sekali tidak mengetahui tentang sampah B3 dan 15% responden sedikit mengetahui tentang sampah B3. Maksud dari sedikit mengetahui adalah responden dapat menyebutkan beberapa produk rumah tangga yang mengandung B3 di antaranya pembersih lantai dan pembasmi serangga. Jika diadakan sosialisasi mengenai pemilahan sampah B3, sebanyak 25% responden memilih arisan sebagai forum, 65% responden memilih forum khusus, dan 10% responden memilih forum lainnya seperti rapat pengurus RT atau RW. Pola Pewadahan Sampah B3 Pengambilan sampah B3 disarankan akan diambil petugas dari sumber ke TPS setiap 3 bulan sekali (90 hari). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3 Penghasil Limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkannya paling lama 90 hari sebelum menyerahkannya kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3. Berdasarkan peraturan tersebut, maka disarankan sampah B3 disimpan di wadah sampah B3 paling lama 90 hari. Volume sampah B3 terkumpul = Volume sampah tiap rumah frekuensi = 0,02 L 90 = 1,64 L Karena volume sampah B3 terkumpul yang dihasilkan dari perhitungan terlalu kecil apabila untuk mendesain kapasitas wadah sampah B3 jadi volume wadah yang disarankan adalah 30 L dengan panjang 30 cm, lebar 20 cm, dan tinggi 50 cm. Wadah sampah B3 disarankan sesuai dengan SNI 19-2454-2002 yaitu dengan wadah warna merah yang diberi lambang khusus (simbol limbah 8

B3 klasifikasi campuran). Persyaratan umum wadah sampah B3 berdasarkan Kep- 01/Bapedal/09/1995 Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Pola Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah B3 Pengumpulan sampah B3 dari sumber ke TPS menggunakan motor box yang dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Motor Box Pengangkut Sampah B3 Dimensi boks untuk motor boks disarankan berdasarkan dimensi box yang ada di pasaran yaitu 160 cm 125 cm 110 cm. di dalam box akan diletakkan 9 buah wadah dengan dimensi masing-masing wadah adalah 50 cm 30 cm 60 cm. Wadah tersebut diperuntukkan untuk sampah B3 berdasarkan jenis dan karakteristiknya. Frekuensi pengumpulan sampah B3 dari rumah warga akan disarankan 3 bulan 1 kali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema sistem pengumpulan sampah B3 pada Gambar 6. 9

Rumah Warga (Sumber Sampah B3) Rumah Warga (Sumber Sampah B3) Rumah Warga (Sumber Sampah B3) 1 RW (Rukun Warga) 3 bulan 1 kali 1 Kecamatan 1 Kelurahan Instansi Khusus Pengelola Sampah B3 Gambar 6 Skema Sistem Pengumpulan Sampah B3 Pada Gambar 6 menunjukkan bahwa dilakukan pengumpulan dari sumber sampah B3 secara door to door setiap 3 bulan 1 kali. Rute pengumpulan sampah adalah 1 RT (Rukun Tetangga). Setelah dilakukan pengumpulan, sampah B3 diangkut ke TPS sampah B3 untuk disimpan di kontainer sampah B3. Selanjutnya sampah B3 yang terkumpul akan dikelola oleh instansi yang khusus mengelola sampah B3. Pengangkutan sampah B3 yang disarankan berpedoman pada SK Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. 725 Tahun 2004 Tentang Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) karena belum ada peraturan khusus yang mengatur pengangkutan sampah B3. Pengangkutan sampah B3 disarankan dilengkapi dokumen. Berdasarkan Kep. Bapedal No. 2 Tahun 1995 Tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, setiap pengangkutan limbah B3 harus dilengkapi dengan dokumen resmi. Dokumen sampah B3 yang disarankan tidak 10

terdiri dari tujuh rangkap seperti dokumen limbah B3. Dokumen sampah B3 hanya terdiri dari tiga rangkap dengan perincian sebagai berikut: a. Lembar pertama disimpan oleh penghasil sampah B3 b. Lembar kedua disimpan oleh petugas pengumpul sampah B3 c. Lembar ketiga disimpan oleh pengelola TPS sampah B3 Dokumen sampah B3 dibuat oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya dan BLH Kota Surabaya.Dokumen sampah B3/manifes sampah B3 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Manifes Sampah B3 MANIFES SAMPAH B3 RUMAH TANGGA Nama : Alamat : Kecamatan : Kelurahan : RT / RW : Lokasi TPS Sampah B3 : No Jenis Sampah B3 ( ) Jumlah (buah) 1 Kemasan bekas pembersih WC/lantai/kaca 2 Kemasan bekas semir sepatu 3 Kemasan bekas pemutih pakaian dan pembersih lainnya 4 Kemasan bekas oli 5 Accu bekas 6 Kemasan bekas air accu 7 Kemasan bekas cat kuku dan pembersihnya 8 Kemasan bekas pewarna rambut 9 Kemasan bekas Hair Spray 10 Kemasan bekas cat dan thinner Kemasan bekas obat pembasmi hama tanaman 11 (herbisida dan insektisida) 11

No Jenis Sampah B3 ( ) Jumlah (buah) 12 Kemasan bekas pupuk kimia 13 Baterai 14 Tinta/cartridge 15 Lampu neon 16 Obat-obatan kadaluarsa 17 Kemasan bekas obat pembasmi serangga 18 Lain-lain: Yang Menyerahkan : Tanda Tangan : Petugas Pengumpul : Tanda Tangan : Tanggal : Kontainer Sampah B3 di TPS Sampah B3 yang telah diangkut dari sumber akan ditampung di TPS yang selanjutnya akan ditangani oleh instansi khusus yang mengelola limbah B3. Pada TPS disediakan kontainer yang akan menampung sampah B3 untuk sementara yang akan disimpan selama maksimal 90 hari dengan persyaratan lokasi penyimpanan sampah B3 berdasarkan Kep. Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Kontainer ini harus disediakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Volume masing-masing kontainer sampah B3 di TPS disarankan berdasarkan Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tentang: Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yaitu berupa bak kontainer berpenutup dengan kapasitas 4 m 3. 12

Standar Operasional Prosedur Standar operasional prosedur untuk penghasil sampah B3 adalah: 1. Penghasil sampah B3 menyimpan sampah B3 yang dihasilkannya pada wadah sampah B3 yang tertutup rapat. 2. Sampah B3 disimpan di dalam kemasan aslinya pada wadah sampah B3. Untuk lampu neon, selain disimpan masih pada kemasan aslinya juga dibungkus kantong plastik untuk keamanan apabila pecah. 3. Sampah B3 yang dihasilkan dalam jumlah besar sehingga tidak muat apabila disimpan di wadah sebaiknya disimpan di tempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak seperti garasi, gudang, dan sebagainya. 4. Penghasil sampah B3 menyimpan sampah B3 yang dihasilkannya si wadah sampah B3 selama-lamanya 90 hari sampai dikumpulkan oleh petugas pengumpul sampah B3. 5. Penghasil sampah B3 menyerahkan sampah B3 yang disimpannya selama 90 hari kepada petugas pengumpul sampah yang mengambil sampah B3 tiap 3 bulan 1 kali. 6. Penghasil sampah B3 wajib mengisi manifes sampah B3 yang diserahkan oleh petugas pengumpul sampah B3. Standar operasional prosedur untuk petugas pengumpul sampah B3 adalah: 1. Petugas pengumpul sampah B3 wajib memenuhi persyaratan umum dan khusus pengemudi kendaraan pengangkut sampah B3. 2. Petugas pengumpul sampah B3 mengambil sampah B3 yang dikumpulkan oleh penghasil sampah B3 tiap 3 bulan 1 kali. 13

3. Petugas pengumpul sampah B3 memilah sampah B3 yang dihasilkan penghasil sampah B3 berdasarkan jenisnya untuk dimasukkan ke masing-masing wadah berdasarkan jenis sampah B3nya pada box kendaraan pengangkut. 4. Petugas pengumpul sampah B3 mengambil manifes di kantor kecamatan dan menyerahkan manifes ke penghasil sampah B3 untuk diisi. 5. Petugas pengumpul sampah B3 menyimpan salah satu manifes yang telah diisi oleh penghasil dan menyerahkan satu manifes yang lain ke pengelola kontainer sampah B3 di TPS sampah B3. Standar operasional prosedur untuk pengurus TPS sampah B3 adalah: 1. Menerima sampah B3 berdasarkan karakteristiknya dari petugas pengumpul sampah B3. 2. Menempatkan sampah B3 berdasarkan karakteristiknya pada kontainer sampah B3. 3. Menerima dan menyimpan manifes sampah B3 dari petugas pengumpul sampah B3. 4. Menyerahkan sampah B3 yang telah disimpan paling lama 90 hari di TPS ke instansi khusus pengelola sampah B3. Rekomendasi Rekomendasi untuk pengelolaan sampah B3 di Kecamatan Wonokromo antara lain: 1. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang sampah B3 sangat rendah sehingga perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya sampah B3, upaya reduksi sampah B3, dan pengelolaan sampah B3. 2. Dari hasil sampling masih ditemukan sampah B3 yang cukup banyak sehingga masyarakat perlu melakukan upaya reduksi untuk megurangi timbulan sampah B3. 14

3. Sampah B3 permukiman yang diperoleh dari hasil sampling berupa sampah B3 karakteristik mudah terbakar, korosif, dan beracun. Masyarakat sebaiknya lebih cermat dalam memilih produk yang mengandung B3 atau dapat mengganti produk yang berpotensi mengandung B3 dengan produk alternatif yang aman. 4. Wadah sampah yang digunakan di Kecamatan Wonokromo berupa wadah sampah yang terbuat dari ban bekas dan beton. Wadah sampah untuk sampah basah dan sampah kering masih tercampur karena belum dilakukan pemilahan sampah. Hasil studi ini merekomendasikan agar mayarakat mengganti wadah sampah yang digunakan di Kecamatan Wonokromo dengan wadah sampah berdasarkan komposisi sampahnya antara lain sampah basah, sampah kering, dan sampah B3 sehingga pemilahan sampah telah dilakukan di sumbernya. 5. Hasil studi merekomendasikan agar kapasitas wadah sampah B3 untuk skala rumah tangga adalah 30 L, pengangkutan sampah B3 dari rumah penduduk (sumber) ke TPS menggunakan motor box, pengumpulan sampah B3 karakteristik mudah terbakar, korosif, dan beracun di TPS menggunakan bak kontainer berpenutup dengan kapasitas 4 m 3. Untuk jenis sampah B3 yang dimensinya besar dan jumlahnya banyak sehingga tidak muat apabila disimpan di wadah sampah B3, masyarakat dapat langsung membuangnya pada kontainer sampah B3 di TPS khusus sampah B3 di kelurahan. 15

4. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Setelah dilakukan analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan antara lain: 1. Berdasarkan hasil perhitungan kuesioner yang dibagikan kepada 20 aparat pemerintah (staf kelurahan, ketua RT, dan ketua RW) dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat terhadap sampah B3 sangat rendah. 2. Timbulan sampah B3 permukiman di Kecamatan Wonokromo adalah 88,62 kg/hari atau 660,49 L/hari. 3. Hasil penelitian menunjukkan komposisi sampah B3 yang ada di Kelurahan Jagir, Kelurahan Wonokromo, dan Kelurahan Sawunggaling terdiri dari sampah B3 karakteristik mudah terbakar, beracun, dan korosif. 4. Wadah sampah yang ada di Kelurahan Jagir dan Kelurahan Wonokromo terbuat dari ban bekas yang dicat tetapi ada juga wadah yang permanen yang terbuat dari beton. Pengangkutan sampah di Kecamatan Wonokromo menggunakan gerobak sampah dengan frekuensi pengambilan sampah dua hari sekali. 5. Pola pengelolaan sampah B3 terdiri dari pewadahan sampah B3 dengan wadah berkapasitas 30 L, pengumpulan sampah B3 dari sumber ke TPS dilakukan dengan pengangkutan menggunakan motor box, pengumpulan sampah B3 karakteristik korosif, mudah terbakar, dan beracun di TPS menggunakan bak kontainer berpenutup dengan kapasitas 4 m 3. Saran Saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebaiknya melakukan analisis biaya untuk pola pengelolaan sampah. 16

5. Daftar Pustaka Anonim. 1995a. Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan (SNI 19-3964-1995). Badan Standardisasi Nasional, Jakarta Anonim. 1995b. Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tentang: Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. Anonim. 1995c. Keputusan Kepala Bapedal No. 5 Tahun 1995 Tentang: Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Anonim. 1999a..Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Anonim. 1999b. Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 Tentang: Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Anonim. 2004. SK Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. 725 Tahun 2004 Tentang Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Anonim. 2008. Pengelolaan Sampah di Permukiman (SNI 3242-2008). Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. 17